• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Implementasi SAK-ETAP dalam Penyusunan Laporan Keuangan sebagai Wujud Akuntabilitas pada BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Implementasi SAK-ETAP dalam Penyusunan Laporan Keuangan sebagai Wujud Akuntabilitas pada BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SAK-ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI WUJUD AKUNTABILITAS PADA BUMDES

ESTU MUKTI DESA BEJALEN

RISA DWI ANJASWATI

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

PENDAHULUAN

Pemerintah saat ini tengah melakukan berbagai upaya pembangunan berkelanjutan, salah satunya diwujudkan melalui pendirian BUMDes (Wulandari &

Utami, 2020). Pendirian dan pengembangan BUMDes difokuskan untuk pengembangan unggulan desa dan produk unggulan kawasan pedesaaan (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal & Bangunan, 2020). BUMDes sebagai entitas privat diharuskan untuk melakukan penyusunan laporan keuangan yang dapat merepresentasikan informasi keuangan kepada para pengguna laporan keuangan. Adilah & Rani (2020) menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan berfungsi sebagai alat penyedia informasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan berguna dalam pengambilan keputusan oleh pihak internal dan pihak eksternal, serta merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan BUMDes menyajikan informasi keuangan setiap unit usaha BUMDes, memberikan laporan perkembangan kegiatan di setiap unit usaha BUMDes, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelola atas kegiatan BUMDes kepada masyarakat (Lintong et al., 2020). Laporan keuangan yang dihasilkan BUMDes harus memenuhi syarat laporan keuangan yang berkualitas guna memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan BUMDes harus memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan oleh pemakai laporan keuangan (Puspasari et al., 2018). BUMDes menyusun laporan keuangan dengan mengacu pada standar pelaporan keuangan yang berlaku di

(2)

Indonesia, dalam hal ini BUMDes dapat menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Hal tersebut dikarenakan dapat mempermudah akses kepada pemberi dana (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016). Penggunaan SAK-ETAP sebagai dasar penyusunan laporan keuangan menjadikan BUMDes memiliki profesionalisme untuk memenuhi akuntabilitas BUMDes (Widyastuti, 2017).

Laporan keuangan yang disajikan BUMDes merupakan bentuk akuntabilitas BUMDes berupa interaksi pengelola dengan masyarakat atau pemangku kepentingan mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi (Widyatama et al., 2017). Pada praktiknya laporan keuangan BUMDes tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya terjadi, karena adanya permasalahan mengenai pemahaman akuntansi. Kurangnya pemahaman pengelola disebabkan keterbatasaan sumber daya manusia dalam mendapatkan pelatihan. Permasalahan tersebut mengakibatkan beberapa BUMDes belum mampu menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Ogearti, 2020). Hal tersebut dapat menyebabkan BUMDes belum dapat mewujudkan akuntabilitasnya bagi pemangku kepentingan.

BUMDes Estu Mukti sebagai suatu badan yang dikelola oleh pemerintah desa memiliki kewajiban pertanggungjawaban kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk itu BUMDes Estu Mukti harus menyajikan laporan pertanggungjawaban dan laporan keuangan, karena BUMDes merupakan suatu entitas tanpa akuntabilitas publik maka dapat dilakukan penyusunan laporan keuangan yang berdasarkan pada SAK-ETAP. Penggunaan SAK-ETAP tidak terbatas hanya pada perusahaan kecil dan menengah, tetapi standar akuntansi ini dapat digunakan BUMDes. BUMDes Estu Mukti berlokasi di Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Desa Bejalen terletak cukup strategis dan memiliki akses yang terhitung mudah dijangkau tepatnya hanya butuh sekitar 15 menit dari Terminal Bus Bawen, Kabupaten Semarang. Desa Bejalen juga menyuguhkan pemandangan mempesona dari Rawa Pening. Daya Tarik yang dimiliki Desa Bejalen telah mendorong dibentuknya BUMDes Estu Mukti, yang

(3)

diharapkan dapat mengembangkan aset dan potensi desa dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan SAK-ETAP penyusunan laporan keuangan sebagai wujud akuntabilitas pada BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis yakni dapat menambah literature review di bidang akuntabilitas publik dengan mengambil BUMDes sebagai konteks. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah membantu pengelola BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen dalam peningkatan kinerjanya melalui penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

KAJIAN LITERATUR

Akuntabilitas BUMDes

Akuntabilitas dalam sektor publik merupakan wujud pertanggungjawaban atas tata kelola dan keputusan dari pengelola organisasi sektor publik kepada pihak yang berkepentingan serta kepada masyarakat (Syam et al., 2020). Dalam organisasi sektor publik akuntabilitas menjelaskan konsep-konsep etika yang dapat dipertanggungjawabkan, dipertanyakan, dipersalahkan, dan berkaitan dengan aspek organisasi sektor publik. Akuntabilitas merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Adanya akuntabilitas dalam organisasi sektor publik, akan memunculkan kecenderungan masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan untuk lebih mempercayai informasi yang disajikan (Sofyani et al., 2020). Sebagai badan usaha milik publik (milik desa) BUMDes juga memiliki tata kelola yang berdasar pada beberapa ketentuan dalam akuntabilitas publik. Widiastuti et al. (2019) mendeskripsikan akuntabilitas BUMDes sebagai tata kelola dengan elemen yang pembeda dengan entitas lain adalah elemen partisipasi.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (2018) menguraikan asas- asas Pengelolaan Keuangan Desa dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, sebagai berikut: 1) Transparan yakni prinsip keterbukaan dimana informasi

(4)

keuangan desa yang jelas, jujur, dan tidak diskriminatif dapat diakses dan diketahui oleh masyarakat desa; 2) Akuntabel yakni wujud pertanggungjawaban atas pengelolaan dan pengendalian sumber daya serta pelaksanaan kebijakan dalam pencapaian tujuan, segala penyelenggaraan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3) Partisipasi yakni dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah desa melibatkan lembaga desa dan masyarakat desa; dan 4) Tertib dan Disiplin Anggaran yakni pengelolaan keuangan desa berdasarkan pada aturan dan pedoman yang melandasinya.

Ahyaruddin & Akbar (2017) mengemukakan bahwa akuntabilitas memberikan alasan terkait dengan sumber dan penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang dimiliki entitas. Konsep akuntabilitas BUMDes tidak terbatas hanya pada penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelola BUMDes dalam penggunaan dana desa. Tetapi juga mencakup mengenai evaluasi manfaat kegiatan yang telah dilaksanakan. Segala kegiatan yang dilaksanakan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Dengan kata lain, akuntabilitas dapat dijadikan sebagai suatu kontrol atas segala aktivitas dalam BUMDes. Widyatama et al. (2017) mengungkapkan bila akuntabilitas dilaksanakan dengan pelaporan segala aktivitas maka dapat memicu kepercayaan pemangku kepentingan dan membentuk reputasi atas kinerja pengelola.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Badan Usaha Milik Desa atau sering disebut juga dengan BUMDes merupakan badan yang dikelola oleh desa dengan menggunakan asas semangat kekeluargaan dan gotong royong. BUMDes dibentuk sebagai perwujudan pengembangan potensi unggulan di kawasan pedesaan, menjalankan usahanya di bidang ekonomi dan pelayanan umum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Adilah & Rani, 2020). Mahmudah (2018) menyatakan bahwa BUMDes merupakan salah satu bentuk pengaplikasian pengelolaan keuangan desa yang dilakukan dengan berbagai kegiatan ekonomi. Pendirian BUMDes didirikan sebagai penampung seluruh kegiatan masyarakat desa baik di bidang ekonomi maupun pelayanan umum yang berpihak kepada kepentingan masyarakat (Sahrul

(5)

Hi & Sang Putu Angga Mahendra, 2021). Pengelolaan BUMDes dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa dan bukan untuk mencari keuntungan semata. Karena BUMDes adalah lembaga ekonomi yang dibangun dengan inisiatif dari masyarakat, maka pemenuhan modalnya harus bersumber dari masyarakat. Namun tidak menutup kemungkinan adanya pengajuan pinjaman modal dari BUMDes kepada pihak luar.

Karakteristik yang dapat membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya antara lain: 1) Dimiliki dan dikelola secara bersama-sama oleh desa, 2) Modal usaha terdiri atas modal yang bersumber desa dan dari masyarakat, 3) Operasionalnya berakar dari budaya lokal desa, 4) Usaha didasarkan pada potensi pasar yang dimiliki desa, 5) Keuntungan ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat, 6) Operasionalnya difasilitasi oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan pemerintah desa, 7) Pengawasan atas operasional dilakukan secara bersama (Nugrahaningsih et al., 2016). Sebagai wujud akuntabilitas, pengelola BUMDes berkewajiban untuk melakukan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana desa yang dilimpahkan kepadanya. Pertanggungjawaban tersebut dibutuhkan BUMDes sebagai pendorong pelaksanaan usaha pengembangan desa agar berjalan dengan baik (Yesinia et al., 2018).

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK- ETAP)

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK- ETAP) merupakan suatu standar akuntansi yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang ditujukan sebagai standar bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP). Yakni entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan dan menerbitkan laporan keuangan dengan tujuan umum untuk pengguna eksternal. SAK-ETAP diterbitkan dengan maksud untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi bagi ETAP dan memberikan kemudahan akses terhadap pendanaan dari perbankan. SAK-ETAP adalah standar akuntansi yang tidak mengacu pada SAK Umum dan merupakan standar akuntansi yang berdiri sendiri. SAK-ETAP menggunakan konsep biaya

(6)

historis dan mengatur mengenai segala transaksi yang dilakukan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP). Pada SAK-ETAP bentuk pengaturan dalam hal perlakuan akuntansinya cenderung sederhana dan tidak berubah-ubah selama beberapa tahun (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016).

SAK-ETAP digunakan entitas dengan transaksi keuangan yang sederhana dan tidak kompleks sebagai standar penyajian informasi keuangan. Adapun informasi akuntansi yang dimuat dalam SAK-ETAP yang meliputi: Kas dan Setara Kas, Piutang Usaha dan Piutang Lainnya, Persediaan, Properti Investasi, Aset Tetap, Aset Tidak Berwujud, Utang Usaha dan Utang Lainnya, Kewajiban Sementara, Kewajiban diestimasi, dan Ekuitas. Serta Laporan Laba Rugi yang memuat mengenai pendapatan, beban keuangan, bagian keuntungan atau kerugian dari metode ekuitas, beban pajak, dan laba atau rugi neto. Dan tidak memuat mengenai pengaturan pos laba rugi komprehensif (Hamzah et al., 2019). Widyastuti (2017) menyatakan penggunaan SAK-ETAP sebagai standar penyusunan laporan keuangan dapat memberikan berbagai keuntungan. Dengan menerapkan SAK- ETAP BUMDes dapat menyusun laporan keuangannya sendiri dan memungkinkan untuk dilakukan audit, sehingga dapat dipergunakan untuk mendapatkan pinjaman dana dari perbankan. Karena SAK-ETAP merupakan standar akuntansi yang sederhana, maka dalam penerapannya pada BUMDes akan lebih dipahami dan sederhana dibandingkan dengan SAK-Umum. Meski demikian, entitas dapat menyajikan informasi keuangan mereka dengan handal melalui penggunaan SAK- ETAP.

Undang-Undang Desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2021 (2021) menyatakan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang diakui dan dihormati dalam pemerintahan yang memiliki batas wilayah dengan wewenangnya untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat dan pemerintahan setempat. Pemerintahan desa diselenggarakan oleh kepala desa atau dengan sebutan lain dan dibantu

(7)

perangkat desa yang lainnya. Desa merupakan salah satu penopang pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, desa memiliki kewenangan atas pengelolaan potensi desa dan diberikan sumber dana memadai untuk mendukungnya.

Desa berperan untuk mengurus dan mengatur urusannya, serta memiliki kewenangan untuk penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pengetahuan kemasyarakatan dan pemberdayaan desa (Yesinia et al., 2018). Pemerintah desa telah diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurusi sistem pemerintahan serta dalam pengelolaan dana desa, dengan dibantu dengan diberikannya anggaran melalui APBN (Purnama & Azizah, 2019). Julianto & Dewi (2019) juga menyatakan pemerintah pusat telah mengalokasikan dana desa yang diberikan kepada pemerintah desa guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa (Julianto & Dewi, 2019). Pemerintah desa melakukan pengelolaan potensi desa dengan pendirian BUMDes, yang menempati posisi penting sebagai lembaga pengembangan potensi desa serta dalam pengelolaan keuangan desa. Pendirian BUMDes dapat dilakukan setelah mencapai kesepakatan dalam musyawarah desa, sesuai dengan peraturan desa.

METODA PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang merupakan pihak yang mengetahui dan memahami pelaporan keuangan BUMDes. Narasumber dari penelitian ini adalah pengelola BUMDes Estu Mukti. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memberikan penjelasan secara menyeluruh mengenai penelitian pada BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen. Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber yang dilakukan secara bertahap mengenai pelaporan keuangan BUMDes. Data sekunder bersumber dari pengumpulan data bukti transaksi, laporan keuangan BUMDes, dan dokumen penting lainnya.

(8)

Fokus Penelitian

Penelitian berfokus pada tingkat pemahaman pengelola BUMDes atas penyusunan laporan keuangan sesuai standar pelaporan keuangan yang berlaku.

Penyusunan laporan keuangan BUMDes berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Peneliti melakukan konfirmasi mengenai mekanisme pelaporan keuangan yang dilakukan BUMDes, berupa cara penyusunan laporan keuangan, pihak penyusun laporan keuangan, sistem penyusunan laporan keuangan dan bentuk laporan keuangan yang dihasilkan terkait kesesuaiannya dengan SAK-ETAP.

Cara Pengolahan Data

Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif melalui tahap: 1) Tahap pertama, penyusunan desain rancangan penelitian sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. 2) Tahap kedua, observasi dan wawancara kepada narasumber yang dilakukan secara bertahap pada BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen. Observasi dan wawancara dilakukan guna memperoleh data wawancara yang sesuai dengan tujuan penelitian. 3) Tahap ketiga, pengolahan informasi dari hasil wawancara terkait pelaporan keuangan BUMDes. 4) Tahap keempat, memberikan kesimpulan atas hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan.

Melalui penelitian ini disajikan gambaran permasalahan BUMDes terkait pemahaman pengelola BUMDes atas SAK-ETAP dalam pelaporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas BUMDes dengan melakukan perbandingan antara hasil wawancara dengan dokumentasi yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil BUMDes

BUMDes Estu Mukti merupakan Badan Usaha Milik Desa yang terletak di Desa Bejalen, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. BUMDes Estu Mukti berdiri atas hasil keputusan musyawarah desa pada November 2016 dan dengan kepengurusan yang diambil dari elemen masyarakat Desa Bejalen. BUMDes Estu Mukti memiliki lima unit usaha, yang terdiri dari 1)

(9)

Pengelolaan dan Bank Sampah, 2) Penyewaan Barang, Produksi, dan Perdagangan, 3) Bisnis Keuangan, 4) Kampung Pelangi yang saat ini menjadi Lucky Land, dan 5) Agrowisata Kampoeng Rawa. Bersumber pada Peraturan Desa Bejalen No. 5 Tahun 2018 BUMDes Estu Mukti memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

MUSYAWARAH DESA

PENASIHAT BPD

PENGAWAS

KEPALA KEPALA

UNIT UNIT

USAHA USAHA

Agrowisata Kampung Kampoeng

Pelangi Rawa Karyawan Karyawan DIREKTUR

KEPALA UNIT USAHA

Pengelolaan dan Bank

Sampah

KEPALA UNIT USAHA Penyewaan

Barang, Produksi,

dan Perdagangan

KEPALA UNIT USAHA

Bisnis Keuangan

Karyawan Karyawan Karyawan MASYARAKAT DESA

Gambar 1 Stuktur Organisasi BUMDes Estu Mukti

Akuntabilitas BUMDes

Akuntabilitas BUMDes mengarah pada wujud pertanggungjawaban atas pengelolaan dan pengendalian sumber daya serta pelaksanaan kebijakan dalam pencapaian tujuan, segala penyelenggaraan yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan sesuai dengan perundang-undangan (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2018). Akuntabilitas BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen dilaksanakan melalui unit-unit usaha BUMDes yang berpedoman pada asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa. Transparan, mengacu pada keterbukaan

(10)

informasi keuangan yang jelas, jujur, serta dapat diakses dan diketahui oleh masyarakat. Akuntabel, wujud pertanggungjawaban tata kelola dan pengendalian sumber daya pelaksanaan kebijakan harus dipertanggungjawabkan. Parsitipasi, penyelenggaraan kegiatan melibatkan masyarakat desa. Tertib dan Disiplin Anggaran, pengelolaan keuangan berdasarkan pada aturan yang melandasi. Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Bapak AK selaku Direktur BUMDes:

“Untuk BUMDes itu total ada 5 (lima) unit usaha dan semua (karyawan) diambil dari elemen masyarakat, karena memang pengelolaan unit usaha dilaksanakan untuk kesejahteraan masyarakat. Dan sebagai wujud pertanggungjawaban dari pengelolaan unit usaha, BUMDes akan melaksanakan rapat dengan desa. Dari BUMDes nanti akan membuat laporan keuangan bulanan.”

Sebagai lembaga pengembangan dan peningkatan potensi Desa Bejalen serta sebagai sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) yang akan dipergunakan untuk pengembangan desa, BUMDes Estu Mukti melakukan kerjasama dengan pemerintah Desa dalam menjalankan usaha, serta sebagai pertanggungjawaban dari pengelolaan unit-unit usaha BUMDes Estu Mukti melakukan penyusunan laporan keuangan secara berkala. Akuntabilitas BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen dapat dilihat dari laporan keuangan yang dihasilkan merupakan laporan keuangan yang transparan, yakni memberikan informasi keuangan BUMDes secara terbuka dan dapat diakses oleh pihak-pihak berkepentingan, meliputi: BUMDes; Pemerintah Desa; investor atau pihak ketiga; dan masyarakat. Parsitipasi, untuk memenuhi tanggungjawab sosial kepada masyarakat, BUMDes Estu Mukti secara aktif melibatkan masyarakat secara langsung untuk menjalankan unit usahanya. Seperti pada unit usaha Lucky Land yang baru dijalankan, BUMDes menjalin kerjasama dengan RT setempat untuk merekrut karyawan. Pada unit usaha Kredit Pinjaman, pelaksanaannya lebih ditekankan untuk kepentingan masyarakat asli Desa Bejalen.

Setiap warga diperbolehkan untuk mendapatkan pinjaman yang dapat digunakan sebagai modal pertanian dan usaha lainnya.

Berdasarkan pada pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen mewujudkan akuntabilitasnya sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelola kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hal tersebut sesuai dengan konsep akuntabilitas yang dikemukakan oleh Ahyaruddin &

(11)

Akbar (2017), pengelola BUMDes melakukan penyusunan laporan keuangan atas pemanfaatan dan pengeloaan sumber daya serta pengunaan dana Desa Bejalen.

Pengelola BUMDes Estu Mukti juga melakukan pertemuan dengan pemerintah desa untuk membahas mengenai pertanggungjawaban atas tata kelola dan kegiatan bisnis BUMDes, serta dilakukan evaluasi manfaat dari kegiatan bisnis yang telah dilakukan.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Potensi yang dimiliki desa dikembangkan oleh desa melalui pendirian dan pengelolaan BUMDes. Pendirian dan pengelolaan BUMDes dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi masyarakat dan desa, serta untuk menampung kegiatan masyarakat desa demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa Sahrul Hi &

Sang Putu Angga Mahendra (2021). Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes merupakan suatu badan yang dikelola oleh desa dengan asas semangat gotong royong, dibentuk sebagai wujud pengembangan potensi kawasan desa yang menjalankan usahanya di bidang perekonomian dan pelayanan umum sesuai perundangan yang berlaku (Adilah & Rani, 2020).

Desa Bejalen menyuguhkan pesona pemandangan Rawa Pening dan area persawahan yang subur, serta menyajikan pemandangan pegunungan di arah selatan dan utara, menjadikan Desa Bejalen sebagai desa dengan potensi wisata yang cocok untuk menghabiskan waktu bersantai bersama keluarga. Untuk mengelola dan mengembangan potensi desa yang ada, BUMDes Estu Mukti dibentuk dengan unit-unit usaha seperti Lucky Land dan Agrowisata Kampoeng Rawa. Serta sebagai penunjang perekonomian masyarakat non-wisata, terdapat tiga unit usaha diantaranya Pengelolaan dan Bank Sampah; Penyewaan Barang, Produksi, dan Perdagangan; serta Bisnis Keuangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak AK selaku Direktur BUMDes:

“Dengan melihat kondisi atau keadaan warga Desa Bejalen, yang benar- benar dibutuhkan oleh warga. Karena warga Bejalen ini mayoritas petani dan Desa Bejalen ini merupakan daerah pertanian, jadi kita mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh petani. Lalu, warga Desa Bejalen juga membutuhkan pasti membutuhkan modal. Selain itu, Desa Bejalen juga memiliki potensi pemandangan alam yang indah dan cocok untuk wisata.”

(12)

Pernyataan diatas sesuai dengan tujuan pendirian BUMDes sebagai lembaga yang mampu mengembangkan potensi unggulan desa dan meujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat melalui kegiatan operasional BUMDes (Nugrahaningsih et al., 2016). Unit-unit usaha BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen mampu melihat potensi ekonomi baik dari desa maupun dari masyarakat desa. Unit-unit usaha BUMDes dijalankan untuk memajukan perekonomian masyarakat desa melalui bidang ekonomi, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes bersama pemerintah desa memajukan perekonomian desa, sehingga unit-unit usaha BUMDes dapat menjadi sarana pengembangan pendapatan dan pengelolaan dana desa serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Desa Bejalen.

Undang-Undang Desa

Sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2021 (2021), desa memiliki kewenangan untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat dan pemerintahan setempat, yang diselenggarakan oleh kepala desa atau sebutan lain.

Desa juga merupakan salah satu penopang pambangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Desa Bejalen Bersama dengan tokoh masyarakat dan BPD mendirikan BUMDes sebagai lembaga pengembangan potensi desa dan sebagai sarana pengelola keuangan desa. BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen terbentuk atas kesepakatan dalam musyawarah desa dan sesuai dengan peraturan desa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak AK selaku Direktur BUMDes Estu Mukti:

“Di tahun 2016 berdasarkan Peraturan Pemerintah Desa yang mewajibkan seluruh desa untuk memiliki BUMDes dan dari situ dibentuklah BUMDes, tentunya melaui musyawarah desa terlebih dahulu. Musyawarah desa dihadiri pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan ketua BPD. Untuk kepengurusan BUMDes keseluruhan diambil dari elemen masyarakat Desa Bejalen dan bukan merupakan pemerintah desa atau BPD. Untuk lebih tepatnya BUMDes berdiri November 2016.”

BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen terbentuk atas kerjasama Pemerintah Desa Bejalen bersama dengan masyarakat desa. Melalui pembetukan BUMDes produktivitas sumber daya alam dan masyarakat dalam bidang ekonomi dapat dimaksimalkan. Pelaksanaan kegiatan unit-unit usaha BUMDes Estu Mukti juga

(13)

diawasi oleh Kepala Desa Bejalen yang bertanggungjawab sebagai Pengawas BUMDes, yang merupakan salah satu bentuk kerjasama yang terjalin anatara BUMDes dengan Pemerintah Desa.

Penerapan SAK-ETAP dalam Proses Penyusunan Laporan Keuangan BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen

Proses penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu tugas penting yang harus dilakukan oleh pengurus BUMDes. Setiap kegiatan bisnis memerlukan laporan keuangan sebagai media informasi data keuangan sebagai hasil dari proses akuntansi (Widiastuti et al., 2019). Secara umum, proses penyusunan laporan keuangan dimulai dengan adanya transaksi dan diakhiri dengan pembuatan jurnal pembalik. Menurut hasil wawancara dengan Bendahara BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen dapat diperoleh informasi bahwa BUMDes mengeluarkan laporan keuangan secara berkala dan disajikan tiap satu bulan sekali dan mengeluarkan laporan keuangan tahunan sebagai laporan pertanggungjawaban. Ibu PJ selaku Bendahara BUMDes memberikan pernyataan:

“Dari BUMDes sudah menyusun laporan keuangan secara berkala, ada yang bulanan dan ada yang satu tahun sekali untuk laporan pertanggungjawaban saat rapat nanti. Untuk pencatatan transaksi dilakukan oleh tiap unit, nanti akan diserahkan kepada saya. Transaksi yang ada dicatat dalam buku harian dalam bentuk kas harian. Nanti saya yang input rekap transaksinya ke komputer dan membuat laporan keuangan.”

Penyusunan laporan keuangan BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen secara keseluruhan dilakukan oleh Bendahara BUMDes. Transaksi yang terjadi di unit- unit usaha dicatat dalam buku harian dan dilakukan oleh bendahara unit. Setiap unit akan membuat laporan keuangan sederhana dalam bentuk kas harian dan laba rugi untuk kemudian diserahkan kepada bendahara BUMDes. Bendahara BUMDes selanjutnya melakukan pencatatan rekap transaksi harian, selanjutnya dilakukan pencatatan di komputer, dan menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan bulanan dan tahunan BUMDes sepenuhnya dibuat oleh Bendahara BUMDes Estu Mukti, dan selanjutnya akan dilakukan pengecekan oleh Direktur BUMDes. Laporan keuangan yang telah disusun oleh Bendahara BUMDes selanjutnya akan dilaporkan kepada Pemerintah Desa. Adapun laporan keuangan

(14)

bulanan yang dikeluarkan oleh BUMDes Estu Mukti adalah sebagai berikut: 1) Laporan Laba Rugi; 2) Laporan Pembagian Laba; 3) Laporan Cadangan Cadangan;

4) Laporan Cadangan Biaya Operasional; 5) Laporan Cadangan Infrastruktur; 6) Laporan Cadangan Pengembangan Usaha; dan 7) Buku Bank.

Pertama, Laporan Laba Rugi yang dihasilkan BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen menguraikan mengenai pendapatan usaha tiap unit serta biaya-biaya yang menyertainya. Kedua, pada Laporan Pembagian Laba disajikan uraian persentase pembagian usaha untuk tiap kepentingan, yakni untuk kepentingan pengembangan usaha, biaya operasional dan Pendapatan Asli Desa (PAD). Ketiga, Laporan Cadangan Cadangan mencakup total biaya operasional, total biaya infrastruksur, dan total biaya pengembangan usaha. Keempat, Laporan Cadangan Biaya Operasional mendeskripsikan uraian biaya-biaya operasional yang terjadi selama satu bulan. Kelima, Laporan Cadangan Infrastruktur menyajikan uraian biaya-biaya penunjang infrastruktur selama satu bulan. Keenam, Laporan Cadangan Pengembangan Usaha mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan unit usaha BUMDes selama satu bulan. Dan ketujuh, Buku Bank memberikan informasi mengenai rincian arus kas masuk dan arus kas keluar pada BUMDes Estu Mukti.

Widiastuti et al., (2019) menyatakan bahwa dalam menerapkan pencatatan laporan keuangan dengan berdasarkan pada SAK-ETAP memiliki kendala yang berasal dari kurangnya pengetahuan mencatat laporan keuangan secara lengkap dan kurangnya pengetahuan akan tujuan dan manfaat pencatatan laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP. Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bendahara BUMDes Estu Mukti, terdapat kendala yang ditemui ketika penyusunan laporan keuangan. Berikut pernyataan Ibu PJ sebagai Bendahara BUMDes:

Kendala penyusunan ada di aplikasi yang baru, jadi masih agak bingung.

Untuk neraca juga masih belum memahami sepenuhnya. Jadi untuk BUMDes ini memang kelemahan utamanya ada di neraca, kami sudah menyampaikan ke Pemerintah Desa untuk meminta pelatihan lagi.

Sebelumnya sudah pernah ada pelatihan, tetapi belum sepenuhnya terserap oleh kami.”

(15)

Kendala penerapan SAK-ETAP tersebut dialami oleh BUMDes Estu Mukti dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya pada penyusunan neraca. Ibu PJ selaku Bendahara memberikan pernyataan bahwa untuk penyusunan neraca belum sepenuhnya memahami, dan masih membutuhkan pelatihan lanjutan untuk bisa menguasainya. Selain pada pembuatan neraca, kendala lain juga ada pada kerumitan aplikasi yang digunakan untuk pencatatan transaksi. Karena aplikasi yang diterapkan masih tergolong sebagai hal baru bagi pengurus BUMDes, hal itu mengakibatkan kurang maksimalnya penggunaan aplikasi untuk pencatatan secara terkomputerisasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Akuntabilitas BUMDes dapat diwujudkan melalui penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku, selain itu dapat pula diwujudkan dengan bentuk tanggungjawab BUMDes dalam pengelolaan unit dan pelaksanaan kegiatannya. BUMDes Estu Mukti sebagai entitas yang memiliki tujuan memberdayakan masyarakat dan mengelola potensi Desa Bejalen telah melaksanakan kewajiban akuntabilitasnya, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. BUMDes Estu Mukti telah mewujudkan akuntabilitasnya dengan pengoptimalan sumber daya yang dimiliiki desa melalui kegiatan usaha BUMDes yang melibatkan masyarakat asli Desa Bejalen, serta disusunnya laporan keuangan baik bulanan maupun tahunan serta menyampaikan pertanggungjawabannya melaui Pemerintah Desa.

Laporan keuangan BUMDes Estu Mukti Desa Bejalen belum sepenuhnya mengikuti Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK- ETAP). Penyajian laporan keuangan BUMDes dibuat dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai kebutuhan BUMDes dan berdasarkan pada transaksi yang ada.

Laporan Keuangan BUMDes tidak dapat disajikan sesuai dengan SAK-ETAP disebabkan adanya keterbatasan pengelola BUMDes dalam pemahaman mengenai neraca, serta pengelola BUMDes hanya menyajikan laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan internal BUMDes. Laporan keuangan yang dihasilkan belum

(16)

mencakup mengenai Laporan Perubahan Entitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

BUMDes Estu Mukti telah memenuhi akuntabilitasnya, namun dengan adanya penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dapat memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan keuangan yang lebih terstruktur dan fleksibel. Penerapan tersebut diharapkan dapat membantu BUMDes meningkatkan akuntabilitas kepada pemangku kepentingan.

Selain itu, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam memperoleh data, karena proses wawancara dan pengumpulan data dilakukan selama masa pandemi Covid- 19, sehingga harus sesuai dengan protokol kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait