• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Kepemimpinan Pendeta HKBP dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Misi Gereja (HKBP Pardamean)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Kepemimpinan Pendeta HKBP dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Misi Gereja (HKBP Pardamean)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

19 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini ada beberapa pandangan yang diuraikan oleh penulis terhadap tokoh tentang bagaimana pemahaman tentang teori kepemimpinan pendeta dan juga misi gereja yang dilakukan oleh pendeta, dengan pemaparan teori yang diamati oleh penulis, penulis ingin merujjuk kepemimpinan kepada pemimpin yang berpengaruh dan juga memiliki kharima dalam gereja dan mampu memberikan dampak bagi jemaat HKBP Pardamean baik dari segi spritualitas dan juga dari segi tindakan.

Kepemimpinan menurut Lord Monrgomery

Menurut Lord Montgomery, kepemimpinan adalah kecakapan untuk mengarahkan banyak orang kepada tujuan bersama dan tingkah laku yang diharapkan. Pendapat ini juga didukung oleh Oswald Sandwers dan John R. Mott yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan seorang pemimpin harus tahu jalan dan arah, selalu berjalan di depan serta menarik orang yang berjalan dibelakangnya.

Kepemimpinan adalah latihan pengaruh antar pribadi dalam suatu situasi lewat komunikasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, sebagaimana seperti dikatakan oleh R. Tannenbaum dan Odwey Tead.

Tetapi menurut Howard Hendriks, dalam suatu kepemimpinan, seseorang disebut pemimpin bukan karena posisi jabatannya melainkan karena prestasi dan penampilannya serta tindakan dari perilaku

(2)

20

yang diminta oleh kelompok untuk mencapai tujuan.1 kepemimpinan berarti sebagai titik pusat dari proses untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan, penggerak awal tata hubungan kerja setiap anggota yang berbeda peran untuk mencapai tujuan dengan memiliki program bersama2. Kepemimpinan juga dapat dikatakan sebagai persuasi dan juga inspirasi yaitu melakukan pemaksaan untuk mencapai tujuan.

Dalam kepemimpinan, pemimpin juga harus memiliki esensi yang dimana hal tersebut adalah dasar utama dari seorang pemimpin agar dapat mengarahkan anggota untuk memperoleh hasi dan juga tujuan yang lebih optimal, maka dari itu konsekuensi dari seorang pemimpin harus baik, beriman, berwawasan, jujur, tekun, setia, berpikir positif, ulet, disiplin, memiliki inisiatif, percaya diri dan pemimpin yang adalah pemimpin yang terlah teruji kesiapannya.

Sejarah Kepemimpinan dalam HKBP

Pada sejarahnya HKBP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861. Setelah HKBP melewati perjuangan dan juga perjalan yang begitu panjang, dan pada tanggal 22 Juni 1931 HKBP diakui oleh pemerintah seabgai sebuah organisasi gereja dan memilki badan hokum yang legal, kemudian di tahun tersebut HKBP telah mandiri dan tidak lagi dalam lingkup RMG3.HKBP dalam Organisasi gereja harus mempunyai Tata Gerej ayang dimana berlandasakan Firman Allah, Karena Tata gereja itu adalah suatu alat dalam mengatur, memberikan ketenangan dalam memelihara gereja dan dengan tata gereja tersebut gereja dibantu agar tetap berdiri diatas dasar yang satu yaiut Yesus Kristus4 Pada pengertiannya Misiologi yang dianaut dalam bahas Latin yaitu “mission” menganut arti pengutusan, missio sendiri adalan suatu bentuk Substansi yang memiliki pengertian dasar yaitu, membuang, mengutus, membiarkan, atau melepas pergi, lebih jauh tokoh Legrand dalam Endmund Woga mengatakan kata “miterre” yang dimana berasal dari kata Yunani “pempein” dan Aspotelin yang berarti mengutus kata “ Pempein” dan apostelein terdapat 206 kali dalam kitab suci perjanjian baru, Selanjutnya misiologi adalah bentuk lanjut dari kata mission, dimana secara estimologi istilah tersbut merujuk kepada kata disiplin ilmu pengetahuan atau Logos dimana hal tersebut menjadikan peristiwa atau tindakan pengutusan (misi) secara sebagai obyek penelitian , pada refleksi teologis,

1 J.A.U. Doloksaribu, Kumpulan Ceramah Kepemimpinan, Sekretariat Pembinaan HKBP, Kantor Pusat HKBP 1991, hlm.

17.

s

2 Bernard M. Bass, Handbook of Leadership Theory Research and Managerial Aplication, The Free Press, New York, hlm. 11-18.

3 B.A Simanjutak. Perkembangan Agama di Tanah Batak, Ketika Aku di Penjara. Grafina, ttp, hlm 50

4 Konfessi HKBP¸ Pearaja Tarutung, kantor pusat HKBP, 2000

(3)

21

misiologi tidak hanya ilmu yang mebahas tentang perutusan, akan tetapi lebih dari adalah toelogi pengutusan.

Dapat diperhatikan paradigma misi menurut pandangan darai David J.bosh, dimana terdapat beberapa pergeseran dan paradigm misi sendiri tidak terbentuk begitu saja melainkan dipengaruhi oleh konteks, paradigm misi tersebut dapat mempengaruhi gereja dalam melaksanakan tugas panggilan. Maka dari itu paradigm misi dapat dipahami sebagai nilai-nilai atau teknik-teknik yang dipahami bersama oleh anggota komunitas baik anggota gereja.5

Sistem organisasi dalam kepemimpinan HKBP

Ada lima bentuk pemerintahan gereja yang dikenal sampai sekarang yaitu: Episkopal, Sinodal, Papal, Presbyterial, Kongregasional. Bentuk-bentuk pemerintahan ini menunjukkan dan menentukan sistem kepemimpinan di gereja sesuai dengan bentuk pemerintahan yang dianut. Semua bentuk pemerintahan tersebut dibangun dalam konteks Eropa bukan konteks Timur secara khusus bukan “Habatahon” (Batak). Sementara gereja HKBP berawal dan berkembang dalam konteks Batak yang walaupun ajarannya berasal dari Eropa melalui Badan Penginjilan. Semua bentuk pemerintahan yang di atas di kenal di HKBP, sehingga belum jelas bentuk mana yang tertentu digunakan. Hal ini secara otomatis mempengaruhi pada sistem kepemimpinan atau siapakah yang menjadi pemimpin di HKBP.

Menurut J.R.Hutauruk bentuk organisasi HKBP yang ada sekarang merupakan perpaduan bentuk presbyterial, sinodal dan episkopal6. Namun hal ini masih perlu dicermati dengan melihat keadaan HKBP sebenarnya seperti yang kita kenal dari dulu hingga sekarang ini.

Kalau dilihat dari sistem pengaturan dan pengelolaan jemaat-jemaat lokal di mana jemaat setempat dipimpin oleh majelis jemaat, hal ini menunjukkan bahwa HKBP menganut sistem presbyterial. Kemudian HKBP menganut sistem sinodal nampak dari adanya peranan-peranan sinode baik dalam tingkat distrik maupun Sinode Agung. Sinode Agung merupakan rapat tertinggi di tubuh HKBP yang bertujuan menetapkan semua kebijakan dasar berkenaan dengan tri-tugas panggilan gereja. Semua unsur dan jabatan yang menjalankan kepemimpinan di HKBP harus tunduk kepada keputusan Sinode Agung. Selanjutnya unsur episkopal nampak dari kepemimpinan ephorus di mana dalam HKBP umum yaitu kesatuan segenap HKBP yang meliputi jemaat, ressort, distrik, lembaga-

5 Hans Kung “Paradigma Change in Theology: A Proposal for Disscusion”. Paradigm Change Theology, ed Hans Kung dan David

6 J.R. Hutauruk, Menata Rumah Allah: Kumpulan Tata Gereja, (Pearaja, Tarutung, Kantor Pusat HKBP:2001), hlm.148.

Referensi

Dokumen terkait