• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Tinjauan Etika Kristen terhadap Peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam Menangani Kasus Kekerasan Seksual pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Tinjauan Etika Kristen terhadap Peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam Menangani Kasus Kekerasan Seksual pada Anak"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pendahuluan

Tulisan ini berawal dari salah satu contoh kasus kekerasan seksual pada anak yang dilakukan oleh orang terdekat terjadi pada seorang anak perempuan berusia 16 tahun kelas dua SMA di Lewa, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menjadi korban pemerkosaan oleh ayah kandungnya sendiri ketika sang ayah pulang ke rumah dalam keadaan mabuk.1 Suatu hari sang korban mencoba untuk menceritakan hal tersebut kepada neneknya, namun tanggapan sang nenek malah menyuruh korban untuk tetap melayani ayahnya. Alasan neneknya mengatakan demikian karena ibu dari anak perempuan ini sudah 15 tahun menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia dan tidak ada bersama ayahnya.2

Pola pikir masyarakat Sumba masih terbelenggu dengan sistem budaya patriarki, yaitu sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki pada posisi pertama dan memiliki peran sebagai penguasa tunggal serta mendominasi dalam kehidupan masyarakat, sedangkan perempuan ditempatkan pada posisi kedua dan sedikit sekali mendapatkan hak dalam kehidupan bermasyarakat.3 Kondisi ini menyebabkan kaum perempuan di Sumba baik dewasa maupun anak-anak tidak memiliki daya untuk melakukan perlawanan ketika mendapatkan tindak kekerasan seksual. Berdasarkan data dari Polres Sumba Timur bagian Unit Perlindungan Perempuan dan Anak bahwa pada tahun 2018 sampai 2020 jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2018 terdapat 16 kasus, meningkat menjadi 24 kasus di tahun 2019 dan pada tahun 2020 terdapat 17 kasus kekerasan seksual terhadap anak.4 Kehidupan anak-anak di Sumba menjadi terancam akibat maraknya tindak kekerasan seksual yang menyasar anak-anak.

1 Hasil wawancara pra penelitian dengan Vicaris. Leny Dawi, selaku pelaksana kantor unit pelayanan WCC Pandulangu Angu 23 Mei 2022,20.28 WIB. 23 Mei 2022,20.28 WIB.

2 Hasil wawancara pra penelitian dengan Vicaris. Leny Dawi, selaku pelaksana kantor unit pelayanan WCC Pandulangu Angu 23 Mei 2022,20.28 WIB.23 Mei 2022,20.28 WIB

3 Ade Irma Sakina dan Dessy Hassanah Sita A, “Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia”, Share: Social Work Jurnal, Vol, 7, No. 1 (2017): 72, https://doi.org/1. 0.24198/share.v7i1.13820

4 Milia Dwiputri Manu, “Upaya Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Kepolisian Resor

Sumba Timur Dalam Menanggulangi Kekerasan Seksual Terhadap Anak” (Skripsi, Universitas Nusa Cendana, 2021), 49.

(2)

2

Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan seksual di Sumba terdiri atas dua yaitu faktor khusus dan faktor umum.5 Faktor khusus yang menyebabkan tindak kekerasan seksual ialah kelainan seksual yang diderita oleh pelaku. Sedangkan faktor umum penyebab kekerasan seksual di Sumba cukup banyak diantaranya, budaya patriarki, adanya kesempatan bagi pelaku untuk melakukan hal tersebut, adanya pengaruh kuat dari pornografi, lemahnya pengawasan orang tua dan dalam beberapa kasus yang ditangani oleh Komisi Perempuan Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) ialah faktor relasi kuasa.6 Faktor relasi kuasa ini terjadi karena pelaku berada dalam posisi superior dan korban berada pada posisi inferior.

Melihat kondisi Sumba secara keseluruhan yang mengalami berbagai isu kemanusiaan seperti Human Trafficking, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), kawin tangkap, pembunuhan, dan kekerasan seksual, GKS sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Sumba terpanggil untuk menyikapi fenomena tersebut. Melihat bahwa kondisi ini terjadi hampir di seluruh wilayah Sumba yaitu di empat Kabupaten maka pelayanan gereja terhadap isu-isu tersebut pun dilakukan secara menyeluruh. GKS memegang prinsip bahwa pelayanan gereja tidak sebatas soal pembinaan kerohanian jemaat saja, namun harus bersifat holistik yang menyentuh segala hal yang menjadi permasalahan dalam jemaat dan masyarakat dan juga pelayanan yang dilakukan harus kontekstual dan faktual berdasarkan isu yang sedang terjadi di wilayah pelayanannya.7

Sebagai sebuah bentuk jawaban atas panggilan pelayanannya di tengah kehidupan masyarakat Sumba yang sarat dengan isu kemanusiaan termasuk di dalamnya kekerasan seksual terhadap anak, GKS melalui salah satu perangkat kerjanya yaitu Komisi Perempuan membentuk satu unit pelayanan yang menangani kasus-kasus seputar kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk kekerasan seksual yaitu, Women

5 Hasil wawancara pra penelitian dengan Pdt. Fitria R. Sabati, selaku anggota komisi perempuan Sinode GKS, 6 Oktober 2022,20.28 WIB.

6 Hasil wawancara pra penelitian dengan Pdt. Fitria R. Sabati, selaku anggota komisi perempuan Sinode GKS, 6 Oktober 2022,20.28 WIB.

7 Hasil wawancara pra penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi,selaku sekretaris Sinode GKS sekaligus merupakan penanggung jawab komisi perempuan dan unit pelayanan WCC Pandulangu Angu, 1 Januari 2022, 14.59 WIB.

(3)

3

Crisis Center (selanjutnya disingkat WCC) Pandulangu Angu.8 Kehadiran WCC Pandulangu Angu sebagai rumah aman yang mewadahi dan mendampingi perempuan dan anak sebagai korban kekerasan seksual. Setiap korban kekerasan dan kekerasan seksual akan diberikan pendampingan dan pelayanan secara menyeluruh dengan memperhatikan berbagai aspek baik itu secara fisik, pastoral yang berkaitan dengan psikis korban, dan bahkan pendampingan secara hukum.9

Berdasarkan fenomena diatas, dalam upaya untuk menelisik peran WCC Pandulangu Angu, dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak, penulis menggunakan kajian teori Teo-etika Solidaritas Rebecca Todd Peters. Teo-etika solidaritas merupakan sebuah etika transformatif yang berakar pada prinsip-prinsip keberlanjutan dan keadilan sosial yang mengharuskan setiap individu dan kelompok dalam masyarakat untuk bekerja sama dalam mengusahakan perubahan pada sistem yang melanggengkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan.10 Agar dapat mengembangkan etika solidaritas bagi kelompok yang terpinggirkan dan rentan terhadap ketidakadilan, Teo-Etika solidaritas menawarkan cara dalam menghadapi persoalan ketidakadilan sosial melalui panggilan etis untuk menjalankan empat tugas etika yaitu metanoia, tanggung jawab untuk menghormati perbedaan, jaminan akuntabilitas, dan kesediaan bertindak atau melakukan aksi nyata.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penulisan ini adalah: pertama,

“Kekerasan Seksual pada Anak: Dampak dan Penanganannya” tahun 2015, oleh Ivo Noviana.11 Temuannya ialah anak korban kekerasan seksual mengalami dampak buruk baik secara fisik dan psikis, sehingga keluarga, masyarakat dan negara harus memberikan penanganan yang tepat. Kedua, “Perlindungan Hukum Anak Korban

8 Hasil wawancara pra penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi,selaku sekretaris Sinode GKS sekaligus merupakan penanggung jawab komisi perempuan dan unit pelayanan WCC Pandulangu Angu, 1 Januari 2022, 14.59 WIB.

9 Hasil wawancara pra penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi,selaku sekretaris Sinode GKS sekaligus

merupakan penanggung jawab komisi perempuan dan unit pelayanan WCC Pandulangu Angu, 1 Januari 2022, 14.59 WIB.

10 Rebecca Todd Peters, Solidarity Ethics: Transformationa Globalized World (Minneapolis: Fortress,

2014), 2-3.

11 Ivo Noviana, “Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya”, Sosio Invorma, Vol 1,

No. 1 (Januari – April 2015): 18-26.

(4)

4

Kekerasan Seksual” tahun 2021, Ahmad Jamaludin.12 Konteks penelitian ini yaitu mengenai hukum yang mengatur perlindungan bagi anak-anak belum cukup memadai dan perlu untuk dilakukan evaluasi. Tulisan yang secara khusus membahas mengenai kekerasan seksual pada anak di Pulau Sumba yaitu “Upaya Unit Perlindungan Perempuan Dan Anak (UPPA) Kepolisian Resor Sumba Timur Dalam Menanggulangi Kekerasan Seksual Terhadap Anak” tahun 2021, oleh Milia Dwiputri Manu.13 Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua upaya yang digunakan dalam menanggulangi kekerasan seksual pada anak di Sumba, yaitu upaya preventif dan upaya represif.

Tulisan-tulisan mengenai kekerasan seksual pada anak di Sumba masih sangat terbatas, sehingga perhatian terhadap anak-anak korban kekerasan seksual masih sangat minim diberikan oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat, keluarga maupun gereja. Oleh karena itu penulis memilih topik ini untuk ikut menyuarakan suara anak- anak di Sumba yang kehidupannya terancam akibat tindak kekerasan seksual.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya juga berbeda dengan pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Dalam tulisan ini penulis melakukan penelitian tentang Kajian Etika Kristen terhadap sejauh mana peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak? dan Bagaimana tinjauan etika Kristen terhadap tanggung jawab Komisi Perempuan Sinode GKS dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak dan menjelaskan secara kritis tinjauan etika Kristen terhadap tanggung jawab Komisi Perempuan Sinode GKS dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak.

Secara teoritis, penelitian ini menguraikan konsep pemikiran Rebecca Todd Peters yang dapat berguna bagi diskursus Teo-etika Solidaritas sebagai upaya

12 Ahmad Jamaludin, “Perlindungan Hukum Anak Korban Kekerasan Seksual”, JCIC: Jurnal CIC Lembaga Riset dan Konsultan Sosial, ISSN:2746-5160 (e), Vol 3, No. 2 (September 2021): 6-8, https://doi.org/10.51486/jbo.v3i2.68.

13 Manu, Upaya Unit, 51-54.

(5)

5

menangani persoalan kekerasan seksual pada anak, dalam mata kuliah Etika Kristen, Fakultas Teologi UKSW. Selanjutnya penelitian ini juga dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam kehadirannya sebagai salah satu wadah perlindungan bagi anak korban kekerasan seksual di Sumba.

Bagi gereja, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi GKS dalam pelayanannya agar semakin peka dan semakin meningkatkan pelayanannya terhadap masalah-masalah kemanusiaan di Sumba. Kemudian secara praktis penelitian ini dapat memberikan penyadaran terhadap masyarakat Sumba tentang darurat lingkungan aman bagi anak, sehingga masyarakat menjadi lebih peduli terhadap isu ini dan mulai memberikan perhatian yang besar guna melindungi anak-anak, sekaligus sebagai usaha menawarkan langkah pencegahan kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di Sumba.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang sifatnya deskriptif dengan melakukan analisis secara induktif.14 Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam pencegahan dan penanganan kasus kekerasan pada anak di Sumba, penggunaan pendekatan kualitatif ini akan membuat penulis lebih memahami penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi pustaka. Teknik Snowball sampling digunakan untuk menetapkan sample informan dalam tulisan ini sebagai berikut: Pdt. Marlin Lomi, S.Th selaku sekretaris Sinode GKS sekaligus merupakan penanggung jawab Komisi Perempuan dan unit pelayanan WCC Pandulangu Angu.

Infroman selanjutnya yaitu Vicaris. Leny Dawi selaku pelaksana kantor WCC Pandulangu Angu. Informan berikutnya yaitu Pdt. Fitri Rambu Sabatti, S.si.Teol selaku salah satu anggota Komisi Perempuan dan WCC Pandulangu Angu. Pada teknik pengumpulan data studi kasus, penulis akan melakukan tinjauan pustaka terhadap sumber-sumber tertulis seperti buku, dokumen dan bahan-bahan tertulis yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Sistematika penulisan penelitian ini diklasifikasikan dalam lima sub pembahasan yang diuraikan secara garis besar sebagai berikut: bagian pertama berisi pendahuluan

14 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif) (Bandung: Alfabeta,2017), 7.

(6)

6

yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode yang digunakan dalam proses penelitian ini dan sistematika penulisan. Bagian kedua, berisi landasan teori Teo-Etika solidaritas Rebecca Todd Peters. Bagian ketiga, berisi hasil penelitian hasil wawancara dengan informan yang mendeskripsikan tentang peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak.

Bagian keempat, berisi analisis hasil dari penelitian berdasarkan teori. Bagian kelima, berisikan penutup yang memuat kesimpulan.

Dasar Teori

Teo-Etika Solidaritas Rebecca Todd Peters

Berdasarkan fenomena sosial yang terjadi di Sumba, menunjukkan rentannya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dalam upaya untuk menelisik lebih jauh peranan Komisi Perempuan Sinode GKS dalam hal ini WCC Pandulangu Angu sebagai unit pelayanan yang menangani langsung kasus kekerasan seksual pada anak, penulis menggunakan Teo-Etika solidaritas Rebecca Todd Peters. Namun sebelum membahas lebih dalam Teo-Etika Solidaritas, perlu dikemukakan terlebih dahulu pendasaran terhadap Etika Kristen.

Etika merupakan bagian dari filsafat moral dan secara etimologis etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos. Kata Ethos dalam bahasa inggris dan memiliki arti costum atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia yang biasanya disebut dengan “karakter.”15 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Etika diartikan sebagai ”ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).”16 Etika disebut sebagai ilmu atau studi mengenai norma- norma yang mengatur tingkah laku manusia dan berisi kumpulan nilai-nilai yang berkaitan dengan akhlak, serta apa yang baik, benar dan tepat yang seharusnya dilakukan oleh individu dan kelompok dalam masyarakat.17 Oleh karena itu kehadiran

15 Agustinus W. Dewantara, Filsafat Moral Pergumulan Etis Kehidupan Manusia (Yogyakarta: Kanisius, 2017), 3.

16 “Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring,” Badan Pengambangan dan Pembinaan Bahasa, diakses 21 Januari 2023, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/etika.

17 Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua: Perkenalan Pertama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 5.

(7)

7

etika sebagai ilmu sangat penting untuk membantu keteraturan kehidupan individu dan kelompok dalam bermasyarakat.

Etika yang menjadi dasar utama dalam mengatur nilai dan moral kehidupan orang-orang Kristen disebut dengan Etika Kristen. Etika Kristen mengandung nilai moral yang bersumber dari Tuhan dan menjadi aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan setiap orang Kristen. Dasar dari aturan dan norma-norma yang mengatur kehidupan orang Kristen ialah Firman Allah. Dengan adanya Etika Kristen, maka penerapan hidup orang Kristen harus sesuai dengan ketetapan firman Allah dalam Alkitab. Pelaksanaan kehidupan yang sesuai dengan nilai moral Allah merupakan tanggapan umat Kristiani terhadap kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan manusia dari dosa.18

Ciri yang merepresentasikan Etika Kristen ialah kasih.19 Allah telah dahulu mengasihi manusia oleh sebab itu sebagaimana telah dijelaskan dalam Alkitab (Matius 22: 37-40) tentang hukum kasih, maka umat Kristiani juga memiliki kewajiban untuk mengasihi Allah dan sesama seperti halnya mengasihi diri sendiri. Titik pangkal Etika Kristen ada pada penyataan Allah di dalam Yesus Kristus.20 Oleh karena itu Etika Kristen memiliki tujuan agar menjadi serupa dengan Kristus, yang artinya pribadi Kristus menjadi suatu patokan orang Kristen menjalani kehidupannya. Yesus Kristus dalam masa pelayanannya yang tercatat dalam Injil-injil secara jelas memperlihatkan pribadi Yesus yang penuh dengan kasih, mementingkan kepentingan banyak orang (Matius 14:13-21), memperjuangkan ketidakadilan dalam sosial masyarakat, dan merangkul orang-orang yang termarginalkan (Lukas 10:25-37).

Salah satu tokoh etika yang menjadikan Yesus Kristus sebagai pribadi yang menunjukkan sikap solidaritas terhadap orang-orang terpingkirkan dan mengalami ketidakadilan sosial adalah Peters. Peters adalah seorang ahli etika sosial Kristen atau feminis etika pembebasan sebuah pemikiran yang berakar pada tradisi sosial kekristenan yang berfokus pada persoalan ketidakadilan sosial. Etika sosial Kristen adalah teologi publik yang terlibat dalam analisis sosial kritis dengan tujuan mengembangkan kriteria

18 Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis Dan Faktor-Faktor Di Dalamnya (Jakarta, Indonesia:

Gunung Mulia, 2006), 29.

19 Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 30.

20 Verkuyl, J.Etika Kristen: bagian umum (Jakarta: BPK GunungMulia, 2012), 17.

(8)

8

moral normative untuk membantu membentuk perilaku manusia dan kebijakan sosial.21 Etika solidaritas dikembangkan sebagai sebuah strategi untuk menavigasi perairan globalisasi neoliberal yang berbahaya secara moral. Tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi dan pasar telah mengatur dan menyusun aktivitas dasar keberadaan manusia.

Ekonomi, pasar, dan sistem sosial yang diciptakan manusia adalah struktur moral yang mencerminkan nilai-nilai tertentu yang mengungkapkan pemahaman tertentu tentang apa artinya menjadi manusia dan apa artinya menjalani kehidupan yang baik.

Hubungan solidaritas berakar pada saling mengakui martabat manusia yang dimiliki setiap orang dan yang dipahami orang Kristen sebagai cerminan dari Imago Dei.

Peters memberikan beberapa pendasaran dalam mengembangkan etika solidaritas.

Pertama, memahami lokasi sosial. Istilah "lokasi sosial" mengacu pada serangkaian keadaan pembentuk identitas, seperti ras, jenis kelamin, etnis, budaya, orientasi seksual, dan kelas yang memengaruhi dan memengaruhi pengalaman seseorang tentang dunia.

Lokasi sosial, pengalaman hidup, pendidikan, pelatihan, komitmen iman, dan pengaruh teologis semuanya bekerja sama untuk membentuk pandangan dunia orang, dan semua faktor ini secara signifikan membentuk pelaksanaan teologi dan etika di dunia kita.

Dalam usaha untuk meneliti persoalan sosial, salah satu aspek dalam teori sosial kritis dengan mempertanyakan bagaimana hak-hak istimewa ras, kelas, dan gender membentuk realitas sosial menjadi dasar penting dari etika sosial Kristen.22 Kedua, mengembangkan hubungan dengan orang-orang lintas garis perbedaan sangat penting untuk mempromosikan peningkatan kesadaran dan mempertahankan perubahan sosial jangka panjang. Pertemuan dengan pihak atau orang yang mengalami ketidakadilan sosial mengarah pada hubungan dalam membangun kemitraan jangka panjang menjadi aspek penting dari etika solidaritas, karena dengan begitu kita dapat mengubah cara pandang dalam memahami dunia. Apa yang dilakukan oleh orang Kristen yaitu memahami panggilan injil Yesus untuk mengasihi sesama mereka dengan cara baru.

Yesus tidak memberitahu orang-orang bahwa mereka harus menjadikan sesama mereka sebagai teman, tetapi nasihat-Nya adalah untuk mengakui kemanusiaan bersama yang mengikat orang bersama-sama dan untuk menegaskan bahwa semua orang layak

21 Peters, Solidarity Ethics, 1.

22 Peters, Solidarity Ethic, 13-14.

(9)

9

diperlakukan dengan cinta, kasih sayang, dan kesetaraan.23 Ketiga perubahan sosial jangka panjang yang berhasil membutuhkan penanganan akar struktural masalah sosial dan ketidakadilan. Etika solidaritas berfokus pada pekerjaan esensial keadilan sosial sebagai faktor penting dalam mengubah arah dunia kita menuju komunitas yang lebih adil dan damai.24

Etika solidaritas menawarkan cara dalam menghadapi persoalan ketidakadilan sosial melalui panggilan etis untuk menjalankan empat tugas etika yaitu metanoia, tanggung jawab untuk menghormati perbedaan, jaminan akuntabilitas, dan kesediaan bertindak atau melakukan aksi nyata. Dalam Perjanjian Baru metanoia sering diterjemahkan sebagai “pertobatan,” namun metanoia disini lebih dipahami sebagai transformasi menyeluruh (hati, pikiran, dan jiwa) yang tercermin dalam pemikiran dan perilaku. Konsep metanoia tidak hanya mengacu pada pengalaman transformasi spiritual, melainkan juga transformasi perilaku dan gaya hidup pribadi tersebut. Perubahan yang diwujudkan dalam perubahan cara berpikir dan bertindak. Pengalaman metanoia menawarkan kemungkinan bahwa kehidupan orang dapat diubah ketika mereka menemukan cara untuk mewujudkan keadilan dan solidaritas dalam profesi atau panggilan apa pun yang mereka pilih. Sifat metanoia yang transformatiflah yang melahirkan keinginan untuk bergerak menuju tatanan sosial yang lebih adil yang selaras dengan panggilan Tuhan.25

Kedua, tanggung jawab untuk menghargai perbedaan. Tujuan dari etika solidaritas adalah untuk mencapai jenis solidaritas yang mencerminkan penghormatan terhadap martabat manusia, kepedulian terhadap planet ini, dan pemahaman yang tulus tentang saling ketergantungan kita sebagai komunitas manusia dan bumi.26 Perbedaan itu unik dan penting bagi identitas kita dan bagi kemanusiaan kita bersama. Solidaritas menyiratkan rasa hormat terhadap perbedaan di tengah kerjasama dengan orang lain menuju tujuan bersama. Sebuah teori solidaritas yang mencerminkan apresiasi terhadap perbedaan yang menandai keberadaan manusia dapat menawarkan orang kesempatan untuk menciptakan kemitraan baru yang mengakui dan menghormati beragam perspektif,

23 Peters, Solidarity Ethic, 14-15.

24 Peters, Solidarity Ethic, 15.

25 Peters, Solidarity Ethics, 60.

26 Peters, Solidarity Ethics, 61.

(10)

10

karunia, dan bakat yang dibawa oleh orang yang berbeda untuk tugas analisis sosial, teori ekonomi, dan penciptaan struktur sosial baru yang menanggapi kebutuhan material dari berbagai komunitas orang di seluruh dunia. Jika kita dapat setuju untuk bergabung bersama dalam tujuan bersama untuk bekerja menggerakkan masyarakat ke model globalisasi yang lebih berkelanjutan dan adil, maka prinsip solidaritas dapat menawarkan landasan untuk mengatur upaya kita sebagai pelaku individu dan sebagai komunitas perubahan.27

Ketiga, solidaritas membutuhkan akuntabilitas. Beverly Harrison berargumen bahwa solidaritas membutuhkan akuntabilitas yang tulus, menggambarkannya sebagai pertanggungjawaban konkret kepada orang-orang yang tertindas.28 Jika solidaritas benar-benar mencerminkan akuntabilitas, solidaritas harus bergerak melampaui ekspresi dukungan dan menjadi kemitraan sejati dengan orang lain. Solidaritas menyiratkan hubungan yang melampaui sekedar pertemuan pikiran atau kesepakatan tentang ide-ide filosofi satau bahkan teologis. Belajar bagaimana hidup dalam solidaritas dengan sesama adalah ekspresi dari panggilan Kristen untuk “mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri” (Matius 12:31). Solidaritas yang menyerukan kesetiaan, kasih sayang, dan persahabatan, ikatan yang berakar pada cinta agape dari tradisi Kristen.29

Keempat, etika solidaritas adalah etika tindakan dan bukan sekedar sikap terhadap orang lain. Sesuai prinsip etika solidaritas bahwa tindak nyata menjadi ciri dalam proses transformasi, maka hal ini mengharuskan individu dan kelompok untuk terlibat dengan kelompok yang tertindas dan termarginalkan dalam upaya mewujudkan kehidupan yang adil dalam sosial masyarakat. Selain itu keterlibatan individu dan kelompok harus menyeluruh yaitu, dengan terlibat dalam transformasi gaya hidup mereka sendiri dan bahkan mereka berpartisipasi dalam mengubah sistem dan struktur dunia yang menciptakan ketidakadilan. Etika solidaritas menuntut orang untuk terlibat dalam bekerja menuju perubahan struktural dalam masyarakat.30

27 Peters, Solidarity Ethics, 62.

28 Peters, Solidarity Ethics, 63.

29 Peters, Solidarity Ethics, 63.

30 Peters, Solidarity Ethics, 62-66.

(11)

11 Hasil Penelitian

Tindak Kekerasan Seksual pada Anak di Sumba

Pdt. Marlin Lomi selaku ketua sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) memberikan pernyataan bahwa tindak kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Sumba seperti fenomena gunung es, yang terlihat dipuncak tak sebanyak jika dibandingkan dengan yang tak kelihatan di dasar.31 Jumlah kasus kekerasan seksual pada anak di Sumba mengalami peningkatan yang sangat signifikan, bahkan cenderung kasus-kasus tersebut ditutup dan tidak diproses secara hukum dengan alasan menempuh jalur keluarga.32 Melihat realita ini, sesuai dengan data yang sudah diketahui oleh publik bahwa Sumba terkhususnya Sumba Timur telah dikategorikan sebagai kabupaten darurat kekerasan seksual. Pada tahun 2022 Sumba Timur menangani 64 kekerasan perempuan dan anak, 35 kasus diantaranya adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua kandung atau saudara kandung yang disebut incest.33 Melihat fenomena ini GKS melalui Komisi Perempuan mulai memberikan perhatian pada masalah ini dan mengambil tindakan melalui program-program yang bertujuan untuk menanggulangi tindak kekerasan seksual pada anak di Sumba.

Sebagai suatu lembaga gerejawi yang saat ini memiliki cakupan wilayah pelayanan yang cukup luas sekaligus sebagai sebuah organisasi gerejawi yang terstruktur, GKS memiliki perangkat kerja yang bertugas untuk menjalankan roda organisasi dan melakukan pelayanan kepada jemaat dan masyarakat secara menyeluruh.

Salah satu perangkat kerja Sinode GKS adalah komisi-komisi yang bertanggung jawab menjadi wadah pelayanan yang dilaksanakan secara kategorial. Terdapat empat Komisi yaitu, Komisi Anak dan Remaja, Komisi Pemuda, Komisi Bapak, dan Komisi Perempuan.34 Adapun kehadiran setiap komisi bagi masing-masing kategorialnya adalah untuk turut serta dalam perwujudan Visi dan Misi GKS, sehingga setiap komisi dapat memberikan pembinaan dan pemberdayaan bagi anggota kategorialnya. Adapun Visi

31 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

32 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

33 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

34 GBKU-GKS periode 2022-2026, hlm 32.

(12)

12

dan Misi GKS yang hendak diwujudkan oleh Komisi Perempuan yaitu: Visi yang dihadirkan oleh GKS yaitu, Sumba yang damai sejahtera, adil dan bermartabat, serta terpeliharanya keutuhan ciptaan. Dalam mengupayakan terwujudnya visi, GKS membina, memperlengkapi, dan memberdayakan pelayanan dan warganya sebagai Tubuh Kristus agar mampu mewujudkan Sumba yang sejahtera, adil, bermartabat, hidup sehati sepikir, recilien, dan memelihara keutuhan ciptaan Tuhan.35

Komisi Perempuan Sinode GKS

Salah satu komisi yang menjalankan program-program sinode bagi kelompok kategorial perempuan di seluruh jemaat GKS adalah Komisi Perempuan. Sejak awal pembentukan dan penetapannya sebagai Komisi Perempuan pada sidang sinode di tahun 1994, konteks pelayanan komisi ini masih sebatas pada pembinaan kerohanian dan penguatan keterampilan-keterampilan. Pembinaan kerohanian yang dilakukan bertujuan agar kelompok-kelompok perempuan GKS diperkuat secara spiritual dan juga mampu terlibat dalam setiap kegiatan atau pelayanan dalam gereja. Sedangkan penguatan keterampilan-keterampilan dilakukan agar kelompok-kelompok perempuan GKS memiliki keterampilan baru yang diharapkan mampu berdaya secara ekonomi.36 Struktur pengurus Komisi Perempuan Sinode GKS periode 2022-2026 terdiri dari, Ketua Pdt.

Navsari Marumata, Wakil Ketua Pdt Mardiani Loni Radja, Sekretaris Pdt. Fitria Rambu Sabatti dan Bendahara Pdt. Sovia Olindima.37 Melihat dinamika pelayanan yang terjadi dan realitas Sumba yang dipenuhi dengan berbagai persoalan isu-isu kemanusiaan termasuk kekerasan seksual, Komisi Perempuan memutuskan untuk menjadikan hal ini sebagai konteks pelayanannya. Sehingga pada tahun 2014 secara resmi komisi perempuan membentuk sebuah unit pelayanan yang disebut Women Crisis Center (WCC) Pandulangu Angu, yang berfokus terhadap setiap persoalan isu-isu kemanusiaan termasuk persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang marak terjadi di lingkungan GKS dan Sumba secara umum.38

35 GBKU-GKS periode 2022-2026, hlm 25.

36 Hasil wawancara penelitian dengan Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00 WITA.

37 Hasil wawancara penelitian Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS, 6

Maret 2023, 14.30 WITA.

38 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

(13)

13 Women Crisis Center Pandulangu Angu

WCC Pandulangu Angu merupakan unit pelayanan yang dibentuk oleh Komisi Perempuan untuk secara khusus menangani kasus kekerasan yang terjadi di Sumba. Kata Pandulangu Angu berasal dari bahasa Sumba Timur yang artinya “menolong sesama”,39 sehingga kehadiran WCC Pandulangu Angu di tengah jemaat dan masyarakat Sumba adalah untuk menolong sesama, terkhususnya perempuan dan anak korban kekerasan dan kekerasan seksual. 40 Latar belakang terbentuknya WCC Pandulangu Angu dikarenakan kasus kekerasan seksual masih sangat marak terjadi di Sumba. Pada tahun 2022, WCC Pandulangu Angu telah menangani sebanyak 15 kasus kekerasan seksual pada anak. Dalam menyikapi kasus tersebut, maka WCC merancang program untuk menanggulangi persoalan kekerasan dan kekerasan seksual di Sumba.

Program yang dihadirkan oleh WCC Pandulangu Angu sebagai bagian dari Komisi Perempuan dalam upaya pencegahan dan penanganan tindak kekerasan seksual meliputi, tindakan preventif/pencegahan, penanganan dan pasca penanganan. Berikut adalah beberapa uraian lebih lanjut dari program-program yang dihadirkan oleh WCC Pandulangu Angu:

 Preventif/pencegahan

Tindakan preventif adalah langkah awal dalam upaya pencegahan terhadap tindak kekerasan seksual yang dilakukan di klasis-klasis seluruh GKS dan sekolah- sekolah dalam bentuk sosialisasi. Adapun sosialisasi yang dilakukan oleh WCC Pandulangu Angu dalam penyampaian materi tentang keberhargaan sebagai perempuan dan anak, pengertian kekerasan seksual atau kekerasan secara umum, jenis-jenis kekerasan seksual, sosialisasi mengenai hukum dan undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) dan kampanye offline dan online tentang stop kekerasan dan kekerasan seksual, serta pembinaan pelatihan keterampilan jemaat-jemaat di klasis agar seluruh warga jemaat GKS khususnya perempuan diberdayakan secara ekonomi.41

39 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

40 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

41 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

(14)

14

 Penanganan

Pada program ini WCC Pandulangu Angu sebagai unit yang secara khusus dihadirkan untuk menjadi wadah bagi para korban akan mengambil peran paling besar ketika melakukan penanganan. Beberapa prosedur dalam upaya penanganan terhadap korban kasus kekerasan seksual sebagai yaitu, hal pertama dalam prosedur penanganan ialah menerima laporan kasus kekerasan seksual, selanjutnya WCC Pandulangu Angu akan langsung mengamankan korban dengan membawa korban ke rumah aman atau Shelter. Setelah korban berada di lingkungan yang aman, selanjutnya korban akan didampingi ke rumah sakit untuk kebutuhan visum dalam proses hukum yang akan berlangsung sekaligus mendampingi korban secara hukum dalam proses pengadilan, serta WCC Pandulangu Angu bersama mitra yang lainnya akan melakukan pendampingan secara psikologis pada korban yang mengalami traumatik.42

 Pasca penanganan

Dalam tahap ini pendampingan terhadap korban terus berlanjut dengan melakukan melakukan pendampingan pasca trauma melalui pendampingan konseling dan memberikan pemahaman kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar menyediakan lingkungan yang aman bagi korban.43

Dalam menangani kasus kekerasan seksual pada anak di Sumba sejak tahun 2014 sampai saat ini, Komisi Perempuan masih berfokus secara penuh pada korban. Sehingga belum ada pelayanan atau pendampingan yang diberikan kepada pelaku. Komisi Perempuan belum memiliki informasi yang akurat mengenai perubahan pola pikir maupun perilaku pelaku. Namun yang jelas ketika dalam proses hukum, pelaku mulai menyadari konsekuensi dari perbuatannya dan mulai semakin berpikir untuk tidak lagi melakukan hal yang demikian kedepannya karena menyadari bahwa ada konsekuensi yang akan diterimanya. Ketika para pelaku mendapatkan sanksi baik secara hukum maupun sosial diharapkan mendapatkan efek jera yang membuat pelaku bisa lebih menghargai manusia lain dan kedepannya tidak lagi melakukan tindakan pelecahan dan

42 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

43 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

(15)

15

kekerasan seksual kepada perempuan ataupun anak-anak. 44 Pelaku yang telah menyelesaikan proses peradilannya dan kembali ke kehidupan masyarakat dan kehidupan bergereja akan dipantau oleh pendeta jemaat bukan Komisi Perempuan secara langsung. Beberapa informasi dari beberapa pendeta jemaat yang anggota jemaatnya adalah pelaku kekerasan seksual pada anak melihat bahwa beberapa telah kembali aktif dalam beberapa kegiatan gereja seperti dalam Komisi Bapak gereja dan menyanyi di gereja.45 Melalui informasi itu Komisi Perempuan dapat menyimpulkan bahwa untuk hal-hal demikian bisa dianggap sebagai perubahan dan aksi nyata yang dilakukan oleh para pelaku yang telah kembali ke masyarakat dan gereja.

Dari beberapa uraian tanggung jawab yang dijalankan WCC Pandulangu Angu, mengundang beberapa respon jemaat dan masyarakat Sumba pada umumnya. Dampak yang dihasilkan setelah program dijalankan cukup baik untuk jemaat GKS secara khusus, masyarakat Sumba secara umum dan juga korban. Dampak bagi jemaat dan masyarakat dari sosialisasi yang diterima ialah bertambahnya pemahaman dan semakin meningkatnya kepekaan jemaat dan masyarakat terkait tindak kekerasan seksual terkhususnya pada anak yang sering terjadi di Sumba.46 Bagi korban mereka menjadi lebih berani untuk angkat bicara terkait hal yang menimpa mereka dan melapor kepada pihak yang berwajib. Oleh karena pemahaman masyarakat yang semakin baik, ketika ada kasus yang terjadi mereka berani melapor dan begitu juga dengan korban, ketika mengalami tindak kekerasan seksual dan menyadari bahwa ada undang-undang TPKS.

Realitas ini menunjukkan bahwa angka kasus kekerasan seksual terhadap anak di Sumba meningkat sebanyak 60 persen.47

Terlepas dari berbagai keberhasilan yang telah dicapai oleh WCC Pandulangu Angu dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak, terdapat beberapa tantangan yang dijumpai dalam proses pelayanannya. Beberapa alasan mengemukakan

44 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

45 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

46 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

47 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

(16)

16

kurang maksimalnya pelayanan terhadap korban dipengaruhi oleh beberapa fakor, seperti pembiyaan, terbatasnya jumlah pengurus WCC Pandulangu Angu dan masyarakat masih melihat WCC Pandulangu Angu sebagai sinode dan bukan lembaga pendampingan yang disediakan oleh gereja.48 Dari beberapa persoalan tersebut strategi yang dilakukan oleh WCC Pandulangu Angu dalam upaya untuk memaksimalkan pelayanan adalah dengan mengusahakan kemandirian WCC Pandulangu Angu sebagai lembaga. Jika sudah mandiri dan memiliki Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) maka hal-hal yang berkaitan dengan penanganan kasus bisa diatur dengan lebih baik lagi, seperti memiliki rumah aman atau shelter, menghadirkan tenaga psikolog dan pakar hukum profesional bisa lebih mudah dilakukan.49

Dalam upaya melakukan pelayanan yang holistik di seluruh wilayah pelayanan GKS yang meliputi empat kabupaten sekaligus, WCC Pandulangu Angu menggunakan strategi jaringan kerja melalui para legal atau kepala-kepala perwakilan GKS yang telah ditentukan di empat wilayah kabupaten. Kepala-kepala perwakilan di setiap wilayah akan menjadi orang pertama yang membantu proses penanganan kasus dan juga pelaporan kepada Komisi Perempuan di Waingapu sebagai pusat. WCC Pandulangu Angu juga membangun mitra kerja bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan, Dinas sosial, Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi (PERWATI), Lembaga Perlindungan Anak (LPA), Solidaritas Perempuan dan Anak (SOPAN), (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Rumah sakit, dan Kepolisian. Semua mitra yang dibangun memiliki Momerandum Of Understanding (MOU), sehingga ketika ada kasus kekerasan yang ditangani WCC Pandulangu Angu, maka kerja sama dapat dilakukan dengan baik.50

Setelah semua program dan pelayanan dijalankan maka akan ada evaluasi yang dilakukan oleh Komisi Perempuan. Evaluasi dapat dilakukan secara formal atau resmi pada rapat pimpinan Komisi Perempuan se-GKS yang dalam pelaksanaannya berlangsung selama tiga hari. Selanjutnya rapim mendatang akan berlangsung di Sumba

48 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

49 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

50 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

(17)

17

Barat Daya selama tiga hari. Dalam pertemuan itu akan dilaksanakan evaluasi dan pembahasan perencanaan program Komisi Perempuan. Proses evaluasi lainnya juga biasanya dilakukan sharing membahas program yang dijalankan dan seperti apa progres dari setiap program ketika melakukan kunjungan-kunjugan ke jemaat dan klasis-klasis.51 Adapun indikator yang dipakai untuk proses evaluasi program-program yaitu ketika program-program Komisi Perempuan yang diusulkan oleh sinode kepada jemaat dilaksanakan oleh Komisi Perempuan jemaat. Selanjutnya untuk program-program yang menyasar masyarakat luas sejauh ini belum ada indikator pasti yang dipakai untuk Komisi Perempuan dalam proses evaluasi. Namun dengan melihat bahwa saat ini banyak orang mulai tercerahkan tentang kesetaraan gender, kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan ketika banyak pihak yang sudah mulai resah saat melihat tindak kekerasan seksual terjadi di lingkungan sekitar mereka, juga dilihat sebagai indikator untuk melakukan evaluasi.52

Landasan Etis Kristiani dalam Peran Komisi Perempuan Sinode GKS

Dalam menjalankan perannya, Komisi Perempuan tentunya memiliki nilai-nilai yang menjadi prinsip dasar dan dikedepankan dalam menjalankan tanggung jawabnya di antaranya, nilai kasih, keadilan, kepercayaan dan persahabatan serta rasa keberpihakan pada korban.53 Untuk menjalankan dan mempertahankan nilai-nilai tersebut dalam pelayanannya, Komisi Perempuan perlu secara terus menerus membangun kesadaran diri, memperlengkapi diri dan melakukan penerimaan terhadap diri sendiri.54 Adanya kerinduan untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan anak- anak di Sumba juga menjadi api yang menggerakkan Komisi Perempuan untuk setiap menjalankan dan mempertahankan nilai-nilai tersebut dalam menjalankan

51 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

52 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

53 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

54 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

(18)

18

pelayanannya.55 Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS juga menambahkan, bahwa butuh keberanian untuk tetap bisa menjalankan dan mempertahankan pelayanan ini, karena kebanyakan orang ketika berhadapan dengan sesuatu hal yang salah takut dengan resiko yang ada.56

Selain nilai-nilai umum yang menjadi prinsip dasar, Komisi Perempuan juga memiliki landasan etis kristiani yang juga menjadi dasar pelayanan bagi korban kekerasan dan kekerasan seksual yaitu, hukum Kasih (Matius 22: 37-40) dan Imago Dei (gambar dan rupa Allah).57 Sama seperti Kristus mengasihi kita, Dia pun ingin kita saling mengasihi sebagai sesama manusia terutama memberikan perhatian dan pelayanan kepada para korban sebagai bentuk kasih itu. Komisi Perempuan berprinsip bahwa dalam diri semua orang ada gambar Allah yang harus dihormati, dikasihi dan harus diselamatkan ketika mereka ada dalam situasi terancam, karena gambar Allah yang ada pada kita juga ada pada diri setiap korban.58

Prioritas program dan pelayanan yang dihadirkan dan dilakukan oleh Komisi Perempuan dan WCC Panduangu Angu ialah warga jemaat GKS. Namun tidak berarti bahwa ruang pelayanan bagi masyarakat umum tidak terbuka. Dengan adanya kemitraan dengan instansi pemerintahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lainnya maka beberapa sosialisasi juga dilakukan bersama dan menjangkau masyarkat umum seperti kampanye dan sosialisasi ke sekolah-sekolah, bahkan jika ada masyarakat umum yang melapor sebagai korban, maka Komisi Perempuan akan memberikan pelayanan yang maksimal.59

Pelayanan yang dilakukan Komisi Perempuan dan WCC Pandulangu Angu dalam rangka menangani kasus kekerasan dan kekerasan seksual yang marak terjadi di Sumba bukan suatu perkara yang mudah, sehingga Pdt. Marlin Lomi selaku ketua

55 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

56 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

57 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

58 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

59 Hasil wawancara penelitian dengan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, selaku eksekutor WCC

Pandulangu Angu, 1 Maret 2023, 10.30 WITA.

(19)

19

Sinode GKS menyatakan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh Komisi Perempuan baik kepada para perempuan ataupun anak-anak ini berdasarkan panggilan iman, sehingga semua upaya yang dilakukan juga sepenuhnya lahir dari kesadaran untuk menciptakan tatanan kehidupan yang baik bagi warga jemaat GKS dan masyarakat Sumba secara umum.60 Pelayanan ini benar-benar atas dasar pemberian hati, pemberian jiwa dan ketidakrelaan akan Imago Dei yang ada dalam diri sesama manusia seolah-olah terabaikan hanya karena adanya kasus tersebut. Orang-orang yang ada dalam Komisi Perempuan termasuk WCC Pandulangu Angu semuanya adalah relawan yang bersedia hati untuk melayani para korban. Berdasar pada landasan etis kristiani yang menjadi dasar Komisi Perempuan dalam melakukan pelayanan, maka semua program, pelayanan bahkan pendampingan yang dilakukan kepada korban kekerasan seksual dilakukan dengan kesadaran yang penuh bahwa kasih Allah harus dirasakan oleh semua orang terlebih lagi semua orang adalah gambar dan rupa Allah.61

60 Hasil wawancara penelitian dengan Pdt. Marlin Lomi, selaku ketua sinode GKS, 8 Maret 2023, 10.00

WITA.

61 Hasil wawancara penelitian Pdt. Fitria Rambu Sabatti, selaku Sekretaris Komisi Perempuan sinode GKS,

6 Maret 2023, 14.30 WITA.

(20)

20 Analisis dan Pembahasan

Tinjauan Etika Kristen terhadap Peran Komisi Perempuan Sinode GKS dalam Menangani Kasus Kekerasan Seksual pada Anak

Berdasarkan hasil penelitian penulis ditemukan bahwa kekerasan seksual terhadap anak di Sumba masih terus terjadi dan mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sangat sedikit kasus yang dilaporkan kepada pihak yang berwajib sementara sisanya tidak dilaporkan dan terbungkam begitu saja. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan seksual terhadap anak di Sumba di antaranya yaitu, adanya kelainan seksual yang diderita oleh pelaku, pengaruh pornografi, lemahnya pengawasan orang tua dan faktor relasi kuasa antara korban dan pelaku serta budaya patriarki yang masih terpelihara dalam kehidupan masyarakat Sumba.

Fenomena ini pada akhirnya memberi alarm bagi Gereja Kristen Sumba (GKS) selaku gereja yang menghidupkan nilai-nilai Kristen dan terpanggil sebagai gereja yang sosial untuk ikut andil dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak di Sumba. GKS menyadari bahwa perlu adanya suatu wadah yang secara khusus menangani masalah-masalah kekerasan yang terjadi di lingkungan gereja secara khusus dan masyarakat secara umum. Oleh karena itu melalui Komisi Perempuan sebagai salah satu perangkat kerja sinode menghadirkan Women Crisis Center (WCC) Pandulangu Angu sebagai representasi GKS untuk menanggapi fenomena sosial ini.

Selain itu kehadiran WCC Pandulangu Angu merupakan bagian dari perwujudan visi misi GKS yang menekankan tentang damai sejahtera, adil dan bermartabat dan terpeliharanya keutuhan ciptaan. Dengan memperhatikan kompleksitas isu-isu sosial yang terjadi di Sumba, unit pelayanan WCC Pandulangu Angu hadir sebagai wadah yang secara khusus berfokus memberikan pelayanan terhadap korban kekerasan dan kekerasan seksual. WCC Pandulangu Angu sebagai representasi gereja ditengah-tengah jemaat dan masyarakat Sumba dalam melakukan pelayanannya tetap mengedepankan kasih sebagai landasan nilai kristiani dengan menjadikan Yesus Kristus sebagai penggerak dalam perwujudan kasih, melalui sikap yang ditunjukkan terhadap orang- orang yang terpinggirkan yang mengalami ketidakadilan sosial.

WCC Pandulangu Angu dalam menjalankan pelayanannya mengedepankan nilai-nilai dan sikap solidaritas Kekristenan dengan mengacu pada Yesus sebagai pribadi

(21)

21

yang bersolider terhadap fenomena ketidakadilan sosial di tengah masyarakat dengan berlandaskan pada nilai kasih dan Imago Dei. WCC Pandulangu Angu melakukan dengan menjalankan panggilan etis. Pertama, metanoia yang diartikan sebagai sebuah transformasi menyeluruh dari hati, pikiran dan jiwa yang tercermin dalam perilaku. Dari penuturan Vicaris. Leny Purnawati R. Dawi, setelah melakukan pendampingan terhadap korban, keadaan psikis korban menjadi jauh lebih baik dan stabil dibandingkan saat pertama kali dibawa ke rumah aman atau shelter. Kemudian korban mengalami transformasi diri terlihat dari adanya perubahan sikap dan perilaku untuk terbuka dan berani menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan tindak kekerasan seksual yang dialaminya. Setelah semua proses pendampingan selesai dilakukan, korban juga sudah mampu untuk kembali berbaur dengan lingkungannya dan melakukan aktivitas seperti sedia kala. Dengan melihat perubahan baik dari hati, pikiran dan jiwa yang dialami oleh korban setelah proses pendampingan, maka hal tersebut pun menjadi bagian dari indikator keberhasilan Komisi Perempuan dan WCC Pandulangu Angu dalam pelayanannya.

Kedua, tanggung jawab menghargai perbedaan. WCC Pandulangu Angu sebagai representasi GKS dalam menjawab persoalan isu-isu sosial yang berikatan dengan kekerasan dan kekerasan seksual, melakukan pelayanan tidak terbatas bagi warga jemaat GKS saja namun juga secara menyeluruh memperhatikan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat Sumba secara keseluruhan. Warga jemaat GKS tentu menjadi prioritas dalam melakukan pelayaan ini, namun karena masalah-masalah yang ditangani adalah masalah kemanusiaan, maka ketika ada kasus pelaporan yang bukan merupakan warga GKS sekalipun akan tetap dilayani dengan maksimal tanpa membeda-bedakan agama, ras dan status sosial. Soldaritas yang ditunjukkan WCC Pandulangu Angu dalam rangka menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan ditunjukkan melalui kerja sama dengan memperluas jaringan kerja dan pelayanannya melalui mitra dengan instansi- instansi pemerintah di empat kabupaten di Pulau Sumba dan LSM.

Ketiga, solidaritas membutuhkan akuntabilitas. WCC Pandulangu Angu dalam menjalankan pelayananya mendasarkan pada solidaritas dalam menyuarakan kasih, keadilan, kepercayaan dan persahabatan serta rasa keberpihakan pada korban. Hal ini yang menjadi nilai-nilai yang dikedepankan oleh WCC Pandulangu Angu yaitu belajar

(22)

22

bagaimana hidup solidaritas dengan sesama adalah ekspresi dari panggilan iman Kristen untuk menghidupi hukum kasih (Matius 22:37 – 40). Sebagai suatu unit pelayanan yang berada di bawah lembaga gereja resmi, maka setiap program dan pelayanan yang dihadirkan dan dilakukan oleh WCC Pandulangu Angu dalam rangka menangani kasus kekerasan dan kekerasan seksual membutuhkan pertanggung jawaban yang jelas. Hal ini tentunya berkaitan dengan kepentingan progres pelayanan WCC Pandulangu Angu.

Oleh karena itu sebagai bentuk akuntabilitas setiap program dan kegiatan yang dihadirkan maka dalam rapat pimpinan Komisi Perempuan selalu dilakukan evalusi dari setiap program yang telah dijalankan. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat dan mengukur keberhasilan setiap program yang telah dihadirkan dan terus memberikan inovasi yang baru untuk rancangan program selanjutnya.

Keempat, aksi atau tindakan nyata. Kehadiran WCC Pandulangu Angu sebagai unit pelayanan yang fokus menangani kasus kekerasan dan kekerasan seksual di Sumba menjadi bagian dari aksi nyata yang ditunjukkan oleh GKS melalui Komisi Perempuan dalam rangka menjawab fenomena sosial terkait kekerasan seksual pada anak yang marak terjadi di Sumba. Sejak pembentukannya pada tahun 2014 sampai dengan saat ini, WCC Pandulangu Angu sangat aktif melakukan pelayanan baik pada tataran preventif atau pencegahan maupun penanganan dan pasca penanangan setiap kasus yang ada.

Untuk melakukan pelayanan secara holistik di seluruh pulau Sumba, WCC Pandulangu Angu juga menggunakan strategi jaringan kerja melalui para legal atau kepala-kepala perwakilan GKS yang telah ditentukan di empat wilayah kabupaten. Kepala-kepala perwakilan di setiap wilayah akan menjadi orang pertama yang membantu proses penanganan kasus dan juga pelaporan kepada komisi perempuan di Waingapu sebagai pusat. Dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada korban pun akan jauh lebih maksimal.

(23)

23 Kesimpulan

Kasus kekerasan seksual pada anak sampai saat ini masih sangat marak terjadi di Sumba. Keadaan ini membuat Sumba saat ini berada dalam situasi yang kritis bahkan Sumba terkhususnya Sumba Timur telah dikategorikan sebagai kabupaten darurat kekerasan seksual pada anak. Hal ini tentu semakin mengancam kehidupan dan masa depan anak-anak di Sumba, karena kejahatan kekerasan seksual selalu mengintai mereka.

Maka melalui salah satu perangkat kerjanya yaitu Komisi Perempuan membentuk suatu unit pelayanan yaitu Women Crisis Center (WCC) Pandulangu Angu yang secara khusus menangani kasus-kasus dari isu kemanusiaan termasuk kasus kekerasan seksual pada anak. Dalam upaya menangani kasus kekerasan seksual pada anak, Komisi Perempuan mengadirkan beberapa program yaitu diantaranya, tindakan preventif/pencegahan yang direalisasikan dalan bentuk sosialisasi di klasis-klasis dan di sekolah-sekolah, serta pembinaan kepada warga gereja agar mampu berdaya secara ekonomi. Selanjutnya program untuk tindakan penanganan yang dilakukan oleh WCC Pandulangu Angu, dengan melakukan pendampingan secara fisik, psikis dan juga hukum kepada korban.

Lalu program terakhir ialah pasca penanganan, WCC Pandulangu Angu bersama mitranya melakukan pendampingan lanjutan kepada korban dan memastikan korban kembali ke lingkungannya seperti sedia kala.

Komisi Perempuan bersama WCC Pandulangu Angu dalam pelayanannya menunjukkan peran gereja yang bersolider kepada orang-orang yang mengalami ketidakadilan dalam masyarakat. Dengan berdasar pada Yesus Kristus yang bersolider pada orang-orang terpinggirkan, menjadi landasan Komisi Perempuan bersama WCC Pandulangu Angu dalam melayani korban-korban kekerasan termasuk anak korban kekerasan seksual. Empat tugas etis dalam Teo-Etika Solidaritas Rebecca Todd Peters yaitu metanoia, tanggung jawab menghargai perbedaan, akuntabilitas dan aksi nyata ditunjukkan Komisi Perempuan melalui program dan realisasi program yang dijalankan oleh WCC Pandulangu Angu. Dengan satu langkah yang telah dimulai oleh Komisi Perempuan bisa memberi penyadaran kepada warga GKS dan masyarakat Sumba agar bersama-sama mengusahakan kehidupan yang bebas dari kekerasan dan kekerasan seksual bagi anak serta terciptanya keadilan dan kedamaian sebagai tujuan hidup bersama.

(24)

24

DAFTAR PUSTAKA Buku

Anggito, Albi, dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak. 2018.

Brown, Paris Goodyear. Child Sexual Abuse: Identification, Assessment, and Treatment.

Canada: John Wiley & Sons, Inc. 2012.

Brownlee. Pengambilan Keputusan Etis Dan Faktor-Faktor Di Dalamnya. . Jakarta:

Gunung Mulia. 2006.

Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta. 2020.

Higgins, Gregory C. Dilema Moral Zaman Ini: Di Pihak Manakah Anda?. Yogyakarta:

Kanisius. 2006.

Kasuma, Iva., dkk. Melawan Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2020.

Manu, Milia Dwiputri. Upaya Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Kepolisian Resor Sumba Timur Dalam Menanggulangi Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Kupang: Universitas Nusa Cendana. 2021.

Organization, World Health. Guidelines for Medico – Legal Care for Victims of Sexual Violence. Genewa: WHO. 2003.

Pahleviannur, Muhammad Rizal, dkk. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukoharjo: CV Pradina Pustaka. 2022.

(25)

25

Peters, Rebecca Todd. Solidarity Ethics: Transformation a Globalized World.

Minneapolis: Fortress. 2014.

Peters, Rebecca Todd, dan Geace Y. Kao. Encauntering the Sacred: Feminist Reflections on Women’s lives. London: T&T Clark. 2019.

Ramadan, Muhammad. Metode Penelitian. Surabaya: Cipta Media Nusantara. 2021.

Siregar, Nurlani., dkk. Etika Kristen Dasar Etika Pendidikan dan Membangun Karakter Bangsa. Medan: CV Vanivan-Jaya. 2019.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif (Untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif). Bandung: Alfabeta. 2017.

Verkuyl, J.Etika Kristen: bagian umum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012.

Zed, Mestika. Metode penelitian kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Jurnal

Ilyasa, Raden Muhammad Arvy. “Kajian Hukum dan Viktimologi Dalam Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak di Indonesia”, Ikatan Penulis Mahasiswa Hukum Indonesia Law Journal, Vol, 2, No. 1 (2022). Diakses 4 Oktober 2022.

https://doi.org/10.15294/ipmhi.v2i1.53748.

Jamaludin, Ahmad. “Perlindungan Hukum Anak Korban Kekerasan Seksual”, JCIC:

Jurnal CIC Lembaga Riset dan Konsultan Sosial, ISSN:2746-5160 (e), Vol 3, No.

2 (September 2021): 5. Diakses, 8 Januari 2022, https://doi.org/10.51486/jbo.v3i2.68.

Noviana, Iva. ”Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan Penanganannya”, Sosio Invorma, Vol 1, No. 1 (Januari – April 2015): 14. Diakses, 14 Januari 2022.

(26)

26

Probosiwi, Ratih, dan Daud Bahransyaf. “Pedofilia dan Kekerasan Seksual: Masalah dan Perlindungan Terhadap Anak”, Sosio Informa:Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Vol 1, No. 1 (Januari – April 2015): 30. Diakses, 9 Maret 2022.

Sakina, Ade Irma, “Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia”, Share: Social Work Jurnal, Vol 7, No. 1Vol, 7, No.1 (2017). Diakses, 6 Juni 2022, https://doi.org/10.24198/share.v7i1.13820.

Web

JDIH BPK RI. 2022. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020

Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/207944/uu-no-12-tahun-2022/, diakses:

14 Oktober 2022.

Kemen PPA RI 2020. Angka Kekerasan Terhadap Anak Tinggi di Masa Pandemi, Kemen PPA Sosialisasikan Protokol Perlindungan Anak.

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2738/angka-kekerasan- terhadap-anak-tinggi-di-masa-pandemi-kemen-pppa-sosialisasikan-protokol- perlindungan-anak/, diakses: 7 Juli 2022.

KPAI. 2017. Tahun 2017, KPAI Temukan 116 Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak.

https://www.kpai.go.id/publikasi/tahun-2017-kpai-temukan-116-kasus- kekerasan-seksual-terhadap-anak/, diakses: 5 Oktober 2022.

SIMFONI-PPA. 2020. Peta Sebaran Jumlah Kasus Kekerasan Menurut Provinsi, Tahun 2020. https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan/, diakses: 10 Juli 2022.

SIMFONI-PPA. 2021. Peta Sebaran Jumlah Kasus Kekerasan Menurut Provinsi, Tahun 2021. https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan/, diakses: 10 Juli 2022.

Referensi

Dokumen terkait