BAB IV
PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KOMUNITAS DI DESA WISATA BUKIT SANJAYA SELO KABUPATE BOYOLALI
4.1 Desa Wisata Bukit Sanjaya
Boyolali tidak hanya dikenal sebagai Kota Penghasil susu di Indonesia, Boyolali juga punya berbagai destinasi menarik yang wajib untuk Traveler. Salah satunya adalah Bukit Sanjaya Selo yang viral karena pemandangan indahnya.
Wisata tersebut bahkan memiliki spot berfoto yakni Gerbang Instagenicnya yang mirip dengan Gerbang Pura Lempuyang di Pulau Dewata. Pesona alam yang indah sehingga tidak heran jika destinasi tersebut kerap menjadi incara wisatawan yang jatuh cinta dengan alam Indonesia. Bukit Sanjaya yang berada di ketinggian membuat traveler harus menaiki berpuluh-puluh tangga untuk sampai di puncak bukit. Hawa sejuk dan pemandangan yang indah jadi andalan salah satu wisata kebanggan Boyolali.
Desa Wisata menggambarkan sebuah integrasi antara atraksi, akomodasi, aksebilitas dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam sebuah struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara atau tradisi yang berlaku. Desa wisata Bukit Sanjaya terletak di Desa Dusun IV, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, yaitu merupakan salah satu Desa Wisata yang berada di kaki Gunung Merapi dan Merbabu. Udara yang sejuk, kehidupan masyarakatnya yang ramah, seni tradisi yang masih tetap dipertahankan dan pertanian yang berkembang menjadikan desa ini sebagai desa wisata unggulan di daerah Selo, Boyolali.
Desa Wisata Samiran hadir dengan konsep Community Based Tourism Development (Pengembangan Pariwisata Berbasis Kemasyarakatan) dimana masyarakat terlibat aktif secara langsung dalam mengelola pariwisata di desanya.
Nuansa gotong royong yang masih kental, semakin memperkaya potensi wisata pedesaan dengan karakter pegunungan yang menawarkan udara yang sejuk, alami serta kearifan lokal yang kuat.Di Desa Wisaata Samiran hingga saat ini memiliki 60 kelompok kesenian tradisional, kesenian-kesenian inilah yang akan menjadi
suguhan Desa Wisata Samiran terletak di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali yaitu merupakan salah satu Desa Wisata yang berada di kaki Gunung Merapi dan Merbabu.
Ada Jelantur, Reog dan Topeng Ireng akan menyambut kedatangan para wisatawan yang selanjutnya disuguhkan oleh berbagai macam menu kuliner tradisional seperti jadah, tempe bacem, susu murni khas Boyolali dan lain-lain.
Adapun tata letak Desa Samiran adalah sebagai berikut, dengan kekayaan alam yang indah dan kaya akan destinasi wisata, kami masyarakat Desa Samiran, Selo, Boyolali dengan bangga menawarkan fasilitas HOMESTAY / Penginapan yang kami namakan dengan “HOMESTAY MERAPI”, dengan harga yang terjangkau dan fasilitas yang lengkap kami hadir untuk memberikan kenyamanan tempat menginap dan pengalaman yang menarik dengan dipandu oleh lokal guide asli desa setempat, kami jamin para wisatawan akan merasa nyaman, senang dan penuh pengalaman tinggal di HOMESTAY yang disediakan.
Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali salah satu objek wisata yang sangat popular di kawasan Selo Kabupaten Boyolali, Terletak di Desa Samiran Selo Boyolali. Tempat tersebut sangat indah dan memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas kita sehari-hari.
Wisata Bukit Sanjaya memiliki pesona Keindahan yang sangat menarik , sangat disayangkan apabila tidak berkunjung kesini. Penduduk lokal daerah tersebut sangat ikut serta dalam partisipasi Desa wisata tersebut, dari segi alam yang sangat sejuk memberikan nuansa tersendiri beda dari yang lain, serta ada ciri khas yaitu Gapuro lempuyang yang memberikan nuansa keindahan di belakang tepat
terdapat Gunung yang sangat indah, bahkan banyak beberapa hal di sana seperti Homestay, warung-warung cafe , bahkan makanan ringan terjual berderetan di sana.
Keindahan alam yang sangat sejuk, serta ciri khas dan potensi yang sangat memadahi menjadikan tempat wisata ini di kenal di berbagai daerah, tentunya sangat menarik ada destinasi untuk spot-spot foto dan sangat cocok untuk berwisata keluarga di tempat tersebut. Fasilitas yang sangat baik, harga tiket masuk yang cukup relatif murah hanya 10.000 per orang, tempat Parkir yang luas yang memadahi fasilitas di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
4.2 Pengembangan Desa Wisata berbasis Komunitas di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupetan Boyolali
Pariwisata di daerah Desa Wisata Bukit Sanjaya selalu menghargai adanya adat isitiadat yang ada baik dari segi lingkungan hidup. daya saing Desa wisata juga tidak terlepas dari pemerintah Perkembangan pariwisata di Boyolali khusunya di kawasan Selo masih relative kecil karena berbagai sebab. Sehingga dengan adanya program tersebut dibutuhkan Langkah-langkah strategis untuk mendorong peningkatan pariwisata khususnya Kawasan Selo, termasuk pengembangan Desa wisata Bukit Sanjaya yang merupakan pusat alami kearifan lokal yang kuat.
Pengembangan Desa wisata berbasis masyarakat Merupakan model pengembangan wisata yang mengedepankan peran serta masyarakat dalam pengembangan desa wisata. CBT menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan. CBT adalah konsep yang menekankan pada pemberdayaan komunitas agar lebih memahami serta menghargai semua aset yang mereka miliki seperti, kebudayaan, adat istiadat, kuliner,serta sumber daya alam lainnya.
Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali salah satu hal yang menarik dalam menciptakan sebuah pariwisata yang berdasarkan oleh Potensi yang ada serta kebudayaan yang ada pada kawasan tersebut. Kondisi tersebut yang menciptakan kondisi pariwisata di suatu desa karena kekhasan yang ada di daerah tersebut. Menurut Suansri (2003:14)”CBT adalah Pariwisata yang lebih menitikberatkan keberlanjutan baik secara Lingkungan,Sosial serta budaya. Hal tersebut dapat dikelola dan dimiliki oleh masyarakat.
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat terdapat elemen dasar yang harus diperhatikan baik akses terhadap informasi berperan sebagai salah satu sumber serta membangun upaya untuk memampukan serta memandirikan masyarakat. ini, berarti bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan serta mendorong motivasi kesadaran tehadap potensi yng dimiliki untuk lebih berdaya dan berhasil. Tujun dari pemberdyaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.
Secara harfiah, pemberdayaan bisa diartikan sebagai “Pemberkuasaan”
kepada masyarakat yang lemah. Istilah pemberdayaan semakin populer dalam konteks pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Namun, hal yang penting dalam proses pemberdayaan yaitu peningkatan kesadaran. Masyarakat yang sadar adalah masyarakat yang memahami hal-hal dan tanggung jawab secara politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan sekelompok masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat agar memiliki keberdayaan dalam menghadapi segala persoalan yang ada.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memberikan daya (empowerment) atau penguatan kepada masyarakat. upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat
dari tiga sisi, yaitu penciptaan iklim yang memungkinkan potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dan melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pembangunan (Supatmo,2015).
konsep pemberdayaan masyarakat terdiri atas unsur kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan pemerataan. Konsep ini memiliki cakupan luas tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut namun juga mencakup pengembangan secara keseluruhan, mulai dari aspek manusia, aspek sosial dan aspek ekonomi.
Dalam hal tersebut pengembangan desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali memiliki sebuah ide kreatif untuk membuat sebuah Desa wisata yang memanfaatkan kearifan lokal di derah sekitar, dengan adanya hal tersebut masyarakat sekitar mengadakan program-program untuk ikut serta serta mendukung dengan adanya desa wisata, kawasan Selo adalah salah satunya dalam hal ini warga sekitar memanfaatkan daerah tersebut untuk berjualan di daerah tempat wisata, bahkan pemilik dari yang mendirikan wisata tidak menuntut uang sewa lahan untuk mendirikan sebuah warung di daerah sekitar. Sehingga dengan adanya pengembangan desa wisata berbasis komunitas tersebut masyarakat sekitar sangat tertolong perekonomiannya, serta membuat masyarakat menjadi berdaya.
Menurut Syafi’i & Suwandono (2015) mengungkapkan bahwa Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali yang diteliti, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata melalui pendekatan konsep Community Based Tourism (CBT), sehingga dengan terciptanya program desa wista tersebut, masyarakat Desa Selo semakin maju dan berdaya.
Community Based Tourism (CBT) adalah model manajemen kepariwisataan yang di dikelola masyarakat setempat untuk menciptakan dampak ekonomi yang positif. Konsep CBT bermakna bahwa manajemen pariwisata ditempat bersangkutan dikelola oleh pemilik dan masyarakat sekitar ikut serta berperan dalam pengelolaan tempat wisata tersebut.
Sehingga dengan adanya Konsep CBT dalam pengembangan desa wisata ada beberapa ciri atau parameter dari CBT diantaranya :
1. Potensi Lokal yang ada di Daerah Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali yang memiliki daya taraik di Desa tersebut adalah
a. Tugu Lempuyag serta Gapuro khas Jawa dengan view Gunung merbabu serta Gunung Merapi yang menjadi ciri khas di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
b. Homestay Sanjaya yang ada di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selp Kabupaten Boyolali
c. Patung-Patung Refika serta jalur yang dipenuhi dengan deretan kayu berbentuk segitiga yang menuju ke sebuah pendopo serta spot berbentuk hati dengan latar Gunung Merapi
d. Café yang ada di Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali
2. Aktivitas Sosial budaya Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali merupakan Desa yang mayoritas beragama islam. Norma serta budaya yang ada masih terjaga teguh oleh masyarakat. ada berbagai berbagai adat seperti Sadranan serta Saparan. Selain itu juga terdapat Kesenian Reog yang selalu ditampilkan pada saat acara Sadranan maupun saparan, masyarakat desa sekitar masih tetap menjaga interaksi sosial seperti Gotong royong, toleransi serta peduli terhadap sesama. Disini meskipun Mendirikan Homestay, Homstay tersebut masih ada peraturan hanya untuk keluarga saja, tidak dibukak untuk umum. Sehingga masih mengikut ada istiadat daerah sekitar.
3. Parisipasi Masyarakat sekitar sangat berperan karena dalam pengembangan Desa Wisata Bukit Sanjaya Warga sekitar Welcom terhadap pengembangan dengan memiliki Potensi serta yang memberikan hak izin serta dukungan yang penuh terhadap pembangunan yang dilakukan oleh pemilik atas dasar izin oleh Dinas pariwiata maupun warga, RT,RW,Serta Kadu setempat.
4. Adat yang ada di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali merupakan Desa yang mayoritas beragama islam. Norma serta budaya yang ada masih terjaga teguh oleh masyarakat. ada berbagai berbagai adat seperti Sadranan serta Saparan.
Selain itu juga terdapat Kesenian Reog yang selalu ditampilkan pada saat acara Sadranan maupun saparan, masyarakat desa sekitar masih tetap menjaga interaksi sosial seperti Gotong royong, toleransi serta peduli terhadap sesama.
Dari Konsep CBT Atu parameter dapat diuraikan bahwa dalam pengembangan Desa wisata Bukit Sanjaya memiliki strategi untuk mobilisasi komunitas untuk
partisipasi secara aktif dalam pembangunan pariwisata yang ada di daerah Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali. Sehingga sangat dibutuhkan konsep CBT dalam pengembangan desa wisata Bukit Sanjaya untuk lebih memperkuat kemampuan masyarakat pedesaan yang mengelola sumber daya pariwisata dengan partisipasi masyarakat setempat.
Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan pariwisata merupakan konsep yang mudah dilontarkan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan, karena konsep ini merupakan suatu konsep yang holistis dan terus menerus untuk digali dan diperdayakan, disini maksud diberdayakan dalam arti filosofi di masyarakat, keterapilan, sikap atau tata krama, aturan masyarakat, adat. Sehingga dengan adanya pemberdayaan tersebut masyarakat mampu meningkatkan keterampilan dan kemandirian masyarakat dalam berbagai aspek ekonomi.
Kearifan Lokal yang dimiliki oleh masyarakat Desa wisata Bukit Sanjaya bisa menjadi magnet gaya baru yang bisa menarik mata para wisatawan untuk datang berkunjung. Contohnya adalah kebiasaan dalam hal Gotong royo serta Budaya yang masih dilestarikan sampai sekarang yaitu Saparan serta Kuliner khas yang ada yaitu Jadah yang menjadi ciri khas disana yang tidak bakal dijumpai di daerah wisata yang lain. Selain itu terdapat Poetnsi yang besar yang bisa menjadikan masyarakat menuju desa yang Maju dengan perekonomian yang kuat.
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat terdapat elemen dasar yang harus diperhatikan akses terhadap informasi berperan sebagai salah satu sumber serta membangun upaya untuk memmpukan serta memandirikan masyarakat. ini berarti bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan serta mendorong motivasi kesadaran tehadap potensi yng dimiliki untuk lebih berdya dan berhasil. Tujun dari pemberdyaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memberikan daya (empowerment) atau penguatan kepada masyarakat. upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu penciptaan iklim yang memungkinkan potensi atau daya yang
dimiliki masyarakat dan melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pembangunan (Supatmo,2015).
Dalam hal tersebut pengembangan desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali tersebut mengadakan sebuh suasana masyarakat terhadap sebuah potensinya, sehingga masyarakat sekitar memiliki sebuah ide kreatif untuk membuat sebuah wisata yang memanfaatkan kearifan lokal di derah sekitar, dengan adanya hal tersebut masyarakat sekitar mengadakan program-program untuk ikut serta serta mendukung dengan adanya desa wisata, kawasan Selo adalah salah satunya dalam hal ini warga sekitar memanfaatkan daerah tersebut untuk berjualan di daerah tempat wisata, bahkan pemilik dari yang mendirikan wisata tidak menuntut uang sewa lahan untuk mendirikan sebuah warung di daerah sekitar.
Sehingga dengan adanya penembangan desa wisata berbasis komunitas tersebut masyarakat sekitar sangat tertolong perekonomiannya, serta membuat masyarakat menjadi berdaya. Menurut Syafi’i & Suwandono (2015) mengubgkapkan bahwa Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali yang diteliti, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata melalui pendekatan konsep Community Based Tourism (CBT), sehingga dengan terciptanya program desa wista tersebut, masyarakat Desa Selo semakin maju dan berdaya.
Community Based Tourism (CBT) adalah model manajemen kepariwisataan yang di dikelola masyarakat setempat untuk menciptakan dampak ekonomi yang positif. Konsep CBT bermakna bahwa manajemen pariwisata ditempat bersangkutan dikelola oleh pemilik dan masyarakat sekitar ikut serta berperan dalam pengelolaan tempat wisata tersebut.
Di dalam segi sosial CBT (Community Based Tourism) berperan meningkatkan kebanggaan komunitas, pembagian peran antara wanita dan pria, tua dan muda, dan penguatan mekanisme organisasi. Menurut Murphy (1983), penerapan prinsip sosial berkaitan erat dengan adanya interaksi tuan rumah dan tamu/wisatawan. hubungan antara tuan rumah (masyarakat lokal) dengan pengujung/wisatawan di daerah tujuan wisata sangat tergantung pada durasi waktu, intensitas, dan sifat kunjungan.
Di Desa Wisata Bukit Sanjaya ini juga melakukan pembagian peran yang adil dalam mengelola aktivitas pariwisata tersebut. Adanya interaksi dengan
pengunjung dengan menyediakan homestay bagi para pengunjung yang datang.
Sehingga para warganya saling bekerja sama dalam pengelolaan wisata dan melayani para pengunjung.
Dalam segi budaya CBT (Community Based Tourism) menurut Suansri (2003) adalah mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, mendorong berkembangnya pertukaran budaya, dan adanya budaya pembangunan yang melekat erat dalam budaya lokal.Menggunakan konsep tersebut Desa Wisata Bukit Sanjaya telah melestarikan budaya dan mengembangkannya. Dengan melakukan pengelolaan sebagai daerah wisata maka warga setempat juga berpeluang dalam menjaga kebudayaan setempat dan mengekspor mengenalkan budaya-budaya yang ada di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
4.3. Peran Aktor Dalam Pengembangan Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
Pengembangan suatu daya Tarik wisata tidak terlepas dari peran pihak- pihak yang terkait. Berkembangnya atau tidak suatu daya Tarik wisata tergantung pada sinergi antara masyarakat lokal, industry pariwisata dan pemerintah.
Masyarakat lokal atau Tuan Rumah menjadi pemilik sumber daya, menjadi penting dalam hal ini. Pemilik tersebut berperan sebagai perencana,pengelola, dan sebagai sumber dari benefit secara langsung. Dengan dukungan Kepala desa serta dukungan dari Dinas pariwisata Daerah Boyolali yang memberikan peluang untuk dibukanya Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali. Dalam hal tersebut peran dari pihak-pihak yang ada sangat penting dalam pengembangan Desa Wisata tersebut.
Dalam ANT, Latour mengembangkan 5 (lima) konsep dasar yaitu aktor, jaringan, aktan, translasi, dan intermediary. Kelima konsep tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan latour memandang aktor adalah satu kesatuan elemen yang saling berjejaring. Aktor tidak dipahami satu per satu individu maupun teknologi atau elemen non- manusia, namun satu kesatuan jaringan yang saling berinteraksi dan berkoordinasi untuk mencapai tujuan.
1. Aktor
Aktor adalah pelaku, atau yang terangkai atau terhubung. Dalam hal ini aktor atau sebaliknya semua Tindakan yang terhubung bersama-sama, segala faktor-faktor yang mempengaruhi akan menghasilkan jaringan. Dalam hal ini Aktor yang berperan dalam Pengembangan Desa wisata selain Pemilik atau pendiri wisata Tokoh yang berperan dalam melakukan pengembangan desa wisata yaitu Ketua RT dan RW serta Kadus dan Dinas Pariwisata. Tentu saja hal tersebut Sangat mendorong Masyarakat akibat berdampaknya kasus Covid-19 yang menjadikan dampak yang begitu besar oleh masyarakat Indonesia. Peran aktorlah yang menentukan dari pengembangan desa wisata untuk mewujudkan sebuah strategi dalam pengembangan desa wisata yang lebih maju serta Berdaya. Aktor-aktor yang berperan diantaranya :
Pemilik tempat wisata tersebut Bernama Ibu sulis dan bapak sulis, pekerjaan bapak sulis sebenarnya bekerja sebagai Pelayar, akan tetapi dengan adanya Pandemi covid-19, beliau diberhentikan untuk sementara sehingga memiliki sebuah ide untuk mendirikan sebuah usaha, yaitu mendirikan Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali, awal mula beliau hanya memiliki sebuah Homestay akan tetapi beliau ingin lebih mengembangkan dengan mendirikan sebuah Desa wisata yang berbeda dari yang lain. Dengan ini awal mula terbentuknya bulan juli akhir 2020 hingga sekarang masih beroperasi dan ramai akan pengunjung bahkan dari luar kota pun berdatangan , karena penasaran dengan adanya ciri khas yang ada di desa wisata tersebut yang menjadikan warga masyarakat berdatangan dan tertarik dengan tempat wisata tersebut. Gapuro lempuyang yang memiliki spot dibelakang Gunung serta pepohonan yang rindang untuk dijadikan spot foto- foto instragramable yang kekinian serta pemandangan indah jadi andalan salah satu wisata kebanggan Boyolali. Selain itu terdapat Homestay yang dimiliki oleh pemilik dan warga sekitar Harga Tiket masuk nya hanya 10.000 per orang.
Kadus adalah Kepala Dusun yang mengetuai sebuah Dusun, satu wilayah dibawah Desa. Dimana dalam penyelengaraan Desa wisata berbasis komunitas di Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali yang memiliki hak untuk menkordinasi dusun tersebut yaitu bapak Sarlan, selain itu beliau juga merangkap sebagai Ketua RW di Desa Nganglik kelurahan Samiran Kecamatan selo di RT 02 RW 07. Disini beliau berperan serta dalam pengembangan desa wisata dengan memberikan izin untuk pemilik tersebut mendirikan lahan untuk di buat Desa wisata, disini ada sebuah perjanjian antara bapak Kadus dan Pemilik tempat wisata yaitu memberikan sebuah dana untuk khas Desa.
Ketua RT adalah singkatan dari RukunTangga dalam ini organisasi tersebut dibentuk untuk menjembatani masyarakat. Tugas ketua RT yaitu memberikan pelayanan terhadap masyarakat sekitar, peran RT di bawah RW.
Ketua RT Bernama Bapak Muri Beliau selain menjabat sebagai ketua RT beliau juga Mendirikan sebuah Homestay milik Pribadi yang beroperasional di daerah wisata tersebut. Homestay tersebut Bernama Anisa Homestay.
Beliau juga berperan dalam pengembangan desa wisata di Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali,
Pelaku Usaha Dalam pengembangan Desa wisata yaitu Pemilik Kedai Bernama ibu Kemi beliau berjualan di daerah wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali, beliau menjual makanan ringan sampai berat, beliau berjualan mulai pukul 8 sampai jam 4 sore. Disini pelaku usaha juga ikut serta dalam pengembangan desa wisata untuk berjualan dengan Tidak dimintai sewa lahan dari pemilik, beliau salah satu masyarakat daerah tersebut, yang merasa tertolong dengan adanya desa wisata Bukit Sanjaya menjadikan beliau bisa berjualan untuk menambah penghasilan kebutuhan Hidup.
2. Aktan
Aktan atau Pengendali, aktor adalah semua elemen yang terhubung dalam sebuah sistem yang nantinya akan membentuk sebuah jaringan , sedangkan aktan memiliki kemampuan untuk bergerak masuk keluar suatu jaringan berdasarkan kemauan dan kepentingannya. Saat aktan memasuki suatu jaringan. Aktan disini berarti yang paling dominan di dalam Pengembangan desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali. Aktan sendiri dibagi kedalam Human dan Non Human. Human yang berperan yaitu pemilik lahan tersebut atau pendiri yang memiliki ide kreatif untuk berkreasi mendirikan sebuah lahan untuk di buat desa wisata. Sedangkan non human yang berperan ada sebuah tradisi Budaya yang menjdi daya Tarik yang masih berkembang hingga sekarang yaitu tradisi Saparan dan Nyadran, tetapi dengan adanya kondisi pandemic covid-19 yang sudah 2 tahun ini berjalan menyerang Indonesia, untuk sementara di tiadakan. Biasanya masyarakat sekiar masih melestarikan adat istiadat daerah yaitu melakukan tradisi Sadranan untuk menjalin saling silaturohmi warga sekitar.
3. Jejaring
Jaringan bisa dipahami sebagai elemen pasif falam hubungan antara dua aktor atau lebih yang masing-masing bersufat independent. Jaringan juga harus bersifat aktif serta saling memperngaruhi, jaringan memungkinkan satu agensi atau aktor melakukan sesuatu terhadap aktor lain.disini Aktan yaitu Pemilik, kemudian pemilik tersebut memiliki jejaring yang kuat sehingga bisa dapat memiliki izin dari Pihak dinas Pariwisata Boyolali, dan Bupati Boyolali mensetujui akan hal tersebut, meskipun surat menyusul dikarenakan harus dikembangkan selama 2 Tahun, setelah berjalan aka nada surat dari pihak Dinas Pariwisata, Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali meskipun belum memiliki surat resmi sudah beroperasional dan berjalan sampai sekarang, pengunjung yang datang bergantian bahkan dari luar kota untuk mengunjungi Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
4. Translasi
Transalsi yaitu dimana antara dua objek teknologi dan manusia saling berlangsung.disatu sisi proses translasi dalam bentuk desain dan kontruksi, sehingga melalui kontruksi objek teknologi berubah serta manusia pun juga berubah.dalam Pengembangan Desa wisata ada elemen-elemen dalam pembangunan Desa wisata yang ikut serta Translasi memiliki 4 tahapan yang pertama yaitu Problematisasi dimana disini kita dapat melihat proses perkembangan Desa wisata Bukit Sanjaya dimana ada kondisi pandemic covid-19 menjadikan semakin menurunnya jumlah pendatang yang ada, akan tetapi dengan kondisi tersebut masih berjalan meskipun tidak seperti sebelumnya. Yang kedua yaitu penarikan disini Pihak dari Pemilik sendiri bersama Pak Kadus saling berkomunikasi untuk saling meningkatkan Potensi yang ada dan isu-isu menarik tentang Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali. Yang ketiga yaitu pelibatan, Pelibatan disini antara Jejaring serta aktor yang berperan saling terlibat , Tokoh Mayarakat, dan pemilik saling menjalin hubungan yang baik, yang menjadikan kondisi di daerah tempat wisata semakin Hari semakin Maju. Yang keempat yaitu proses Mobilisasi proses dimana antara aktor,aktan serta jejaring saling mengerakkan dalam pengembangan Desa Wisata di Selo Kabupaten Boyolali.
5. Intermediary
intermediary yaitu sebuah layer, perantara, seseorang perunding yang bertindak sebagai penghubung antara pihak antara aktor atau sekumpulan aktor, seseorang yang, atau hal yang akan menengahi, antar perantara. Intermediary yaitu Tahapan dimana Peran yang pertama yaitu Pemilik, kemudian pemilik tersebut memiliki jejaring yang kuat sehingga bisa dapat memiliki izin dari Pihak dinas Pariwisata Boyolali, dan Bupati Boyolali mensetujui akan hal tersebut, meskipun surat menyusul dikarenakan harus dikembangkan selama 2 Tahun, setelah berjalan aka nada surat dari pihak Dinas Pariwisata, Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali meskipun belum memiliki
surat resmi sudah beroperasional dan berjalan sampai sekarang, pengunjung yang datang bergantian bahkan dari luar kota.
Kemudian Law (1992) memandang bahwa aktor adalah pattern yang ada di dalam jaringan dan aktor memberikan efek bagi jaringan yang terbentuk. Artinya konsep tentang aktor dan jaringan merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam bahasa ANT, jaringan terdiri dari banyak elemen yang berkoordinasi dan berinteraksi, elemen tersebut dapat berupa benda mati (non-human) maupun manusia (human). Kemudian setelah jaringan terbentuk dari berbagai elemen, muncul lah ―pengendali‖ didalam jaringan yang disebut dengan aktan.
Aktan memiliki kemampuan untuk bergerak masuk dan keluar suatu jaringan berdasarkan kemauan dan kepentingannya. Berikutnya adalah translasi, dalam konteks ini, translasi dimaknai sebagai proses penterjemahan setiap proses interaksi dan koordinasi di dalam jaringan. Konsep terakhir adalah intermediary merupakan sebuah layer, perantara, seorang perunding yang bertindak sebagai penghubung antara pihak aktor, atau sekumpulan aktor, seseorang yang, atau hal yang akan menengaruhi, antar inter-agent, atau perantara (Latour 2005). Translasi dan intermediary dapat berjalan sebagaimana mestinya apabila tidak ada konflik atau ketegangan didalam jaringan.
Pengembangan suatu daya tarik wisata tidak lepas dari peran dari pihak- pihak yang terkait. Berkembang atau tidaknya suatu daya Tarik wisata tergantung kepada sinergi antara masyarakat lokal, industry pariwisata dan pemerintah.
Masyarakt lokal sebagai Tuan rumah atau yang menjadi bagian dalam hal tersebut.
Desa wisata di daerah Samiran Selo Kabupaten Boyolali Sebagian masyarakat beropersi sebagai petani, memiliki kekurangan dalam mengelola potensi yang ada.
Peran masyarakat sangat tinggi dalam pengembangan desa wisata masyarakat lokal berperan sebagai perencana, pengelola,evaluasi dan memperoleh keuntungan
secara langsung. Dengan dukungan dari pemerintah kabupaten Boyolali, kepariwisataan di Desa Selo semakin popular. Dengan Turunya SK pembentukan desa wisata oleh kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali 552/881/17/TAHUN 2009, sehingga keberadaan Desa wisata Selo Boyolali diakui. Peran industry pariwisata juga sangat besar dalam mempromosikan Desa wisata. Selain itu dari peran stakeholder,terselip kontribusi seorang aktor eksternal disini berfungsi sebagai sutradara atau konseptoner dalam pengembangan pariwisata di Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali. Paritisipasti masyarakat sekitar sangat bagus serta kompak sehingga wisata tersebut tergolong sangat pesat dan maju.
Mengelola sebuah suatu daya Tarik Desa Wisata mengembangkan Desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali, disini peran aktor yang terlibat, diantaranya terdiri dari Mayarakat umum, Swasta,Ketuar rt,rw,Kades serta dinas pariwisata Boyolali.peran dari pemerintah serta Dinas pariwisata melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan serta mengintergrasikan program-program daerah dengan pusat. Sedangkan peran masyarakat adalah bagaimana masyarakat dapat berkontribusi melalui partisipasi aktif, begitu juga dengan Kepala Desa juga ikut serta untuk mendukung pembangunan Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
Komsep CBT juga sangat penting untuk digunakan dalam pengelolaan desa wisata. Menurut Russell.P. (Anne Matilainen, 2018), Community Based Tourism (CBT) dapat memberikan regenerasi ekonomi dan sosial sekaligus melindungi budaya terhadap arus pasang globalisasi yang meningkat. Oleh karena itu Community Based Tourism (CBT) harus memenuhi kriteria : 1) Mendapat dukungan dan partisipasi masyarakat lokal; 2) Memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat setempat; 3) Aktivitas kepariwisataan melindungi budaya dan lingkungan alam.
Jika ditinjau lagi, daerah Bukit Sanjaya ini memenuhi syarat-syarat tersebut.
Masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan, kebersihan, tetap menjaga alam sekitarnya dan juga menghasilkan pendapatan komersil bagi masyarakat setempat.
Dalam segi ekonomi menggunankan konsep CBT (Community Based Tourism) yang diterapkan pada desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali ini dikatakan berhasil karena masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dana retribusi yang ada dengan mengelola desa wisata tersebut dan juga peluang dalam mengambil keuntungan bagi warga setempat dengan membuka beberapa usaha.
Dengan adanya desa wisata ini juga, lapangan pekerjaan baru juga telah diciptakan bagi warga setempat, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan ekonomi bagi warganya.
Dengan adanya pembangunan wisata membawa potensi yang dimiliki desa.
Untuk menjadikan pengembangan produk usaha wisata oleh masyarakat setempat seperti halnya usaha souvenir, homestay, kuliner lokal serta pertujukan kesenian budaya. Dengan dibangunnya potensi wisata disuatu daerah hal ini dapat meningkatkan dalam segi ekonomi penduduk lokal, adanya pembangunan wisata akan membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat, hal ini juga akan meningkatkan pendapat masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi wisata.
Pendapat tersebut dapat diperoleh dari biaya karcis masuk, biaya parkir.
Menurut Oka (2008), aspek ekonomi pariwisata tidak lepas dari pengeluaran wisata (tourist expenditure) yaitu uang yang dibelanjakan wisatawan di daerah tujuan wisata (DTW) untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan selama berkunjung di suatu negara/daerah tujuan wisata. Uang yang dibelanjakan wisatawan dalam ekonomi pariwisata disebut sebagai uang baru (new money) yang berdampak positif terhadap perekonomian negara/daerah yang dikunjungi.
Di dalam segi sosial CBT (Community Based Tourism) berperan meningkatkan kebanggaan komunitas, pembagian peran antara wanita dan pria, tua dan muda, dan penguatan mekanisme organisasi. Menurut Murphy (1983), penerapan prinsip sosial berkaitan erat dengan adanya interaksi tuan rumah dan tamu/wisatawan. hubungan antara tuan rumah (masyarakat lokal) dengan pengujung/wisatawan di daerah tujuan wisata sangat tergantung pada durasi waktu, intensitas, dan sifat kunjungan.
Di Desa Wisata Bukit Sanjaya ini juga melakukan pembagian peran yang adil dalam mengelola aktivitas pariwisata tersebut. Adanya interaksi dengan pengunjung dengan menyediakan homestay bagi para pengunjung yang datang.
Sehingga para warganya saling bekerja sama dalam pengelolaan wisata dan melayani para pengunjung.
Dalam segi budaya CBT (Community Based Tourism) menurut Suansri (2003) adalah mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, mendorong berkembangnya pertukaran budaya, dan adanya budaya pembangunan yang melekat erat dalam budaya lokal.Menggunakan konsep tersebut Desa Wisata Bukit Sanjaya telah melestarikan budaya dan mengembangkannya. Dengan melakukan pengelolaan sebagai daerah wisata maka warga setempat juga berpeluang dalam menjaga kebudayaan setempat dan mengekspor mengenalkan budaya-budaya yang ada di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
Desa wisata ini tetap berjalan walaupun ada kendala, menurut hasil wawancara yang peniliti buat dan narasumber jawab, wisata ini tetap mendapatkan keuntungan secara ekonomi walaupun sedikit karena pandemi covid-19. Untuk para warga yang diberhentikan dari pekerjaannya juga bisa mendapatkan pekerjaannya sementara dalam ikut berpartisipasi dalam mengelola desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengembangan Sektor pariwisata di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali sebagai upaya untuk memanfaatkan Potensi Loka yang ada di Desa wisata yang dimiliki untuk dikembangkan . Desa wisata mampu mempertahankan keadaan budaya dan sosial yang dimiliki,hal tersebut dapat menjadikan pelestarian budaya agar tidak hilang. Pengembangan Desa Wista melibatkan masyarakat sekitar desa wisata secara langsung mampu mengubah keadaan masyarakat., adanya objek Desa Wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan manfaat yang begitu banyak, secara tidak langsung banyaknya pengunjung yang datang ke lokasi wisata dapat melihat serta mempublish untuk menjadikan lebih dikenal baik secara lokal maupun nasional.
Konsep Pengembangan Desa Wisata tidak akan berjalan dengan baik apabila partisipasi masyarakat belum maksimal, oleh karena itu perlunya perencaan yang matang dan pelibatan masyarakat secara langsung juga dalam perencanaan bersama pemerintah, serta Dinas Pariwisata dengan Pengelola wisata, serta peran Ketua, RT,RW Beserta Kadus setempat. Dengan hal ini masyarakat sekitar bisa untuk berinovasi untuk mengembangkan wisata yang berkelanjutan dan tetap mengedepankan Kelestarian alam, Budaya, dan tradisi sebagai daya Tarik utama.
Panorama alam yang indah pada kawasan objek wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali sebagai pilihan yang tempat untuk masyarakat melakukan kegiatan wisata berbasis alam. Strategi pengembangan Desa Wisata Bukit Sanjaya melalui konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini Desa wisata Bukit Sanjaya dikembangkan menjadi desa wisata melalui pendekatan konsep Community Based Tourism (CBT).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, demi mencapai tujuan yang lebih optimal sesuai dengan target keinginan berbagai pihak desa wisata bukit sanjaya, maka Masyarakat harus lebih berpartisipasi lebih dalam pengembangan Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali dengan mengedepankan kreatif dan inovatif dalam pengembangan desa wisata tersebut. Adanya Podarwis dapat membantu Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia guna membantu pengelolaan sektor pariwisata di Desa Wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali.