• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repository UMA - Universitas Medan Area

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Repository UMA - Universitas Medan Area"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku altruistik remaja yang tinggal di desa dan remaja yang tinggal di kota. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan perilaku altruistik remaja di Batu Sondat (desa) dan remaja di Kapten M. Jamil (kota). Artinya hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan perilaku altruistik remaja desa dan kota diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku altruistik remaja desa dan kota, dimana perilaku altruistik remaja Batu Sondat yang tinggal di desa lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku altruistik remaja Captain M Jamil yang tinggal di desa. kehidupan kota. kota. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku altruistik remaja yang tinggal di desa dan yang tinggal di kota.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Identifikasi Masalah
  • Batasan Masalah
  • Rumusan masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
    • Manfaat Teoritis
    • Manfaat Praktis

Altruisme adalah tindakan seseorang memberikan bantuan kepada orang lain tanpa pamrih, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau egois (Sarwono & Meinarno, 2009). Oleh karena itu, orang-orang sibuk di perkotaan seringkali tidak peduli dengan kesulitan orang lain karena sudah terbebani dengan beban pekerjaan sehari-hari. Di perkotaan, orang-orang sibuk seringkali tidak peduli dengan kesulitan orang lain karena terlalu terbebani dengan beban kerja sehari-hari, sehingga terkesan kurang altruistik.

Altruisme merupakan tindakan seseorang memberikan bantuan kepada orang lain tanpa pamrih, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau egoisme (dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku altruistik adalah faktor tempat tinggal di kota dan kota.

TINJAUAN TEORI

Remaja

  • Pengertian Remaja
  • Ciri-ciri Masa Remaja
  • Pengelompokan Sosial pada Remaja

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini generasi muda mengalami proses kematangan fisik, psikis dan sosial.Masa transisi banyak mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap diri dan lingkungan sosialnya. Dari seluruh masa-masa penting dalam kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan masa-masa sebelum dan sesudahnya.

Laju perubahan sikap dan perilaku pada masa remaja sejajar dengan laju perubahan fisik pada masa remaja, yaitu saat terjadinya perubahan fisik. Setiap masa mempunyai permasalahannya masing-masing, namun permasalahan remaja merupakan permasalahan yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan, karena ketidakmampuan mereka dalam mengatasi permasalahannya sendiri dalam kaitannya dengan zaman yang mereka yakini. Ada banyak asumsi populer tentang remaja yang memiliki makna berharga, dan sayangnya banyak di antaranya yang negatif.

Stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang ceroboh, tidak dapat dipercaya dan cenderung destruktif, memerlukan bimbingan orang dewasa. Kelompok pemuda dipimpin oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial remaja yang tidak memiliki klik atau kelompok besar. Banyak remaja yang bergabung dengan kelompok tersebut merasa terkendali dan kehilangan minat ketika mereka berusia enam atau tujuh belas tahun.

Remaja yang tidak tergabung dalam kelompok atau kelompok besar dan tidak puas dengan kelompok yang tidak terorganisir dapat bergabung dengan geng. Anggota geng biasanya terdiri dari anak-anak berjenis kelamin sama, dan minat utama mereka adalah menghadapi penolakan teman sebaya melalui perilaku antisosial. Dari uraian di atas, pengelompokan sosial di kalangan remaja adalah teman dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok terorganisir, dan geng yang bersifat mandiri dan tidak mau diperintah.

Perilaku Altruristik 1. Pengertian Altruristik

  • Faktor yang mempengaruhi perilaku altruistik
  • Aspek-aspek perilaku altruistik
  • Teori-teori Perilaku Altruistik

Agape adalah tindakan mencintai atau memperlakukan orang lain dengan baik, semata-mata untuk kepentingan orang tersebut dan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan orang yang melakukan mencintai tersebut. Adanya model yang memperlihatkan perilaku altruistik dapat memotivasi seseorang untuk membantu orang lain. Orang yang sibuk dan terburu-buru cenderung tidak menunjukkan perilaku altruistik, sedangkan orang yang memiliki banyak waktu luang lebih cenderung menawarkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Dengan begitu, masyarakat yang meminta pertolongan akan lebih mempunyai kesempatan untuk ditolong dibandingkan dengan masyarakat yang tidak meminta pertolongan, sehingga pertolongan yang dibutuhkan jelas. Emosi positif akan meningkatkan perilaku altruistik, namun jika situasinya tidak jelas, orang yang bahagia menganggap tidak ada urgensi dan karenanya tidak membantu. Pada saat yang sama, orang yang memiliki tingkat pengendalian diri yang tinggi juga lebih suka membantu, karena hal ini membuat mereka mendapatkan rasa hormat sosial yang lebih besar.

Masyarakat yang tinggal di pedesaan cenderung lebih suka menolong dibandingkan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Selain humor, karakter juga menjadi faktor pendorong seseorang melakukan tindakan altruistik, dimana orang yang memiliki sifat pemaaf cenderung mudah membantu. Selain gender, tempat tinggal juga mempengaruhi perilaku altruistik, dimana masyarakat yang tinggal di pedesaan cenderung lebih suka menolong dibandingkan masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Perbuatan altruistik tersebut sesuai dengan kebutuhan orang yang ditolong, dan pelaku menerima imbalan batin atas perbuatannya (misalnya harga diri, kepuasan diri, kebahagiaan, dan lain-lain). Seseorang menolong orang lain dengan harapan kelak orang yang menolongnya akan membantunya kembali, karena jika tidak, maka ia tidak akan menerima pertolongan di kemudian hari. Menurut Gouldner, salah satu norma universal adalah norma timbal balik, yaitu seseorang akan menolong orang yang menolongnya.

Standar ini mengharuskan seseorang memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan tanpa mengharapkan imbalan apa pun di kemudian hari. Menurut Wirth (dalam Jamaludin, 2017), kota adalah suatu permukiman yang jumlah penduduknya relatif besar, padat dan permanen serta dihuni oleh masyarakat dengan status sosial yang heterogen.

Perbedaan Perilaku Altruristik pada Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Remaja desa sering berinteraksi dengan tetangga dan saling mengenal serta mengutamakan kebersamaan (dalam Iskandar, 2013). Dan desa juga didominasi oleh kawasan pertanian, masyarakatnya gotong royong dan menjaga adat istiadat. Kondisi desa tersebut menyebabkan remaja desa menjadi lebih peka terhadap kondisi orang lain dan mempengaruhi individu dalam menghadapi emosi (Dubos dalam Berk, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2011) berjudul perbedaan perilaku altruistik antara remaja perkotaan (siswa SMA N I Sumedang) dan remaja pedesaan (siswa SMA N Tanjung Kerta) dengan hipotesis perilaku altruistik remaja perkotaan lebih rendah dibandingkan remaja pedesaan Bahwa terdapat perbedaan perilaku altruistik antara remaja perkotaan dan pedesaan, dengan rata-rata skor perilaku altruistik remaja perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata skor perilaku altruistik remaja pedesaan, namun variasi nilainya tidak terlalu besar. Nilai rata-rata tertinggi pada perilaku altruistik remaja desa adalah 122,87, sedangkan pada remaja perkotaan nilai rata-ratanya adalah 120,64. Saat Anda berjalan, tiba-tiba Anda melihat seseorang menjerit kesakitan dan mengeluarkan banyak darah.

Penelitian lain menunjukkan bahwa masyarakat di daerah pedesaan lebih bersedia membantu ketika diminta mencari anak hilang, memberikan petunjuk arah, dan mengembalikan surat yang salah alamat. Bantuan ditemukan umum di kota-kota kecil di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Israel, Australia, Turki, Inggris, dan Sudan (Hedge & Yousif, 1992; Stebly, 1987). Orang-orang yang tumbuh di pedesaan mengalami internalisasi. nilai yang lebih altruistik. Dalam kondisi pedesaan, wilayah pertanian mendominasi, masyarakat bekerja sama dan menjaga adat istiadat, lebih memilih bantuan dari mereka yang tumbuh di pedesaan, bahkan ketika berada di kota besar.

Dalam hipotesis urban overflow juga dijelaskan bahwa masyarakat yang tinggal di perkotaan menerima terlalu banyak rangsangan dari lingkungan. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan, mereka cenderung memiliki rasa toleransi yang besar dalam membantu sesama dan rasa kebersamaan yang kuat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku altruistik berdasarkan tempat tinggal remaja, remaja di desa lebih bersifat altruistik, cenderung memiliki toleransi yang lebih besar dalam membantu orang lain, dan rasa memiliki yang kuat. satu sama lain dibandingkan. untuk remaja di perkotaan.

Kerangka Konseptual

Hipotesis

METODO PENELITIAN

  • Tipe Penelitian
  • Identifikasi Variabel Penelitian
  • Definisi Operasional Variabel
    • Perilaku altruristik
    • Tempat tingggal (Pedesaan dan Perkotaan)
    • Sampel
  • Teknik Pengumpulan data
    • Metode Skala
  • Validitas dan Reliabilitas
  • Analisis Data

Perilaku altruistik diukur dengan menggunakan skala perilaku altruistik yang dibuat berdasarkan unsur atau komponen perilaku altruistik menurut Cohen (dalam Nashori, 2008) yaitu empati, keinginan memberi dan kesukarelaan. Indikasi kecenderungan perilaku altruistik ditunjukkan oleh total skor yang diperoleh pada skala kecenderungan perilaku altruistik. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala ini maka semakin tinggi pula perilaku altruistik individu tersebut, dan semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah pula perilaku altruistiknya.

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari remaja desa (Batu Sondat) dan remaja kota yang berjumlah 112 orang. Kapten M Jamil) berjumlah 255 remaja. Quota sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu hingga terpenuhinya kuota yang diinginkan (Arikunto, 2006). Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 49 remaja yang tinggal di kota (kapten M Jamil) dan 40 remaja yang tinggal di pedesaan (Batu Sondat).

Pengumpulan data merupakan unsur penting dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh bahan yang tepat dan akurat sehingga diperoleh hasil pengukuran yang memuaskan dalam penelitian. Instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengungkap perilaku altruistik dalam penelitian ini adalah skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek perilaku altruistik menurut Cohen (dalam Nashori, 2008). Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila ia menjalankan fungsi pengukurannya atau memberikan hasil pengukuran yang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan tes tersebut, dan suatu tes juga dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika terdapat perbedaan atribut yang kecil. yang diukur.

Pengujian validitas alat ukur skala perilaku altruistik didasarkan pada uji validitas internal yaitu dengan melihat korelasi setiap elemen dengan total skor. Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh atau mencari reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode reliabilitas internal yaitu melakukan perhitungan hanya berdasarkan data dari instrumen tersebut dan diperoleh dengan menganalisis data dari satu hasil pengujian saja. Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian, maka teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah ANOVA satu arah untuk menguji perbedaan perilaku altruistik pada variabel Y dimana variabel X berada.

DAFTAR PUSTAKA

ALAT UKUR PENELITIAN 1. Alat ukur Penelitian

Alat Ukur Penelitian

IDENTITAS DIRI

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

SELAMAT BEKERJA

SKALA PERILAKU ALTRUISTIK

RELIABILITAS DAN VALIDITAS DATA 1. Reliabilitas dan Validitas Setelah Uji coba

Reliabilitas dan Validitas Uji Coba

ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Uji Asumsi Normalitas Sebaran

Uji Hipotesis

Uji Normalitas Sebaran

Uji Homogenitas

Uji hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Little did she know that in less than a year she would be representing South Africa as one of the top young science communicators in the world, meeting international researchers, and

Bahwa untuk kelancaran studi mahasiswa selama menempuh Pendidikan baik di Program Studi Keperawatan S I dan Pendidikan Profesi Ners, Program Studi Kebidanan SI dan Pendidikan Profesi