• Tidak ada hasil yang ditemukan

This research is descriptive quantitative with the all population from the students at class IX of SMP Negeri 3 Payakumbuh.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "This research is descriptive quantitative with the all population from the students at class IX of SMP Negeri 3 Payakumbuh."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Ifambatan

Peserta

Didik

Dalarri

Menentukan

Sekolah

Lanjutan (studi di

Kelas

D(

SMP

N

3

Payakumbuh)

JURNAL

/

/4;,

Dwi

Retno

Wahvu Ninssih I\PM:12060139

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRr SUMATERA B{nAT

2017

kc ,a

r!

I

ir :i :-

j

.dg

d ,1. ,:E**

..

.:

I ttd

{

-{ fr

'j

I ' :.i

i

x,l

,j

-n

I

il'l'i l

i ..i

:.I;

I

'i

{

(2)

Hambatan Peserta Didik Dalam Menentukan Sekolah Lanjutan (studi di Kelas IX SMP N 3 Payakumbuh)

Oleh:

Dwi Retno Wahyu Ningsih*

Rahma Wira Nita., M.Pd., Kons**

Suryadi, M.Pd.,**

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The background of this research is by the phenomenon of the students who have experience obstacle to determine the intermediate school. The aim of this research is to describe:

1)The students’ obstacle to determine the intermediate school can be seen from internal factor, 2) The students’ obstacle to determine the intermediate school can be seen from external factor.

This research is descriptive quantitative with the all population from the students at class IX of SMP Negeri 3 Payakumbuh. The population of this research is 122 students. Then, the sample of this research is 55 students. The technique that used to take the sample is proporsional random sampling. The instrument that used of this research is questionnaire. Furthermore, the researcher process of the data by using percentage formula.

The result of the research revealed that: 1) The students’ obstacle to determine the intermediate school can be seen from internal factor.The students’ obstacle in general is a lof of categories, while the indicators are: a) The physical aspect is a lof of category; (b) The psychological aspect is a quite a lot of category. 2) The students’ obstacle to determine the intermediate school can be seen from external factor in general are quite a lot of category, as for the indicator, namely: a) The aspect of family is a lot of and quite a lot of category, (b) The aspect of the school is a quite a lot of category, (c ) The aspect of sociaty is a quite a lot of category.

Based of the research is recommended tothe guidance and counseling teachers’ to have more pay attention to the students’ obstacle and give more maximizing of the guidance and counseling services and more improve assistance to the students who have a obstacle, so that the students do not still get the obstacles in determining the intermediate school.

Keyword : Student And Next Studing

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap individu.

Pendidikan diawali dari dalam keluarga yang mengajarkan dasar-dasar etika, norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan yang diperoleh dalam keluarga tidak cukup untuk mengembangkan potensi diri dan mencapai tujuan hidup. Untuk itu, individu dibekali ilmu, pengetahuan dan wawasan melalui jalur pendidikan formal di sekolah. Pendidikan dapat mengupayakan individu menjadi manusia yang cerdas, beriman, dan berakhlak mulia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 3 bahwa : “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah mengusahakan serta menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”.

Lebih lanjut dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

(3)

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia agar menjadi orang yang cerdas, beriman dan bertaqwa. Maka diperlukan pendidik yang profesional yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mampu menjawab tantangan kehidupan masa depan.

Menurut Abdillah (Aunurrahman, 2009:35) “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek- aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:9) “Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh suatu aktifitas atau suatuproses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”. Sejalan dengan pendapat di atas Sukmadinata (2004:156) menyatakan “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.

Menurut Sanjaya (2008:127)

“Tujuan dari pendidikan dasar khususnya SMP yaitu untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut. Peserta didik SMP dipersiapkan untuk melanjutkan kependidikan tingkat menengah”. Menurut pendapat Ginzberg (Santrock, 2003:483) “Peserta didik SMP berada pada fase pengembangan (growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun”. Dalam fase ini anak mengembangkan bakat-bakat, minat, kebutuhan, dan potensi yang akhirnya dipadukan dalam struktur konsep diri, fenomena yang terjadi saat ini peserta didik bingung dengan arah pemilihan sekolah lanjutan dan orangtua lebih berperan dalam

pemilihan sekolah lanjutan. Kondisi ini menyebabkan peserta didik SMP terkendala dalam memilih sekolah lanjutan yang sesuai dengan minatnya.

Menurut Sutikna (1998:17) “Studi lanjut adalah kelanjutan studi”. Dimana peserta didik yang telah lulus dari jenjang pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.

Apakah nanti akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU), Madrasah Aliyah (MA) atau ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menurut Poerwadarmita, (1976:144)

“Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pembelajaran, lanjutan adalah sehubungan dengan yang berikutnya”.

Memilih sekolah lanjutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memilih sekolah lanjutan setelah lulus sekolah menengah pertama yaitu SMA, SMK atau MA. Minat merupakan satu aspek yang mempengaruhi seseorang dalam memilih dan memutuskan suatu bidang karir atau jabatan, kecocokan antara pilihan karir dengan minat merupakan suatu pertimbangan penting bagi peserta didik dalam membuat keputusan pilihan studi lanjutnya, dalam memilih sekolah lanjutan maka peserta didik terlebih dahulu dapat memahami dirinya yaitu memahami kemanpuan intelegensi, bakat, minat, hasil belajar dan cita-cita serta aspek lain yang mendukung pemahaman diri peserta didik.

Menurut Winkel (2006:710) “Tugas perkembangan karir peserta didik SMP, yakni mengenal bakat, minat, serta arah kecenderungan karir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat. Terkait dengan tugas perkembangan persiapan diri dalam meneliti karir, peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya tidak langsung berpuas diri, akan tetapi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni pada jenjang setingkat Sekolah Lanjutan

Atas (SMA).

Berdasarkan hasil observasi di lapangan yang peneliti lakukan pada tanggal 2 April 2016 ditemukan bahwa adanya guru pembimbing yang merasa kebingungan dengan memberikan informasi sekolah lanjutan yang akan diberikan kepeserta

(4)

didik, adanya guru BK yang kurang pengetahuannya tentang sekolah lanjutan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 orang guru BK dan 2 orang peserta didik di SMP Negeri 1 Akabiluru pada tanggal 2 April 2016 di ketahui bahwa guru BK terdapat banyak hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pesrta didik, seperti kurangnya kerjasama yang kurang antara guru BK dengan pihak sekolah, tidak adanya program guru BK yang mengarahkan dalam menentukan sekolah lanjutan, adanya guru BK yang tidak mengikutsertakan orangtua peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan, adanya guru bimbingan dan konseling yang tidak mengenali bakat, minat, peserta didik sehingga sekolah lanjutan yang dipilihkan kurang tepat dengan peserta didik, adanya sarana dan prasarana yang kurang lengkap dalam pemberian layanan tentang sekolah lanjutan.

Kurangnya jam pembelajaran untuk Bimbingan dan Konseling.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami guru BK dalam menentukan sekolah lanjutan, yaitu dengan judul “Hambatan peseta didik dalam menentukan sekolah lanjutan di SMP Negeri 3 Payakumbuh”.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya peseta didik yang merasa kebingungan dengan sekolah lanjutan yang akan dipilih.

2. Adanya peserta didik yang kurang memahami tentang sekolah lanjutan.

3. Tidak adanya program guru BK yang mengarahkan dalam menentukan sekolah lanjutan.

4. Adanya guru BK yang tidak mengetahui bakat, minat peserta didik.

5. Adanya orangtua yang terlalu memaksa anaknya untuk masuk ke sekolah lanjutan yang diinginkan orangtua.

6. Adanya orangtua yang menentang sekolah lanjutan yang diinginkan anak.

7. Adanya peserta didik yang ingin masuk kesekolah lanjutan hanya karna mengikuti temannya.

8. Adanya peserta didik yang tidak yang tidak bisa menentukan sendiri sekolah lanjutan yang akan dimasukinya.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hambatan yang dihadapi peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari : faktor internal.

2. Hambatan yang dihadapi peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor eksternal.

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apa saja hambatan yang dihadapi peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor internal?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor eksternal?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di SMP Negeri 3 Payakumbuh. Alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian karena masalah yang akan diteliti ditemukan di SMP Negeri 3 Payakumbuh, berdasarkan hasil observasi dan wawancara banyak siswa yang memiliki hambtan dalam menentukan sekolah lanjutan

Penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif jenis deskriptif.

Menurut Mahmud (2011:100) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu.

Menurut Darmawan Deni (2013: 37) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data saja, namun dapat melihat, meninjau, dan menggambarkan objek yang diteliti sebagaimana adanya kemudian dilanjutkan menarik kesimpulan

(5)

setelah menemukan analisis terhadap data yang telah ditetapkan.

Menurut Arikunto (2010:173)

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya Yusuf (2005:183) menyatakan “Populasi merupakan totalitas semua nilai-nilai yang mungkin daripada karakteristik tertentu sejumlah objek yang ingin dipelajari sifat- sifatnya”. Selanjutnya Riduwan (2012:37), menyatakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Melihat populasi penelitian, peneliti memandang perlunya untuk melakukan sampling terhadap populasi tersebut. Sampel adalah sebagian dari populasi. Menurut Yusuf (2007: 186) sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi

tersebut

. Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti.

Yusuf (2005:186) menyatakan bahwa

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut”.

Walaupun yang diteliti sampel, hasil penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Syarat pengambilan sampel yaitu data itu benar, relevan, dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga kesimpulan dari penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan. Mengingat populasi dalam penelitian ini cukup banyak dan keterbatasan tenaga serta waktu, maka teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan secara keseluruhan atau semua populasi dijadikan sampel. (Riduwan, 2010:63). Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 peserta didik.

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Bungin (2011:131)

“Data interval adalah data yang memiliki

ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama”. Data yang akan di intervalkan adalah interaksi sosial peserta didik berprestasi dan tidak berprestasi dalam belajar.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Bungin (2011:132) data primer adalah “Data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian”. Jadi, sumber data yang digunakan langsung ke objek penelitian yaitu peserta didik di SMP Negeri 3 Payakumbuh . Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan, yaitu staf tata usaha di SMP Negeri 3 Payakumbuh.

Adapun alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini angket (kuesioner), yaitu seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Menurut Sugiyono (2011:199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab. Sedangkan menurut Yusuf (2005:252) “Kuesioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud memperoleh data”.

Menurut Riduwan (2010: 211) “Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keadaan atau kesahihan alat ukur”.Uji reliabilitas dapat dilakukan untuk mengetahui suatu instrument cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya (Arikunto, 2006:188). Uji reliabilitas yang dimaksud penelitian ini adalah untuk mengetahui kekonsistenan jawaban seseorang terhadap pernyataan dari waktu ke waktu.

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk

(6)

menguji hipotesis yang telah diajukan.

Sugiyono (2011:207).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis hasil penelitian ini tentang Hambatan Peserta Didik dalam Menentukan Sekolah Lanjutan di SMP Negeri 3 Payakumbuh. Variabel dalam penelitian ini adalah hambatan dalam menentukan sekolah lanjutan dengan masing-masing indikator yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

Pembahasan hasil penelitian akan dikemukakan berdasarkan analisis dan penafsiran dari data temuan penelitian yang tergambar pada deskripsi hasil sebelumnya.

Penelitian ini membahas tentang hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan di kelas IX di SMP Negeri 3 Payakumbuh. Hasil penelitian ini akan dibahas berdasarkan sub variabel faktor internal dan faktor eksternal dan indikator yaitu aspek sekolah, aspek keluarga dan aspek masyarakat. Hasil pembahasan dari penelitian dapat diungkap bahwa hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan secara umum berada pada kategori cukup banyak dengan 70.91%.

1. Secara Umum

a. Hambatan Peserta Didik dalam Menentukan Sekolah Lanjutan di Kelas IX SMP Negeri 3 Payakumbuh Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diatas dapat diketahui bahwa 40 dari 55 peserta didik berada pada kategori banyak. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum hambatan dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor eksternal dalam kategori banyak dengan persentase sebesar 72,73%. Winkel (2007: 648-649), dalam mengambil suatu keputusan mengenai pilihan jabatan, tinggi rendahnya taraf inteligensi yang dimiliki seseorang sudah berpengaruh, apakah pilihannya baik dan efektif atau tidak. Suatu bakat khusus menjadi bekal yang menungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu (field of occupation) dan mencapai tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan (levels of occupation).

2. Secara Khusus

a. Hambatan Peserta Didik dalam Menentukan Sekolah Lanjutan di Kelas IX SMP Negeri 3 Payakumbuh dilihat dari faktor internal

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dari sub variabel faktor internal dapat diketahui bahwa 36 dari 55 peserta didik berada pada kategori cukup banyak. Jadi dapat disimpulkan bahwa hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lamjutan berdasarkan faktor internal berada pada kategori cukup banyak dengan hasil persentase sebesar 65,45%.

Menurut Munandir (1996:97) mengungkapkan “Faktor genetik, yaitu faktor yang dibawa sejak lahir baik wujud dan keadaan fisik (wajah, jenis kelamin, suku bangsa, dan cacat-cacatnya) dan kemampuan”. Keadaan ini bisa membatasi preferensi atau keterampilan seseorang guntuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya untuk bekerja. Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan, besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pergaulannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya (pengalaman orang laki-laki dari pada pengalaman orang perempuan, tantangan orang normal lain dari pada tantangan yang dihadapi orang cacat). Cacat tubuh adalah “Sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan” (Slameto, 2010: 54).

b. Hambatan Peserta Didik dalam Menentukan Sekolah Lanjutan di Kelas IX SMP Negeri 3 Payakumbuh dilihat dari faktor eksternal

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diatas dapat diketahui bahwa 37 dari 55 peserta didik berada pada kategori cukup banyak. Jadi data diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum hambatan dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor eksternal dalam kategori cukup banyak. menurut Supriatna (2009:49), terdapat lima aktivitas perencanaan karir peserta didik yang perlu difasilitasi oleh

(7)

konselor, yaitu: (a) mempelajari semua informasi tentang karir; (b) berdiskusi dengan orang yang dituakan (seperti orangtua, kakak, konselor, guru, dan ustad) tentang rencana karir masa depan; (c) mengikuti kursus sesuai dengan bidang karir yang diminati; (d) berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler atau bekerja paruh waktu (part time) sesuai dengan karir yang diminati; dan (e) mengikuti pelatihan atau pendidikan yang sesuai dengan minat karir masa depan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan di kelas IX SMP Negeri 3 Payakumbuh sebagai berikut:

1. Hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor internal berada pada kategori cukup banyak

2. Hambatan peserta didik dalam menentukan sekolah lanjutan dilihat dari faktor eksternal berada pada kategori cukup banyak.

3. Selanjutnya dilihat dari indikator aspek fisik berada pada kategori cukup banyak, aspek psikis berada pada kategori cukup banyak, aspek keluarga berada pada kategori cukup banyak, aspek sekolah berada pada kategori cukup banyak dan aspek masyarakat berada pada kategori cukup banyak.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yanag telah dikemukakanberikut diberikan saran kepada:

1. Agar peserta didik dapat menentukan pilihannya untuk sekolah lanjutan sejak dini yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimliliki.

2. Agar guru BK di SMP Negeri 3 Payakumbuh dapat meningkatkan pemberian layanan di bidang karier kepada peserta didik, agar peserta didik jelas dalam pemahaman tentang karier untuk menentukan sekolah lanjutan.

3. Agar pihak sekolah dapat memberikan informasi akan pentingnya melibatkan orang tua dalam menentukan sekolah lanjutan bagi peserta didik.

4. Agar orang tua dapat mendukung peserta didik dalam memilih sekolah lanjutan yang akan dipilih oleh peserta didik.

5. Agar peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian lanjutan di bidang sekolah lanjutan bagi peserta didik dengan bebagai variabel yang berbeda dan menjadi patokan atau pedoman untuk pembuatan skripsi agar menjadi berkelanjutan.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Lainnya (Edisi kedua).Jakarta:

Kencana.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Maryati Kun dan Juju Suryawati. 2001.

Sosiologi. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Riduwan. 2012. Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung:

Pustaka Setia.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

(8)

Undang-Undang Dasar. 1945. Pasal 31 ayat 1 dan 3 tentang pendidikan.

Jakarta: Surabaya.

Undang-Undang RI. No.20 Tahun 2003.

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdikbud: Jakarta.

Winkel, WS. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institutusi Pendidikan.

Yogyakarta: media Abadi.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pengajaran unit dalam layanan bimbingan karir dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap sekolah lanjutan di