• Tidak ada hasil yang ditemukan

This research aimed to describe the influence of Time Token learning model on the speaking skill of grade VII students SMP Negeri 3 Batang Kapas Pesisir Selatan Regency

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "This research aimed to describe the influence of Time Token learning model on the speaking skill of grade VII students SMP Negeri 3 Batang Kapas Pesisir Selatan Regency"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 3 BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

Wilvi David Fernanda, Lira Hayu Afdetis Mana, Diyan Permata Yanda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

[email protected]

ABSTRACT

This research is motivated by the low skills of students in the learning process of speaking skills, especially telling the most memorable experience.

Students do not like to talk in front of the class for fear of being wrong and being laughed at by their friends. This research aimed to describe the influence of Time Token learning model on the speaking skill of grade VII students SMP Negeri 3 Batang Kapas Pesisir Selatan Regency. This type of research is quantitative with experimental type experimental design method with research design that used is one group pretest-posttest design. The results of this research are as follows. First, the average score of speaking skill of grade VII students of SMP Negeri 3 Batang Kapas of South Pesisir Regency of 2016/2017 before using Time Token learning model is 58,81 with sufficient classification (C). Second, the average score of speaking skill of grade VII students of SMP Negeri 3 Batang Kapas of South Pesisir Regency for the academic year 2016/2017 after using Time Token learning model is 78,81 with good classification (B). Third, there is a significant influence of the use of Time Token learning model on the speaking skill of grade VII students of SMP Negeri 3 Batang Kapas Pesisir Selatan Regency, because t count (7.56> 1.73).

Keywords: Model Learning,Time Token, Speaking Skill.

PENDAHULUAN

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh siswa di sekolah dalam menyampaikan ide gagasannya maupun informasi kepada orang lain, baik itu secara

perorangan, berpasangan, atau berkelompok. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka.

Seseorang yang mempunyai

(2)

keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya.

Keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan, pengarahan dan bimbingan yang intensif. Dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa, harus dilakukan dengan pembinaan dan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Penyampaian kompetensi berbicara yang menyenangkan, tentunya akan membangkitkan motivasi peserta didik untuk terampil berbicara dalam situasi apapun. Hal tersebut tentunya menjadi harapan, bukan hanya bagi peserta didik sebagai peserta didik, melainkan juga bagi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran yang dilakukan bersama peserta didik di dalam kelas. Diperlukan suatu interaksi belajar mengajar yang baik, antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, atau antara peserta didik dengan guru sebagai fasilitatornya.

Pembelajaran yang menuntut seseorang untuk terampil berbicara yaitu pembelajaran bercerita.

Bercerita adalah salah satu

pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah misalnya, menceritakan pengalaman yang paling mengesankan, menceritakan tokoh idola atau bercerita dengan alat peraga. Siswa yang mampu bercerita harus memperhatikan pilihan kata dan kalimat efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari pelajaran menceritakan pengalaman yang mengesankan

Pembelajaran menceritakan pengalaman yang mengesankan termasuk pada aspek berbicara.

Dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan siswa diharuskan untuk menceritakan pengalaman dengan ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), kalimat efektif, sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, kelancaran, dan penguasaan topik yang sesuai dengan faktor-faktor kebahasaan dan nonkebahasaan sebagai penunjang keektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau

(3)

sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar.

Keterampilan berbicara, khususnya menceritakan pengalaman yang paling mengesankan terdapat dalam standar isi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Standar Kompetensi Kelas VII (SK) 2 “Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman”.

Kompetensi Dasar (KD) 2.1

“Menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif.”

Menceritakan pengalaman yang mengesankan merupakan salah satu bentuk pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, khususnya tingkat SMP untuk pencapaian kompetensi adalah siswa mampu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan berdasarkan pokok-pokok rangkaian cerita dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan kalimat yang efektif.

Dalam menceritakan pengalaman tersebut siswa harus mampu menggunakan ketepatan ucapan,

penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), kalimat efektif, sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, kelancaran, dan penguasaan topik.

Hasil wawancara dengan salah seorang guru bahasa Indonesia Ibu Maimis di SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan permasalahan terkait dengan pengajaran keterampilan berbicara. Pertama, siswa takut dan minder ketika disuruh untuk maju ke depan, ini disebabkan karena siswa belum terbiasa untuk berbicara di depan kelas. Kedua, ketika berbicara di depan kelas siswa sering gugup sehingga apa yang disampaikan kurang terdengar. Ketiga, kurangnya kosakata yang dimiki oleh siswa, ketika berbicara di depan kelas adanya kalimat yang kurang efektif diucapkan oleh siswa. Keempat, siswa yang berbicara selalu didominasi oleh siswa yang pintar, siswa yang lain hanya diam dan acuh saja. Adapun indikator yang dinilai guru terhadap keterampilan berbicara siswa dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan.

Pertama, kesesuaiaan isi, isi cerita

(4)

dengan pokok-pokok cerita yang disusun siswa harus logis atau sesuai.

Kedua, pelafalan, pengucapan kata perkata yang diucapkan siswa jelas.

Ketiga, jeda dan intonasi, siswa harus pandai dalam mengatur tinggi, rendah suara dan cepat, lambat cerita harus sesuai dengan tema yang diceritakan. Keempat, gerak/mimik yaitu keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan yang dilakukan siswa ketika bercerita.

Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa kelas VII.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa beranggapan pembelajaran bahasa Indonesia kurang menarik dan membosankan.

Kecenderungan guru yang mengajar materi aspek berbicara dengan metode ceramah, dalam menyampaikan materi guru terlalu capat sehingga menyebabkan

pembelajaran menjadi

membosankan. Siswa tidak suka berbicara di kelas karena takut salah dan ditertawakan oleh teman- temannya.

Dampak dari permasalahan tersebut menunjukkan kurangnya kesempatan siswa untuk berbicara

hal ini disebabkan karena malu dan siswa yang berbicara selalu didominasi oleh siswa yang pintar.

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi siswa dalam berbicara, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang kreatif dalam pembelajaran berbicara. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara adalah menggunakan model pembelajaran Time Token. Hal ini bertujuan untuk menghindari peserta didik diam sama sekali, sebab dengan adanya pengaturan waktu berbicara dan pemberian kesempatan untuk berbicara kepada masing- masing siswa akan mewujudkan keteraturan siswa untuk berbicara atau mengemukakan pendapatnya.

Semakin sering siswa diberi kesempatan untuk berbicara pada proses belajar dan pada akhirnya mereka akan terbiasa dan mempunyai rasa percaya diri ketika diberi kesempatan untuk berbicara di depan teman-temannya.

Time Token dapat dijadikan salah satu model yang dapat mendorong semangat siswa dalam

(5)

pembelajaran, karena melibatkan semua siswa untuk aktif serta berperan dalam proses pembelajaran.

Dengan model pembelajaran Time Token ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan partisipasinya dalam pembelajaran serta membiasakan siswa untuk berbicara di depan kelas, sehingga siswa akan terbiasa tampil di depan kelas tanpa harus disuruh terlebih dahulu. Model pembelajaran Time Token ini akan diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara yaitu “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan”. Setiap siswa mampu menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), kalimat efektif, sikap wajar, tenang dan tidak mudah kaku, kelancaran dan penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang,

“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Time Token Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas

VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut Slamet (2008:34) berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat yang lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah kedalam simbol yang dipahami kedua belah pihak.

Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.

Arsjad dan Mukti (1988:17- 22) menyatakan faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara dijelaskan sebagai berikut.

(1) Ketepatan ucapan, Seseorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. (2) Penempatan tekanan, nada,sendi, dan durasi yang sesuai merupakan daya

(6)

tarik tersendiri dalam berbicara.

Pendengar tidak akan merasa bosan mendengar apa yang kita bicarakan.

(3) Pilihan kata (diksi), pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi.

(4) Ketepatan sasaran pembicaraan, hal ini menyangkut kalimat efektif.

Penggunaan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap makna pembicaraan tersebut.

Arsjad dan Mukti (1988:17- 22), juga menyatakan faktor nonkebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara dijelaskan sebagai berikut. (1) Sikap wajar, tenang dan tidak mudah kaku, tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. (2) Kelancaran, seseorang yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. (3) Penguasaan topik, Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran.

Menurut Shoimin, (2014:216) Time Token adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Time Token ini dengan cara berkelompok, yang dalam pembelajaran ini mengajarkan keterampilan sosial untuk

menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa diam sama sekali dalam diskusi.

Guru memastikan semua anggota kelompok telah menguasai materi pembelajaran yang diberikan.

Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksprimen. Rancangan yang digunakan adalah one group pretest- posttest design. Populasi dalam penelitian berjumlah 103 orang siswa, sampel diambil 20 orang siswa.

Teknik penarikan sampel yaitu menggunakan teknik proportional random sampling. Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu pertama, varibel bebas “model pembelajaran Time Token. Kedua, varibel terikat

“keterampilan berbicara”. Terkait dengan variabel penelitian, data dalam penelitian ini berjumlah dua yaitu sebagai berikut. Pertama, skor dari hasil tes keterampilan berbicara sebelum menggunakan model

(7)

pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Kedua, skor dari hasil tes keterampilan berbicara sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes unjuk kerja. Tes unjuk kerja yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini.

Pertemuan pertama, siswa mengerjakan tes awal (pretest) bercerita dengan tema “peristiwa yang menakutkan”. Kedua, diberikan perlakuan model pembelajaran time token. Ketiga ,siswa mengerjakan tes akhir (posttest) bercerita dengan tema “peristiwa yang menyenangkan”

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum penelitian ini dilakukan dua kelas, yaitu kelas pretest dan kelas posttest. Kelas pretest sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token dan kelas

posttest sesudah mengggunakan model pembelajaran Time Token.

Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 22 Agustus 2017 s/d 07 September 2017, data penelitian ini diperoleh dengan memberikan tes unjuk kerja berbicara sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token dan sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan.

Hasil dan pembahasan dapat dilihat sebagai berikut ini.

a. Keterampilan Berbicara Siswa Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Time Token Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan

Nilai yang diperoleh untuk keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan tipe Time Token. Skor rmaksimal yang diperoleh siswa secara lengkap adalah sebagai berikut. Pertama, skor 17 diperoleh oleh 2 orang siswa (10%). Kedua, skor 15 diperoleh oleh 4 orang siswa (20%). Ketiga,

(8)

skor 13 diperoleh oleh 3 orang siswa (15%). Keempat, skor 12 diperoleh oleh 3 orang siswa (15%). Kelima, skor 11 diperoleh oleh 3 orang siswa (15%). Keenam,skor 9 diperoleholeh 5 orang siswa (25%).

Berdasarkan data diperoleh rata-rata hitung yaitu 58,81.

Berdasrkan rata-rata hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan keterampilan berbicara sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan berada pada rentang 56-65% yaitu kualifikasi cukup (C)

Selanjutnya pengklasifikasian keterampilan berbicara sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan skala 10.

Gambar 1. Diagram Keterampilan Berbicara Siswa Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Time Token Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan b. Keterampilan Berbicara Siswa

Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Time Token Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan

Nilai yang diperoleh untuk keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan tipe Time Token. Sko rmaksimal yang diperoleh siswa secara lengkap adalah sebagai berikut. Pertama, siswa yang memperoleh nilai 42,86 berjumlah 2 orang. Kedua, siswa yang memperoleh nilai 52,38 berjumlah 2 orang. Ketiga, siswa

5 3 6 4 2 02

46 108 1214 1618 20

buruk sekali buruk kurang sekali kurang hampir cukup cukup lebih dari cukup baik baik sekali sempurna

Frekuensi

Kualifikasi

(9)

yang memperoleh nilai 66,67 berjumlah 1 orang. Keempat, siswa yang memperoleh nilai 80,95 berjumlah 4 orang. Kelima, siswa yang memperoleh nilai 85,71 berjumlah 3 orang. Keenam, siswa yang memperoleh nilai 90,48 berjumlah 5 orang. Ketujuh, siswa yang memperoleh nilai 95,24 berjumlah 3 orang.

Berdasarkan data diperoleh rata-rata hitung yaitu 78,81.

Berdasarkan rata-rata hitung tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan berbicara siswa sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan berada pada rentang 76-85% yaitu klasifikasi baik (B).

Selanjutnya pengklasifikasian Keterampilan Berbicara Siswa Sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan skala 10

Gambar 2. Diagram Keterampilan Berbicara Siswa Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Time Token Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan c. Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Time Token Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan nilai keterampilan berbicara sesudah menggunakan model time token yang mendapatkan kualifikasi baik. Hal ini membuktikan bahwa keterampilan berbicara dengan mendapatkan perlakuan penggunaan model pembelajaran time token lebih baik dibandingkan dengan sebelum penggunaan model time token.

2 2 1 4 11 02

46 108 1214 1618 20

buruk sekali buruk kurang sekali kurang hampir cukup cukup lebih dari cukup baik baik sekali sempurna

Frekuensi

Kualifikasi

(10)

KESIMPULAN

Berdasarkan uji-t disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Time Token terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan karena thitung = 7,56>ttabel 1,73. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut. Pertama, disarankan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan untuk lebih banyak berlatih berbicara di depan baik disekolah maupun diluar sekolah, agar keterampilan berbicara lebih bagus lagi. Kedua, guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir

Selatan dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran Time Token untuk mewujudkan keterampilan berbicara siswa kelas SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan menjadi lebih baik, hal ini disebabkan bahwa model pembelajaran sangat berperan penting untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Ellya Ratna. 2003.

Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Padang: UNP Press.

Aris Shoimin. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988.

Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Burhan Nurgiyantoro. 1995.

Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Yogyakarta: BPFE

Slamet. 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia.

Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan

(11)

kualitatif, kuantitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Excellent, accept the submission 5 x Good, accept the submission with minor revisions required 4 Acceptable, revisions required 3 Resubmit for review, major revisions required 2

Table Title Item Font Font Type Font Size Title Cambria Regular 11 Author names Cambria Regular 11 Author affiliation/email Cambria Regular 11 Abstract/Keywords Cambria Regular