• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESENSI NOVEL 9 matahari ekstrinsik

N/A
N/A
diah amalia

Academic year: 2024

Membagikan " RESENSI NOVEL 9 matahari ekstrinsik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

COVER NOVEL

(2)

IDENTITAS BUKU

(3)

Judul : 9 Matahari Penulis : Adenita Genre Buku : Fiksi

Penerbit : Grasindo Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2009 Cetakan ke : III

Deskripsi Fisik : xiv + 362 hlm

ISBN : 9789790255739

SINOPSIS

(4)

Novel 9 Matahari menceritakan kisah dari seorang anak perempuan bernama Matari Anas buah dari keluarga berkecukupan yang tinggal di Rawa Bugel, sebuah daerah yang teletak di dekat Bandar Udara Internasional Cingkareng. Ayahnya bernama Bintari Anas dan ibunya bernama Tati Hayati. Matari Anas mempunyai seorang kakak bernama Hera.

Ayahnya hanya seorang tamatan Sekolah Teknik Menengah yang bekerja menjadi mekanik di sebuah pabrik kertas. Sementara ibunya tamatan Sekolah Menengah Pertama berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu menjadi sebuah dorongan bagi Matari Anas untuk menjadi seorang sarjana. Ia percaya dengan menjadi seorang sarjana, ia mampu memperbaiki keadaan ekonomi keluraganya. Meskipun mendapat keraguan dari keluarganya, namun dengan tekad dan keyakinan Matari Anas bisa masuk ke Universitas Panitan, salah satu universitas yang terletak di tengah Kota Bandung. Di Universitas ini Matari Anas memilih program ekstensi jurusan Ilmu Komunikasi.

Tak terasa waktu berlalu kehidupannya yang susah berhasil dilalui dan setelah mendapat informasi bahwa akan ada penerimaan mahasiswa baru di Universitas Panaitan pada jurusan yang telah lama ia impikan yaitu ilmu komunikasi. Dia pun melalui hari-harinya di Universitas Panaitan dengan semangat yang besar dia mengikuti kuliah dengan sungguh- sungguh. Tari kuliah bukan berarti kendalah masalah berakhir bahkan situasi semakin bertambah buruk. Uang kuliah untuk semester selanjutnya dia harus berhutang sana sini, bekerja tapi pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehingga utang-utangnya semakin hari semakin menumpuk. Karena keadaan tersebut ditambah lagi dengan masalah keluarga yang menyita pikirannya.

Matari Anas sadar bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, ia tidak bisa mengandalkan sepenuhnya dari keluarga. Dengan kondisi seperti ini, ia berusaha untuk mencari pekerjaan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sebelum menjadi mahasiswa di Universitas Panaitan, ia pernah menjadi seorang resepsionis di sebuah restoran. Pekerjaan ini hanya ia jalani selama tiga bulan, karena pada saat itu ia diterima di Universitas Panaitan. Sadar bahwa kebutuhan kuliah lebih besar, ia mencoba kembali mencari pekerjaan baru.

Matari Anas di terima menjadi penyiar di radio Qyu FM, salah satu radio di Kota Bandung. Sebagai penyiar baru, ia ditempatkan pada malam hari. Di Qyu FM Matari Anas tidak sebatas siaran. Dia dan rekan-rekan lainnya harus terlibat dalam acara-acara off air.

Meskipun dengan gaji yang belum besar dan waktu yang melelahkan, Matari Anas tetap senang karena disinilah ia mendapat banyak pengalaman dan tentunya teman-teman yang baru.

Pekerjaan yang cukup memakan banyak waktu, menjadikan kuliahnya sedikit terganggu. Ia tidak bisa meluangkan waktu yang lama untuk teman-teman kuliahnya. Di sela waktu kerja atau saat pulang malam hari, ia mengerjakan tugas, menghafal, membaca di dalam angkot, mengonsep makalah di tempat kerja dan aktivitas lainnya yang terkadang ia

(5)

lakukan bersamaan. Semua dia lakukan untuk bisa tetap kuliah dan mendapatkan rezeki dalam memenuhi kebutuhannya.

Meskipun ia sudah bekerja, ia masih tetap mempunyai hutang. Gaji dari pekerjaannya ia gunakan untuk kubutuhan pokok sehari-hari sementara untuk kebutuhan yang lain seperti uang kos dan uang operasional lainnya masih menggunakan uang pinjaman dari orang-orang terdekatnya. Ada sebagian hutang yang telah dilunaskan, namun itu juga berasal dari pinjaman yang lain.

Di tengah kesibukannya, ia tak jarang untuk menyempatkan pulang ke rumahnya. Ia mendapatkan kondisi keluarganya yang tidak berubah. Ayahnya masih tetap mengecam niat kuliahnya itu. Dengan sifat Ayahnya yang keras, tak jarang terjadi perdebatan dan sering terdengar bentakan atau suara keras yang dikeluarkan Ayah kepada mereka.

Matari Anas yang mendapat beberapa permasalahan, baik itu permasalahan keluarga, kuliah, pekerjaan namun ia tetap tegar meskipun terkadang ia juga tidak bisa membohongi perasaannya akan kesedihan yang ia rasakan. Di saat ia menjalani perkuliahannya ia mengenal beberapa orang yang sangat perhatian mengenai permasalahan yang ia hadapi. Ia mengenal Mbak Lena, teman kosnya yang berkenan memberi pinjaman uang untuk membantu melunasi hutang-hutangnya, ia mempunyai sahabat bernama Sansan yang setia menemani ketika ia sedang kesedihan dan Mama Hesti, ibu dari Sansan yang sering memberikan nasehat serta motivasi dan telah manganggap Matari Anas sebagai anaknya sendiri dan beberapa teman-temannya yang lain yang sangat mengerti keadaan Matari Anas seperti Arga, Medi, Genta,dan Kaisar. Kekuatan tekad untuk kepentingan keluarga serta dorongan orang-orang terdekatnyalah yang mampu menguatkannya untuk tetap mengejar impiannya menjadi seorang sarjana.

Dan pada akhirnya ia bisa menjadi seorang sarjana. Mimpi yang telah lama ia cita- citakan yang tentunya sangat membahagiakan orang tuanya. Ia bangga dengan jerih payahnya, dengan persoalan-persaoalan yang ia hadapi ia tetap bisa menjadi seorang sarjana. Baginya, ia sudah membuktikan keadaan ekonomi bukanlah menjadi sebuah alasan untuk meraih suatu harapan.

Tari kembali ke Bandung setelah kebahagian dengan keluarga dilewati. Beberapa bulan kemudian Tari pun di wisuda tentunya pada moment itu ibu bapaknya hadir dengan penuh kebanggaan. Dan dari sanalah Tari selalu meyakini suatu hal yaitu “sesuatu akan lebih indah pada saatnya nanti akan terwujud. Tawa, bahagia, dan air mata, riuh dan sepi adalah bagian dari perjuangan ”. melewati itu semualah akhirnya Tari sampai pada impiannya.

(6)

UNSUR INTRINSIK

1. Tema : Perjuangan untuk mengenyam pendidikan dan menjalani kehidupan yang serba sulit

2. Alur : Alur maju

3. Sudut Pandang : Sudut pandang orang ketiga, Karena pengarang memilih salah seorang tokohnya untuk menceritakan orang lain.

4. Latar Tempat

 Rumah

 Universitas Pasanggiri

 Universitas Panaitan

 Bandung

 Pasar Sukajadi

5. Gaya Bahasa

a. sarkasme

b. gaya bahasa asosiasi.

c. gaya bahasa hiperbola d. gaya bahasa pesonifikasi e. gaya bahasa litotes f. gaya bahasa simbolik.

6. Tokoh dan Penokohan

a. Matari Anas (Tari) : Seorang perempuan yang mempunyai semangat yang tinggi, pantang menyerah, tegar dan kuat dalam menghadapi hidup yang penuh kemelut.

b. Hera : Seorang kakak yang pekerja keras untuk membantu keuangan keluarga.dan mendukung adiknya

c. Bapak : Orang yang mudah marah dan kasar dan suka menghayal

d. Ibu : Sabar, penyayang, dan selalu mendukung anaknya untuk bisa memperoleh e. Elis : Polos,pemalu, baik, dan ramah

f. Shinta : Pintar, ramah, dan pekerja keras g. Nitha : Suka membantu.

h. Afan : Teman yang selalu peduli.

i. Mbak Lena : Teman kosan yang perhatian, suka membantu dan rela berkorban.

j. Sansan : Sahabat yang baik.

k. Tante Hesti : Suka menolong dan penyayang.

l. Om Win : Perhatian terhadap kehidupan orang lain.

(7)

7. Amanat

a. Jangan mudah menyerah dalam meraih sebuah tujuan dan cita-cita yang kita inginkan, walaupun banyak hambatan untuk menggapainya asalkan optimis dan yakin pada kemampuan yang kita punya, kita pasti bisa meraih cita-cita itu.

b. Sabar dalam menghadapi cobaan.

c. Dalam keluarga ,kerjasama, persaudaraan, dan saling membantu harus dijunjung tinggi.

UNSUR EKSTRINSIK

1. Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan yang terdapat di dalam novel 9 Matahari yaitu dari sikap semangat Matari Anas yang terus berusaha untuk dapat menyelesaikan kuliahnya. Meskipun, ia sangat kekurangan biaya.

2. Nilai Sosial

Banyak teman Tari yang tidak mempermasalahan status sosialnya. Ketika mengetahui Anas mengalami permasalahan mengenai biaya maka teman-temannya banyak yang secara tulus membantu memberikan uluran tangan.

3. Nilai Moral

a. Sikap teman-teman Tari yang selalu memberikan semangat di saat dia sudah mulah memiliki semangat yang padam.

b. Jadi, memang terkadang manusia memang membutuhkan kekuatan dari orang lain.

4. Nilai Religi

Nilai religi dalam novel yaitu setiap manusia yang bersikap optimis menandakan ia juga mempunyai rasa bersyukur yang tinggi.

5. Kelebihan

a. Dari kisah inilah kita disadarkan bahwa hambatan apa pun bukanlah alasan untuk berhenti untuk meraih tujuan.

b. Menyadarkan kita bahwa semua yang kita dapatkan sekarang patut di syikuri atas rahmat dari yang Maha Kuasa.

c. Secara kesuluruhan buku ini sangat menginspirasi, memberi semangat untuk terus melanjutkan jalan pendidikan walau berbagai masalah mendera.

6. Kekurangan

a. Memiliki kisah yang sangat kompelks. Dalam hidupnya Matari terlalu berpandang negatif dalam semua masalah yang ada. Sehingga dapat membuat jenuh para pembacanya.

b. Dari segi konflik mungkin sedikit monoton, di awal hingga pertengahan cerita memunculkan kesan bosan membacanya

c. Cerita-cerita yang terdapat dalam 9 Matahari tidak saling berhubungan atau berdiri sendiri-sendiri. Jadi terasa tidak adanya klimaks dalam cerita ini.

7. Tentang Pengarang

(8)

Yulia Anita, lebih dikenal dengan nama Adenita, lahir di Jakarta, 3 Juli1981. Selepas SMA 33 Jakarta, ia meneruskan kuliah di Politeknik ITB (sekarang Politeknik Negeri Bandung dan melanjutkan ke Jurusan “Public Relations”,Fakultas Ilmu Komuni8kasi Universitas Padjajaran, Bandung. Lulus dengan gelar Sarjana Sosial pada tahun 2007. Sejak SMA, sudah aktif berkegiatan. Pada tahun 1997, ia terpilih sebagaianggota Paskibraka Jakarta Barat.

Mulai aktif menulis ketika pada tahun 2004 iamenjadi koordinator Klub Menulis di Tobucil, Common Room Bandung. Aktif juga sebagai “Tim Penggembira” di Ganesha TV (GTV), Unit Kampus milik ITB.

Referensi

Dokumen terkait