1 | Regulasi TPPU Terbaru - 2012
R
EGULASIT
ERBARUD
IB
IDANAP
ENCEGAHAND
ANP
EMBERANTASANT
INDAKP
IDANAP
ENCUCIANU
ANGD
ANP
ENDANAANT
ERORISME
Kontributor
Fithriadi Muslim, Rachmawati, Afra Azzahra, Ferti Srikandi Sumanthi, Listawati, Hardi Setiyo
Disain & Tata Letak Perpustakaan PPATK
Cetakan pertama, Mei 2012 viii+ 738 hlm + indeks
Penerbit
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
Jl. Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia Telephone: +6221‐3850455,
Facsimili: +6221‐3856009 Website: www.ppatk.go.id, Email: contact‐us@ppatk.go.id
RESENSI
Dalam rezim anti pencucian uang (AML Regime) di tanah air kita, PPATK ditempatkan sebagai national focal point dalam upaya mencegah dan memberantas TPPU. Hal ini dinyatakan secara tegas baik dalam konstruksi UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 maupun dalam Undang‐Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Dalam pelaksanaan tugas pokok sebagai financial intelligence unit (FIU), PPATK memiliki peran penting dan strategis dalam menerima dan menganalisis laporan transaksi keuangan, serta memberikan informasi intelijen keuangan mengenai indikasi TPPU atau dugaan tindak pidana asal kepada Aparat Penegak Hukum untuk ditindaklanjuti penanganannya..
Dalam melaksanakan tugas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang tersebut di atas, perlu adanya peraturan pelaksana yang merupakan amanat langsung dari Undang‐Undang Tindak Pidana Pencucian Uang ( UU TPPU) maupun keberadaan “peraturan‐peraturan mandiri” yang akan mendukung pelaksanaan tugas PPATK dimaksud. Untuk itu, PPATK terlibat dalam berbagai penyusunan hingga pendokumentasian berbagai peraturan perundang‐undangan terkait penegakan rezim anti‐pencucian uang dan pendanaan terorisme serta ketentuan‐ketentuan internal lainnya.
Pendokumentasian berbagai ketentuan tentang TPPU dan pendanaan terorisme serta ketentuan‐
ketentuan internal lainnya merupakan bagian penting dan sekaligus memiliki peran penting khususnya dalam memberikan informasi yang komprehensif dan juga utuh, yang pada gilirannya diharapkan dapat
2 | Regulasi TPPU Terbaru - 2012
meningkatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melaksanakan rezim anti‐pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia. Pendokumentasian ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan penyebarluasan dan pemahaman pengetahuan hukum, serta untuk memudahkan pencarian dan penelusuran peraturan perundang‐undangan dan peraturan lain yang terkait dengan pelaksanaan rezim anti‐pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Buku dokumentasi berbagai peraturan dan ketentuan di bidang pencegahan dan pemberantasann TPPU dan pendanaan terorisme ini telah disusun secara sistematis dan memuat berbagai peraturan yang meliputi peraturan perundang‐undangan, peraturan Kepala PPATK terkait pihak pelapor, terkait aparat penegak hukum, serta terkait manajemen internal PPATK. Para pengguna yang akan memanfaatkan buku dokumentasi peraturan dan ketentuan ini tidak hanya para pemangku kepentingan baik di sektor keuangan maupun di sektor penegakan hukum, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas yang merasakan secara langsung dampak dari pelaksanaan rezim anti‐pencucian uang di Indonesia sehingga menumbuhkan kepedulian masyarakat luas akan pentingnya menegakan rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme tersebut. Upaya pedokumentasian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan kinerja PPATK dalam upaya mencegah dan memberantas TPPU khususnya dalam mengembangkan dan melaksanakan kebijakan, peraturan, dan prosedur yang berkaitan dengan anti‐
pencucian uang sebagaimana diamanatkan oleh UU TPPU.
Buku ini terbagi atas 4 (empat) bagian. Bagian Kesatu berisi Undang‐Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Terkait dengan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu: (1) Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; (2) Undang‐
Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana; (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksaanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; (4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 tentang Komite Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; (5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; (6) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia Pada Egmont Group; dan (7) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia Pada Asia Pacific Group On Money Laundering.
Bagian Kedua berisi peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Terkait dengan Pihak Pelapor, yaitu: (1) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐03/1.02.1/PPATK/03/12 tentang Pelaksanaan Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi Di Bidang Perbankan, Pasar Modal, dan Asuransi; (2) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 14/1,02.1/PPATK/10/2011 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Pegadaian; (3) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐11/1.02.1/PPATK/09/2011 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyelenggara Pos; (4) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor:: PER‐
10/1.02.1/PPATK/09/2011 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lainnya; (5) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor:
PER‐12/1.02.1/PPATK/09/11 tentang Tata Cara Pelaporan Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Barang dan/atau Jasa Lainnya; (6) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor:
PER‐07/1.02/PPATK/12/10 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi Mencurigakan Bagi Penyedia Jasa Keuangan; Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor:
KEP‐13/1.02.2/PPATK/02/08 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Terkait Pendanaan Terorisme Bagi Penyedia Jasa Keuangaan; (7) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis
3 | Regulasi TPPU Terbaru - 2012
Transaksi Keuangan Nomor: KEP‐47/1.02/PPATK/06/2008 tentang Pedoman Identifikasi Produk Nasabah, Usaha dan Negara Yang Berisiko Tinggi Bagi Penyedia Jasa Keuangan; (8) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 3/1/KEP.PPATK/2004 tentang Pedoman Laporan Transaksi Keuangan Tunai dan Tata cara Pelaporannya Bagi Penyedia Jasa Keuangan; (9) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 3/9/KEP.PPATK/2004 tentang Transaksi Keuangan Yang Dikecualikan Dari Kewajiban Pelaporan; (10) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/4/KEP.PPATK.2003 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Bagi Penyedia Jasa Keuangan; (11) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 2/5/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Pedagang Valuta Asing dan Usaha Jasa Pengiriman Uang; dan (12) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 2/1/KEP.PPATK/2003 tentang Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Bagi Penyedia Jasa Keuangan.
Bagian Ketiga berisi Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Terkait dengan Aparat Penegak Hukum, yaitu: (1) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐09/1.01/PPATK/11/2009 tentang Tata Cara Pertukaran Informasi; dan (2) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐
04//1.03/PPATK/04/2011 tentang Pedoman Penggunaan Aplikasi Sistem Secure Online Communications.
Bagian Keempat berisi Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Terkait dengan Manajemen Internal PPATK, yaitu: (1) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: KEP‐1/1.01/PPATK/01/08 tentang Pedoman Good Governance Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; (2) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐05/1.91/PPATK/04/09 tentang Pedoman Sistem Pelanggaran; (3) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐01/1.01/PPATK/01/10 tentang Keterbukaan Informasi Publik Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; (4) Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: 54/1.01/PPATK/05/2011 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Tahun 2010‐2014 Pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; (5) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: KEP‐
73/11.01/08/10 tentang Kode Etik Pegawai Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; (6) Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: PER‐02/1.04/PPATK/03/09 tentang Strategi dan Kebijakan Teknologi Informasi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
Jakarta, 23 Mei 2012 Edi Nasution