Dengan kehadiran Tafsīr al-Munīr, dialektika tersebut menarik untuk dilihat melalui respon yang dilakukannya terhadap budaya lokal masyarakat Bugis. Kedua, kitab Tafsīr al-Munīr memiliki nuansa kultural yang lebih kental dibanding tafsir Bugis yang lain. Daud Ismail merespon isu-isu lokal tersebut, khususnya yang bersinggungan dengan agama dan budaya lokal Bugis menjadi poin penting dilakukannya penelitian ini.
Daud Ismail melakukan respon terhadap budaya lokal Bugis yang dapat dibagi ke dalam tiga macam dimensi.
Vokal Panjang fathah + alif
Vokal Rangkap fathah + ya' mati
Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Penulisan Kata-Kata dalam Rangkaian Kalimat ءببّلأا ضصق
Konsonan
Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sahiron Syamsuddin, M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis selama berkuliah. Seluruh dosen dan staf Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang sangat berperan penting bagi penulis selama menempuh studi.
Kawan-kawan seperjuangan, Asri, Basyir, Azam, Dyan, dan Atun yang menemani penulis selama berkuliah, meskipun dalam situasi pandemi COVID-19.
Latar Belakang
Vernakularisasi dalam tradisi Al-Qur‘an yang dilakukan oleh ulama di Indonesia setidaknya disebabkan karena dua alasan. Pertama, sebagai upaya untuk mensosialisasikan dan membumikan Al-Qur‘an kepada masyarakat yang tidak paham dengan bahasa Arab, sehingga kedudukan Al-Qur‘an tetap menjadi kitab pegangan dan petunjuk. 5 Islah Gusmian, ―Bahasa Dan Aksara Tafsir Al-Qur‘an Di Indonesia Dari Tradisi, Hierarki Hingga Kepentingan Pembaca,‖ Tsaqafah 6, no.
6 Islah Gusmian, ―Bahasa Dan Aksara Dalam Penulisan Tafsir Al-Qur‘an Di Indonesia Era Awal Abad 20 M,‖ Mutawatir 5, no. 7 Mursalim, ―Tafsir Bahasa Bugis Karya MUI Sul-Sel (Analisa Metodologis Penafsiran Al-Quran),‖ Jurnal Komunikasi Dan Sosial Keagamaan XVI, no. 8 Mursalim, ―Vernakulisasi Al-Qur‘an Di Indonesia (Suatu Kajian Sejarah Tafsir Al- Qur‘an),‖ Jurnal Komunikasi Dan Sosial Keagamaan XVI, no.
Dengan kata lain, unsur lokalitas yang terdapat di dalamnya, selain tergambarkan pada aspek penampilan dan bahasa yang digunakan, juga terlihat pada konten penafsirannya.12 Adapun salah satu tafsir lokal yang diyakini memiliki kedua unsur itu ialah Tafsīr al-Munīr karya KH.Daud Ismail. 10Terdapat beberapa tulisan yang terkait dengan bahasa dan aksara tafsir lokal yang dituliskan oleh Islah Gusmian, misalnya ―Bahasa Dan Aksara Dalam PenulisanTafsir Al-Qur‘an Di Indonesia Era Awal Abad 20 M‖ dan ―Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur‘an di Indonesia: dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca‖. 11Sebab, tujuan ditulisnya tafsir dalam bahasa Indonesia ataupun lokal, yaitu untuk memudahkan masyarakt umum paham akan kandungan Al-Qur‘an.
Lihat:Gusmian, ―Bahasa Dan Aksara Tafsir Al-Qur‘an Di Indonesia Dari Tradisi, Hierarki Hingga Kepentingan Pembaca,‖ 13–. Rafii Yunus Martan menjelaskan bahwa salah satu tujuan ditulisnya Tafsir al-Munir dengan menggunakan bahasa Bugis ialah untuk menjaganya dari kepunahan.
Rumusan Masalah
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Daud Ismail dengan kedudukannya sebagai ulama merespon isu-isu lokal yang terdapat pada masyarakat Bugis melalui kitab tafsir yang ditulisnya. Menunjukkan bahwa sebuah produk tafsir dalam pengerjaannya diiringi oleh tujuan tertentu dari si mufassir, salah satunya dijadikannya ia sebagai wadah dalam merespon isu-isu lokal yang melingkupi audiensnya.
Tinjauan Pustaka
Vernakularisasi Al-Qur‘an dalam perkembangannya di Indonesia telah banyak melahirkan berbagai macam karya, baik terjemah maupun tafsir dalam bahasa Melayu, Jawa, Batak, Sunda, dan bahasa lokal lainnya.22 Dengan kata lain, pada proses vernakularisasi bahasa merupakan unsur terpenting. Jika dikaitkan dengan vernakularisasi Al-Qur‘an di tatar Bugis, maka penggunaan bahasa Bugis sebagai instrumen penafsiran memiliki dua fungsi (1) mempermudah pemahaman orang Bugis atas Al-Qur‘an, (2) sekaligus memperluas pengaruh budaya Bugis serta kearifannya dalam literatur tafsir.23 Hal tersebut dikarenakan fungsi vernakularisasi pada Al-Qur‘an yang tidak hanya sebagai upaya pembumian Al-Qur‘an kepada masyarakat Muslim yang tidak paham akan bahasa Arab, tetapi juga sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya lokal, yaitu bahasa daerah.24. 21 Rohmana, ―Memahami Al-Qur‘an Dengan Kearifan Lokal : Nuansa Budaya Sunda Dalam Tafsir Al-Qur‘an Berbahasa Sunda,‖ 81.
Rohmana, ―Tafsir Al-Qur‘an Dari Dan Untuk Orang Sunda: Ayat Suci Lenyepaneun Karya Moh. 34 Ahmad Syahid, ―Kontribusi Dan Lokalitas Tafsir Faiḍ Al-Raḥmān Karya Kiai Saleh Darat,‖ Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al Qur’an Dan Tafsir 14, no. 35 Mohamad Zaenal Arifin, ―Aspek Lokalitas Tafsir Fai Al-Rahman Karya Muhammad Sholeh Darat,‖ MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir 3, no.
Muhammad Abduh Pabbajah, dikarenakan ia ditulis dari juz 30 ke juz 1 hingga juz 29 yang menjadikannya berbeda dengan tafsir Bugis yang lain.44 Menurut Roger Tol, terjemah Al-Qur‘an 30 juz dalam bahasa Bugis ditulis oleh KH. Sebab, di satu sisi karya tersebut ditulis dengan tulisan tangan dan buku yang dicetak sebagai kekhasan dari tradisional, di sisi lain ia juga menampilkan foto pengarang yang berwarna khas modern.45 Selain itu, penulisan terjemah yang diletakkan di sebelah kiri, dan ayat Al-Qur‘annya disebelah kanan terlihat berbeda jika dibandingkan dengan terjemah yang lain.46 Misalnya, pada Tafsīr al-Munīr yang memiliki tata letak terjemah yang berkebalikan dengannya47, atau Tafsīr al-Mu’īn yang menempatkan terjemah di bawah ayat Al-Qur‘an.48. 46 Mursalim, ―Vernakularisasi Al-Qur‘an Di Tanah Bugis: Tinjauan Metodologis Terjemahan Al-Qur‘an Karya Anregurutta Muh.
49 Misbah Hudri, ―Surah Al-Fatihah Dalam Tafsir Bugis (Telaah Terhadap Kitab Tafsīr Al-Munīr Karya K.H. Daud Ismail)‖ (Skripsi - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017), 6. 57 Muhammad Dzal Anshar, ―Al-Nafs (Analisis Komparatif Kitab Tafsir Al-Munir Dan Kitab Tafsir Al-Qur‘an Al-Karim Terhadap QS. Yusuf/12:53)‖ (Skripsi - UIN Alauddin Makassar.
Kerangka Teori
Posisi dan fungsi Al-Qur‘an yang demikian itu, pada akhirnya melahirkan proses dialektika dengan budaya masyarakat Arab. Hal tersebut ditunjukkan dengan respon yang berbeda-beda dari Al-Qur‘an terhadap budaya masyarakat Arab. Proses enkulturasi tersebut menuntut terbentuknya probuk budaya baru melalui transformasi dari dialektika antara Al-Qur‘an dengan budaya setempat.
Proses dialektika yang dialami Al-Qur‘an dengan budaya lokal (Arab), juga akan dijumpai pada produk tafsir Al-Qur‘an. 91 Imam Muhsin, Al-Qur’an Budaya Jawa: Dalam Tafsir Al-Huda Kaya Bakri Syahid, 1st ed. Daud Ismail sebagai author dengan teks berupa Al-Qur‘an dan realitas yaitu masyarakat Bugis sebagai audiensnya.
97 Islah Gusmian, ―Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur‘an di Indonesia: dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca‖, hlm. 98Islah Gusmian, ―Bahasa dan Aksara Dalam Penulisan Tafsir Al-Qur‘an di Indonesia Era Awal Abad 20 M‖, hlm. 100Islah Gusmian, ―Bahasa dan Aksara Dalam Penulisan Tafsir Al-Qur‘an di Indonesia Era Awal Abad 20 M‖, hlm.
101 Islah Gusmian, ―Bahasa dan Aksara Tafsir Al-Qur‘an di Indonesia: dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca‖, hlm. 104 Mursalim, ―Vernakularisasi Al-Qur‘an Di Indonesia (Suatu Kajian Sejarah Tafsir Al- . Qur‘an)‖, hlm.
Sistematika Pembahasan
Adapun sumber sekunder penelitian terhimpun dari berbagai sumber akademik yang dapat diakses, seperti buku, skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah, dan penelitian akademik lainnya, misalnya. Daud Ismail (Studi Analisis Psychological Hermeneutics Terhadap QS.Al- Maidah 5:90)‖ yang ditulis oleh Winceh Herlena dan Muh. Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode deksriptif-analitis, yaitu mendeskripsikan kitab Tafsīr al-Munīr secara umum berikut KH.
Pada bab I (satu) berisikan pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Tujuan dari pembahasan ini, agar pembaca sedikit-banyaknya dapat mengetahui secara umum munculnya tafsir Bugis, dan secara khusus posisi Tafsīr al-Munīr dan KH. Pada bab III (tiga) mencakup pembahasan yang lebih difokuskan pada Tafsīr al-Munīr dan KH.
Daud Ismail, dengan tujuan agar pembaca lebih mengenal seluk beluk tentang kitab dan penulisnya sebagai penelitian yang dikaji. Selain itu, secara khusus sebagai jembatan dalam mengantarkan pembaca ke dalam pokok penelitan yang dikaji. Pada bab IV (empat) mencakup pokok (inti) pembahasan penelitian yang berisikan analisis-analisis terkait penafsiran-penafsiran KH.
Pada bab V (lima) berisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan sebagai hasil dari pokok pembahasan penelitian, dan saran sebagai tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah penelitian ini dilakukan.
Kesimpulan
Daud Ismail ketika berhadap dengan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya pemberian hadiah tambahan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan dalam pernikahan masyarakat Bugis, yang ditujukan sebagai simbol penghormatan kepadanya, sebagaimana pada penafsirannya QS. Daud Ismail merespon budaya lokal dengan menerima aspek tertentu darinya di satu sisi, dan menolak aspek tertentu lainnya di sisi lain. Dengan kata lain, dilakukan perubahan tertentu terhadap budaya lokal tersebut agar sesuai dengan ajaran Islam.
Hal ini dilakukan dengan penggunaan istilah séuwwaé yang telah mengakar terhadap masyarakat Bugis yang percaya sosok Déwata Séuwwaé oleh KH.
Saran
Tafsir Al-Qur‘an Berbahasa Bugis (Telah Naskah Tafsir Surah Al-Fatihah Karya Muhammad Abduh Pa‘bajah).‖ Skripsi - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Menelaah Pola Komunikasi Dalam Dialektika Al-Qur‘an Dan Implementasinya Dalam Berdakwah Multikultural.‖ Jurnal At-Tafkir XI, no. Aspek Lokalitas Tafsir Fai Al-Rahman Karya Muhammad Sholeh Darat.‖ MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir 3, no.
Bahasa Dan Aksara Dalam Penulisan Tafsir Al-Qur‘an Di Indonesia Era Awal Abad 20 M.‖ Mutawatir 5, no. Bahasa Dan Aksara Tafsir Al-Qur‘an Di Indonesia Dari Tradisi, Hierarki Hingga Kepentingan Pembaca.‖ Tsaqafah 6, no. Tafsir Al-Qur‘an Di Indonesia: Sejarah Dan Dinamika.‖ Nun : Jurnal Studi Alquran Dan Tafsir Di Nusantara 1, no.
Tafsir Al-Qur‘an: Pemahaman Antara Teks Dan Realitas Dalam Membumikan Al-Qur‘an.‖ Jurnal Al-Fanar 3, no. Vernakularisasi Al-Qur‘an Di Tanah Bugis: Tinjauan Metodologis Terjemahan Al-Qur‘an Karya Anregurutta Muh. Vernakulisasi Al-Qur‘an Di Indonesia (Suatu Kajian Sejarah Tafsir Al- Qur‘an).‖ Jurnal Komunikasi Dan Sosial Keagamaan XVI, no.
Kontribusi Dan Lokalitas Tafsir Faiḍ Al-Raḥmān Karya Kiai Saleh Darat.‖ Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al Qur’an Dan Tafsir 14, no. Perkembangan Tafsir Al-Qur‘an Di Sulawesi Selatan (Studi Kritis Terhadap Tafesere Akorang Mabbasa Ugi Karya MUI Sulawesi Selatan.‖.