RESPON PAPER KELIMA Nama : Habib Imam Saathibi
Kelas : 015LB
Makul : Islam dan Kebudayaan Jawa Pemikiran dan Pembaruan Abdurrauf as-Sinkili
Abdurrauf as-Sinkili, seorang ulama terkemuka dari Aceh, memiliki kontribusi signifikan dalam mengintegrasikan ajaran tasawuf dengan syariat. Dia dikenal sebagai salah satu penerus ajaran tasawuf wujudiyah, tetapi dengan penekanan yang lebih moderat dibandingkan dengan generasi sebelumnya seperti Hamzah Fansuri. Dalam pembaruan yang dibawanya:
1. Integrasi Syariat dan Tasawuf: Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara amalan syariat yang ketat dengan pengalaman spiritual yang mendalam. Dalam hal ini, ia mencoba meredakan kontroversi yang muncul antara kaum syariat dan tasawuf di Aceh pada masa itu.
2. Penerjemahan Tafsir al-Qur'an: Abdurrauf menulis Tarjuman al-Mustafid, sebuah tafsir Al- Qur'an dalam bahasa Melayu yang menjadi rujukan penting untuk masyarakat Muslim Nusantara. Karya ini menunjukkan upayanya untuk mendekatkan teks Al-Qur'an kepada masyarakat lokal.
3. Jaringan Intelektual: Ia memiliki hubungan erat dengan ulama di Timur Tengah, khususnya di Haramain (Mekah dan Madinah). Ini memperkuat jaringan intelektual antara Nusantara dan dunia Islam internasional.
Pemikiran dan Pembaruan Muhammad Yusuf al-Maqassari
Muhammad Yusuf al-Maqassari, berasal dari Gowa (Sulawesi Selatan), dikenal sebagai seorang ulama tasawuf, pejuang anti-kolonial, dan tokoh pembaruan Islam yang juga berperan besar dalam penyebaran Islam di Nusantara dan luar negeri. Aspek pembaruannya meliputi:
1. Tasawuf Jihadis: Ia memadukan tasawuf dengan semangat jihad. Baginya, spiritualitas tidak hanya melibatkan hubungan dengan Allah, tetapi juga komitmen terhadap keadilan sosial dan perjuangan melawan penindasan, termasuk melawan kolonialisme Belanda.
2. Jaringan Ulama Internasional: Muhammad Yusuf menimba ilmu di Haramain dan memiliki hubungan dengan ulama-ulama besar di Timur Tengah dan India. Ini menunjukkan kontribusinya dalam menghubungkan Nusantara dengan jaringan Islam global.
3. Karya Tulis: Ia menghasilkan sejumlah karya dalam bidang tasawuf, seperti al-Fath al-Mubin dan Zubdat al-Asrar. Karyanya menunjukkan upaya mengadaptasi ajaran tasawuf agar relevan dengan masyarakat Muslim lokal.
Dalam buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII:
Akar Pembaruan Islam Indonesia karya Prof. Azyumardi Azra, perjalanan Muhammad Yusuf al-Maqassari digambarkan sebagai bagian penting dari jaringan intelektual dan spiritual antara Nusantara dan dunia Islam. Muhammad Yusuf al-Maqassari (1626–1699), seorang ulama, sufi, dan pejuang dari Gowa (Sulawesi Selatan), memainkan peran signifikan dalam membangun hubungan antara Islam lokal di Nusantara dan pusat-pusat Islam global.
Tahapan Perjalanan Muhammad Yusuf al-Maqassari 1. Pendidikan Awal di Nusantara
Muhammad Yusuf memulai perjalanan intelektualnya di tanah kelahirannya, Gowa, Sulawesi Selatan. Pada tahap ini, ia mendalami ilmu agama, khususnya dalam bidang fiqh dan tasawuf, yang menjadi dasar bagi pembentukan pemikiran keislamannya.
2. Hijrah ke Jawa
Setelah belajar di Gowa, ia melanjutkan perjalanan ke Banten. Di sana, ia berguru kepada ulama besar seperti Sheikh Yusuf Tajul Khalwati, yang merupakan tokoh penting dalam tarekat Khalwatiyah. Hubungan dengan Kesultanan Banten juga memperkuat posisinya sebagai ulama dan pejuang, yang kelak berperan dalam perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
3. Perjalanan ke Timur Tengah
Muhammad Yusuf kemudian melanjutkan perjalanan ke Timur Tengah, terutama ke Haramain (Mekah dan Madinah). Di sana, ia memperdalam ilmu agama dengan belajar kepada ulama- ulama besar dan bergabung dengan berbagai tarekat sufi, termasuk Khalwatiyah, Naqsyabandiyah, dan Syattariyah. Pengalaman ini memperkaya pemahamannya tentang tasawuf dan memperkuat jaringannya dengan ulama internasional.
4. Kembali ke Nusantara
Sepulangnya dari Timur Tengah, Muhammad Yusuf menjadi ulama terkemuka di Banten. Ia aktif mengajarkan tasawuf dan menanamkan semangat jihad melawan penjajah. Ajarannya mengintegrasikan spiritualitas dengan perlawanan politik, yang menjadikannya tokoh penting dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda.
5. Pengasingan oleh Kolonial Belanda
Karena keterlibatannya dalam perlawanan terhadap Belanda, Muhammad Yusuf diasingkan ke Sri Lanka dan kemudian ke Tanjung Harapan (Cape Town, Afrika Selatan). Selama pengasingan, ia tetap aktif dalam mengajarkan Islam dan menjadi tokoh sentral dalam komunitas Muslim di tempat-tempat tersebut.
Kontribusi Perjalanan Muhammad Yusuf al-Maqassari
Penyebaran Islam: Melalui perjalanan dan pengasingannya, Muhammad Yusuf berhasil menyebarkan ajaran Islam di berbagai wilayah, termasuk Afrika Selatan, di mana ia dihormati sebagai seorang wali.
Jaringan Ulama: Perjalanan ke Timur Tengah dan pengasingannya memperluas jaringan ulama Nusantara dengan dunia Islam global, memperkuat hubungan intelektual dan spiritual antara dua wilayah ini.
Warisan Keilmuan: Karya-karyanya dalam bidang tasawuf, seperti al-Fath al-Mubin, menunjukkan kontribusinya dalam memperkaya tradisi keilmuan Islam di Nusantara.