RESPON PEREMPUAN DITENGAH PANDEMI COVID 19 Sulfitri Husain, S.IP., MA 1
Pendahuluan
COVID-19 (corona virus disease 2019) merupakan virus yang pertama kali di temukan di Wuhan provinsi Hubai yang merupakan kota di bagian tengah China pada September 2019 lalu. Virus mematikan corona ini kemudian menyebar cepat ke beberapa Negara hingga menjadi perhatian dunia. Seiring penyebaran yang semakin cepat dan meluas, pemerintah Cina kemudian memberlakuan lockdown untuk mencegah penularan. Akibatnya hingga beberepa bulan kota Wuhan layaknya kota tak berpenghuni dikarenakan segala aktivitas dihentikan untuk sementara waktu. Perkantoran, sekolah, pasar, dan tempat-tempat yang menjadi area berkumpulnya orang- orang di tutup. Segala bentuk protocol kesehatan diterapkan, mulai dari penggunaan masker, hansanitizer, melakukan social distancing, dan menghindari kerumunan yang tentunya hal ini kemudian memiliki dampak luar biasa bagi masyarakat tidak hanya kesehatan tetapi juga berimbas pada sektor ekonomi dan social.
Berselang beberapa bulan, pada maret 2020 Indonesia mengalami hal yang serupa, corona virus juga menjangkiti masyakat. Satu persatu penularan terjadi, kian hari kasus wabah covid bertambah hingga akhirnya pemerintah memberlakukan pembatasan aktivitas di masyarakat. Secara otomatis hal ini menyebabkan kegiatan perekonomian ikut terhambat disertai perubahan daya beli masyarakat yang juga mengalami penurunan. Tidak sampai disitu saja, demi menekan kerugian oleh perusahaaan baik kecil maupun besar banyak merumahkan bahkan memberhentikan pekerja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan kementrian ketenagakerjaan (kemnaker) yang diperoleh per 7 April 2020 bahwa 1.200.031 orang tenaga kerja/pekerja/buruh telah dirumahkan dan sebagian diberhentikan (PHK) dari 74.430 perusahaan baik formal dan informal (Biro Humas Kemnaker 2020). Berdasarkan data dan situasi yang sulit ini, kaum prempuan yang tadinya dianggap lemah tidak tinggal diam melainkan ikut mengambil peran dalam menghadapi kondisi darurat akibat pandemic covid 19. Melalui tulisan ini, akan membuktikan respon sekaligus peran yang dilakukan oleh kaum perempuan demi memutus rantai penyebaran wabah virus yang kian meluas.
Perempuan Berada di Garis Terdepan Penanganan Covid 19
Tidak hanya di Indonesia, hingga Juni 2020 pandemi covid-19 menyebar ke lebih dari 200 negara dan wilayah menyebabkan kematian mencapai 892.443 jiwa dan 27,33 juta orang dinyatakan terinfeksi secara global (COVID-19: Emerging gender data and why it matters 2020).
Melihat peningkatan kematian dan penyebarannya, Negara melalui pemerintahannya harus menyikapi secara serius sebab pandemic ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup
1 Pengajar pada prodi ilmu pemerintahan fakultas ilmu social dan ilmu politik UNTAD
manusia. Kerja keras dari seluruh lapisan masyarakat dan dan pemerintah dibutuhkan untuk saling bersinergi dalam menghadapi percepatan virus corona. Sebagai kaum perempuan yang umumnya diketahui bekerja sebagai ibu rumah tangga kini menjadi salah satu bagian yang berada di garda terdepan. Berdasarkan data OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), sekitar 70-80 persen pekerja kesehatan berada di garis terdepan dalam menghadapi pandemic covid 19 adalah perempuan. Laporan WHO 2019 serta data dari National Health Workers Accounts juga menunjukkan bahwa di 152 negara mayoritas tenaga medisnya adalah perempuan. Rinciannya terdiri dari 91 negara untuk data dokter dan 61 negara lainnya diperuntukkan tenaga keperawatan (Gender and COVID-19: A guidance note for parliaments t.t.) (Turquet dan Koissy-Kpein 2020). Dapat dilihat pada tabel distribusi dokter dan perawat, berdasarkan jenis kelamin yang rata-rata melibatkan kaum perempuan.
Tabel 1: Distribusi dokter dan perawat, berdasarkan jenis kelamin
Sumber: WHO 19, Gender dan covid 19, Unwomen 2020
Dari tabel tersebut menunjukkan presentasi pelibatan tenaga medis baik perawat maupun dokter dari wilayah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Eropa, Asia Tenggara, hingga pacific barat di dominasi oleh kalangan perempuan dibandingkan tenaga medis laki-laki.
Menjadi Pendidik dan Guru Di Tengah Pandemi
Pandemic covid 19 mengakibatkan perubahan secara drastis di berbagai dimensi yang ada dalam kehidupan manusia, mulai dari individu, keluarga hingga ke masyarakat. Hal ini terjadi akibat pandemic mematikan ini menyebar ke berbagai Negara dan menjadi perhatian
internasional. WTO (World Health Organization) sebagai badan kesehatan dunia sekalipun tidak mengetahui persisis dimana keberadaan virus mematikan yang penyebarannya semakin meluas. Akibatnya, manusia harus mematuhi segala kebijakan termasuk protokol kesehatan yang dianjurkan guna menghentikan semakin meluasnya wabah ini. Segala bentuk aktivitas dibatasi hingga akhirnya kegiatan dilakukan di rumah.
Hingga 9 september 2020 Update sebaran kasus corona yang tersebar pada 34 provinsi di Indonesia berjumlah 203.342 orang dengan rincian pasien sembuh bertambah 2.242 orang sehingga total pasien sembuh adalah 145.200 orang. Sementara pasien positif virus corona sebanyak 8.336 dilaporkan meninggal dunia (Infografis COVID-19 (9 September 2020).
Dalam mencegah penyebarannnya yang semakin meningkat, pemerintah kemudian mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan bagi masyarakatnya. Kebijakan ini menyebabkan para palajar diliburkan dan melakukan pembelajaran melalui daring (dalam jaringan), sementara aktivitas lainnya dilakukan dengan cara WFH (work from home). Selain fasilitas public, lokasi hiburan seperti tempat wisata dan mall, sebagian kantor serta sekolah di tutup untuk sementara waktu. Akibatnya banyak kaum perempuan yang tadinya hanya menjadi seorang ibu yang berperan dalam mengasuh dan mendidik kini menjadi seorang guru yang umumnya berlangsung disekolah-sekolah pada situasi normal sebelum pandemi mewabah.
Dalam pelaksanaan kebijakan School From Home (SFH), tidak jarang ibu guru “dadakan” ini mengeluh karena proses melalui daring yang baru pertama dilakukannya terasa sulit dan membebani. Akan tetapi demi ketahanan keluarga agar terbebas dari pandemic dan sekaligus memutus tali rantai penyebaran covid 19, seorang perempuan yang sudah menjadi ibu dengan setumpuk pekerjaan rela membagi waktu mendampingi dan mengajari dalam proses pembelajaran anaknya.
Sumbangsih Perempuan Berbasis Komunitaas di Tengah Masyarakat
Dalam masa pandemic tidak sedikit menyebabkan banyak pekerja kehilangan mata pencaharian, munculnya pengangguran, dan pekerja yang dirumahkan yang tentunya tidak lagi menerima gaji. Hal ini menyebabkan kondisi perekonomian keluarga ikut memburuk.
Melalui komunitas yang dinaunginya tidak jarang komunitas perempuan ini melakukan penggalangan dana untuk disalurkan kepada masyarakat yang kurang mampu baik berupa sembakau, pakaian layak pakai, dan pembagian masker. Keluarga perempuan inspiratif Indonesia (KPII) misalnya, salah satu komunitas perempuan yang di dalamnya terdiri dari berbagai profesi mulai dari wiraswasta, guru, dosen, pengacara, dan notaris yang berasal dari berbagai daerah bersatu saling membantu khususnya dalam pencegahan dan penyebaran virus mematikan ini.
Kiprah perempuan semakin signifikan dengan melihat peran strategis yang dimiliki dengan menjadi relawan dalam menyampaikan sosialisasi agar senantiasa melindungi diri dan menjaga agar penularan tidak semakin meluas dan menambah korban jiwa. Tidak hanya sebatas di komunitas saja, kaum perempuan secara perseorangan juga dapat memberi sumbangsih dan
mennunjukkan kepedulian terhadap sesamanya. Melalui hobbinya menjahit, Ibu Hj. Erni Natsir bersama ibu-ibu lainnya yang tinggal di Soroako Sulawesi-Selatan membuat APD dan masker untuk di bagikan kepada tenaga medis secara geratis yang ada di puskesmas nuha, ke petugas penjaga posko covid perbatasan kecamatan Nuha, dan juga ke keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit. Bersama tim Sosial Kemanusiaan Magani, ibu yang memiliki 3 orang anak ini juga membagikan beberapa masker ke warga seputaran magani. Ini menunjukkan bukti nyata bahwa perempuan memiliki respond an kepedulian yang begitu tinggi di balik sosoknya yang senantiasa dianggap lemah.
Simpulan
Dengan berbagai aktifitasnya, perempuan tidak tinggal diam dalam memerangi penyebaran covid 19 yang semakin meluas. Peran perempuan sangat dibutuhkan tidak hanya dalam lingkungan keluarga tetapi juga memberi kontribusi dalam lingkungan social. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perempuan karena sejatinya kaum ini bertindak berdasarkan naluri ke ibuan yang senantiasa memberi perhatian dan peduli tanpa adanya paksaan.
Daftar pustaka
Biro Humas Kemnaker. 2020. “Menaker Ida Fauziyah Minta Pengusaha Jadikan PHK Sebagai Langkah Terakhir.” https://kemnaker.go.id.
COVID-19: Emerging Gender Data and Why It Matters. 2020. unwomen.
https://data.unwomen.org/resources/covid-19-emerging-gender-data-and-why-it-matters.
Gender and COVID-19: A Guidance Note for Parliaments. inter-parliamentary for democracy for everyone. https://www.ipu.org/gender-and-covid-19-guidance-note-parliaments.
Infografis COVID-19 (9 September 2020). 2020. Indonesia.
https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-9-september-2020.
Turquet, Laura, dan Sandrine Koissy-Kpein. 2020. COVID-19 and Gender: What Do We Know;
What Do We Need to Know? https://data.unwomen.org/features/covid-19-and-gender- what-do-we-know-what-do-we-need-know.
CV
Sulfitri Husain merupakan lulusan hubungan internasional di Universitas Hasanuddin pada tahun 2002. Penulis juga pernah bekerja di salah satu perusahaan otomotif ternama di Jepang selama kurang lebih 3 tahun, hingga akhirnya kembali ke Indonesia dan melanjutkan S2 di Universitas Gadjah Mada pada program Studi yang sama yakni Hubungan Internasional. Setelah lulus S2, Penulis kelahiran Soppeng- Sulawesi Selatan ini kemudian menjadi salah satu dosen tetap di Universitas Tadulako , menjadi pengajar di Sekolah Tinggi ilmu Hukum dan Politik serta Universitas Terbuka. Pengetahuan menulisnya didapatkan melalui Koran kampus Identitas Unhas pada saat kuliah. Hal ini kemudian digunakannya untuk menulis beberapa hasil penelitian dan pengabdian, jurnal hingga buku. Aktif dalam seminar dan pertemuan ilmiah yang mempertemukannya dengan perempuan-peremuan hebat di seluruh wilayah Nusantara yang berprofesi sebagai wirausaha, seniman, guru, dosen, notaris, dan duta besar yang kemudian menyatu dan berkiprah dalam Keluarga Perempuan Inspiratif Indonesia (KPII) hingga sekarang.