• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM

DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH

RICKY PUTRA PRATAMA

060301025

BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM

DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH

RICKY PUTRA PRATAMA

060301025

BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat Memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui Oleh :

Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, MSc

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing Ir. Rosita Sipayung MP Nip.1942.1027.1967.03.1001 Nip.1958 0325 1985 032002

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

(3)

ABSTRACT

RICKY PUTRA PRATAMA: Growth Response and Production of Lettuce. (Lactuca sativa L). Giving to the growing media and Organic Liquid Fertilizer, in SENGLY guided by B. J. Damanik and Rosita SIPAYUNG The study design used was Randomized Design Group (RAK) factorial with two factors. The first factor is the growing medium, which is 100% + 0%

Topsoil Palm Oil Sludge, Topsoil 75% + 25% Palm Oil Sludge, Topsoil 50% + 50% Palm Oil Sludge and 25% + 75% Topsoil Palm Oil Sludge. The second factor is the provision of liquid organic fertilizer that is: 0 cc / liter of water. 2 cc / liter of water. 4 cc / liter of water. 6 cc / liter of water. The parameters include diamatai plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2), root volume (ml), plant length (cm), reasonable consumption of wet weight (g), leaf chlorophyll (unit/6mm3), plant dry weight (g),

net assimilation rate (gm ֿ ֿ ¹ ² h), relative growth rate (gm ֿ ֿ ¹¹h).

The results showed that the significant effect of planting medium on plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Interactions between growing media and organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, plant length, wet weight of feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. The best treatment combination is the standard combination of mixed media M3P2 Topsoil 25% + 75% Palm Oil Sludge liquid organic fertilizer plus 4 cc / liter of water.

Keywords: Sludge Palm Oil, Organic Liquid Fertilizer, Lettuce.

(4)

ABSTRAK

RICKY PUTRA PRATAMA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada.(Lactuca Sativa L). Terhadap Media tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair, di bimbing oleh B.SENGLY J. DAMANIK dan ROSITA SIPAYUNG

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam, yaitu 100% Topsoil + 0% Sludge Kelapa Sawit, 75% Topsoil + 25% Sludge Kelapa Sawit, 50% Topsoil + 50% Sludge Kelapa Sawit dan 25% Topsoil + 75% Sludge Kelapa Sawit. Faktor kedua adalah pemberian pupuk organik cair yaitu : 0 cc/liter air. 2 cc/liter air. 4 cc/liter air. 6 cc/liter air . Parameter yang diamatai meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cmP2P), volume akar (ml), panjang tanaman(cm), bobot basah layak komsumsi (gr), klorofil daun(unit/6mmP3P) , bobot kering tanaman (gr), laju asimilasi bersih (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ ), laju tumbuh relatif (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Pemberian pupuk cair organik berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi MR3RPR2R campuran media 25% Topsoil + 75% Sludge Kelapa Sawit ditambah pemberian pupuk organik cair 4 cc/liter air.

Kata Kunci : Sludge Kelapa Sawit, Pupuk organik cair, Selada.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Ricky putra pratama, dilahirkan pada tanggal 23 juli 1988 di Pematang siantar yang merupakan anak ke dua dari dua bersaudara putra dari ayah Suparlan dan Ibu Roswita sitorus

Penulis menyelesaikan pendidikan SMAN 1 Natal Mandailing natal pada tahun 2006.Kemudian penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalaui jalur PMP. dan memilih Departermen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi HIMADITA sebagai anggota seksi olahraga pada tahun 2008-2009

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) pada tahun 2009 di PTPN IV Kebun Gunung Bayu Perdagangan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucaokan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi adalah

" Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada ( Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair" yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir B S J Damanik, Msc dan Ir. Rosita Sipayung MP. Selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih saya ucapkan yang teramat besar kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Suparlan dan Ibu Roswita Sitorus yang tercinta, atas kasih sayang baik moril, materil, maupun doa yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi ini. Juga kepada kakanda yang kusayang Pawita Maya Sari. S.pi. dan Abangnda Syarifuddin Azhar Harahap ST. yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada , Deliana Saragih, Anak kost 46, Payan, Jhon, Omen dan teman- teman BDP 2006 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR . ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 7

Media tanam ... 8

Topsoil ... 8

Sludge Kelapa Sawit ... 9

Pemberian Pupuk Organik cair ... 10

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Analisis Data ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 15

Persiapan Lahan ... 15

Persemain ... 15

Persiapan Media Tanam ... 16

Penanaman ... 16

Pemeliharaan Tanaman ... 16

Penyiraman ... 16

Pemupukan ... 16

Penyulaman...16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Penyiangan...17

Pengamatan Parameter ... 17

Tinggi Tanaman (cm) ... 17

(8)

Jumlah Daun (helai) ... 17

Luas daun (cm2 Volume Akar (ml) ... 17

) ... 17

Panjang tanaman (cm) ... 18

Bobot basah layak komsumsi (g) ... 18

Jumlah klorofil (unit/6mm3 Bobot Kering tanaman (g) ... 18

) ... 18

LAB (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ )...19

LTR (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹)...19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil ... 20

Pembahasan ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

Kesimpulan ... 54

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1. Rataan tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuanm

media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur

15 s/d 60 HSPT ... 21 2. Rataan Jumlah daun selada dengan berbagai perlakuanm

media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15 s/d 60 HSPT ... 27 3. Rataan Luas daun selada dengan berbagai perlakuan media

tanam dengan pembrian pupuk organik cair pada umur

15 s/d 60 HSPT ... 32 4. Rataan volume akar selada pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair ... 38 5. Rataan Panjang tanaman pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair ... 40 6. Rataan bobot basah layak komsumsi pada perlakuan media

tanam dan pemberian pupuk organaik cair ... 43 7. Rataan bobot kering tanaman pada perlakuan media tanam

dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15 s/d 60

HSPT ... 44 8. Rataan Jumlah klorofil daun pada perlakuan media tanam

dan pemberian pupuk organik cair 20 s/d 60 HSPT ... 46 9. Rataan laju asimilasi bersih pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair 15-30, 30-45, 45-60 HSPT ... 47 10. Rataan laju tumbuh relatif pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair 15-30, 30-45, 45-60 HSPT ... 48

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Tinggi tanaman pada

umur 60 HSPT ... 24 2. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Jumlah daun pada umur

60 HSPT ... 28 3. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Luas daun pada umur

60 HSPT ... 32 4. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan volume akar pada

umur 60 HSPT ... .34 5. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Panjang tanaman pada

umur 60 HSPT ... .36 6. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan bobot basah layak

komsumsi pada umur 60 HSPT ... .38 7. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan bobot kering tanaman

pada umur 60 HSPT ... 41 8. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan jumlah klorofil daun

pada umur 60 HSPT ... 45 9. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Laju tumbuh relatif

pada umur 60 HSPT ... 52

viii

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data Tinggi tanaman 15 HSPT (cm) ... 61

2. Sidik Ragam Tinggi tanaman 15 HSPT ... 61

3. Data Tinggi tanaman 30 HSPT (cm) ... 62

4. Sidik Ragam Tinggi tanaman 30 HSPT ... 62

5. Data Tinggi tanaman 45 HSPT (cm) ... 63

6. Sidik Ragam Tinggi tanaman 45 HSPT ... 63

7. Data Tinggi tanaman 60 HSPT (cm) ... 64

8. Sidik Ragam Tinggi tanaman 60 HSPT ... 64

9. Data Jumlah daun 15 HSPT (Helai) ... 65

10. Sidik Ragam Jumlah daun 15 HSPT ... 65

11. Data Jumlah daun 30 HSPT (Helai) ... 66

12. Sidik Ragam Jumlah daun 30 HSPT ... 66

13. Data Jumlah daun 45 HSPT (Helai) ... 67

14. Sidik Ragam Jumlah daun 45 HSPT ... 67

15. Data Jumlah daun 60 HSPT (Helai) ... 68

16. Sidik Ragam Jumlah daun 60 HSPT ... 68

17. Data Luas daun 15 HSPT (cm2 18. Sidik Ragam Luas daun 15 HSPT ... 69

) ... 69

19. Data Luas daun 30 HSPT (cm2 20. Sidik Ragam Luas daun 30 HSPT ... 70

) ... 70

21. Data Luas daun 45 HSPT (cm2 22. Sidik Ragam Luas daun 45 HSPT ... 71

) ... 71

23. Data Luas daun 60 HSPT (cm2 24. Sidik Ragam Luas daun 60 HSPT ... 72

) ... 72

25. Data Volume akar 60 HSPT (ml) ... 73

26. Sidik Ragam Volume akar 60 HSPT (ml) ... 73

27. Data panjang tanaman 60 HSPT (cm) ... 75

(12)

28. Sidik Ragam panjang tanaman 60 HSPT ... 75

29. Data Bobot basah layak komsumsi 60 HSPT (gr) ... 76

30. Sidik Ragam Bobot basah layak komsumsi 60 HSPT ... 76

31. Data jumlah klorofil daun 20 HSPT (unit/6mm3 32. Sidik Ragam jumlah klorofil daun 20 HSPT ... 77

) ... 77

33. Data jumlah klorofil daun 40 HSPT (unit/6mm3 34. Sidik Ragam jumlah klorofil daun 40 HSPT ... 78

) ... 78

35. Data jumlah klorofil daun 60 HSPT (unit/6mm3 36. Sidik Ragam jumlah klorofil daun 60 HSPT ... 79

) ... 79

37. Data Bobot kering tanaman 15 HSPT (gr) ... 80

38. Sidik Ragam Bobot kering tanaman 15 HSPT ... 80

39. Data Bobot kering tanaman 30 HSPT (gr) ... 81

40. Sidik Ragam Bobot kering tanaman 30 HSPT ... 81

41. Data Bobot kering tanaman 45 HSPT (gr) ... 82

42. Sidik Ragam Bobot kering tanaman 45 HSPT ... 82

43. Data Bobot kering tanaman 60 HSPT (gr) ... 83

44. Sidik Ragam Bobot kering tanaman 60 HSPT ... 83

45. Data Laju aimilasi bersih 15-30 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 84

46. Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 15-30 HSPT ... 84

47. Data Laju aimilasi bersih 30-45 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 85

48. Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 30-45 HSPT ... 85

49. Data Laju aimilasi bersih 45-60 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 86

50. Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 45-60 HSPT ... 86

51. Data Laju tumbuh relatif 15-30 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 87

52. Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 15-30 HSPT ... 87

53. Data Laju tumbuh relatif 30-45 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 88

54. Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 30-45 HSPT ... 88

55. Data Laju tumbuh relatif 45-60 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 89

56. Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 45-60 HSPT ... 89

57. Bagan penilitian ... 90

58. Tabel kegiatan penilitian ... 91 xi

(13)

59. Bagan plot penilitian ... 92

60. Deskripsi tanaman Selada Varietas Grand Rapid ... 93

61. Analisis limbah padat kelapa sawit (Sludge) ... 94

62. Gambar Sampel tanaman ... 95

xii

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman selada berasal dari Asia Barat. Berawal dari kawasan Asia Barat dan Amerika, tanaman ini kemudian meluas ke berbagai negara. Daerah penyebaran tanaman selada di antaranya adalah Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Tengah dan Barat, serta Filipina (Splisttstoesser,1984).

Pada tahun 1952, nilai komersial tanaman selada sebagai sayuran di Amerika Serikat, hanya dapat dilampaui oleh kentang dan tomat.tanaman ini diperkirakan telah mulai dijadikan usaha sejak 2.500 tahun lalu.

(Nazaruddin 2000).

Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad.

tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling baik pada lokasi iklim sedang, yang banyak sekali di tanam. Di beberapa negara, konsumsi selada cukup besar untuk memberikan kontribusi gizi secara nyata.

Produksi salada dunia di perkirakan sekitar 3 juta ton, yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan (Rubatzky dan, Yamaguchi 1998).

Lactuca sativa satu-satunya spesies Lactuca yang didomestikasi, merupakan tanaman asli lembah Mediterania timur. Bukti lukisan pada kuburan mesir kuno menunjukan bahwa selada yang tidak membentuk kepala telah di tanam sejak tahun 4500 SM ( Rubatzky dan, Yamaguchi 1998).

Jenis yang banyak diusahakan di dataran rendah ialah selada daun. Jenis ini begitu toleran terhadap dataran rendah sampai di daerah yang sepanas dan

(15)

serendah Jakarta pun masih subur dan bagus pertumbuhannya. Selada daun memiliki daun yang berwama hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak, dan lebih enak dimakan mentah. Varietas selada daun yang baik antara lain new york, imperial, great lakes, dan pennlake. (www.warintek.progressio.or.id, 2010).

Selada merupakan sayuran yang biasa dikomsumsi segar, oleh sebab itu, penerapan teknologi ramah lingkungan semakin penting artinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen untuk itu diperlukan kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan. Pertanian organik kemudian dipercaya mejadi salah satu alternatifnya (Haryanto, Dkk1996).

Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah.

Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Sutanto2002).

Sludge (limbah padat) kelapa sawit adalah benda padat yang tenggelam di dasar bak pengendapan pengolahan limbah kelapa sawit. Limbah seharusnya dikelola agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa sawit banyak mengandung unsur hara, diantaranya nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium yang sangat baik digunakan sebagai pupuk. Sludge merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan minyak sawit. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun sludge biasanya sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga merupakan limbah

(16)

Selain Sludge, pupuk organik cair juga dapat diberikan untuk memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, karena selain pupuk ini memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung beberapa hormon pertumbuhan tanaman seperti auksin dan sitokinin serta tidak ditemukannya bakteri pathogen.

Dengan uraian di atas dan berbagai kelebihan dari Sludge dan pupuk organik cair, saya tertarik untuk mencoba mengaplikasikannya pada pertanaman selada secara organik.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.) pada berbagai kompsisi media tanam dan berbagi taraf pupuk organik cair.

Hipotesis Penelitian

1. Media tanam berpengaruh nyata ,terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.).

2.Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.).

3. Ada pengaruh interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik nyata terhadap pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.).

(17)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi bidang hortikultura.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Haryanto, Dkk (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisio :Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 - 50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi (Rukmana, 1994).

Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa generatif batangnya memanjang (Rukmana, 1994).

Daun, sering berjumlah banyak, dan bisanya berposisi duduk (sessile), tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Bentuk yang berbeda-beda sangat beragam warna, raut tekstur, dan sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus, berkeriput (savoy) atau kusut berlipat. Sembir daunnya membundar rata atau

(19)

terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Selada daun memiliki daun yang berwama hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak, dan lebih enak dimakan mentah (Rubatzky,Yamaguchi 1997).

Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji (Rukmana, 1994).

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(20)

Syarat Tumbuh

Iklim

Selada dapat Tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Hanya jenis selada daun saja yang masih toleran terhadap dataran rendah. Di tempat yang sangat dingin ini selada juga lebih cepat berbunga. Suhu udara optimum untuk pertumbuhan adalah antara 15 - 20o

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau, tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap kehujanan, tanamn selada juga tidak tahan terhadap sengatan sinar matahari yang terlalu panas. Hanya jenis selada daun dan selada batang saja yang mampu tumbuh beradaptasi dengan baik pada udara yang panas dan terbuka.

(Haryanto dkk, 1996).

C (Pracaya 2006).

Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian 5 - 2.200 meter di atas permukaan laut. Jika disesusaikan dengan keterangan di atas, maka jenis selada daun mampu beradaptasi pada ketinggian 5-2.200 m diatas permukaan laut tersebut (Sunarjono 2003).

Suhu sedang adalah hal yang ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi, suhu optimumnya untuk siang hari adalah 20º C dan malam hari adalah 10º C. Suhu yang lebih tinggi dari 30º C biasanya menghambat pertumbuhan.

Umumnya intensitas cahaya tinggi dan hari panjang meningkatkan laju

(21)

pertumbuhan, dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi lebih lebar, yang berakibat pembentukukan kepala menjadi lebih cepat (Rukmana, 1994).

Tanah

Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah Namun, pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang air (Setiawan 2005).

Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada adalah berkisar antara 6,5 - 7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996).

Media Tanam Top soil

Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tanaman, yang tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Bahan penyusun tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi tanah untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah dan sebagai penyedia dan penyimpanan air (Jumin, 2002).

Top soil merupakan lapisan tanah yang biasanya berwarna coklat tua atau lebih kehitam-hitaman dan lebih lunak. Lapisan ini adalah tempat tumbuhnya tanaman, sehingga dapat disebut tanah olah atau pertanian. Pada lapisan top soil

(22)

Top soil yang dangkal atau berkisar 0-5 cm dapat diduga telah lanjutnya erosi. Tanah latosol mempunyai lapisan yang dangkal sedangkan tanah alluvial mempunyai lapisan top soil yang sangat dalam. Warna-warni hitam menunjukan erosi yang belum lanjut. Makin dalam top soil diolah maka akan cenderung berwarna merah dan kuning. Apabila terdapat butiran-butiran maka proses ini menghasilkan tanah dengan drainase dalam dan tanah ini yang baik (Jumin, 2002).

Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit

Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) merupakan industri yang erat dengan residu pengolahan. Limbah cair PMKS merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe)

Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Kandungan unsur hara yang berasal dari limbah kelapa sawit sekitar 0,4% (N), 0,029% sampai 0,05% (P2O5), 0,15% sampai 0,2% (K2O). Dalam 1 ha areal pertanaman kelapa sawit akan dihasilkan limbah sekitar 22 ton limbah pelepah kelapa sawit dan sedangkan dari

limbah Tandan Kosong Sawit (TKS) dihasilkan 6,75 ton limbah TKS (Forum Komunikasi PBT, 2010).

(Wardhanu, 2009).

(23)

Tabel 1. analisis padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok Sinumbah.

Kandungan/senyawa Sludge Baru (mg/100 g) Sludge Umur 1 Bulan (mg/100 g) Nitrogen .770,00 3.400,00 P2O5

K

874,02 338,25

2

MgO 356,33 329,72 O 897,43 897,43 CaO 1.681,48 664,42 Sumber : Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian

PMS dan Karet, 20-21 Desember 1988 di Medan.(Hakimuddin, 2009).

Tabel 2 Komposisi Kimia Limbah Cair PMKS

(Naibaho, 1998).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair adalah “hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan

Komponen % Berat Kering

Ekstrak dengan ether 31.60

Protein (N x 6,25) 8.20

Serat 11.90

Ekstrak tanpa N 34.20

Abu 14.10

P 0.24

K 0.99

Ca 0.97

Mg 0.30

Na 0.08

Energi (kkal / 100 gr) 454.00

(24)

dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk juga mempercepat keluarnya bunga, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya (http://kaskus.com, 2010).

Kandungan pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul adalah:

GA3, GA5, GA7, Auksin, Sitokinin,Kinetin dan Zanetin. terbukti dalam meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (http://kaskus.com, 2010).

Melihat hasil yang diperoleh dari pemberian pupuk organik cair hormon tanaman unggul pada padi, diharapkan pamberian pupuk ini pada selada juga dapat meningkatkan produksi.

(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman selada (Lactuca sativa L.) sebagai objek pengamatan, media tanam yaitu Top soil dan Sludge kelapa sawit, pupuk organik cair Hormon tanaman unggul (Hantu) sebagai perlakuan, pestisida organik untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit, polybag 10 kg sebagai tempat penanaman, topsoil dan sebagi media tanam persemaian, plastik untuk tempat sampel tanah dan berbagai bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah timbangan untuk menimbang, pacak bambu untuk membuat plot, cangkul untuk membuat paret, gembor untuk menyiram tanaman, parang, meteran, Leaf Area Meter untuk mengukur luas daun, klorofilmeter menghitung klorofil daun, oven, alat tulis dan kertas untuk mencatat data, handsprayer untuk memupuk dan menyemprot pestisida organik, dan alat lain yang membantu dalam penelitian ini.

(26)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I :Media Tanam Top soil dan campuran Sludge kelapa sawit (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

M0 =100 % Top soil + 0% sludge Kelapa sawit M1 =75 % Top soil + 25 % sludge Kelapa sawit M2 =50 % Top soil + 50 % sludge Kelapa sawit M3 =25 % Top soil + 75 % sludge Kelapa sawit Faktor II : Pupuk Organik Cair (P) dengan 4 taraf , yaitu : P0 = 0 cc/liter air

P1 = 2 cc/liter air P2 = 4 cc/liter air P3 = 6 cc/liter air

Sehingga diperoleh 16 kombinasi yaitu:

M0P0 M1P0 M2P0 M3P0

M0P1 M1P1 M2P1 M3P1

M0P2 M1P2 M2P2 M3P2

M0P3 M1P3 M2P3 M3P3

Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot/blok : 16 plot Jumlah plot seluruhnya : 48 plot

(27)

Panjang plot : 200 cm x 200 cm Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm Jumlah polibek/plot : 16 polibek Jumlah tanaman/polibek : 1 tanaman Jumlah sampel/plot : 15 sampel Jumlah sampel seluruhnya : 720 sampel Jumlah tanaman seluruhnya : 768 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ+ρijk+(αβ)jkijk

Yijk : hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-i dengan perlakuan pemberian pupuk sludge kelapa sawit taraf ke-j, dan perlakuan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k.

µ : nilai tengah perlakuan ρi : pengaruh blok ke-i

αj : pengaruh perlakuan pupuk sludge kelapa sawit pada taraf ke-j βk : pengaruh perlakuan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi perlakuan pupuk sludge kelapa sawit pada taraf ke-j dan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k

εijk :galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk sludge kelapa sawit taraf ke-j, perlakuan pupuk cair organik Hantu taraf ke-k.Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan

(28)

menggunakan Uji Beda Rata-Rata Uji Duncan berjarak ganda dengan taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

(29)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi sanitasi lahan dan pembuatan parit serta plot yang dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat plot berukuran 2 m x 2 m. Selain itu, juga dibuat naungan untuk persemaian benih selada dengan ketinggian lebih kurang satu meter yang menghadap ke timur dan yang menghadap ke bagian barat lebih kurang 60 cm.

Persemaian

Sebelum ditanam, benih selada disemaikan dahulu agar diperoleh bibit tanaman yang baik dan seragam. Untuk menghindari benih saling berlekatan, maka digunakan abu gosok atau pasir, agar benih lebih mudah ditebarkan.

Persemain dilakukan dua minggu sebelum tanam. Media persemaian berupa sludge dan top soil dengan komposisi 25% + 75%

Persiapan media

Persiapan media meliputi penyediaan Media Tanam Top soil dan sludge yang dilakukan satu minggu sebelum pindah tanam. Kemudian, media tanam dicampur menurut perlakuan dan dimasukkan pada polybag ukuran 10 kilogram.

(30)

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah bibit berumur dua minggu. Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit dari persemaian ke polybag yang telah diberi perlakuan.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara menyiramnya sampai tanah dalam kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan gembor.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menyemprotkan pupuk organik cair sesuai dosis perlakuan. Pemupukan mulai dilakukan pada saat tanaman pindah tanam dengan interval 1 minggu. Sampai dengan 1 minggu sebelum panen.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati dan dilakukan pada umur 3 hari setelah pindah tanam ke polibek

Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik Multicomp, penyemprotan di lakukan dengan menggunakan handsprayer.

(31)

Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada media tanam maupun plot, dengan cara mencabut gulma yang ada dalam polybag dan menyiangi plot dengan cangkul.

Panen

Panen dilakukan setelah selada berumur 60 hari setelah pindah tanam, dengan cara mencabut tanaman.

Pengamatan parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman selada dilakukan dengan mengukur panjang mulai dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah sampai bagian tanaman tertinggi. Pengamatan dilakukan pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT.

Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh daun yang ada pada tanaman sampel. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman berumur 15, 30, 45, 60 HSPT.

Luas Daun (cm2

Pengukuran luas daun dilakukan pada saat 15,30,45,60 HSPT. Dengan menggunakan alat Leaf Area Meter. Luas seluruh daun dari sampel tanaman.

)

(32)

Volume Akar(ml)

Pengamatan Volume Akar tanaman dilakukan pada saat panen dengan menggunakan metode volumetric. Akar terlebih dahulu di bersihkan, di cuci dari sampah-sampah, tanah kemudian, akar dimasukan ke dalam beker gelas yang berisi air 50 ml lalu diamati peningkatan volume air.

Volume akar=volume akhir-50 ml.

Panjang tanaman (cm)

Pengamatan diameter panjang tanaman selada dilakukan dengan mengukur mulai dari akar primer yaitu akar yang terpanjang, sampai ujung daun.

Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Bobot Basah Layak Konsumsi (gr)

Pengamatan bobot basah layak konsumsi dilakukan dengan menimbang selada yang telah dibersihkan dari daun-daun yang tua, Penimbangan dilakukan pada saat panen.

Jumlah Klorofil (unit/6mm3

Pengamatan jumlah klorofil dilakukan dengan menggunakan klorofilmeter. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 20, 40 ,60 HSPT pengukuran jumlah klorofil pada daun ke 3, 6, 9.

)

Bobot Kering Tanaman (gr)

Perhitungan bobot kering tanaman dilakukan pada 15,30,45,60 HSPT.

Dilakukan dengan mengeringkan tanaman dalam oven pada suhu 65

°

C selama 24 jam, lalu di timbang dengan timbangan anlitik sehingga di peroleh bobot kering yang konstan.

(33)

LAB (g.cm-² h-¹)

Laju assimilasi bersih merupakan pertambahan mineral tanaman dari assimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno 1995) di hitung pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT dengan persaman:

LAB=( W2 - W1) (ln A2 - ( T

ln A)

2 - T1) (A2 - A1

W

)

1 danW T

2 = bobot kering pertanaman pengamatan ke-1 dan ke-2

1 danT 2 A

= waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

1 danA 2 = total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2

LTR (g.tan-¹ h-¹)

LTR(laju Tumbuhi relatif) merupakan hasil bahan kering per satuan bahan kering akhir dan awal.dilakukan dan dihitung bersama laju assimilasi bersih dengan cara menimbang bobot kering per tanaman melalui pengeringan oven pada suhu 65

°

C (Sitompul dan Guritno 1995) dengan persamaan:

LTR= ( ln W2 - ln W1

T

)

2 - T W

1

1 danW T

2 = bobot kering pertanaman pengamatan ke-1 dan ke-2

1 danT 2 = waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 15,30,45,60 HSPT dapat dilihat pada Lampiran 1-8, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan pupuk Organik Cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman selada.

Rataan tinggi tanaman selada umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dilihat pada Tabel 1

(35)

Tabel 1. Rataan Tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT.

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

15 HSPT

M0 5,78 6,40 7,64 3,78 5,90b

M1 10,12 9,22 9,09 9,42 9,46a

M2 10,49 11,17 12,20 11,00 11,21a

M3 11,51 11,98 13,02 12,91 12,36a

Rataan 9,48 9,69 10,49 9,28

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

30 HSPT

M0 6,92 8,33 8,40 5,52 7,29b

M1 12,37 11,12 10,26 11,30 11,26a

M2 12,70 13,80 14,62 14,44 13,89a

M3 14,49 15,00 15,87 16,84 15,55a

Rataan 11,62 12,06 12,28 12,03

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

45 HSPT

M0 10,67 11,32 12,04 5,96 10,00b

M1 16,57 15,57 14,52 15,69 15,59a

M2 16,04 20,01 19,99 19,37 18,85a

M3 20,79 21,02 22,07 22,56 21,61a

Rataan 16,02 16,98 17,16 15,89

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

60 HSPT

M0 15,22 17,81 18,82 9,00 15,21b

M1 23,91 23,67 23,54 23,03 23,54a

M2 24,48 28,81 30,02 26,16 27,37a

M3 29,98 29,34 31,17 29,84 30,08a

Rataan 23,40 24,91 25,89 22,01

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

(36)

Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

12,36 cm yang berbeda nyata dengan taraf M0 yaitu: 5,90 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan taraf M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 15,55 cm yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 7,29 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 21,61 cm yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 10,00 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 30,08 cm yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 15,21 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 2, 4, 6, 8) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan tinggi tanaman, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, tanaman tertinggi terdapat pada taraf P2 ( 4 cc / liter air).

.

(37)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan tinggi tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 1

Gambar 1. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan tinggi tanaman selada umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap tinggi tanaman menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,003 x² + 0,362x + 15,37 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 60,3% dengan tinggi tanaman selada maksimum 27,8 cm.

(38)

Jumlah Daun (Helai)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Jumlah daun 15,30,45,60 HSPT dapat dilihat pada Lampiran 9 - 16, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 2.

(39)

Tabel 2.Rataan Jumlah daun dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

15 HSPT

M0 5,33 6,00 6,89 5,00 5,81b

M1 9,44 8,78 9,44 10,44 9,53a

M2 11,78 11,11 11,22 10,78 11,22a M3 12,00 12,78 12,67 10,67 12,03a

Rataan 9,64 9,67 10,06 9,22

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

30 HSPT

M0 6,89 7,78 8,89 6,44 7,50b

M1 13,56 12,78 12,67 14,00 13,25a M2 15,56 16,00 17,22 15,67 16,11a M3 17,33 18,44 19,00 15,89 17,67a Rataan 13,33 13,75 14,44 13,00

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

45 HSPT

M0 9,89 10,00 11,33 8,78 10,00b

M1 18,89 19,22 17,89 19,44 18,86a M2 21,00 21,78 22,67 21,67 21,78a M3 26,22 25,33 26,44 25,33 25,83a Rataan 19,00 19,08 19,58 18,81

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

60 HSPT

M0 12,22 12,56 14,33 10,56 12,42b M1 23,78 25,11 22,11 24,78 23,94a M2 26,56 27,67 27,89 29,11 27,81a M3 32,11 30,44 33,22 29,67 31,36a Rataan 23,67 23,94 24,39 23,53

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

(40)

Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

12,03 helai yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 5,81 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 17,67 helai yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 7,50 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 25,83 helai berbeda nyata dengan M0 yaitu: 10,00 helai yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu : 31,36 helai yang berbeda nyata M0 yaitu: 12,42 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 10, 12, 14, 16) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan jumlah daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf P2 ( 4 cc / liter air).

.

(41)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Jumlah daun tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 2

Gambar 2. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah daun selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Jumlah daun menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,004 x² + 0,481x + 12,78 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 60,12% dengan Jumlah daun selada maksimum 28,15 (helai) .

Umur 60 HSPT

(42)

Luas Daun (cm2

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Luas daun 15,30,45,60 HSPT dapat dilihat pada Lampiran 17-24, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Luas daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Luas daun.

)

Rataan Luas daun umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 2

(43)

Tabel 3. Rataan Luas daun tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

15 HSPT

M0 2,62 3,21 3,75 5,41 3,75b

M1 5,52 5,99 5,34 3,83 5,17a

M2 3,97 9,10 8,53 5,09 6,67a

M3 6,41 7,19 6,85 9,05 7,38a

Rataan 4,63 6,37 6,12 5,85

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

30 HSPT

M0 3,82 4,10 4,29 3,96 4,04b

M1 8,19 5,77 7,00 7,03 7,00a

M2 8,50 12,61 9,98 8,16 9,82a

M3 10,80 9,52 10,42 10,02 10,19a

Rataan 7,83 8,00 7,92 7,30

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

45 HSPT

M0 4,86 5,64 9,12 4,53 6,04b

M1 13,73 14,28 15,26 12,11 13,85a M2 14,68 16,84 14,73 15,59 15,46a M3 16,67 16,64 18,04 15,37 16,68a Rataan 12,48 13,35 14,29 11,90

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

60 HSPT

M0 10,28 12,58 14,93 13,34 12,78b M1 21,57 21,77 21,93 23,00 22,07a M2 25,01 20,97 22,52 24,26 23,19a M3 25,57 25,71 24,01 23,31 24,65a Rataan 20,61 20,26 20,85 20,98

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

(44)

Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

7,38 cm2 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 3,75 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 10,19 cm2 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 4,04 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu: 16,68 cm2 berbeda nyata dengan M0 yaitu: 6,04 cm2 yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

3 yaitu : 24,65 cm2 yang berbeda nyata M0 yaitu: 12,78 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 18, 20, 22 ,24) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan luas daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, luas daun tertinggi terdapat pada taraf P

.

1 dan P2 ( 2 cc dan 4 cc / liter air).

(45)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Luas daun tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 3

Gambar 3. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Luas daun selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Luas daun menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,003 x² + 0,381x + 13,20 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 63,5% dengan luas daun selada maksimum 24,4 cm².

Umur 60 HSPT

ŷ=

(46)

Volume Akar(ml)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Volume Akar dapat dilihat pada Lampiran 25-26 , dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Volume akar.

Rataan Volume Akar pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Volume akar tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

M0 3,64 3,90 3,34 3,22 3,53b

M1 8,39 10,56 10,84 10,72 10,13a

M2 12,14 12,00 12,78 11,94 12,22a M3 16,83 13,91 15,80 15,83 15,59a Rataan 10,25 10,09 10,69 10,43

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, volume akar tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

15,59 ml yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 3,53 ml tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 26) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan volume akar, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, volume akar tertinggi terdapat pada taraf P2 (4 cc / liter air).

.

(47)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Volume Akar tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 4

Gambar 4. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Volume akar selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap volume akar menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,001 x² + 0,25x + 3,819 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 62,5% dengan volume akar selada maksimum 13,8 ml.

Umur 60 HSPT

(48)

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Panjang tanaman dapat dilihat pada Lampiran 27-28, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Panjang tanaman, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Panajang tanaman.

Rataan Panajang tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 4. Rataan Panjang tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

M0 17,87 20,20 21,48 11,80 17,84b M1 27,03 26,72 26,35 26,10 26,55a M2 27,53 30,03 32,99 28,80 29,84a M3 32,94 32,87 34,43 33,20 33,36a Rataan 26,35 27,46 28,81 24,98

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu: 33,36 cm yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 17,84 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 28) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan panjang tanaman, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, Panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf P2 (4 cc / liter air).

.

(49)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Panjang tanaman tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Panjang tanaman selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap panjang tanaman menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,003 x² + 0,355x + 18,12 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 59,1% dengan panjang tanaman selada maksimum 32,6 cm.

Umur 60 HSPT

Ŷ=

(50)

Bobot basah layak komsumsi (gr)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Bobot basah layak komsumsi dapat dilihat pada Lampiran 29-30, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Bobot basah layak komsumsi, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Bobot basah layak komsumsi.

Rataan Bobot basah layak komsumsi pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot

basah

layak komsumsi pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

M0 74,17 91,97 121,56 56,87 86,14b M1 151,93 150,45 154,35 153,41 152,54a M2 186,15 167,09 162,55 164,66 170,11a M3 211,15 228,39 176,64 168,75 196,23a Rataan 155,85 159,47 153,77 135,92

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, Bobot basah layak komsumsi tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu: 196,23 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 84,14 gr tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 30) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan bobot basah layak komsumsi , tidak menunjukan pengaruh namun ada kecenderungan, Bobot basah layak komsumsi tertinggi terdapat pada taraf P1 (2 cc / liter air).

.

(51)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Bobot basah layak komsumsi tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Bobot basah layak komsumsi tanaman selada Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT dapat dilihat bahwa pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Bobot basah layak komsumsi menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,018 x² + 2,599x + 89,00 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 72,1%

dengan bobot basah layak komsumsi selada maksimum 182,4 (gr).

.

ŷ =-0,018x2 + 2,599x + 89,00 R2 =0,975 Xopt =72,1 ŷ maks=182,4

(52)

Jumlah Klorofil daun (unit/6mm3

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah Klorofil dapat dilihat pada Lampiran 31-36 , dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah Klrofil daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah klorofil daun.

)

Rataan Bobot jumlah Klorofil daun pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan jumlah Klrofil pada umur 20,40, 60 pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair.

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

20 HSPT

M0 30,37 25,92 33,43 32,45 30,54b M1 43,13 42,17 42,80 48,55 44,16a M2 43,38 46,90 46,89 54,09 47,81a M3 53,15 49,28 49,63 57,32 52,34a Rataan 42,51 41,07 43,19 48,10

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

40 HSPT

M0 57,79 58,32 58,46 56,24 57,70b M1 66,12 68,29 64,43 64,69 65,88a M2 71,50 74,02 78,63 66,32 72,62a M3 70,52 64,02 57,25 74,13 66,48a Rataan 66,48 66,16 64,69 65,34

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

60 HSPT

M0 64,63 68,74 68,63 67,09 67,27b M1 77,45 81,00 80,75 73,45 78,16a M2 84,92 80,75 92,36 85,29 85,83a M3 88,80 83,12 79,99 83,83 83,93a Rataan 78,95 78,40 80,43 77,41

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

(53)

Dari Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa pada umur 20 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu: 52,34 unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 30,54 unit/6mm3 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 40 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

2 yaitu: 72,62 unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 57,70 unit/6mm3 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M

.

2 yaitu: 85,83 unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 67,27 unit/6mm3 yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 32, 34, 36) menunjukan, pada umur 20, 40, 60 HSPT untuk pengamatan jumlah klorofil daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf P

.

0, P2, P3 ( 0 cc sampai 6 cc / liter air).

(54)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Jumlah klorofil daun tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 7

.

Gambar 7. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah Klorofil tanaman selada Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Jumlah klorofil daun menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,005 x² + 0,614x + 66,95 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 61,4 % dengan jumlah klorofil daun selada maksimum 86,4 (unit/6mm3 ).

ŷ =

(55)

Bobot Kering Tanaman (gr)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tanaman dapat dilihat pada Lampiran 37-44, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tanaman begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tanaman.

Rataan Bobot kering tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada Tabel 8.

(56)

Tabel 8. Rataan bobot kering tanaman pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

15 HSPT

M0 0,03 0,02 0,06 0,07 0,04b

M1 0,06 0,07 0,04 0,03 0,05a

M2 0,04 0,08 0,08 0,06 0,07a

M3 0,06 0,18 0,08 0,10 0,10a

Rataan 0,04 0,09 0,07 0,07

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

30 HSPT

M0 0,02 0,02 0,06 0,02 0,03b

M1 0,24 0,14 0,17 0,25 0,20a

M2 0,29 0,67 0,59 0,22 0,44a

M3 0,34 0,33 0,38 0,47 0,38a

Rataan 0,22 0,29 0,30 0,24

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

45 HSPT

M0 0,17 0,07 1,97 0,18 0,60b

M1 2,36 3,08 1,95 3,31 2,67a

M2 3,29 5,55 5,83 9,42 6,02a

M3 10,99 11,86 11,20 3,51 9,39a

Rataan 4,20 5,14 5,24 4,11

Media Pupuk Rataan

Tanam P0 P1 P2 P3

60 HSPT

M0 3,08 2,99 9,60 7,83 5,88b

M1 17,44 12,24 15,74 13,51 14,73a M2 22,01 29,37 31,89 19,58 25,71ab M3 20,77 22,92 29,29 27,65 25,16a Rataan 15,82 16,88 21,63 17,14

(57)

Dari Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan perlakuan media tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu: 0,10 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,04 gr tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M

.

2 yaitu: 0,44 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,03 gr tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M

.

3

yaitu: 9,39 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,60 gr yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M

.

2 yaitu: 25,71 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 5,88 gr tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran 38, 40, 42, 44) menunjukan, pada umur 15, 30, 45,60 HSPT untuk pengamatan bobot kering tanaman tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf P

.

1 dan P2, ( 2 cc dan 6 cc / liter air).

(58)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan bobot kering tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 8.

Gambar 8. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Bobot kering tanaman selada Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge kelapa sawit terhadap bobot kering tanaman menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,003 x² + 0,557x + 5,197 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 69,6 % dengan bobot kering tanaman selada maksimum 23,7 (gr).

Ŷ=

(59)

Laju asimilasi bersih (g.cm-² h-¹)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju asimilasi bersih. dapat dilihat pada Lampiran 45-50, dimana perlakuan sludge kelapa sawit 15-30 HSPT dan 30- 45 HSPT berpengaruh nyata dan slugde kelapa sawit berpengaruh tidak nyata pada umur 45-60 HSPT. dan perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih. begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih.

Rataan laju asimilasi bersih tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada Tabel 9.

Gambar

Tabel  1.  analisis padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok  Sinumbah.
Tabel 1. Rataan Tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge  kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45  dan 60 HSPT
Gambar 1. Hubungan Sludge kelapa sawit  dengan tinggi tanaman selada       umur 60  HSPT
Tabel 2.Rataan Jumlah daun  dengan berbagai perlakuan sludge kelapa   sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengaruh Pemberian Pupuk Cantik dan Pupuk Organik Cair Hormonik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum Melongena L) Varietas Yuvita

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan pemberian perlakuan pupuk cair organik limbah cair tahu mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi putih secara nyata pada semua