• Tidak ada hasil yang ditemukan

The result of the research shows that student learning activity with cooperative learning model model of group investigation

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "The result of the research shows that student learning activity with cooperative learning model model of group investigation"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

(KASUS SISWA KELAS XI SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 2 KABUPATEN SIJUNJUNG)

Wiga Ses Ariska1, Yenni Melia2, Darmairal Rahmad2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat wigasesariska273@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by low learning activity of in terms of reading, noting, listening, answering, asking, if given many question that can not answer. On the basis of this research is focused on student learning activities in the Implementation of cooperative learning model Group Investigation type (case students of Class XI Sociology in SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung). This study aims to analyze student learning activities in the Implementation Model of cooperative learning type group investigation (case students of class XI Sociology in SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung). The theory used in this research is behavioristic theory The type of research used is experimental research with quantitative approach. The research population is all students of class XI IPS SMAN 2 of Sijunjung Regency, totaling 116 students. The sample is taken by purposive sampling technique with the consideration of the class with the lowest activity so that the samples are class XI IPS 1. Observation done 3 times, that is to see student activity using cooperative learning model of group investigation type that is reading, recording, listening, replying and asking. The result of the research shows that student learning activity with cooperative learning model model of group investigation. This increase is seen from the number of activities undertaken by students increased by using cooperative learning model of group investigation type. The increase is evidenced by the decrease in Chatted Activity from meeting 1 to meeting 3 but the students when the learning process takes place shows the activity of silence is only low at meeting 2 means that this learning is very optimal happened at the meeting 2, seen from the hypothesis means accepted that there is an increase in student activity in cooperative learning model of Group Investigation type.

Keywords: Activity, Implementation Of Cooperative Learning Model Group Investigation

PENDAHULUAN

Mudyaharjo (2002:11), pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan pengajaran

dan latihan yan berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Pendidikan

(2)

merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan suatu bangsa, perkembangan IPTEK yang pesat menuntut suatu bangsa agar terus meningkatkan kualitas pendidikannya agar mampu bersaing dengan bangsa- bangsa lain di dunia. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan masa depan. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan yang dilakukan saat ini bukan semata-mata untuk hari ini, melainkan juga untuk masa depan.

Salah satu sebab dari belum berhasilnya upaya tersebut adalah penggunaan metode dalam proses pembelajaran, selama ini kebanyakan masih menggunakan metode ceramah dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam. Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti yang terjadi di sekolah dan merupakan hasil interaksi antara guru dan siswa. Siswa yang berhasil dalam proses pembelajaran menjadi harapan semua pihak, sesuai dengan kemampuan masing-masing, namun demikian tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan beberapa faktor, baik yang terjadi pada siswa itu sendiri maupun dari luar siswa.

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik.

Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan. Sudjana (2005:76) berpendapat bahwa metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu. Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-langkah.

Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar

Nurhadi (2001:1), ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan pendidikan yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan

(3)

kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.

Berbicara tentang hasil belajar berarti membicarakan mutu pendidikan.

Rendahnya mutu pendidikan disebabkan karena berbagai faktor, salah satu di antaranya adalah penggunaan metode. Amien (2004), metode sangat penting dalam pembelajaran karena dengan adanya metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi tidak semua metode yang digunakan dapat menimbulkan efektivitas yang baik, ada juga yang berdampak negatif misalnya, kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sarana prasarana, kurikulum, dan faktor lainnya juga mendukung dalam proses belajar-mengajar.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

menerapkan model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat meraih hasil belajar prestasi yang optimal.

Salah satu cara untuk mengefektifkan proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran sosiologi adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Lie (2010:12), pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur. Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Rusman (2013:202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5

(4)

orang. Komalasari (2011:62) menjelaskan bahwa Cooperative Learning adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Group investigation merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam bentuk topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Komalasari (2011:75), Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi ataupun dalam keterampilan proses kelompok. Rusman (2013:222), model pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation juga dirancang untuk membantu terjadinya rasa tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ditempat Praktek Lapangan (PL) yaitu di SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung, didapatkan bahwa siswa yang tidak aktif lebih banyak dibandingkan siswa yang aktif ketika proses pembelajaran berlangsung.

Aktivitas yang diamati adalah membaca, mencatat, mendengar, menjawab dan bertanya. Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif dalam proses pembelajaran sosiologi kelas XI IPS Tahun ajaran 2016/2017, seperti tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Siswa Aktif dan Tidak Aktif Mata Pelajaran Sosiologi

No Kelas Jumlah Siswa

Jumlah siswa

aktif

Jumlah siswa tidak aktif 1 XI IPS

1 30 11 19

2 XI IPS

2 29 20 9

3 XI IPS

3 29 17 12

4 XI IPS

4 28 12 16

Sumber: Hasil observasi, 2017

Berdasarkan tabel di atas, terlihat aktivitas siswa dalam pembelajaran sosiologi, siswa yang paling aktif yaitu kelas XI IPS 2 dan siswa yang paling sedikit aktif yaitu siswa kelas XI IPS 1.

Rendahnya aktivitas siswa di SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung salah satunya disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Umumnya guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa,

(5)

karena siswa terbiasa belajar dengan menggunakan metode mendengarkan, ceramah, mencatat, kemudian menghafal yang diberikan oleh guru.

Penggunaan metode konvensional ini menyebabkan siswa tidak fokus dan mengalami kejenuhan dalam pembelajaran, sehingga siswa sibuk sendiri dengan aktivitas masing-masing, ada siswa yang mengantuk, ada yang mengobrol dengan teman, jika diberi pertanyaan banyak yang tidak bisa menjawab, dan ada yang mengerjakan tugas selain pelajaran Sosiologi.

Penggunaan metode group investigation diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan bersama dalam kelompok memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Melalui metode group investigation, siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka saya mengambil judul “Aktivitas Belajar Siswa dalam Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Kasus Siswa Kelas XI Sosiologi di SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung)”.

Rumusan penelitian penelitian adalah bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi (kasus siswa kelas XI Sosiologi di SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung).

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aktivitas belajar siswa dalam Implementasi Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (kasus siswa kelas XI Sosiologi di SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung).

METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini terdiri dari 4 kelas XI IPS yaitu, XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, dan XI IPS 4 di SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung dengan jumlah 116 orang siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri. Jadi kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas yang jumlah keaktifan siswanya paling sedikit, yaitu kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Kabupaten Sijunjung, dimana 11 orang siswa aktif dan 19 orang tidak aktif.

(6)

Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap penyelesaian.

Instrumen yang digunakan berupa daftar cek (cheklist) sesuai dengan indikator dalam penelitian ini yaitu membaca, mencatat, bertanya, menjawab, dan mendengarkan, guna untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran.

analisis dalam proses pembelajaran tentang aktivitas belajar siswa dianalisis menggunakan rumus persentase (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

dengan langkah-langkah:

mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. Selanjutnya merencanakan tugas yang akan dipelajari. Pada tahap Investigation, kegiatan siswa antara lain: Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, setiap anggota kelompok berkonstribusi untuk usaha-usaha yang akan dilakukan kelompoknya. Para siswa saling

bertukar, berdiskusi,

mengklarifikasikasi, dan mensintesis semua gagasan. Selanjutnya menyiapkan laporan akhir, anggota kelompok merencanakan apa yang akan

mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Wakil-wakil kelompok membentuk suatu panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi dan mempresentasikan laporan akhir. Selanjutnya presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai bentuk. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran secara aktif. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Evaluasi dilakukan yaitu: Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman- pengalaman mereka, guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa dan Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Pertemuan Pertama dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Pertemuan pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, pengamatan yang

(7)

dilakukan dalam penerapan tahap 1 Model Pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dibagi atas tahap- tahap, dalam penelitian ini dilakukan di mulai pada tahap 2 tahap 3, 4, 5 dan 6.

Pada masing-masing tahap tersebut idealnya semua siswa melakukan Aktivitas belajar, Mulai dari membaca, mencatat, mendengarkan dan bertanya.

Terdapat kontra aktivitas ketika siswa seharus melakukan aktivitas membaca namun, ada siswa yang melakukan aktivitas lain seperti mengobrol, diam (tidak membaca buku). Begitu juga dengan mencatat siswa melakukan aktivitas diluar kontek tersebut mereka Diam bahkan ngobrol. pada Aktivitas mendengar, menjawab, bertanya mereka juga melakukan aktivitas Ngobrol dan diam. Pada tabel 5.1 (pertemuan 1) dapat dilihat persentase kontra aktif siswa berdasarkan membaca, mencatat, mendengar, menjawab dan bertanya.

Dalam pertemuan pertama ini siswa dalam aktivitas menjawab bertanya pada diskusi kelompok ada 28 siswa yang diam (93,33%). Pada tahap 3 jumlah siswa terbesar juga beraktivitas berbentuk diam ketika ada proses menjawab dan bertanya. Pada tahap 4 Disini terlihat hal yang berbeda siswa yang melakukan aktivitas diam justru

tidak pada aktivitas menjawab dan bertanya tetapi mereka diam (22) ketika seharusnya mereka mencatat. Pada tahap 5 dan 6 siswa dominan diam ketika seharusnya mereka, menjawab.

Aktivitas siswa terbanyak pada setiap tahapan adalah mendengar dan membaca, sementara aktivitas yang paling sedikit dilakukan siswa adalah menjawab dan bertanya. Aktivitas siswa ini diiringi dengan kontra aktivitas, dimana siswa lebih banyak memilih diam dan mengobrol ketika proses pembelajaran berlangsung.

Pertemuan kedua dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Pengamatan terhadap aktivitas siswa pada tahap-tahap Model Group Investigation, pertemuan kedua aktivitas diam juga hal yang dominan baik pada tahap 2,3,4,5 dan 6. Jumlah siswa yang terbesar melakukan aktivitas diam terjadi pada tahap 3 sebanyak 26 siswa dimana. Aktif bertanya tapi hanya diam arti diam ini pada semua tahap paling banyak terjadi pada aktivitas yang seharusnya menjawab atau bertanya. Selain aktivitas diam mereka juga melakukan aktivitas ngobrol aktivitas tertinggi terjadi pada tahap 2 yaitu ketika seharus mereka mencatat

(8)

malahan mereka ngobrol sebanyak 20 siswa. Pada tabel 2 dapat dilihat rincian kontra aktivitas siswa dalam penerapan model Kooperatif Tipe Group Investigation. Aktivitas siswa terbanyak pada setiap tahapan adalah mendengar dan membaca, sementara aktivitas yang paling sedikit dilakukan siswa adalah menjawab dan bertanya, terlihat adanya peningkatan aktivitas bertanya dan menjawab yang dilakukan oleh siswa.

Aktivitas siswa ini diiringi dengan kontra aktivitas, siswa lebih banyak mendengar pertanyaan atau jawaban yang diberikan oleh siswa lain.

Pertemuan Ketiga dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe group Investigation

Dari tabel aktivitas siswa pada tahap-tahap Model Group Investigation, Hal yang sama juga terjadi pada pertemuan 3 mahasiswa juga banyak diam pada tahap 2,3,4,dan 5.

Memperhatikan dinamika proses pembelajaran pertemuan 1,2, dan 3 yang terdiri pada tabel 5.1, 5.2 ,5. 3.

Menunjukkan bagaimana aktivitas siswa yang seharusnya membaca, mencatat, mendengar, menjawab dan bertanya namun tidak semuanya mereka beraktivitas sesuai dengan seharusnya tersebut. Diskusi kelompok yang

berlangsung pada 5 kelompok menunjukkan tidak meratanya kemampuan siswa dalam meinvestigasi kasus tentang konflik. Siswa yang aktif pada masing-masing tahap khususnya pada aktif menjawab dan bertanya tertinggi hanya dilakukan oleh 8 siswa menjawab dan bertanya sebanyak 5 orang siswa. Aktivitas siswa terbanyak pada setiap tahapan adalah mendengar dan membaca, sementara aktivitas yang paling sedikit dilakukan siswa adalah menjawab dan bertanya, terlihat adanya peningkatan aktivitas bertanya dan menjawab yang dilakukan oleh siswa.

Aktivitas siswa ini diiringi dengan kontra aktivitas, siswa lebih banyak mendengar pertanyaan atau jawaban yang diberikan oleh siswa lain dan siswa yang justru memperhatikan siswa lain mencatat pelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation memunculkan aktivitas kontra aktif siswa, yaitu atkivitas yang berlawanan dengan aktivitas pada model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

PEMBAHASAN

Pada pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3 siswa yang mengobrol pada tahap 1 dalam semua jenis

(9)

aktivitas rat-rata 15 orang (50%). Pada tahap 3 situasi ini tidak jauh berubah berdasarkan hasil observasi ada sebanyak 14 siswa melakukan aktivitas mengobrol (46,66%). Hal ini berarti pada pertemuan 1 penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation rata-rata siswa melakukan aktivitas mengobrol (14,75) dibulatkan 15orang, atau dengan kata lain sebanyak 50% siswa dalam kelas eksperimen melakukan aktivitas mengobrol dimana seharusnya mereka melakukan aktivitas membaca, mencatat, mendengar, menjawab.

Pada pertemuan ke 2 pada tahap 2 dan 3 siswa mengobrol lebih sedikit dari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada tahap yang sama. Pada tahap 2 ada sebanyak 6 siswa yang mengobrol (20%) dan pada tahap 3 ada 8 orang yang mengobrol ada (26,66%). Namun ada hal berbeda pada pertemuan 2 ini.

dan tidak terjadi pada pertemuan 1yaitu siswa melakukan aktivitas mengobrol pada tahap 4. Pada tahap ini ada sebanyak 6 siswa yang melakukan aktivitas mengobrol (20%). Dengan demikian rata-rata siswa yang melakukan aktivitas mengobrol pada pertemuan 2 ini sebanyak (6,67%) orang di bulatkan 7 orang atau dengan

sebanyak (23,33%) siswa ngobrol pada pertemuan 2 ini. Selanjutnya pada pertemuan 3 situasi aktivitas belajar siswa juga berbeda dengan pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada pertemuan ini siswa yang mengobrol tidak terjadi pada tahap 2 justru siswa mengobrol terjadi pada tahap 3 dan tahap 4.

Pada tahap 3 ada sebanyak 5 siswa yang melakukan aktivitas mengobrol dan tahap 4 sebanyak 2 siswa dengan demikian rata-rata siswa yang mengobrol pada pertemuan 3 ini sebanyak 3,5 siswa di bulatkan 4 siswa (13,33%). Memperhatikan persentase siswa yang mengobrol pada pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3, terjadi penurunan persentase yaitu dari 50 % turun 23,33% dan pertemuan 3 hanya 13,33%. Meskipun demikian bukan berarti siswa oktimal melaksanakan aktivitas membaca, mencatat, mendengar, menjawab. Namun mereka justru melakukan aktivitas diam.

Aktivitas diam ini tidak terjadi pada kegiatan membaca, mencatat, mendengar tetapi aktivitas Diam disini terjadi pada sesi menjawab, bertanya pada masing-masing tahap. Pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 terjadi aktivitas diam pada sesi menjawab terjadi sebanyak 28 siswa atau dengan

(10)

kata lain hanya 2 siswa yang melakukan aktivitas menjawab pada sesi menjawab selebihnya pada sesi bertanya. Pada tahap 3 aktivitas diam juga terjadi pada sesi menjawab sebanyak 23 orang danp ada tahap 4 aktivitas diam terjadi sebanyak 22 orang (seharusnya mereka mencatat). Dengan demikian rata-rata siswa melakukan aktivitas diam pada pertemuan 1 pada setiap tahap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ada 20,33 siswa dibulatkan 20 siswa.

Selanjutnya pada pertemuan 2 rata-rata pada setiap tahap penerapan model pembelajaran ini anak melakukan diam sebanyak 6,67 dibulatkan menjadi 7 siswa, namun pada tahap 3 aktivitas Diam siswa justru meningkatkan yaitu rata-rata setiap tahap rata-rata sebanyak 21%.

Aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation cenderung mengalami peningkatan.

Peningkatan ini terlihat dari jumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan semakin berkurangnya Aktivitas ngobrol dari

pertemuan 1 sampai pertemuan 3 namun siswa ketika proses pembelajaran berlangsung menunjukkan aktivitas diam hanya rendah pada pertemuan 2 artinya pembelajaran ini sangat optimal terjadi pada pertemuan 2, dilihat dari hipotesis berarti diterima yaitu terjadi peningkatan pada aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Rusman (2015:45), belajar merupakan proses pembentukan keterkaitan antara ransangan dan tidak balas atau stimulus respon, maka apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan tidak balas dari siswa (respon) terhadap apa yang diberikan oleh guru tersebut, semuanya harus dapat diukur. Teori behavioristik juga memandang bahwa perilaku itu terbentuk karena adanya refleks (reaksi jasmaniah). Jadi peristiwa belajar dalam teori ini melatih refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan atau perubahan tingkah laku yang dikuasainya.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

(11)

cenderung mengalami peningkatan.

Peningkatan ini terlihat dari jumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan semakin berkurangnya Aktivitas ngobrol dari pertemuan 1 sampai pertemuan 3 namun siswa ketika proses pembelajaran berlangsung menunjukkan aktivitas diam hanya rendah pada pertemuan 2 artinya pembelajaran ini sangat optimal terjadi pada pertemuan 2, dilihat dari hipotesis berarti diterima yaitu terjadi peningkatan pada aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Kokom. 2011.

Pembelajaran Konseptual Konsep dan Aplikasi. Bandung. PT Refika Aditama.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan, Studi Awal tentang Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Nurhadi, Dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2015.Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta. PT Raja Grafindo.

Referensi

Dokumen terkait

Local government tourism management can encourage sustainable tourism development.The development of the tourism sector in Indonesia, especially in Karo Regency,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS V SD NEGERI EMMY SAELAN KECAMATAN RAPPOCINI KOTA