• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESUME PRAKTEK KERJA BATU

N/A
N/A
Froz

Academic year: 2024

Membagikan "RESUME PRAKTEK KERJA BATU"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH :

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH ( 062240111912 )

DOSEN PEMBIMBING : Drs. DAFRIMON, M.T.

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2023

(2)

Dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah Praktek Kerja Batu pada Jurusan Teknik Sipil Program Studi Perancangan Jalan dan Jembatan Politeknik

Negeri Sriwijaya Palembang

Palembang, Oktober 2023

Penulis

Nadiyah Zahra Shofiyyah NIM.062240111912 Dosen Pembimbing

Drs. Dafrimon, M.T.

NIDN. 0012056008

(3)
(4)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan resume “Praktek Kerja Batu” tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Dalam penulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Praktek Kerja Batu bapak Drs. Dafrimon, M.T. yang telah membimbing dan mengarahkan selama pelaksanaan perkuliahan. Semoga budi baik yang sudah diberikan senantiasa mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam proses penyusunan tugas resume Praktek Kerja Batu tentunya banyak terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membantu dan membangun sangat diharapkan.

Demikianlah resume ini dibuat. Semoga bermanfaat bagi para pembaca terkhusus mahasiswa jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.

Palembang, Oktober 2023

Penulis

iii

(5)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...1

1.3. Tujuan Praktikum...2

1.4. Manfaat Penulisan...2

1.5. Ruang Lingkup Kajian...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1. Pengenalan Alat Dan Bahan...3

1. Alat dan Fungsinya...3

2. Bahan dan Penggunaannya...5

2.2. Mortar Dan Campurannya...10

1. Definisi Mortar...10

2. Pembuatan Mortar...11

2.3. Pembahasan Teori...12

1. Memasang Batu Bata Pasangan ½ Batu ...12

2. Memasang Batu Bata Pasangan 1 Batu ...13

3. Memplester Dinding Bata...15

4. Pondasi Pasangan Batu Bata...16

5. Pondasi Pasangan Batu Kali...17

2.4. Job Pasangan Batu Bata...19

1. Memasang Batu Bata Pasangan ½ Batu ...19

2. Memasang Batu Bata Pasangan 1 Batu ...24

iv

(6)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

BAB III PENUTUP...28 3.1. Kesimpulan...28 3.2. Saran Dalam Pelaksanaan...28

v

(7)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Praktek kerja batu merupakan salah satu pekerjaan yang sangat penting dalam bidang teknik sipil. Praktek kerja batu melibatkan analisis untuk menyelesaikan masalah yang muncul saat bekerja di lapangan. Praktek kerja batu sendiri merupakan jenis pekerjaan yang melibatkan penggunaan batu sebagai bahan utama dalam konstruksi atau dekorasi. Penggunaan batu alam sebagai bahan utama dalam pembangunan struktur memberikan kekuatan, daya tahan, dan estetika yang unik. Praktek kerja batu melibatkan teknik pengaturan batu yang tepat untuk menciptakan struktur yang kokoh dan tahan lama. Namun, dengan kemajuan teknologi dan peningkatan penggunaan bahan konstruksi modern, praktek kerja batu mulai terabaikan. Oleh karena itu penting untuk memahami dan menguasai teknik-teknik dalam pekerjaan batu, tantangan yang dihadapi serta manfaatnya bagi industri konstruksi. Pekerjaan batu sendiri sering dilakukan pada konstruksi bangunan yang meliputi pasangan batu bata, pasangan pondasi baik dari batu alam maupun batu buatan, plesteran dinding bata, dll.

Faktor-faktor yang harus diketahui oleh seorang pelaksana dan tukang batu dalam pekerjaan pemasangan batu bata adalah :

1) Dapat mengenali jenis dan kualitas material yang baik untuk pemasangan batu.

2) Dapat mencampur dan mengaduk material yang akan digunakan dalam pekerjaan pemasangan bata.

3) Mengetahui daya hisap bata dan lamanya perendaman bata sebelum pemasangan.

4) Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kekuatan ikatan antara mortar dan batu sesudah selesai pemasangan.

5) Mengetahui cara menetukan kedataran dan ketegakan pemasangan bata.

6) Mengetahui macam-macam ikatan yang baik dalam pekerjaan pemasangan bata.

7) Mengetahui teknik pemasangan batu yang baik dan benar.

8) Mampu meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan pemasangan batu.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam konteks ini, beberapa rumusan masalah yang dapat diajukan adalah : 1) Bagaimana proses praktek kerja batu dilakukan secara efektif dan efisien?

2) Bagaimana proses pengolahan dan pemotongan batu yang benar?

3) Apa saja teknik dan metode yang digunakan dalam praktek kerja batu?

1

(8)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kerja batu ini sendiri untuk:

1) Mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari dalam praktik nyata.

2) Memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai prinsip-prinsip dasar pengolahan dan pemotongan batu yang benar.

3) Meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan mengatur pekerjaan konstruksi dengan bahan batu.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan praktikum kerja batu yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan panduan dan informasi yang jelas tentang praktek kerja batu.

2) Membantu meningkatkan kualitas pelaksanaan praktek kerja batu secara keseluruhan.

3) Meningkatkan pemahaman tentang proses kerja, teknik, dan metode yang terkait dengan praktek kerja batu.

1.5 Ruang Lingkup Kajian

Dalam penulisan ini, akan dibahas aspek-aspek berikut:

1) Memasang Batu Bata Pasangan ½ Batu.

2) Memasang Batu Bata Pasangan 1 Batu.

3) Memplester Dinding Bata.

4) Pondasi Pasangan Batu Bata.

5) Pondasi Pasangan Batu Kali.

2

(9)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH

(062240111912) / 3 PJJ C 3

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab ini saya akan menjelaskan proses pekerjaan praktek kerja batu yang telah dilaksanakan. Pekerjaan batu yang telah dilaksanakan berupa pasangan pondasi baik dari batu alam maupun batu buatan, pasangan bata dan plesteran bata. Saya memilih pasangan bata yang akan saya bahas keseluruhannya. Namun, saya juga akan tetap menjelaskan teori dasar mengenai pemasangan pondasi baik dari batu alam maupun batu buatan, pasangan bata dan plasteran bata.

Sebelum menjelaskan itu semua saya akan menjelaskan alat dan bahan yang dipakai pada saat praktek kerja batu serta teori mengenai mortar dan cara pembuatannya.

2.1 Pengenalan Alat Dan Bahan 1. Alat dan Fungsinya

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

1. Sendok Spesi 1) Bentuk trapesium 2) Bentuk oval 3) Bentuk segitiga

Untuk meletakan / meratakan spesi pada pekerjaan pasangan batu/bata, plesteran dan acian.

2. Meteran lipat Memiliki panjang sekitar 1-2 meter, dengan setiap bagian memiliki panjang sekitar 30 cm

Untuk mengukur : 1) Panjang 2) Lebar 3) Tinggi

Roll meter Bisa digulung, dengan

panjang mulai 5 – 50 meter.

3. Sekop 1) Berbentuk lancip

2) Berbentuk petak 3) Berbentuk panjang

Digunakan untuk : 1) Mengambil material

berbutir kasar

2) Mengambil material berbutir halus

3) Menggali tanah

4. Gergaji Pemotong Untuk memotong kayu.

(10)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

5. Cangkul biasa Berbentuk petak Digunakan untuk :

1) Menggali tanah 2) Mencampur dan

mengaduk mortar 3) Mengambil material Cangkul aduk Memiliki 2 lubang

6. Kapur Batangan kapur Untuk menandai ukuran.

7. Ember Ukuran bervariasi Untuk mengambil air,

mengambil material, sebagai alat takar, dll.

8. Waterpass Panjangnya 60-120 cm Digunakan untuk mengukur:

1) Ketegakan (vertical) 2) Kedataran (horizontal) 3) Kemiringan 45⁰ 9. Palu pemotong bata Bagian kepala yang lancip

di satu sisinya dan satu sisinya berbentuk datar

Digunakan untuk : 1) Memukul dan

memotong bata.

2) Memukul kayu.

10. Palu besi Bagian belakang kepala mirip seperti tanduk kambing

Untuk memukul dan mencabut paku.

11. Kotak spesi Berbentuk trapesium Tempat untuk mengaduk atau membuat mortar.

4

(11)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

12. Jointer Terbuat dari besi Untuk merapikan siar pada batu bata.

13. Ruskam Terbuat dari besi dan ada yang dari kayu

Untuk meratakan acian/mortar pada saat pemlesteran.

14. Benang Bervariasi Menjadi acuan saat

pemasangan bata agar lurus dan rapi

2. Bahan dan Penggunaannya

Bahan-bahan yang dipakai pada praktek kerja batu adalah sebagai berikut : a. Batu alam

Batu alam adalah bahan bangunan yang terbuat dari batuan alam yang diekstraksi dari alam, seperti granit, marmer, batu kapur, atau batu kali. Batu alam memiliki tampilan yang unik dan bervariasi karena proses pembentukannya yang alami. Penggunaan batu alam dalam bangunan memiliki beberapa keunggulan. Pertama, batu alam memiliki kekuatan yang tinggi, sehingga memberikan kestabilan struktural yang baik untuk bangunan. Batu alam juga tahan terhadap cuaca ekstrem, perubahan suhu, dan tekanan, sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, batu alam memiliki daya tahan yang baik terhadap keausan, goresan, dan noda, sehingga membutuhkan sedikit perawatan dan pemeliharaan.

Batu alam dapat digunakan dalam berbagai bagian bangunan. Kegunaannya pada bangunan adalah untuk pasangan pondasi, lantai pemikul, saluran, tembok penahan, dll. Pada saat pemasangan pondasi, praktek tersebut menggunakan batu kali bronjong yang sering terlihat di pantai. Batu kali bronjong sendiri adalah sistem perlindungan pantai atau sungai yang terdiri dari susunan batu-batu alam yang diletakkan diatas lapisan bronjong. Bronjong terbuat dari kawat baja yang membentuk kerangka berbentuk kotak atau persegi panjang dengan ukuran yang telah ditentukan. Kekuatannya ada pada batu. Sama halnya dengan beton yang kekuatannya terletak bukan pada semennya tetapi pada agregat-agregat beton itu sendiri. Penting untuk diingat bahwa memilih batu alam harus mempertimbangkan

5

(12)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

faktor-faktor seperti kekuatan, kecocokan dengan lingkungan, dan perawatan yang dibutuhkan. Beberapa jenis batu alam mungkin membutuhkan perlindungan tambahan atau perawatan khusus untuk menjaga tampilan dan keindahannya.

b. Batu bata

Batu bata adalah salah satu bahan bangunan yang umum digunakan dalam konstruksi.

Batu bata terbuat dari tanah liat atau bahan lain yang dicetak berbentuk balok dengan ukuran tertentu dan dibakar hingga mengeras. Batu bata sebelum dipakai/dipasang, harus direndam terlebih dahulu dengan air bersih selama ±3 menit atau sampai gelombang udaranya abis.

Saat batu bata direndam dalam air, gelembung-gelembung kecil akan muncul dan akhirnya hilang. Ini terjadi karena air meresap ke dalam pori-pori batu bata dan menggantikan udara yang ada di dalamnya. Proses ini disebut sebagai ‘penyerapan air’ oleh batu bata. Tujuannya agar material tersebut jenuh air sehingga tidak menyerap air semen, dikarenakan pada proses pengerasannya batu bata dibakar sampai suhu ±1505 C. Kalau air pada mortar terserap habis,⁰ maka semen pada mortar tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya yang mengakibatkan ikatan menjadi lemah/tidak kuat. Ukuran standar Indonesia untuk bata kecil adalah :

• 52 mm x 115 mm x 240 mm

• 50 mm x 110 mm x 230 mm

Penumpukan atau penimbunan batu bata di lapangan harus pada tempat yang kering kalua perlu diberi alas agar tidak kotor. Bata disusun berselang-seling dengan ketinggian max 2m untuk memudahkan dalam pengambilan. Secara umum batu bata diproduksi dalam 2 jenis yaitu :

a) Pejal

Batu bata pejal adalah jenis batu bata yang memiliki kepadatan tinggi dan tidak berongga di dalamnya. Mereka terbuat dari bahan seperti tanah liat, pasir, kerikil, atau campuran semen dan agregat lainnya. Batu bata pejal memiliki kekuatan yang tinggi karena tidak memiliki ruang hampa di dalamnya. Kepadatan tinggi ini memungkinkan mereka untuk menahan beban struktural yang berat dan memberikan kestabilan yang baik pada bangunan. Batu bata pejal memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca ekstrem, seperti panas, hujan, atau angin. Mereka tidak mudah rusak dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa perlu perawatan khusus. Batu bata pejal juga dikenal karena sifat tahan api yang baik. Mereka tidak mudah terbakar dan dapat membantu memperlambat atau mencegah penyebaran api dalam kebakaran. Ini memberikan perlindungan tambahan bagi penghuni bangunan.

Penting untuk diingat bahwa penggunaan batu bata pejal dalam bangunan juga memerlukan teknik konstruksi yang tepat, seperti pemasangan dengan mortar yang kuat dan struktur dukungan yang memadai, untuk memastikan kekuatan dan keandalan bangunan. Selain itu, pemilihan batu bata pejal yang berkualitas tinggi dan pemeliharaan

6

(13)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

yang baik juga penting untuk memastikan kinerja dan daya tahan yang optimal.

b) Berlubang

Batu bata berlubang adalah jenis batu bata yang memiliki lubang-lubang pada permukaannya. Lubang-lubang ini memberikan beberapa keuntungan dalam aplikasi konstruksi. Fungsi lubang pada batu bata :

 Memudahkan pengikatan atau penyusunan batu bata satu sama lain.

 Untuk rongga udara agar dapat memungkinkan sirkulasi udara di dalam bangunan.

 Bobot batu bata berkurang, sehingga mengurangi beban struktural pada bangunan.

 Mempercepat proses pengerasan batu bata selama pemanasan.

 Bisa memungkinkan besi atau penyangga lainnya dapat ditusukkan melalui lubang tersebut.

Batu bata berlubang juga memiliki keuntungan termal dan akustik. Lubang-lubang tersebut menciptakan lapisan isolasi udara di dalam dinding, yang membantu dalam menjaga suhu dalam ruangan. Lapisan isolasi ini mengurangi transfer panas melalui dinding, sehingga mempertahankan suhu yang nyaman di dalam bangunan. Selain itu, lubang-lubang pada batu bata berlubang juga dapat meredam suara, mengurangi kebisingan yang masuk ke dalam bangunan. Meskipun batu bata berlubang memiliki banyak keuntungan, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan. Misalnya, kekuatan struktural batu bata berlubang lebih rendah dibandingkan dengan batu bata padat. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan dan desain yang tepat untuk memastikan kekuatan struktural yang memadai.

Keberadaan lubang-lubang pada batu bata ini memberikan keuntungan struktural, termal, akustik, dan kemudahan pemasangan. Namun, tetap diperlukan perhatian terhadap kekuatan struktural dalam penggunaannya.

c. Semen Portland

Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum digunakan dalam konstruksi. Ini adalah bahan dasar yang penting dalam pembuatan beton, mortir, dan berbagai material bangunan lainnya. Semen Portland terbuat dari campuran bahan-bahan utama seperti batu kapur, tanah liat, pasir, dan besi. Bahan-bahan ini diambil dari sumber alam dan diolah dengan proses yang kompleks. Proses produksi melibatkan penggilingan dan pengeringan bahan baku, pemanasan dalam kiln pada suhu tinggi (sekitar 1.450 derajat Celsius), dan pendinginan cepat. Hasil akhirnya adalah bubuk halus yang dikenal sebagai semen Portland.

Diantara bahan-bahan ikat yang kita ketahui, semen adalah bahan yang terpenting, karena semen dapat mengadakan pengikatan dan pengerasan di dalam air. Semen dinamakan hydrolik dan pengikatan serta pengerasan dari semen hanya terjadi karena adanya air. Air

7

(14)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

disini di perlukan untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia sehingga menghasilkan senyawa-senyawa hidrat, yang dapat mengeras.

• Semen + Air = Pasta semen (aci)

• Semen + Agregat Halus + Air = Mortar

Ada beberapa jenis semen Portland yang memiliki karakteristik yang sedikit berbeda tergantung pada persentase bahan-bahan utama yang digunakan dalam produksi. Beberapa jenis semen Portland yang umum meliputi:

 Semen Portland Tipe I: Jenis semen Portland paling umum, digunakan dalam aplikasi umum seperti beton struktural.

 Semen Portland Tipe II: Mengandung jumlah sedikit lebih besar dari beberapa bahan aditif, memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap sulfat dan panas.

 Semen Portland Tipe III: Memiliki kekuatan awal yang lebih tinggi, cocok untuk proyek yang membutuhkan pengerasan beton yang cepat.

 Semen Portland Tipe IV: Mengandung jumlah lebih rendah dari bahan aditif, memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap panas.

 Semen Portland Tipe V: Digunakan di daerah dengan kondisi lingkungan yang sangat keras, seperti paparan yang tinggi terhadap sulfat.

Proses hidrasi semen merupakan proses pengerasan semen melalui reaksi kimia antara semen dan air , yang menghasilkan perekatan dan pengerasan material. Alat Vicat adalah sebuah perangkat yang digunakan dalam pengujian laboratorium untuk mengukur waktu pengaturan semen atau kekakuan awal pasta semen. Alat Vicat terdiri dari sebuah jarum atau pengaduk yang dijatuhkan ke dalam pasta semen yang sedang mengeras. Adukan semen dan pasir yang digunakan untuk memasang bata disebut siar atau spesi. Macam-macam siar ada 2 yaitu:

 Siar datar, yaitu siar yang dipasang pada sisi bata arah horizontal atau datar.

 Siar tegak, yaitu siar yang dipasang pada sisi bata arah tegak atau vertical.

Istilah 1 : 4 = 1 semen : 4 pasir (permanen). Istilah tersebut digunakan biasanya dalam pembuatan mortar secara permanen yang tidak bisa di bongkar pasang. Ciri-ciri semen yang baik yaitu sebagai berikut:

 Tidak mengumpal / tidak membatu / tidak mengeras.

 Kering serta kantong sak tidak rusak.

 Butiran masih halus.

d. Pasir

Pasir adalah bahan bangunan yang penting dan sering digunakan dalam berbagai konstruksi. Pasir merupakan butiran-butiran mineral atau agregat halus yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 5mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang persegi 0,075 mm. Pasir umumnya digunakan pada plesteran dinding sebagai bahan pengisi.

8

(15)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

Campuran pasir dengan semen dan air digunakan untuk menciptakan lapisan plester yang halus dan kuat pada permukaan dinding. Pasir juga digunakan dalam konstruksi pondasi bangunan. Lapisan pasir yang ditempatkan di bawah pondasi bertujuan untuk meratakan permukaan dan meningkatkan drainase. Pasir juga membantu dalam mendistribusikan beban bangunan secara merata ke tanah di sekitarnya.

Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butir-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3mm. Pasir untuk pengurungan, peninggian dan tujuan lain harus bersih dan keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut dapat digunakan asal dicuci terlebih dahulu.

Perkiraan kebutuhan pasir untuk:

 1 m² pasangan bata batu = 80 It

 1 m² plesteran dinding bata = 50 It

 Berat pasir kering berkisar antara 0,8-1,2 kg/lt

Pasir sering digunakan sebagai bahan pengisian dalam berbagai proyek konstruksi.

Misalnya, pasir digunakan sebagai pengisian pada landasan jalan, bantalan pipa saluran, atau di bawah lantai beton. Pasir yang dikompakkan dengan baik memberikan stabilitas dan perataan yang diperlukan dalam konstruksi tersebut. Penting untuk memilih pasir yang sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Pasir yang baik harus memiliki ukuran partikel yang seragam, bersih dari kotoran organik atau kontaminan, dan memiliki kemampuan pengikatan yang baik dengan bahan lainnya dalam campuran. Selalu perhatikan panduan dan spesifikasi konstruksi yang disarankan oleh para ahli untuk memastikan penggunaan pasir yang tepat dalam

proyek bangunan.

Penimbunan pasir di lapangan harus diberi alas dari kayu atau plastik agar pasir tidak tercampur dengan tanah / kotoran kemudian sebaiknya diatasnya ditutup dengan terpal/plastik agar terhindar dari air hujan. Kalau pasir basah sulit untuk membuat adukan yang semennya tepat. Juga karena mengaduk pasir yang basah untuk mortar sulit untuk mendapatkan adukan yang rata.

e. Air

Air memainkan peran penting dalam konstruksi bangunan dan memiliki beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan. Fungsi air adalah untuk menghomogenkan bahan untuk pembuatan spesi. Air yang dipakai untuk membuat suatu adukan, hendaklah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Khusus untuk plesteran yang berwarna putih, air tidak boleh mengandung kotoran yang akan memberikan warna pada adukan, misalnya zat besi yang akan memperlihatkan noda-noda coklat pada plesteran. Untuk membuat suatu adukan kita harus memakai air yang jernih, jika air mengandung zat lain, diusahakan kadarnya harus kecil. Banyaknya air yang digunakan tergantung pada jenis adukan yang akan dibuat, keadaan dari pekerjaan, keadaan cuaca dan sebagainya. Ciri-ciri air yang dapat digunakan untuk membuat suatu adukan adalah sebagai berikut:

9

(16)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

a) Air bersih.

b) Tidak berwarna.

c) Tidak berbau.

d) Bukan air laut (mengandung garam), karena dapat mengurangi kekuatan ikatan bata.

e) Tidak berasa.

Sebagai angka rata-rata campuran air pada adukan berkisar:

• Untuk adukan kedap air dari semen kira-kira 22% dari isi bahan yang dicampur.

• Untuk kedap air dari kapur dan teras kira-kira 20%.

• Untuk adukan kedap air dari kapur kira kira 8-10%.

2.2 Mortar Dan Campurannya 1. Definisi Mortar

Mortar adalah campuran yang digunakan dalam konstruksi untuk mengikat bersama-sama bata, batu, atau bahan bangunan lainnya. Campuran ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu semen, pasir dan air. Semen adalah bahan pengikat utama dalam mortar. Jenis semen yang umum digunakan adalah semen Portland, yang terbuat dari klinker semen yang digiling halus. Pasir digunakan sebagai bahan agregat dalam mortar. Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari kotoran atau kontaminan lainnya. Ukuran butiran pasir juga harus sesuai dengan kebutuhan, biasanya antara 0,15 mm hingga 4,75 mm. Air berperan penting dalam proses hidrasi semen, yang menghasilkan ikatan kuat dalam mortar. Air digunakan untuk mengaktifkan reaksi kimia dalam semen yang menghasilkan kekuatan dan kekerasan. Penting untuk menggunakan jumlah air yang tepat dalam campuran untuk mencapai konsistensi yang baik dan menghindari kelebihan air yang dapat mengurangi kekuatan mortar.

Mortar berfungsi sebagai bahan pengisi dan pengikat antara satu bata dengan bata lainnya dalam suatu konstruksi pasangan bata. Pembuatan mortar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan perbandingan isi/volume dan yang lebih baik berdasarkan perbandingan berat, tetapi yang umum dilakukan adalah berdasarkan perbandingan isi karena dirasa prosesnya lebih sederhana karena tak perlu uji material di laboratorium. Untuk mencampur mortar, pasir dan semen dicampur bersama-sama dalam rasio yang ditentukan. Rasio ini dapat bervariasi tergantung pada jenis konstruksi yang dilakukan. Rasio umum untuk mortar adalah sekitar 1 bagian semen untuk 3 hingga 4 bagian pasir, tetapi ada juga variasi seperti 1:1 untuk aplikasi tertentu. Penggunaan aditif atau bahan tambahan lainnya, seperti serat atau bahan kimia pengikat, juga dapat dimasukkan ke dalam campuran mortar untuk memberikan sifat khusus seperti meningkatkan daya rekat atau tahan air. Hal-hal yang dapat mencegah penyusutan mortar yaitu mutu bahan yang digunakan untuk pembuatan mortar harus baik, air yang digunakan untuk mengaduknya harus air bersih, bahan pengikat yang digunakan hendaklah dicampur dengan kapur atau bahan tambahan lainnya, faktor air semen dalam adukan harus tepat, mortar harus dilindungi dari sinar matahari selama masa pengikatnya berlangsung.

Konsistensi mortar adalah tingkat kelembutan atau kekentalan campuran. Konsistensi yang

10

(17)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

baik memungkinkan mortar diaplikasikan dengan mudah dan merata. Terlalu kering akan membuat mortar sulit diterapkan, sedangkan terlalu basah dapat mengurangi kekuatan dan kualitas mortar. Konsistensi yang optimal dapat diuji dengan mengamati apakah mortar dapat dipadatkan menjadi bola yang terjaga bentuknya tanpa menyebar. Penting untuk mencampur mortar dengan baik, memastikan semua bahan tercampur secara merata dan proporsi yang benar dipertahankan. Mortar yang baik akan memberikan ikatan yang kuat antara bahan bangunan, memiliki kekuatan yang memadai, dan tahan terhadap beban atau kondisi lingkungan tertentu.

Mortar = Semen + Pasir + Air ↓ ↓ ↓ Perekat Pengisi Penghidrasi

Syarat mortar :

 Tercampur rata (pasir + semen)

 Homogen (tidak ada perbedaan antara warna keduanya)

 Plastis (mudah diatur) 2. Pembuatan Mortar

Dalam pekerjaan pasangan pembuatan mortar haruslah tercampur dengan baik. Sebab apabila adukan mortar tidak tercampur dengan baik, akan mengakibatkan ikatan juga tidak merata.

Pembuatan mortar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan dengan mesin pengaduk. Disini saya akan menjelaskan pembuatan mortar secara manual yang saya pelajari dari praktek kerja batu.

 Pembuatan Mortar Secara Manual (Dengan Tangan) 1 : 8 (sementara) Alat-alat yang diperlukan :

1) Sekop 2) Ember 3) Kotak aduk 4) Cangkul aduk Langkah kerja :

1) Takarkan pasir dengan perbandingan 1 semen : 8 pasir (dikarenakan mortar tersebut digunakan untuk pasangan bata yang akan dilepas pasang, jika ingin digunakan permanen buat perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4), lalu letakkan di dalam kotak aduk.

2) Kemudian letakkan semen diatas hamparan pasir tadi sesuai dengan perbandingan sebelumnya.

3) Lalu aduklah dengan menggunakan cangkul sampai keduanya terlihat homogen.

4) Selanjutnya, buatlah lubang pada tumpukan adukan itu, dan tuangkan air secukupnya ke dalam lubang tersebut.

5) Lalu aduklah kembali menggunakan cangkul dengan menariknya.

6) Lihat apakah airnya sudah cukup, jika terlalu kering tambahkanlah air sedikit demi sedikit sambil diaduk terus dengan cangkul.

11

(18)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

7) Apabila adukan sudah merata, maka mortar sudah siap untuk digunakan.

 Hal-hal yang dapat mencegah penyusutan mortar adalah:

1) Mutu bahan yang digunakan untuk pembuatan mortar harus baik, serta gradasi agregatnya harus baik.

2) Air yang digunakan untuk mengaduknya harus air bersih.

3) Bahan pengikat yang digunakan hendaklah dicampur dengan kapur atau bahan tambahan lainnya.

4) Faktor air semen dalam adukan harus tepat.

5) Mortar harus dilindungi dari sinar matahari selama masa pengikatnya berlangsung.

2.3 Pembahasan Teori

1. Memasang Batu Bata Pasangan ½ Batu

Dalam metode ini, baris pertama batu bata biasanya diletakkan secara penuh, kemudian baris kedua dimulai dengan meletakkan batu bata setengah batu di atas batu bata penuh pada baris sebelumnya yang telah dilapisi siar sebelumnya. Kekuatan suatu pasangan bata tergantung juga pada jenis ikatan yang digunakan di dalam pemasangannya. Siar tegak pasangan bata tidak boleh segaris lurus menerus antara lapis satu dengan lapis atasnya karena akan mengurangi kekuatan dari pasangan tersebut. Sebab pada umumnya dalam konstruksi dinding bata, kelihatan siar tegak dari pasangan itu merupakan zig-zag yang harus bergeser / berselisih minimum ¼ bata. Karena apabila siar tegak dari pasangan satu garis, maka bidang akan patah dari konstruksi apabila dapat beban pada siar tersebut. Oleh karena itu penyusunan zig-zag atau running bond ini dapat mengurangi risiko keruntuhan atau kerobohan pada dinding.

a. Persiapan: Pastikan bahwa pondasi atau struktur dasar yang akan dijadikan dasar untuk pemasangan batu bata sudah siap. Bersihkan permukaan dan pastikan bahwa itu rata dan lurus.

b. Pemilihan batu bata: Pilih batu bata yang berkualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Pastikan batu bata dalam kondisi utuh dan bebas dari kerusakan.

12

Pasangan ½ Batu Siar Tegak Siar Datar

Mortar/Spesi/Siar

(19)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

c. Mortar: Campurkan mortar dengan perbandingan yang tepat antara semen, pasir, dan air.

Pastikan adonan mortar memiliki konsistensi yang tepat untuk memastikan pemasangan yang kuat dan tahan lama.

d. Pemasangan pertama: Mulailah dengan menerapkan lapisan mortar tipis di dasar struktur.

Tempatkan batu bata pertama pada mortar dengan lebar setengah batu bata. Pastikan batu bata terletak dengan rata dan ditekan dengan lembut untuk memastikan adhesi yang baik.

e. Pemasangan berikutnya: Setelah batu bata pertama ditempatkan, gunakan mortar untuk menerapkan lapisan tipis pada sisi vertikal dan horizontal batu bata. Tempatkan batu bata berikutnya dengan pola setengah batu bata, dengan setengah batu bata pertama

menumpuk pada setengah batu bata kedua, dan seterusnya.

f. Penempatan dan level: Pastikan setiap batu bata ditempatkan dengan benar dan sejajar.

Gunakan alat pengukur level untuk memastikan bahwa setiap baris batu bata sejajar secara horizontal dan vertikal.

g. Jointing: Setelah pemasangan beberapa baris batu bata, isi celah antara batu bata dengan mortar menggunakan alat jointer. Ratakan permukaan mortar untuk menciptakan

tampilan yang seragam dan estetis.

h. Pengecekan: Periksa secara berkala pemasangan batu bata untuk memastikan kekokohan dan kekakuan struktur. Pastikan juga bahwa setiap batu bata terikat dengan kuat dengan mortar.

i. Penyelesaian: Setelah semua batu bata terpasang, biarkan mortar mengering dan mengeras selama beberapa hari sebelum melanjutkan proses konstruksi yang lain.

2. Memasang Batu Bata Pasangan 1 Batu

Dalam konstruksi bangunan, istilah "pasangan 1 batu" merujuk pada metode pemasangan batu bata di mana setiap baris terdiri dari satu lapisan batu bata yang ditempatkan secara horizontal dan vertikal secara bergantian. Dengan kata lain, pada setiap pasangan, satu batu bata ditempatkan secara horizontal dan batu bata berikutnya ditempatkan secara vertikal. Metode pasangan 1 batu ini umumnya digunakan dalam konstruksi dinding dengan batu bata seperti dinding gudang. Dengan menggunakan metode ini, dinding yang dibangun memiliki kekuatan dan kestabilan yang baik. Prinsip utama di balik metode ini adalah menciptakan keseimbangan dan kekuatan struktural dengan memanfaatkan kekuatan kompresi dari batu bata.

Untuk memasang batu bata sebagai pasangan satu batu, ada beberapa langkah yang perlu diikuti :

a. Persiapan:

• Pastikan Anda memiliki batu bata yang cukup dan alat yang diperlukan, seperti martil, palu, dan mistar.

• Bersihkan area pemasangan dari kotoran atau debu yang bisa menghalangi kekuatan ikatan batu bata.

13

(20)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

• Siapkan campuran mortar atau adukan semen dan pasir dengan perbandingan yang sesuai.

b. Penyiapan adukan:

• Campurkan semen dan pasir dalam wadah yang sesuai dengan perbandingan yang direkomendasikan.

• Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil terus mencampur hingga adukan memiliki tekstur yang konsisten, seperti adukan kental.

c. Pemasangan batu bata:

• Oleskan lapisan mortar tipis di permukaan bawah batu bata.

• Tempatkan batu bata dengan hati-hati pada posisi yang diinginkan, pastikan tersusun secara rapi dan sejajar.

• Tekan batu bata dengan lembut ke dalam mortar, sejajarkan dengan mistar atau alat pengukur untuk memastikan kedataran dan kesejajaran batu bata.

• Pastikan ada celah antara batu bata yang ditempatkan untuk memberikan ruang bagi mortar tambahan.

d. Pengaturan mortar:

• Gunakan mistar atau alat yang sesuai untuk menghilangkan kelebihan mortar di antara batu bata.

• Pastikan permukaan mortar rata dengan batu bata, sehingga memberikan tampilan yang bersih dan rapi.

e. Melanjutkan proses:

• Lanjutkan langkah-langkah di atas untuk memasang batu bata berikutnya, dengan memastikan celah yang sama di antara batu bata.

• Periksa secara berkala menggunakan mistar dan tingkat air untuk memastikan keberadaan kecermatan dan kesejajaran vertikal dan horizontal pada setiap baris batu bata yang dipasang.

f. Penyelesaian:

• Biarkan mortar mengering dan mengeras selama beberapa jam atau sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

• Setelah mortar benar-benar kering, Anda dapat membersihkan sisa mortar yang ada di permukaan batu bata menggunakan sikat atau alat pembersih yang sesuai.

¾

14

Pasangan 1 Batu

(21)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

3. Memplester Dinding Bata

Plesteran adalah proses melapisi permukaan dinding, langit-langit, atau permukaan lainnya dengan adukan plester. Batu bata mempunyai daya hisap yang tinggi terhadap air, oleh sebab itu dinding ruangan yang terbuat dari pasangan batu bata sebaiknya diplester. Sebab kalau tidak diplester ruangan akan menjadi dingin dan lembab pada malam hari apalagi kalau musim hujan.

Plesteran selain berfungsi untuk melindungi dinding dari pengaruh cuaca juga untuk memperindah dan mempertinggi kekuatan serta keawetan bidang yang diplester. Dinding bangunan diplester bagian dalam maupun bagian luarnya, namun jenis / persyaratan plesteran yang dipakai berbeda. Plester untuk bagian luar harus lebih kuat dibanding plester untuk bagian dalam karena dinding bagian luar harus dapat menahan rembesan air (tempias air hujan) serta harus tahan serangan cuaca. Sedangkan plester bagian dalam terlindung oleh dinding, plafon dan dibawah atap. Plesteran dibuat 3 (tiga) lapis yaitu:

1) Lapis dasar sebagai lapis pengikat dan penahan cuaca, karena itu komposisi adukannya harus lebih keras.

2) Lapisan kedua berguna untuk mendatarkan permukaan dinding, adukannya boleh sedikit lebih lemah.

3) Lapisan ketiga adalah lapisan finishing berguna untuk meratakan dan menghaluskan permukaan dinding.

Kenyataan dilapangan sering ditemukan banyak plesteran dinding-dinding bangunan yang retak-retak, sehingga hilang akan fungsinya. Retak-retak ini penyebabnya antara lain yaitu:

 Mutu bahan yang tidak baik.

 Komposisi adukan yang kurang tepat.

 Teknik pengerjaan yang tidak baik.

 Perawatan plesteran yang kurang diperhatikan.

 Bidang / muka dinding yang akan diplester tidak dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel (tanah, lumut, dsb).

 Langsung memplester saat dinding kering, sehingga air mortar akan terhisap secara drastis.

 Plesteran terlalu tebal karena permukaan pasangan bata tidak datar atau bergelombang sehingga waktu pengeringan tidak sama.

 Mortar yang baru ditempelkan terlalu cepat di gosok / dijidar serta diruskam sehingga ikatan yang baru terjadi terlepas kembali.

 Bidang plesteran terkena langsung sinar matahari (tidak dirawat) sehingga pengeringan terjadi secara drastis.

Untuk mencegah / menghindari terjadinya retak-retak tersebut diatas dapat dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut:

 Bersihkan semua permukaan / bidang yang akan diplester dari kotoran.

Kalau permukaan dinding kering, harus disiram dengan air secukupnya.

15

(22)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

 Pakai adukan dengan komposisi campuran yang tepat, adukan harus homogen dan plastis.

Untuk memplester dinding bata, ada beberapa langkah yang perlu diikuti :

a. Persiapan Permukaan: Sebelum memplester dinding bata, pastikan permukaan dinding dalam kondisi bersih dan bebas dari debu, kotoran, dan serpihan bata yang longgar dan juga perlu dipastikan bahwa dinding dalam keadaan kering sebelum memulai proses plesteran.

b. Campuran Plester: Campur adukan plester dengan proporsi yang sesuai. Biasanya, campuran plester terdiri dari semen, pasir, dan air. Pastikan mengikuti petunjuk penggunaan yang diberikan oleh produsen plester untuk mencapai konsistensi yang tepat.

c. Pemberian Pondasi: Sebelum memulai plesteran, terapkan lapisan pondasi atau "scratch coat" pada permukaan dinding bata. Ini membantu meningkatkan daya lekat antara plester dan dinding bata serta memberikan permukaan yang rata untuk plesteran selanjutnya.

d. Aplikasi Plester Pertama: Setelah lapisan pondasi kering, terapkan lapisan plester pertama yang disebut "brown coat" dengan menggunakan teknik "keying" atau membuat goresan- goresan dangkal pada permukaan plester saat masih basah. Ini membantu meningkatkan kekuatan daya lekat antara plester pertama dan plester kedua.

e. Penyusunan Jaringan Plester: Pada beberapa kasus, terutama untuk plesteran yang lebih tebal, jaringan plester atau kawat anyam dapat dipasang pada plester pertama sebelum mengaplikasikan plester kedua. Jaringan ini membantu mencegah retak pada plester dan memberikan kekuatan tambahan.

f. Aplikasi Plester Kedua: Setelah plester pertama mengering, lakukan aplikasi plester kedua yang disebut "finish coat". Pastikan permukaan plester rata, halus, dan bebas dari cacat. Anda dapat menggunakan alat seperti plesteran trowel untuk membantu mencapai hasil yang diinginkan.

g. Pengerjaan Akhir: Setelah plester kedua mengering, Anda dapat melakukan pengerjaan akhir seperti pengamplasan atau penghalusan permukaan plester. Hal ini membantu mencapai hasil akhir yang halus dan mempertajam tampilan dinding plester.

h. Penyusutan dan Pengeringan: Setelah selesai memplester, biarkan plester mengering dengan baik. Selama proses pengeringan, plester akan mengalami penyusutan. Pastikan untuk memberikan waktu yang cukup agar plester kering secara menyeluruh sebelum melakukan langkah selanjutnya seperti pengecatan atau finishing lainnya.

4. Pondasi Pasangan Batu Bata

Pondasi pasangan batu bata adalah metode konstruksi pondasi yang menggunakan batu bata sebagai bahan utamanya. Pondasi adalah suatu konstruksi paling dasar dari sebuah bangunan

16

(23)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

yang berguna untuk menahan atau memikul seluruh beban / bobot konstruksi yang berada diatasnya kemudian meneruskan ke lapisan tanah keras di bawah. Ukuran dan bentuk pondasi sangat tergantung dari keadaan tanah dan beban yang akan diterimanya. Untuk dapat memilih dan menentukan sistem dan konstruksi pondasi diadakan penelitian mengenai sifat fisis dan mekanis tanah dasarnya, serta keadaan air tanahnya. Pemilihan jenis pondasi memerlukan pengetahuan cukup tentang sifat dan kelakuan tanah dasar, konstruksi pondasi, cara-cara pelaksanaan pembuatan pondasi, bahan bangunan dan perhitungan kekokohan serta stabilitas.

Dalam banyak hal, pengalaman berperanan penting pada penentuan pilihannya.

Untuk memasang pondasi pasangan batu bata, ada beberapa langkah yang perlu diikuti : a. Pemilihan Lokasi: Pilihlah lokasi yang tepat untuk membangun pondasi pasangan batu

bata. Pastikan tanah tersebut stabil dan mampu menahan beban pondasi dengan baik.

b. Perhitungan Beban: Tentukan beban yang akan ditanggung oleh pondasi tersebut, termasuk beban struktural dari bangunan di atasnya. Perhitungan ini harus mempertimbangkan berat sendiri pondasi, berat bangunan, dan beban hidup yang kemungkinan akan diterapkan.

c. Desain Pondasi: Desain pondasi pasangan batu bata harus mempertimbangkan kekuatan dan stabilitasnya. Pertimbangkan faktor-faktor seperti kedalaman pondasi, lebar pondasi, dan jumlah lapisan batu bata yang akan digunakan.

d. Persiapan Tanah: Tanah di bawah area pondasi harus dipersiapkan dengan baik. Pastikan tanah telah dikompaksi dengan baik dan bebas dari bahan organik yang dapat menyebabkan penurunan atau keruntuhan pondasi.

e. Konstruksi Pondasi: Mulailah dengan menggali lubang pondasi sesuai dengan desain yang ditentukan. Pasanglah batu bata secara berurutan, dengan menggunakan adukan semen sebagai bahan pengikat. Pastikan setiap lapisan batu bata terikat dengan kuat.

f. Penggunaan Tulangan: Untuk meningkatkan kekuatan pondasi, pertimbangkan penggunaan tulangan baja. Tulangan ini dapat diletakkan di antara lapisan batu bata untuk memberikan kekuatan tambahan.

g. Perawatan: Setelah konstruksi selesai, berikan perawatan yang tepat pada pondasi pasangan batu bata. Hal ini meliputi penyiraman rutin untuk mencegah retakan dan pengerasan beton yang optimal.

h. Inspeksi Rutin: Rutinlah melakukan inspeksi terhadap pondasi pasangan batu bata, terutama setelah gempa bumi atau perubahan kondisi tanah. Jika terdapat kerusakan atau kelemahan, segera lakukan perbaikan yang diperlukan.

5. Pondasi Pasangan Batu Kali

Pondasi pasangan batu kali adalah metode konstruksi pondasi yang menggunakan batu kali sebagai bahan utamanya. Pondasi ini umumnya digunakan untuk memperkuat struktur bangunan

17

(24)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

terutama pada bagian bawah atau fondasi bangunan yang akan menahan beban dari atas. Batu kali dipilih karena memiliki sifat yang kuat dan tahan terhadap tekanan.

Dibawah pasangan pondasi, dipasang suatu lapisan pasangan batu kosong, rongga-rongganya diisi dengan pecahan batu dan pasir. Lapisan batu kosong ini dipadatkan agar pasirnya cukup masuk ke dalam rongga, maka selama ditumbuk / dipadatkan pasangan tersebut disiram dengan air secukupnya. Sebelum lapisan batu kosong dipasang, terlebih dahulu tanahnya diratakan dan dibersihkan. Batu-batu dipasang dalam perban (satu lapis dan kurang lebih datar ) semua batu diganjal kokoh dengan pecahan batu dan tekan ke dalam tanah.

Untuk memasang pondasi pasangan batu kali, ada beberapa langkah yang perlu diikuti : a. Analisis Tanah: Lakukan analisis tanah untuk menentukan daya dukung dan karakteristik

tanah di lokasi tersebut. Ini akan membantu dalam merencanakan dimensi dan kedalaman pondasi yang tepat.

b. Perhitungan Beban: Tentukan beban yang akan ditanggung oleh pondasi pasangan batu kali, termasuk beban struktural dari bangunan yang akan didukung. Perhitungan ini harus mempertimbangkan berat sendiri pondasi, berat bangunan, dan beban hidup yang diterapkan.

c. Desain Pondasi: Desain pondasi pasangan batu kali harus mempertimbangkan kekuatan dan stabilitasnya. Pertimbangkan faktor-faktor seperti kedalaman, lebar, dan panjang pondasi, serta jumlah dan ukuran batu kali yang akan digunakan.

d. Persiapan Tanah: Persiapkan tanah dengan baik di bawah area pondasi. Pastikan tanah telah dikompaksi dengan baik dan bebas dari bahan organik yang dapat menyebabkan penurunan atau keruntuhan pondasi.

e. Konstruksi Pondasi: Mulailah dengan menggali lubang pondasi sesuai dengan desain yang ditentukan. Pasang batu kali secara berurutan, dengan menggunakan adukan semen sebagai bahan pengikat. Pastikan setiap batu kali terletak dengan stabil dan terikat dengan kuat.

f. Penggunaan Tulangan: Untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas pondasi, pertimbangkan penggunaan tulangan baja. Tulangan ini dapat diletakkan di antara lapisan batu kali untuk memberikan kekuatan tambahan.

g. Perawatan: Setelah konstruksi selesai, berikan perawatan yang tepat pada pondasi pasangan batu kali. Ini meliputi penyiraman rutin untuk mencegah retakan dan pengerasan beton yang optimal.

h. Inspeksi Rutin: Lakukan inspeksi rutin terhadap pondasi pasangan batu kali, terutama setelah gempa bumi atau perubahan kondisi tanah. Jika terdapat kerusakan atau kelemahan, segera lakukan perbaikan yang diperlukan.

18

(25)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

2.4 Job Pasangan Batu Bata

1. Memasang Batu Bata Pasangan ½ Batu A. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan dapat memahami prinsip dasar konstruksi dan teknik pemasangan batu bata pasangan ½ batu.

B. Tujuan Khusus

Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat:

1) Memahami metode pemasangan batu bata pasangan ½ batu secara detail.

2) Mengidentifikasi perbedaan antara batu penuh dan setengah batu dalam pasangan 1/2 batu.

3) Menjelaskan fungsi/kegunaan dari pasangan dinding ½ batu.

4) Menghitung kebutuhan bahan job/benda kerja pada pasangan ½ batu.

5) Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya dengan baik dan benar.

C. Dasar Teori

Pasangan ½ batu adalah metode pemasangan batu bata yang umum digunakan dalam konstruksi. Tujuan penggunaan pasangan ½ batu adalah untuk mencapai kestabilan, kekuatan, dan keseimbangan yang optimal pada dinding. Dalam metode ini, baris pertama batu bata biasanya diletakkan secara penuh, kemudian baris kedua dimulai dengan meletakkan batu bata setengah batu di atas batu bata penuh pada baris sebelumnya yang telah dilapisi siar sebelumnya. Kekuatan suatu pasangan bata tergantung juga pada jenis ikatan yang digunakan di dalam pemasangannya. Pemasangan batu bata menggunakan campuran semen sebagai perekat antara batu bata satu dengan yang lainnya. Proses pemasangan melibatkan pengaturan bata satu per satu secara horizontal dan vertikal hingga membentuk dinding yang kokoh dan teratur. Penting untuk memastikan adanya level atau pengukuran yang akurat dalam pemasangan agar dinding tetap lurus dan rata dengan menggunakan waterpass.

Siar tegak pasangan bata tidak boleh segaris lurus menerus antara lapis satu dengan lapis atasnya karena akan mengurangi kekuatan dari pasangan tersebut. Sebab pada umumnya dalam konstruksi dinding bata, kelihatan siar tegak dari pasangan itu merupakan zig-zag yang harus bergeser / berselisih minimum ¼ bata. Karena apabila siar tegak dari pasangan satu garis, maka bidang akan patah dari konstruksi apabila dapat beban pada siar tersebut. Oleh karena itu penyusunan zig-zag atau running bond ini dapat mengurangi risiko keruntuhan atau kerobohan pada dinding. Untuk pemasangan dinding bata harus dipasang propil-propil dari kayu, bambu atau bahan lainnya yang kokoh sehingga tidak mudah berubah. Propil dipasang ditempat-tempat yang perlu agar/guna mendapat pasangan batu

19

(26)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

menurut yang dikehendaki dengan sebaik- baiknya. Kebenaran propil-propil harus diperiksa secara berkala untuk menghindari kesalahan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kalau propil-propil yang berubah, harus segera diperbaiki / dibenarkan.

D. Alat dan Bahan 1) Alat

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

1. Sendok Spesi 1) Bentuk trapesium 2) Bentuk oval 3) Bentuk segitiga

Untuk meletakan / meratakan spesi pada pekerjaan pasangan batu/bata, plesteran dan acian.

2. Meteran lipat Memiliki panjang sekitar 1-2 meter, dengan setiap bagian memiliki panjang sekitar 30 cm

Untuk mengukur : 1) Panjang

2) Lebar 3) Tinggi

Roll meter Bisa digulung, dengan

panjang mulai 5 – 50 meter.

3. Sekop 1) Berbentuk lancip

2) Berbentuk petak 3) Berbentuk panjang

Digunakan untuk : 1) Mengambil material

berbutir kasar

2) Mengambil material berbutir halus

3) Menggali tanah

20

(27)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

4. Gergaji Pemotong Untuk memotong kayu.

5. Cangkul biasa Berbentuk petak Digunakan untuk : 1) Menggali tanah 2) Mencampur dan

mengaduk mortar 3) Mengambil material Cangkul aduk Memiliki 2 lubang

6. Kapur Batangan kapur Untuk menandai ukuran.

7. Ember Ukuran bervariasi Untuk mengambil air,

mengambil material, sebagai alat takar, dll.

8. Waterpass Panjangnya 60-120 cm Digunakan untuk mengukur:

1) Ketegakan (vertical) 2) Kedataran

(horizontal) 3) Kemiringan 45⁰ 9. Palu pemotong bata Bagian kepala yang

lancip di satu sisinya dan satu sisinya berbentuk datar

Digunakan untuk : 1) Memukul dan

memotong bata.

2) Memukul kayu.

10. Palu besi Bagian belakang kepala mirip seperti tanduk kambing

Untuk memukul dan mencabut paku.

11. Kotak spesi Berbentuk trapesium Tempat untuk mengaduk atau membuat mortar.

21

(28)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

12. Jointer Terbuat dari besi Untuk merapikan siar pada batu bata.

13. Benang Bervariasi Menjadi acuan saat

pemasangan bata agar lurus dan rapi

2) Bahan 1. Batu bata 2. Semen 3. Pasir

4. Kayu 1 cm (± 16 buah) 5. Paku 1” dan 2”

6. Benang

7. Beton buatan berbentuk petak yang sudah tidak terpakai / semacamnya E. Keselamatan Kerja

1) Selama kegiatan praktik berlangsung harus berpakaian bengkel yang lengkap dan benar.

2) Periksalah alat sebelum bekerja, jangan memakai alat yang tidak baik / tidak aman.

3) Gunakanlah alat sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya.

4) Pusatkanlah perhatian pada pekerjaan (konsentrasi / serius) dan hindari lingkungan atau lokasi kerja dari gangguan.

5) Ikutilah instruksi langkah kerja dengan baik dan benar dari penginstruksi.

F. Langkah Kerja

1) Buat propil pasangan, sebagai pedoman ketegakan dan kelurusan pasangan dinding bata dengan cara sebagai berikut:

a. Susun beton petak berbentuk susunan persegi panjang yang panjang dan lebarnya disesuaikan dengan menggunakan meteran.

b. Selanjutnya, tandai as beton tersebut dengan menggunakan kapur batangan (as nya terletak di tengah beton dengan mengukur menggunakan meteran lipat).

c. Kemudian, tempelkan kayu yang telah dipotong sepanjang 1 m pada as beton tersebut menggunakan paku dan diukur ketegakannya menggunakan waterpass (usahakan kayu tidak menempel ke lantai agar dapat disesuaikan ketika

22

(29)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

d. Lalu, pasanglah benang di kayu yang telah dilengketkan di beton (pemasangan benang diukur dari tinggi batu bata yang dominan dan dilebihkan 1-1,5 cm untuk siar datar).

2) Cara Pemasangan Batu Bata

a. Beri siar terlebih dahulu pada permukaan lantai sebelum ditaruh batu bata diatasnya.

b. Pasang batu bata diatas siar datar yang telah ditaruh sebelumnya dengan selurus dan sedatar benang (bata tidak boleh menyentuh benang, harus diberi jarak sekitar 1 mm) sebanyak 5 batu bata dan diberi siar diantara batu bata tersebut (memadatkan siar diantara batu bata menggunakan jointer).

c. Ukur kedataran permukaan bata dengan menggunakan waterpass. Beri siar datar terlebih dahulu sebelum memasang lapisan ke II.

d. Lapisan selanjutnya (lapisan ke II) memasang batu bata ukuran ½ batu pada kedua ujungnya dan diukur tegak lurus kedua sisi dan kedatarannya menggunakan waterpass.

e. Pasang batu bata utuh dengan siar hingga penuh seperti pada lapisan I.

f. Pasang batu bata dengan siar hingga penuh seperti sebelumnya hingga lapisan ke VIII.

g. Setelah selesai sampai lapisan ke VIII, bersihkan dan kembalikan alat dan bahan sesuai tempatnya.

Gambar Batu Bata Pasangan ½ Batu

23

(30)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

2. Memasang Batu Bata Pasangan 1 Batu A. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan dapat memahami prinsip dasar konstruksi dan teknik pemasangan batu bata pasangan 1 batu.

B. Tujuan Khusus

Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat:

1) Memahami metode pemasangan batu bata pasangan 1 batu secara detail.

2) Menjelaskan fungsi/kegunaan dari pasangan dinding 1 batu.

3) Menghitung kebutuhan bahan job/benda kerja pada pasangan 1 batu.

4) Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya dengan baik dan benar.

C. Dasar Teori

Dalam konstruksi bangunan, istilah "pasangan 1 batu" merujuk pada metode pemasangan batu bata di mana setiap baris terdiri dari satu lapisan batu bata yang ditempatkan secara horizontal dan vertikal secara bergantian. Dengan kata lain, pada setiap pasangan, satu batu bata ditempatkan secara horizontal dan batu bata berikutnya ditempatkan secara vertikal.

Metode pasangan 1 batu ini umumnya digunakan dalam konstruksi dinding dengan batu bata seperti dinding gudang. Dengan menggunakan metode ini, dinding yang dibangun memiliki kekuatan dan kestabilan yang baik. Prinsip utama di balik metode ini adalah menciptakan keseimbangan dan kekuatan struktural dengan memanfaatkan kekuatan kompresi dari batu bata.

D. Alat dan Bahan 1) Alat

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

1. Sendok Spesi 1) Bentuk trapesium 2) Bentuk oval 3) Bentuk segitiga

Untuk meletakan / meratakan spesi pada pekerjaan pasangan batu/bata, plesteran dan acian.

2. Ember Ukuran bervariasi Untuk mengambil air,

mengambil material, sebagai alat takar, dll.

24

(31)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

3. Meteran lipat Memiliki panjang sekitar 1-2 meter, dengan setiap bagian memiliki panjang sekitar 30 cm

Untuk mengukur : 1) Panjang

2) Lebar 3) Tinggi

Roll meter Bisa digulung, dengan

panjang mulai 5 – 50 meter.

4. Sekop 1) Berbentuk lancip

2) Berbentuk petak 3) Berbentuk panjang

Digunakan untuk : 1) Mengambil material

berbutir kasar

2) Mengambil material berbutir halus

3) Menggali tanah 5. Cangkul biasa Berbentuk petak Digunakan untuk :

1) Menggali tanah 2) Mencampur dan

mengaduk mortar 3) Mengambil material Cangkul aduk Memiliki 2 lubang

6. Waterpass Panjangnya 60-120 cm Digunakan untuk mengukur:

1) Ketegakan (vertical) 2) Kedataran

(horizontal) 3) Kemiringan 45⁰ 7. Palu pemotong bata Bagian kepala yang

lancip di satu sisinya dan satu sisinya berbentuk datar

Digunakan untuk : 1) Memukul dan

memotong bata.

2) Memukul kayu.

25

(32)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

NO .

ALAT SPESIFIKASI FUNGSI

8. Kotak spesi Berbentuk trapesium Tempat untuk mengaduk atau membuat mortar.

9. Jointer Terbuat dari besi Untuk merapikan siar

pada batu bata.

2) Bahan 1. Batu bata 2. Semen 3. Pasir E. Keselamatan Kerja

1) Selama kegiatan praktik berlangsung harus berpakaian bengkel yang lengkap dan benar.

2) Periksalah alat sebelum bekerja, jangan memakai alat yang tidak baik / tidak aman.

3) Gunakanlah alat sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya.

4) Pusatkanlah perhatian pada pekerjaan (konsentrasi / serius) dan hindari lingkungan atau lokasi kerja dari gangguan.

5) Ikutilah instruksi langkah kerja dengan baik dan benar dari penginstruksi.

F. Langkah Kerja

1) Buat propil pasangan, sebagai pedoman ketegakan dan kelurusan pasangan dinding bata (sama seperti propil pasangan ½ bata).

2) Cara Pemasangan Batu Bata

a. Beri siar terlebih dahulu pada permukaan lantai sebelum ditaruh batu bata diatasnya.

b. Pasang batu bata diatas siar datar secara melintang (kepala bata menghadap ke depan) dan sedatar benang sebanyak 10 batu bata (bata tidak boleh menyentuh benang, harus diberi jarak sekitar 1 mm) dan diberi siar diantara batu bata tersebut (memadatkan siar diantara batu bata menggunakan jointer).

c. Ukur kedataran permukaan bata dengan menggunakan waterpass. Beri siar datar terlebih dahulu sebelum memasang lapisan ke II.

d. Untuk pemasangan lapisan ke II, dimulai dengan memasang bata ¾. Sedangkan

26

(33)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

e. Dilanjutkan dengan bata utuh memanjang ke samping pada sisi depan dan belakang sampai penuh dan diberi siar tegak pada masing-masing jarak bata.

f. Untuk lapisan ke III sama dengan pemasangan lapisan pertama.

g. Pemasangan bata pada lapisan ke IV sama dengan pemasangan lapisan ke II.

h. Begitulah pemasangan selanjutnya, setiap pasangan bata ganjil sama dengan pasangan bata ganjil sebelumnya begitupun dengan pasangan bata genap sama dengan pasangan genap sebelumnya.

i. Setelah selesai sampai lapisan ke VIII, bersihkan dan kembalikan alat dan bahan sesuai tempatnya.

Gambar Batu Bata Pasangan 1 Batu

¾

27

(34)

NADIYAH ZAHRA SHOFIYYAH (062240111912) / 3 PJJ C

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan

Praktek kerja batu membutuhkan perencanaan yang matang dan pemahaman tentang teknik yang tepat. Proses pemasangan batu memerlukan ketelitian dalam menentukan posisi, penjajaran, dan perekatan batu. Penggunaan bahan dan alat yang sesuai juga penting untuk mencapai hasil yang rapi dan kokoh.

3.2Saran Dalam Pelaksanaan

Dalam mengerjakan pekerjaan di lapangan harus mengutamakan keselamatan. Bekerjalah dengan cermat, teliti, konsentrasi dan rapi. Patuhilah setiap prosedur pekerjaan yang telah dilakukan atau ditentukan.

2829

Referensi

Dokumen terkait