• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Ujian Komprehensif Fakultas Tarbiyah BKPI

N/A
N/A
naila tr

Academic year: 2024

Membagikan "Resume Ujian Komprehensif Fakultas Tarbiyah BKPI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME

UJIAN KOMPREHENSIF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Perkuliahan Dan Merupakan Bagian Penilaian Ujian Komprehensif Lisan

Disusun Oleh : Nailaturrahmah 2019.9.3.1.00134

FAKULTAS TARBIYAH

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Resume Ujian Komprhensif ini tepat pada waktunya dalam memenuhi tugas Akhir Perkuliahan.

Saya menyadari bahwa Resume Ujian Komprehensif ini masih jauh dari kata sempurna, karena saya masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Resume Ujian Komprehensif ini.

Untaian terimakasih saya ucapkan kepada teman-teman kelas BKPI A dan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan tugas Resume Ujian Komprehensif. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cirebon, februari 2024

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ...4

PENDAHULUAN ...4

BAB II ... 5

PEMBAHASAN ... 5

A. Ayat Dan Hadits Bimbingan Konseling ...5

Prinsip Ketauhidan ... 5

B. Konsep Dasar Bimbingan Konseling ... 6

C. Kode Etik Guru Bk ...8

D. Perencanaan, Penyusunan Dan Evaluasi Program Bk ...10

E. Assesment BK ... 14

F. Layanan BK Di Era Digital ... 16

BAB III ...22

KESIMPULAN ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(4)

BAB I PENDAHULUAN

Ujian Komprehensif adalah ujian yang bersifat integral dan menyeluruh, serta bertujuan untuk menilai keluasan wawasan dan kemampuan akademik yang dicapai mahasiswa selama mengikuti perkuliahan (teori) semester satu hingga semester tujuh.

Dalam hal ini tugas Ujian Komprehensif ada dua ,macam ada tes tulis dan tes lisan, maka dari itu tes lisan diganti dengan resume materi yang sudah ditentukan oleh masing-masing prodi. Materi yang di resume kali ini meliputi materi Ayat dan Hadits Bimbingan konseling, konsep dasar Bimbingan Konseling , Kode etik guru BK, Perencanaan ,Penyusunan dan evaluasi program BK, Assesment BK, layanan Bk di era digital

Materi yang dibahas kali ini di ambil dari berbagai jurnal, buku, internet dan sebagainya serta yang mencakup isi dari masing-masing materi.

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Ayat Dan Hadits Bimbingan Konseling Prinsip Ketauhidan

(Al – Ashr [103] 1-3)

Artinya: Demi masa. Sungguh mereka dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan saling menasehati supaya mengikuti kesabaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran

Makna Global Ayat

Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai bimbingan´ dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad Saw., menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi. Kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang muliadisisi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yang artinya sebagai berikut:

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah (58) 11)

(6)

Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor yang terintegrasi dalam sistem qalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah.

1. B. Hadis Nabi Tentang Bimbingan Konseling Islam

1. Penguatan Agama Melalui Nasihat dan Bimbingan Konseling Islam

ِهِلوُس َرِل َو ِهِباَتِكِل َو ِ ل ِل » َلاَق ْنَمِل اَنْلُق « ُةَحي ِصلنلا ُنيّدلا » َلاَق -ملسو هيلع ا ىلص- لىِبلنلا لنَأ ملسم حيحص .« ْمِهِتلماَع َو َنيِمِلْسُمْلا ِةلمِئَل َو 53((ص / 1 ج

lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah kekuburnya.” (HR Muslim)

B. Konsep Dasar Bimbingan Konseling

Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu: Terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas dan Prinsip-prisip Bimbingan dan Konseling. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat

(7)

menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Begitu pula dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tidak bisa diabaikan begitu saja, karena prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Sebelum kita melanjut lebih jauh ada kalanya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses dan pemberian bantuan, atau lebih luasnya lagi proses bantuan terhadap individu untuk mencapaian pemehaman diri dan dapat menyesuaikan diri terhadap keluarga, sekolah, serta masyarakat. Adapula pengertian dari Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan- kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu- individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan Konseling adalah proses pemberian bantuan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) untuk mengatasi masalah dan mengembangkan kopetensi. Disamping itu adapula pengertian lain dari Konseling yaitu, Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.

Selain kita mengtahui pengertian dari Bimbingan Dan Konseling, ada baiknya kita mengetahui fungsi dari Bimbingan dan Konseling yaitu,

(8)

Fungsi pemahaman: pemahaman tentang diri dan lingkungan.

Fungsi pencegahan: dari permasalahan yang mungkin timbul dan dapat mengganggu, menghambat, dan merugikan peserta didik.

Fungsi pengentasan: dapat diatasinya permasalahan yang dihadai peserta didik.

Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan : terhadap potensi dan kondisi positif siswa, serta berkelanjutan.

Fungsi Advokasi: memberikan pembelaan terhadap hak-hak atau kepentingan siswa yang kurang mendapat perhatian.

Setelah kita mengetahui beberapa fungsi dari Bimbingan dan Konseling berikut merupakan bidang layanan Bimbingan dan Konseling

 Bimbingan belajar

 Bimbingan pribadi

 Bimbingan karirBimbingan social C. Kode Etik Guru Bk

Kode etik merupakan tata cara sebagai pedoman menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi

Kode etik gru BK:

1. Guru BK harus memegang teguh prinsip-prinsip membimbing dan memberi nasehat.

2. Guru BK harus berupaya untuk mencapai hasil yang maksimal.

3. Tugas Guru BK harus khusus berkaitan dengan kehidupan pribadi peserta didik.

Guru BK harus bersifat:

1. Menyimpan rahasia peserta didik yang meminta bimbingan

(9)

2. Guru BK harus bersifat profesional dan tidak diperbolehkan menggunakan tenaga pembantu yang kurang ahli

3. Bersikap menghargai peserta didik

4. Meminta bantuan ahli jika kesulitan dalam membantu peserta didik

Tugas guru BK:

1. Memberi konseling kepada peserta didikdalam memecahkan permasalahan sekolah maupun masalah di luar sekolah yang sedang dihadapi.

2. Dapat memberikan berbagai macam tes yang akan menunjukan minat dan bakat yan dimiliki peserta didik.

3. Dapat menjadi titik tengah antara pihak sekolah dengan wali murid, terutama ketika murid mengalami masalah di sekolah.

4. Memberikan motivasi belajar berupa bimbingan kepada murid- murid agar mampu bersaing di dunia pendidikan.

5. Bersedia memberikan bantuan kepada guru-guru lainnya dalam memberikan metode belajar termasuk pada murid-murid yang membutuhkan perhatian khusus.

6. Memberikan laporan kepada sekolah terkait kondisi psikologis setiap peserta didik yang bermasalah.

7. Memberikan tindakan kedisiplinan bagi murid-murid yang melanggar peraturan-peraturan yang ada di sekolah.

 Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu Menguasai teori dan cara kerja pendidikan.

Guru BK harus mengetahui kompetensi- kompetensi yang dimiliki setiap peserta didik dan memiliki kemampuan untuk membantu peserta didik mengembangkan bakatnya tanpa melanggar tata tertib yang ada di sekolah.

(10)

 Kompetensi sosial

mampu mengimplementasikan kolaborasi innternal di tempat dimana bekerja yaitu memahami dasar tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak yang bersangkutan yaitu guru, wali kelas, pimpinan sekolah, komite sekolah, wali murid dan peserta didik.

Selain itu guru BK menaati kode etik profesi bimbingan dan konseling aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi.

D. Perencanaan, Penyusunan Dan Evaluasi Program Bk

Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling (POP BK) yang disusun oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan (2016) baik untuk tingkat SD, SMP, SMA maupun SMK membahas tiga hal penting dalam proses perencanaan program BK di sekolah. Asesmen atau analisa (need assessment/analysis) terhadap kebutuhan siswa menjadi hal pertama dan mendasari perencanaan program BK.

Kemudian, perlu adanya dukungan dari unsur sekolah untuk menjamin program BK yang maksimal. Dasar perencanaan dijabarkan dan perlu ditetapkan kemudian dalam perencanaan layanan.

Asesmen atau analisa kebutuhan diperlukan, baik untuk perencanaan program jangka panjang, program jangka pendek, maupun program khusus, yang kemudian menjadi dasar dan mempengaruhi bagaimana program-program tersebut dirancang dan dikembangkan.

Asesmen ini memengaruhi bagaimana landasan program, tujuan program, lingkup layanan yang diberikan, kegiatan yang direncanakan, teknis pelaksanaan dan sarana-prasarana apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.

(11)

Dalam pelaksanaan asesmen kebutuhan, POP BK (Kemdikbud, 2016) menyebutkan langkah-langkah asesmen tersebut, yaitu,

1. mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program layanan, seperti tugas-tugas perkembangan, permasalahan dan prestasi peserta didik/konseli;

2. memilih instrumen yang tepat untuk mengumpulkan data, termasuk instrumen dengan pendekatan masalah (AUM-U, AUM-PTSDL, DCM), instrumen dengan pendekatan SKKPD (ITP), atau instrumen dengan pendekatan tujuan empat bidang layanan (pribadi, sosial, belajar, karir) melalui angket, pedoman observasi, wawancara, atau sosiometri;

3. data yang telah terkumpul kemdian diolah dan dianalisa, serta diintepretasikan untuk menemukan kebutuhan dan permasalahan yang kemudian akan dilayani.

Kondisi atau kebutuhan peserta didik sebagai konseli perlu dilihat secara utuh, meliputi aspek fisik-motorik, kognitif, sosial, emosi, moral, dan religious/spiritual. Dalam upaya memahami konseli, Sukmadinata (2007) menyebutkan dua kelompok teknik pemahaman atau pengumpulan data konseli yang umum dilakukan, yaitu Teknik tes dan non-tes. Tabel berikut merangkumkan jenis-jenis tes yang dapat digunakan atau perlu dimanfaatkan untuk pemahaman konseli.

Dalam proses asesmen kebutuhan, Sukmadinata (2007) memberikan kerangka ringkas, dimana identifikasi terhadap peserta didik dilakukan untuk memahami kebutuhan (fisik, sosial, afeksi, dan intelektual), tantangan yang mereka hadapi (dalam studi, karir, sosial, dan pembinaan diri), dan masalah yang ada dalam keseharian peserta didik (termasuk dalam hal pendidikan atau pengajaran, karir, dan sosial maupun pribadi).

Dalam mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan, guru BK dapat melakukan pengamatan, membuat catatan anekdot, menyusun check list,

(12)

ataupun daftar pernyataan untuk mengumpulkan data dari peserta didik.

Terhadap identifikasi masalah, pengamatan, catatan anekdot, angket atau daftar cek (seperti AUM dan DCM) dan studi dokumen dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan data. Kemudian, data yang teridentifikasi dan terkumpul, dianalisa, diintepretasi dan disimpulkan.

Kerangka need analysis serupa dikembangkan oleh Brown dan Trusty (2005). Asesmen yang diusulkan dilakukan terhadap lima komponen atau unsur yang berbeda, antara lain

1. Kebutuhan guru, yang berisi area atau hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana guru menangani/menghadapi siswa dan perlu mendapatkan bantuan dari guru BK;

2. Topik atau diskusi BK yang lalu, yang pernah diselenggarakan sebelumnya dan direncanakan untuk program selanjutnya dan dinilai kebutuhannya oleh guru yang lain;

3. Kebutuhan siswa, versi siswa, yang berisi topik-topik atau permasalahan yang dibutuhkan atau sedang dialami oleh para siswa,

4. Kebutuhan siswa, versi guru, berisi kebutuhan-kebutuhan siswa menurut persepsi guru dan dinilai prioritas kebutuhan pemberian layanannya, dan

5. Kebutuhan konseling yang dianggap perlu dan mendesak (berdasarkan besarnya jumlah siswa) dari pandangan sekolah lain di sekitar.

Setelah rencana disusun, desain atau rancangan yang lebih rinci dari program BK perlu diadakan. Dalam rancangan tersebut, POP BK dari Kemendikbud (2016) mencatat keperluan akan adanya rancangan rencana kerja yang diterjemahkan dalam program tahunan dan program semester.

(13)

Program tahunan secara rinci, berdasarkan acuan dari POP BK (Kemendikbud, 2016) menyertakan dua belas unsur, yaitu,

1. Rasional, berisi urgensi layanan BK, kondisi obyektif sekolah (meliputi permasalahan, hambatan, kebutuhan, budaya sekolah, dan potensi keunggulan sekolah/siswa), kondisi obyektif lingkungan masyarakat (termasuk jika ada daya dukung maupun ancaman yang berpengaruh), dan harapan yang ingin dicapai dari program BK yang dirancang.

2. Dasar hukum, baik dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, maupun yang bersifat lokal seperti surat keputusan kepala sekolah atau pedoman dari penyelenggara sekolah (yayan, dewan pendidikan, komite).

3. Visi dan misi, termasuk visi dan misi sekolah yang menjadi dasar dan mempengaruhi/diterjemahkan ke dalam visi-misi program BK.

4. Deskripsi kebutuhan, berdasarkan asumsi teoretik atau filosofi maupun hasil asesmen kebutuhan dan deskripsi ini dituangkan dalam rumusan perilaku sesuai dengan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD) dan Kompetensi Dasar yang ada/dirancang.

5. Tujuan program, baik yang berfungsi pengenalan (memahami dan mengetahui perilaku atau standar kompetensi), akomodasi (upaya pemaknaan, internalisasi dan integrasi pengenalan yang telah diadakan), dan tindakan (bagaimana mewujudnyatakannya dalam keseharian siswa).

6. Komponen program, yang berisi layanan dasar (berupa bimbingan klasikal, kelompok atau lintas kelas, maupun melalui

(14)

media yang mendukung), layanan peminatan dan perencanaan

(15)

individual (termasuk di dalamnya kebutuhan kegiatan ekstrakurikuler untuk menjawab minat tertentu dari peserta didik), layanan responsif (terhadap kebutuhan jangka pendek peserta didik dan lebih bersifat spesifik terhadap peserta didik, seperti konseling dan konsultasi individual), dan dukungan system (antara lain yang bersifat administrative maupun kegiatan tambahan dan pengembangan profesi bagi konselor atau guru BK).

7. Bidang layanan, meliputi bidang karir, sosial, pribadi ataupun belajar.

8. Rencana operasional, yang dirincikan dalam tabel dan mendeskripsikan bidang layanan, tujuan layanan, komponen layanan, strategi, kelas yang dilayani, materi dan metode yang digunakan, alat atau media yang mendukung, evaluasi yang dirancang dan ekuivalensi jam belajar dari layanan yang diberikan.

9. Pengembangan tema atau topik, didasarkan pada SKKPD, masalah yang akan dibahas, dan bidang layanan yang direncanakan. Ini yang menjadi dasar untuk menyusun rencana pelaksanaan layanan (RPL) BK.

10.Evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.

11.Sarana prasarana yang mendukung.

12.Anggaran pembiayaan.

E. Assesment BK

Asesmen merupakan salah satu kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung (Ratna Widiastuti, 2010). Asesmen

(16)

merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual).

Karena itulah asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien. Asesmen yang dilakukan sebelum, selama dan setelah konseling berlangsung dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dalam prakteknya, asesmen dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah klien.

Asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/ kompetensi yang dimiliki oleh klien dalam memecahkan masalah. Asesmen yang dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang ditetapkan dan dikembangkan oleh Guru BK/ Konselor sekolah.

Asesmen yang diberikan kepada klien merupakan pengembangan dari area kompetensi dasar pada diri klien yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada umumnya asesmen bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaannya, asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah karena asesmen yang tidak memadai akan menyebabkan tritmen gagal; atau bahkan dapat memicu munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri klien. Meskipun menjadi dasar dalam melakukan tritmen pada klien, tidak berarti konselor harus menilai (to assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi klien pada saat itu jika tidak perlu. Kadangkala konselor menemukan bahwa ternyata “hidup” klien sangat menarik. Namun demikian tidaklah efisien dan tidak etis untuk menggali semuanya selama hal tersebut tidak relevan

(17)

dengan tritmen yang diberikan untuk mengatasi masalah klien. Karena itu, setiap guru pembimbing/ konselor perlu berpegang pada pedoman pertanyaan sebelum melakukan asesmen; yaitu “Apa saja yang perlu kuketahui mengenai klien?”. Hal itu berkaitan dengan apa saja yang relevan untuk mengembangkan intervensi atau tritmen yang efektif, efisien, dan berlangsung lama bagi klien.

Hood & Johnson (1993) menjelaskan ada beberapa fungsi asesmen, diantaranya adalah untuk:

1. Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai isu permasalahan

2. Menjelaskan masalah yang senyatanya 3. Memberi alternatif solusi untuk masalah

4. Menyediakan metode untuk memperbandingkan alternatif sehingga dapat diambil keputusan

5. Memungkinkan evaluasi efektivitas konseling

Selain itu, asesmen juga diperlukan untuk memperoleh informasi yang membedakan antara apa ini (what is) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling.

F. Layanan BK Di Era Digital

Derasnya arus informasi akibat kemajuan teknologi informasi membuat dunia semakin mengglobal, artinya tidak ada batas waktu dan tempat. Disadari atau tidak, harus diakui bahwa percepatan arus informasi (internet atau media online) ini memberikan dampak positif dan negatif yang tidak bisa dihindari. Dampak positif era digital antara lain: a) Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam mengaksesnya, b) Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital yang memudahkan proses dalam pekerjaan kita, c) Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber pengetahuan dan informasi masyarakat, d) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, e) Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media pembelajaran online, diskusi online yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, f) Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai barang

(18)

kebutuhan dan memudahkan mendapatkannya. Adapun dampak negatif era digital yang harus diantisapasi dan dicari solusinya untuk mengindari kerugian atau bahaya, antara lain: a) Ancaman pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karena akses data yang mudah dan menyebabkan orang plagiatis akan melakukan kecurangan, b) Ancaman terjadinya pikiran pintas dimana anak-anak seperti terlatih untuk berpikir pendek dan kurang konsentrasi, c) Ancaman penyalahgunaan pengetahuan untuk melakukan tindak pidana seperti menerobos

sistemperbankan, dan lain-lain (menurunnya moralitas), d)Tidak mengefektifkan teknologi informasi sebagai media atau sarana belajar, misalnya seperti selain men-download e-book, tetapi juga mencetaknya, tidak hanya mengunjungi perpustakaan digital, tetapi juga masih mengunjungi gedung perpustakaan, dan lain-lain. Kemajuan teknologi internet dan media ini menjadikan anak (siswa) sekarang dipenuhi dengan berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia. Mereka dipenuhi dengan berbagai informasi baik yang sesuai dengan moral kita atau tidak. Jelas di tengah kekacauan informasi dan nilai ini mereka dituntut mempunyai ketrampilan menganalisis secara kritis, memilih secara bijak, serta mengambil keputusan bagi hidupnya. Anak-anak Indonesia di era ini sebenarnya menghadapi norma budaya ganda. Di satu sisi realitas hidup menuntut mereka untuk mandiri, mampu berkompetisi, mampu membuat pilihan atas aneka hal yang ditawarkan, tetapi disisi lain masyarakat masih belum memberikan bekal yang memadai bagi anak-anak untuk mampu hidup secara mandiri. Proses pendidikan anak masih menekankan pentingnya kontrol eksternal,

bersifat dogmatis, dan indoktrinasi. Pada umumnya, baik orang tua maupun sekolah belum sepenuhnya mengajarkan anak untuk mampu berfikir secara mandiri, menguji, dan mengevaluasi diri, serta mengembangkan pribadi yang otonom (Susana dalam Nindiya dan Caraka, 2017). Selain itu, perkembangan iptek juga menuntut siswa/masyarakat di era ini dapat menjalani kehidupan yang lebih kompleks, lebih rumit, dan lebih cepat. Masyarakat dituntut untuk memiliki kompetensi agar dapat berkembang secara dinamis, produktif, dan mandiri (Irvan & Nindiya, 2016). Untuk itu, baik keluarga maupun sekolah harus mengupayakan penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang bermutu, yaitu yang mampu hidup secara mandiri di era

(19)

digital ini. Pemenuhan tuntutan ini tidak terlepas dari peran pendidikan.

SDM yang bermutu dapat tercapai melalui pendidikan yang

(20)

bermutu (Caraka & Nindiya, 2015). Menurut Juntika (2011), pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhannya, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

Menurut Tilaar dalam Juntika (2011), untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan proses pendidikan yang bermutu. Kemampuan yang diberikan melalui proses pendidikan bermutu tidak hanya menyangkut aspek akademis saja, tetapi juga menyangkut berbagai aspek kehidupan yang komprehensif yakni perkembangan pribadi, sosial, kematangan individu, dan sistem nilai. Pendidikan merupakan jantung pembangunan pribadi dan masyarakat, yang misinya adalah memberdayakan atau memampukan setiap orang tanpa kecuali, untuk mengembangkan semua talentanya sepenuhnya dan mewujudkan potensi kreatif, termasuk tanggung jawab untuk kehidupan dan teraihnya tujuan- tujuan pribadi (UNESCO, 1996). Pendidikan juga merupakan sebuah sistem dengan beberapa bagian yang saling terintegrasi. Bagian integral proses pendidikan yang memiliki kontribusi dalam penyiapan SDM yang bermutu adalah bimbingan dan konseling (BK). Peserta didik dalam perspektif BK merupakan individu yang sedang berada pada proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu individu yang berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Dalam mencapai kematangan, individu memerlukan bimbingan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik/bermutu, yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan fisik, psikis, maupun sosial. Lingkungan yang sarat dengan teknologi dapat dengan mudah mempengaruhi gaya hidup, sifat dan perilaku, bahkan mindset seseorang. Iklim perkembangan teknologi sering berlangsung kurang sehat. Iklim lingkungan ini dapat mempengaruhi perkembangan pola perilaku atau gaya peserta didik (remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah- kaidah moral, seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, meminum minuman keras, penyalahgunaan obat-obat terlarang, kriminalitas, dan pergaulan bebas. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan peran guru BK sebagai konselor.

Konselor / Guru Pembimbing sebagai pendidik profesional melakukan pelayanan konseling sebagai salah satu upaya pendidikan untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. Konseling sebagai profesi bantuan

(21)

diperuntukan bagi individu-individu normal yang sedang menjalani proses perkembangan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan agar mencapai perkembangan optimal, kemandirian dan kebahagiaan dalam menjalani berbagai kehidupan. Konseling membantu individu mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial, dan kecerdasan kinestetik, sehingga akan dapat diwujudkannya manusia yang berhasil sebagai pribadi mandiri (mahluk individu), sebagai elemen dari sistem sosial yang saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain (mahluk sosial), dan sebagai pemimpin bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di muka bumi (mahluk Tuhan). Konseling sebagai profesi bantuan (helping profession) adalah konsep yang melandasi peran dan fungsi konselor di masyarakat saat ini. Mengingat perkembangan generasi digital saat ini sangat kompleks, sementara para pendidik maupun guru BK yang lahir pada era sebelumnya masih belum terbiasa dengan hal itu sehingga seringkali pendidik mengaku ”gaptek” (gagap teknologi). Maka diperlukan suatu inovasi baru dalam proses belajar mengajar sehingga sesuai dengan karakter tersebut (Purnomo, 2016). Proses ini tidak semata- mata melalui kegiatan pembelajaran tetapi juga memerlukan layanan psikoedukatif berupa layanan bimbingan dan konseling (BK). Layanan bimbingan dan konseling hendaknya diarahkan pada bagaimana membekali siswa generasi digital dengan karakter-karakter unggul yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga dapat mengantarkan siswa menuju masa depan yang cemerlang.

Beberapa layanan BK untuk siswa di era digital ini adalah sebagai berikut:

1. Layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk memberikan motivasi sukses kepada anak-anak era digital sehingga memiliki masa depan studi dan karir yang cemerlang. Adapun layanan yang dapat diberikan berupa layanan peminatan tentang studi lanjut untuk setiap anak, layanan pengembangan bakat dan minat, kemudian juga kolaborasi sekolah dengan instansi kerja (perusahaan/lembaga) untuk memberikan wawasan kerja sesuai dengan potensi dan keahlian siswa.

2. Layanan bimbingan konseling yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta media interaktif yang mudah diakses oleh

(22)

siswa, diantaranya film, video, macromedia flash, educative games, dan sebagainya.

3. Layanan bimbingan konseling yang bersifat kuratif dengan sistem e-counseling (electronic counseling). Layanan dengan sistem ini bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka dengan guru BK, misalnya dengan menggunakan aplikasi facebook, twitter, whatsApp, instagram, dan sebagainya.

4. Layanan BK yang menggunakan media/ sarana yang mendukung dan disukai siswa seperti LCD proyektor, laptop yang terkoneksi internet, MP3/MP4 player, pemanfaatan telepon.

5. Layanan bimbingan dan konseling komprehensif, sangat ditekankan adanya kolaborasi, yaitu kerjasama guru BK dengan stakeholder sekolah dan luar sekolah untuk menyelenggarakan layanan BK. Fokus utama dalam bimbingan dan konseling komprehensif adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal. Bimbingan konseling komprehensif bersifat wajib bagi semua peserta didik, Berkaitan dengan layanan BK yang menggunakan teknologi elektronik (e-counseling), atau saat ini lebih populernya adalah cybercounseling (menggunakan teknologi internet) menggunakan media jejaring sosial (aplikasi) facebook, twitter, myspace, e-mail, dan beberapa program aplikasi untuk chatting seperti skype, messengger, google talk, windows life messengger, bahkan menggunakan media telepon dan handphone serta media khusus teleconference lainnya. Konseling online merupakan konseling yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi komunikasi dari yang paling sederhana menggunakan e-mail, sesi dengan chat, sesi dengan telp pc to pc, sampai penggunaan webcam yang secara jelas menggunakan komputer dan internet (Ifdil, 2011).

Ketika masyarakat telah menggunakan teknologi digital untuk mengekspresikan berbagai pandangan, sikap, dan tindakannya, maka pada saat itulah seorang guru BK tidak membutuhkan lagi laboratorium nyata untuk melakukan pengamatan dan interview seperti ruang bimbingan dan konseling.

Guru bimbingan konseling (BK) / konselor dapat bertemu dengan klien/konseli dengan menggunakan teknologi. Kondisi ini bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya, memberikan kenyamanan kepada klien dalam bercerita dengan menggunakan aplikasi

(23)

teknologi sebagai penghubung dirinya dengan konselor dengan tanpa harus tatap muka secara langsung.

Ifdil (2011) menyebutkan beberapa media yang biasa digunakan diantaranya:

a) Website/situs Dalam menyelenggarakan konseling online guru BK/konselor dapat menyediakan sebuah alamat situs. Situs ini menjadi alamat untuk melakukan praktik online. Sehingga klien/konseli yang ingin melakukan konseling online dapat berkunjung ke situs tersebut terlebih untuk selanjutnya melakukan konseling online. Untuk dapat memiliki wesite konselor dapat bekerja sama dengan perusahaaan dan/atau para pakar bidang web developer. Konselor dapat memilih bentuk design web yang diinginkan mulai dari html, php dan website yang membutuhkan biaya yang cukup besar.

b) Telephone/ Hand phone Lebih sederhana konseling online dapat dilakukan dengan memanfaatkan telephone, dimana konselor dan klien/konseli bisa saling terhubung dengan menggunakan perangkat ini.

Konselor dapat mendengar dengan jelas apa yang diungkapkan kliennya melalui fasilitas telphone/handphone. Dengan fasilitas ini pula konselor dengan segera dapat merespon apa yang dibicarakan oleh kliennya.

c) Email Email merupakan singkatan dari memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler. E-mail merupakan cara pengiriman data, file teks, foto digital atau file-file audio dan video dari satu komputer ke komputer lainnya, dalam suatu jaringan komputer (intranet maupun internet). Ada banyak penyedia account email gratis seperti @yahoo, @gmail, @aim, @mail, @tekomnet, @plasa dan masih banyak yang lainnya. d) Chat, Instant Messaging dan Jejaring Sosial

(24)

BAB III KESIMPULAN A. Ayat Dan Hadits BK

Prinsip Tolong menolong (Al – Ashr [103] 1-3)

Artinya: Demi masa. Sungguh mereka dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan saling menasehati supaya mengikuti kesabaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran.

Makna Global Ayat

proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai bimbingan´ dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad Saw., menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi. Kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang muliadisisi Allah SW

B. Konsep Dasar Bk

Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu: Terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

(25)

C. Kode Etik Bk

Kode etik gru BK:

1. Guru BK harus memegang teguh prinsip-prinsip membimbing dan memberi nasehat.

2. Guru BK harus berupaya untuk mencapai hasil yang maksimal.

3. Tugas Guru BK harus khusus berkaitan dengan kehidupan pribadi peserta didik.

D. Perencanaan Dan Penyusunan evaluasi program bk

Asesmen atau analisa kebutuhan diperlukan, baik untuk perencanaan program jangka panjang, program jangka pendek, maupun program khusus, yang kemudian menjadi dasar dan mempengaruhi bagaimana program-program tersebut dirancang dan dikembangkan.

Asesmen ini memengaruhi bagaimana landasan program, tujuan program, lingkup layanan yang diberikan, kegiatan yang direncanakan, teknis pelaksanaan dan sarana-prasarana apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.

E. Asesment Bk

Asesmen merupakan salah satu kegiatan pengukuran. Dalam konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung (Ratna Widiastuti, 2010). Asesmen merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual).

Karena itulah asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling, yaitu

(26)

mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien.

F. Layanan Bk di era digital

Dampak positif era digital antara lain: a) Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam mengaksesnya, b) Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital yang memudahkan proses dalam pekerjaan kita, c) Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber pengetahuan dan informasi masyarakat, d) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, e) Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media pembelajaran online, diskusi online yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, f) Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai barang kebutuhan dan memudahkan mendapatkannya.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Santoadi, F. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam praktek:

Mengembangkan Potensi dan kepribadian Siswa. Bandung: Maestro.

Brown, D., & Trusty, J. (2005). Designing and leading comprehensive school counseling programs: Promoting student competence and meeting student needs. Belmont, CA:

Thomson Brooks/Cole.

Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2014). Developing and managing your school guidance and counseling program. John Wiley & Sons.

Winkel, W. S., & Hastuti, M. S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.

Media Abadi.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Era Disrupsi Semarang, 21 Juli 2018

Kemendikbud. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling SD/SMP/SMA/SMK.

Referensi

Dokumen terkait

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Program studi Bimbingan dan Konseling Islam Angkatan 2013 sampai dengan Angkatan 2016 Fakultas

Pengangkatan Dosen Pengampu Mata Kuliah Di Lingkungan Fakultas Tarbiyah Semester Ganjil Tahun Akademik 2018/2019 Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Pesantren KH.. Abdul Chalim

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Hubungan intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan stres mahasiswa dalam menghadapi ujian komprehensif di jurusan Bimbingan

Mukhtar Hadi, M.Si DAFTAR PESERTA KOMPREHENSIF MAHASISWA.. FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN IAIN METRO SEMESTER

KEDUA : - Menetapkan nama – nama dosen pengampu mata kuliah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Semester Genap Tahun Akademik

Hari/Tanggal Tempat Waktu Mata Ujian KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN j a l a n Gajayana 50 Telepon 0341

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN NOMOR 49 TAHUN 2021 TENTANG PENGANGKATAN DOSEN PEMBINA MATA KULIAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2021/2022 FAKULTAS TARBIYAH DAN

KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN NOMOR 13 TAHUN 2021 TENTANG PENGANGKATAN DOSEN PEMBINA MATA KULIAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2020/2021 FAKULTAS TARBIYAH DAN