• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ricky Omega Yosua.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Ricky Omega Yosua.pdf"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Sebaliknya jika melakukan kegiatan yang dapat merugikan, maka perbuatan pelaku usaha tertentu selalu dianggap melanggar hukum. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi di Komplek MMTC Jalan Pancing Medan). 5 Tahun 1999 menyatakan persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam pelaksanaan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan jasa yang dilakukan secara tidak sehat atau persaingan usaha tidak sehat tersebut dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian dan kegiatan sebagaimana diatur dalam undang-undang no.

Di Indonesia, peraturan persaingan usaha baru diterapkan pada tahun 1999 dengan disahkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Larangan perjanjian yang dapat mengakibatkan praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 4.7 sampai dengan 9, Pasal 10 sampai dengan 9, Larangan penggabungan atau peleburan badan usaha sehingga mengakibatkan kedudukan dominan di pasar atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 26 sampai dengan 29 ).

Hukum persaingan usaha secara hukum mengenal dua (dua) jenis peraturan (pendekatan) dasar yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu perbuatan, baik berupa perjanjian maupun kegiatan, UU No. Pengertian persaingan usaha adalah kegiatan dua pihak /lebih banyak perusahaan yang masing-masing aktif memperoleh pesanan dengan menawarkan harga/ketentuan yang paling menguntungkan. 5 Tahun 1999, persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam melakukan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan secara tidak sehat atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

5 Tahun 1999, persaingan usaha tidak sehat dilarang atau tidak diperbolehkan karena tindakan atau kegiatan tersebut dapat menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi yang mengarah pada penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa tertentu serta dapat merugikan kepentingan umum. . dan dapat menimbulkan praktik monopoli.

Asas dan Tujuan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pelaku usaha berupaya untuk menawarkan produk dan jasa yang menarik, baik dari segi harga, kualitas, dan pelayanan. Namun cita-cita tersebut baru akan terwujud sepenuhnya jika para pengusaha melakukan kegiatannya berdasarkan pada peningkatan persaingan usaha, sehingga ketidakpuasan konsumen menimbulkan sanksi pasar atas hasil usaha yang buruk.14. Demokrasi ekonomi pada dasarnya dapat dipahami dari sistem perekonomiannya yang diamanatkan dalam Konstitusi.

15 Ningrum Natasya Sirait dkk, “Buku Hukum Persaingan Usaha”, (Jakarta Pusat: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2017). P. 14. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi perekonomian nasional sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang setara bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;

Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang disebabkan oleh pelaku usaha, dan. Peraturan yang berkaitan dengan persaingan usaha diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 (Pasal 2) dan menjamin sistem persaingan usaha yang bebas dan adil untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan sistem perekonomian yang efisien (Pasal 3) ). Oleh karena itu, mereka ikut serta dalam Pembukaan UUD 1945 yang sesuai dengan § 3 huruf b UU No.

5 Tahun 1999 tentang struktur perekonomian dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan nasional menurut UUD 1945 dan demokrasi ekonomi, serta mengarah pada sistem persaingan yang bebas dan sehat pada Pasal 3 Huruf a dan b UU No. persamaan kesempatan bagi setiap pelaku usaha dan tidak adanya pembatasan persaingan antar perusahaan, khususnya penyalahgunaan wewenang di bidang perekonomian. Secara asas dan tujuan, Pasal 2 dan Pasal 3 tidak mempunyai relevansi langsung bagi pelaku usaha, karena kedua pasal tersebut tidak memberikan persyaratan konkrit terhadap perilaku pelaku usaha.

Namun kedua pasal tersebut harus digunakan dalam penafsiran dan penerapan setiap ketentuan undang-undang no. Peraturan persaingan usaha harus diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga tujuan yang terkandung dalam Pasal 2 dan 3 dapat dilaksanakan seefisien mungkin. Misalnya, mengenai diterimanya dan tercapainya rule of Reason dalam kerangka ketentuan perjanjian yang dilarang (Pasal 4-16), perlu diperhatikan bahwa Pasal 2 dan 3 tidak menjelaskan tujuan.

Prinsip Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat

Di sisi lain, perjanjian dan kegiatan tersebut juga dapat mendorong dinamika persaingan usaha yang sehat. Oleh karena itu, pendekatan ini digunakan sebagai filter untuk mengetahui apakah menimbulkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat atau tidak. Pendekatan ilegal itu sendiri menyatakan bahwa setiap perjanjian atau aktivitas bisnis tertentu adalah ilegal, tanpa adanya bukti tambahan mengenai pengaruh yang timbul dari kontrak atau aktivitas bisnis tersebut.

Kegiatan yang dianggap ilegal biasanya mencakup penetapan harga secara kolusif atas produk tertentu, serta penetapan harga jual kembali. Jenis perilaku yang secara inheren tergolong ilegal adalah perilaku dalam dunia usaha yang hampir selalu anti persaingan dan hampir selalu tidak membawa manfaat sosial.

Tinjauan Umum Tentang Predatory Pricing

Unsur-Unsur dalam Predatory Pricing

Pengertian pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 5 adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia. . Indonesia melaksanakan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, berbagai kegiatan usaha di bidang perekonomian. Yang dimaksud dengan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 15 adalah penyerahan persediaan, baik barang maupun jasa, sehubungan dengan jual beli, persewaan, persewaan, dan penyewaan.

Pengertian barang menurut Pasal 1 angka 16 adalah setiap benda, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. Pengertian jasa menurut Pasal 1 ayat (17) adalah setiap jasa yang berupa pekerjaan atau kinerja yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk digunakan oleh konsumen atau pelaku usaha. Jual rugi adalah harga jual yang ditetapkan pelaku usaha di bawah biaya-biaya yang dibahas dalam Pedoman ini.

Harga murah adalah harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha terlalu rendah. Menghilangkan atau menutup berarti mengeluarkan atau menghilangkan pelaku usaha pesaing dari pasar bersangkutan atau menutup usahanya. Menurut Pasal 1 angka 9, pengertian pasar adalah suatu lembaga perekonomian tempat pembeli dan penjual baik langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa.

Pengertian pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan tawaran atau wilayah pemasaran tertentu yang dilakukan oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau pengganti barang dan/atau jasa tersebut. Pengertian praktek monopoli menurut Pasal 1 angka 2 adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha. Pengertian persaingan usaha tidak sehat menurut Pasal 1 ayat (6) adalah persaingan antar pelaku usaha dalam melakukan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan secara tidak sehat atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Kelebihan dan Kelemahan Predatory Pricing

Pertama, harus dipahami bahwa strategi sell at a loss tidak serta merta bertujuan mematikan pelaku usaha pesaing. Oleh karena itu, tujuan seorang pelaku usaha yang melakukan praktek jual rugi harus dipikirkan, diteliti, dan dikaji secara matang. 5/1999 adalah menyediakan barang atau jasa dengan cara menjual secara merugikan dengan tujuan menghilangkan atau menutup usaha pesaing pada pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

25 Barrier to entry adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemain baru untuk memasuki pasar tertentu, padahal biaya tersebut tidak ditanggung oleh pemain lama, hal ini juga dilihat oleh Bork dan Posner saat pertama kali memasuki pasar tersebut.

Dampak Predatory Pricing

Dengan matinya pesaing, maka perusahaan yang bertahan akan menjadi satu-satunya pemain di lapangan dan rentan terhadap praktik monopoli. Banyak negara di dunia yang menganggap praktik predatory pricing ilegal karena dianggap anti persaingan sehingga melanggar undang-undang dan peraturan yang mengatur persaingan usaha. Namun pada kenyataannya, praktik predatory pricing cukup sulit dibuktikan karena perusahaan yang menerapkan praktik tersebut menyatakan bahwa penurunan harga merupakan hal yang lumrah dalam persaingan usaha.

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyatakan: “Pelaku usaha dilarang menyediakan barang dan/atau jasa dengan cara menjual dengan kerugian atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud menghilangkan atau mengamankan usahanya. pesaing pada pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat”. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terus berupaya mengungkap praktik predatory pricing yang dilakukan oleh pelaku usaha di seluruh Indonesia, khususnya pelaku usaha yang beroperasi di pasar bersangkutan. bidang usaha yang strategis dan menyangkut kesejahteraan masyarakat. Sanksi dapat berupa penghentian kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.

Pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran hukum dapat dikenakan pembayaran ganti rugi dan denda sebesar satu miliar rupiah) dan paling banyak dua puluh lima miliar rupiah.27. 27Gede Angga Ari Wardana, Promo Dampak Perang Tarif oleh "Startup" Indonesia, https://muda.kompas.id/baca impact-war-tarif-promo-oleh-startup-indonesia/ diakses 10 Juli 2020. Bidang Tulisan ini bertujuan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dibahas, agar penelitian ini lebih tepat sasaran dan tidak menyimpang dari permasalahan yang diangkat dalam makalah ini.

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam permasalahan ini adalah dampak dari kegiatan predatory pricing yang dilakukan oleh pelaku usaha Reseller Kartu Paket Internet. Kajian pada Komplek MMTC Jalan Pancing Medan) dan keterkaitan pasal 5 dan pasal 8 tentang penetapan harga sebagaimana diatur dalam UU No.

Pendekatan Masalah

Penelitian ini akan fokus pada apa yang terjadi setelah persaingan usaha tidak sehat dilakukan oleh pelaku usaha untuk meningkatkan daya tarik konsumen dan apakah dengan menerapkan prinsip jual rugi (Predatory Pricing) pelaku usaha tersebut dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, atau justru mengalami kerugian.

Bahan Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Analisa Data

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Objectives An overview of labour migration policies in southern Africa addresses this question through a comparative analysis of a subset of SADC countries and specifically by: