• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rizky resensi

N/A
N/A
Rafka Hendro Prakoso

Academic year: 2024

Membagikan "Rizky resensi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Menavigasi Kehidupan dengan Kecerdasan Emosional

Muhamad Riyzki | 17 XII IPS 3 2023/2024

(2)

Identitas buku

Judul Buku : Insecurity is My Middle Name Jenis Buku : Non Fiksi

Pengarang : Alvi Syahrin

Penerbit : Alvi Ardhi Publishing

Terbitan : Cetakan pertama, Mei 2021 Halaman : 264 Halaman

ISBN : 978-623-97002-0-1 Harga : Rp 93.000,00

Buku ini adalah buku self-healing yang ditulis oleh Alvi Syahrin setelah sebelumnya ia sukses besar dengan trilogi buku Jika Kita Tak Pernah yang berisi esai-esai tentang kehidupan. Buku ini seperti obat yang bisa meredakan perasaan rendah diri atau insecure yang kerap muncul di dalam diri setiap manusia.

Mengobati luka batin dengan sesuatu yang terasa relatable merupakan cara paling ampuh untuk dilakukan, dan buku ini adalah jawabannya.

Setiap orang pasti pernah mengalami insecure , suatu perasaan cemas atau tidak aman yang terkadang membuat kita menjadi tidak percaya diri atau bahkan cemburu dengan

(3)

pencapaian orang lain. Selama kita hidup, pasti ada masa ketika diri ini sibuk menambah beban di kepala dengan pemikiran “takut tertinggal”. Padahal hidup bukan lomba marathon, bukan tentang siapa yang sampai di garis finish duluan, tidak ada pemenang, dan bahkan dari awal tidak ada lomba.

Dalam buku Insecurity is My Middle Name ini, penulis membahas mengenai berbagai macam insecurity yang sering kita alami dan menemani kita untuk menenangkan rasa insecure itu.

Terdapat lima bab dan 45 sub bab yang akan membuat kita memikirkan rasa insecure yang sering menghantui sekaligus mengubah rasa insecure tersebut menjadi sebuah motivasi untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. Ada pun kelima bab tersebut membahas mengenai:

I : Fisik yang Kurang Menarik II: Masa Depan yang Buram

III: Jauh Tertinggal Dari Teman-Temanku IV: Aku Benci Diri Sendiri

V: Berdamai Dengan Ketidakamanan.

Dari awal pertengahan hingga bab penulis akan mengajak pembaca untuk mengupas satu per satu rasa insecure yang dirasakan, mulai dari perasaan tidak percaya diri akan fisik, karir,

(4)

pendidikan, hingga percintaan. Setelah membahasnya satu per satu, di akhir bab penulis menjelaskan bahwa rasa insecure tidak selamanya membawa pengaruh buruk, penulis mengajak pembaca untuk berdamai dengan rasa insecure tersebut melalui salah satu bab yang berjudul “Tapi, kita butuh insecurity”.

Buku ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami sekaligus komunikatif. Buku ini seolah sedang berbicara dengan pembaca dengan empat mata. Sehingga muncul keintiman dan kedekatan antara buku dan pembaca. Setiap bab membahas hal- hal yang sangat “ relate” dengan kehidupan nyata. Sehingga pembaca merasa ada kedektana emosional, karena satu rasa.

Solusi-solusi yang ditawarkanpun tidak menggurui lebih ke mengajak bersama berdamai dengan insecure.

Buku ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami sekaligus komunikatif. Buku ini seolah sedang berbicara dengan pembaca dengan empat mata. Sehingga muncul keintiman dan kedekatan antara buku dan pembaca. Setiap bab membahas hal- hal yang sangat “ relate” dengan kehidupan nyata. Sehingga pembaca merasa ada kedektana emosional, karena satu rasa.

Solusi-solusi yang ditawarkanpun tidak menggurui lebih ke mengajak bersama berdamai dengan insecure.

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca, khususnya untuk teman-teman yang sering mengalami insecure atau over thinking. Isi dari buku ini yang cukup menarik dengan

(5)

gaya bahasa dan diksi yang ringan membuat buku ini bisa dibaca berkali-kali. Terkait kekurangannya, jika teman-teman non-muslim tidak bermasalah dengan selipan ayat-ayat Alqur’an dan beberapa nasihat penulis yang berhubungan dengan ajaran islam, mungkin kalian tetap dapat menikmati buku ini dengan baik. Terakhir, untuk para penggiat buku self-improvement, saya rasa buku ini wajib masuk ke dalam koleksi kalian!

Referensi

Dokumen terkait