AGATHA HOUSE
Agatha House adalah sebuah rumah yang dirancang khusus oleh arsitek Agatha Carolina, salah satu pendiri Bitte Design Studio, dan suaminya pengacara Ditho Sitompoel. Agatha House terletak di suatu perumahan modern di kota Jakarta yang merupakan daerah padat penduduk di Indonesia dan terjadi banyak polusi. Rumah ini dirancang menggunakan gaya klasik yang terinspirasi oleh “Frank Lloyd Wright” bermain dengan ketinggian langit-langit yang
bervariasi untuk menciptakan rasa keintiman. konsep ini muncul berkat kecintaanya kepada benda benda vintage dan mobil
klasiknya
Rumah ini dirancang selama 9 tahun pernikahan mereka yang mana juga rumah ini di desain dengan pertimbangan beberapa tahun
kedepan bagaimana anak mereka ketika tumbuh dewasa dan hal lainya. Agatha house memiliki desain open space yang mana
mejadikan rumah ini lebih sehat dan terlihat luas
AGATHA HOUSE
EKSTERIOR
Agatha House memiliki desain eksterior yang menarik arsitek Agatha sendiri membuat rumah menjadi 2
bangunan 1 bangunan rumah inti satu lagi bangunan extension house yang berfungsi sebagai bangunan serbaguna.
Secara fasad Agatha House memiliki desain dinding bernafas yang mana sang arsitek membuat rumah
menjadi lebih sehat dikarenakan memanfaatkan udara dan cahaya alami untuk masuk ke dalam rumah untuk material sendiri Agatha House memilih untuk
menggunakan konsep industrialis yang mana menjadikan fasad Agatha House menggunakan desain unfinished
sehingga mengurangi pengeluaran untuk cat dasar dan cat warna.Selain itu Agatha House memilih bahan Kayu juga untuk fasad sehingga meningkatkan gaya tropis pada rumah.
LATERAL THINKING
INTERIOR
Agatha House memiliki desain interior dengan konsep open space dimana rumah ini tidak menggunakan dinding permanent sebagai pembatas antar ruang sang arsitek justru lebih memilih menggunakan partisi sehingga menciptakan rumah yang terkesan luas dan udara dapat memasuki seluruh bagian rumah.
Untuk material yang digunakan sendiri menggunakan material batu bata,kayu dan kaca untuk interior sendiri rumah ini dirancang sedemikian rupa untuk mengoptimalkan cahaya dan udara alami yang masuk ke dalam rumah
2 BANGUNAN DALAM 1 SITE
Agatha House memiliki dua bangunan terpisah dalam satu area yang masing-masing memiliki fungsi khusus.
Bangunan yang berada di depan berperan sebagai rumah inti atau bangunan utama, yang menjadi pusat aktivitas penghuni.
Di bagian belakang, terpisah oleh halaman, terdapat bangunan serbaguna. Bangunan ini dirancang sebagai tempat berkumpul keluarga, BBQ, atau acara lainnya, memberikan ruang tambahan yang fleksibel untuk berbagai kegiatan.
LATERAL THINKING
MATERIAL
Material yang digunakan oleh sang arsitek terdiri dari batu bata, kayu, dan kaca. Pemilihan material ini bertujuan
untuk mengoptimalkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami dengan cara memperbanyak area kaca serta
menerapkan fasad dinding yang "bernafas". Selain itu, material tersebut mudah ditemukan di sekitar Jakarta, sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik dalam
konstruksi.
Banyak bagian dari material ini dibiarkan dengan warna aslinya tanpa dicat, yang memberikan kesan alami dan menambah kemewahan pada desain bangunan.
Pendekatan ini tidak hanya memperkuat estetika, tetapi juga menggabungkan fungsi dengan keindahan yang bersahaja.
EKSTERIOR
Pemikiran Divergent:
Agatha House memiliki desain eksterior unik dengan dua bangunan terpisah—rumah inti dan extension house
serbaguna, memberikan fleksibilitas ruang. Fasadnya menggunakan konsep dinding "bernafas" untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami, menciptakan lingkungan yang sehat dan ramah lingkungan. Dengan material industrialis berdesain unfinished, biaya pengecatan berkurang, sementara
penggunaan kayu pada fasad menambah sentuhan tropis yang memadukan gaya industrial dengan tropis.Pemikiran Convergent:
Agatha House dirancang dengan dua bangunan terpisah yang masing-masing memiliki fungsi spesifik—rumah inti dan bangunan serbaguna. Desain fasad yang
mengedepankan konsep dinding bernafas serta
penggunaan material unfinished dan kayu, memberikan
LATERAL THINKING
INTERIOR
Pemikiran Divergent:
Agatha House mengusung desain interior open space yang menghindari penggunaan dinding permanen sebagai pembatas antar ruang, memilih partisi untuk menciptakan kesan luas dan memungkinkan aliran udara bebas ke seluruh bagian rumah. Sliding door di bagian belakang rumah menghubungkan ruang tengah dengan halaman, memberikan kemudahan akses dan menciptakan hubungan yang seamless antara area dalam dan luar. Pendekatan ini menawarkan fleksibilitas dalam penggunaan ruang dan kenyamanan tambahan bagi penghuni.
Pemikiran Convergent:
Desain interior Agatha House yang mengadopsi konsep open space menggantikan dinding permanen dengan partisi, menciptakan ruang yang luas dan terbuka. Sliding door di bagian belakang memudahkan transisi antara ruang tengah dan halaman belakang, meningkatkan
2 BANGUNAN DALAM 1 SITE Pemikiran Divergent:
Agatha House mengusung konsep dengan dua bangunan terpisah, di mana bangunan depan berfungsi sebagai
rumah inti dan bangunan belakang sebagai ruang serbaguna. Ini memungkinkan fleksibilitas dalam
penggunaan ruang, dengan bangunan belakang yang dapat diadaptasi untuk berbagai kegiatan seperti
berkumpul keluarga atau BBQ, membuka berbagai kemungkinan untuk interaksi dan acara sosial di area tersebut.
Pemikiran Convergent:
Agatha House terdiri dari dua bangunan dengan fungsi khusus: bangunan depan sebagai rumah inti dan
bangunan belakang sebagai ruang serbaguna. Bangunan utama berfungsi sebagai pusat aktivitas penghuni,
sedangkan bangunan belakang menyediakan ruang
tambahan untuk kegiatan sosial, seperti berkumpul atau BBQ, dengan desain yang membagi fungsi ruang secara efektif dan terorganisir.
LATERAL THINKING
MATERIAL
Pemikiran Divergent:
Material seperti batu bata, kayu, dan kaca pada Agatha House menawarkan berbagai kemungkinan desain.
Dengan memanfaatkan kaca untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami, arsitek bisa mengeksplorasi berbagai solusi inovatif, termasuk penggunaan partisi atau elemen dekoratif yang menarik. Pemilihan material lokal yang
mudah ditemukan di Jakarta juga membuka peluang untuk desain yang lebih terhubung dengan konteks lokal.
Pemikiran Convergent:
Material batu bata, kayu, dan kaca pada Agatha House dirancang untuk mengoptimalkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami dengan meningkatkan area kaca dan menerapkan fasad dinding yang "bernafas." Menggunakan material dalam warna aslinya tanpa dicat menambah
kesan alami dan kemewahan pada desain,
menggabungkan fungsi dan estetika secara efektif dengan memanfaatkan sumber daya lokal.