• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH SAKTT UMUM DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RUMAH SAKTT UMUM DAERAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

t

PEMERINTAH KABUPATEN PURWORF^IO

RUMAH SAKTT UMUM DAERAH

Dr. TJITROWARDOJO

Jl. Jenderal Sudirman 6O Purworejo 54114

Telp. (0275) 321118, 325650, 325651 (huntine0, (0275) 322448, Fax. (0275) 325652 E-mail:[email protected];website:rsud.purworeJokab.go.id

PERATURAN DIREKTUR RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWORE IO

Nomor:4451 q|Z l2Ol8

TENTANG

PEDOMAN PENATALAKSANAAN PASIEN HIV/AIDS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DT. TJITROWARDOJO PURWORB,O DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO,

Menimbang

a.

bahwa dengan adanya peningkatan angka kejadian

HIV dan

AIDS

di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr.

TJITROWARDOJO Furworejo

baik

yar,g berasal dari

rawat inap maupun dari rawat jalan,

perlu

dilakukan upaya penanganan secara

terpadu, menyeluruh dan berkualitas;

b. bahwa di pandang perlu diterbitkan

Kebijakan

secara komprehensif sesuai dengan sarana

dan prasarana yang ada di rumah sakit;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana

dimaksud

pada

huruf a dan huruf b, maka

perlu

menetapkan Peraturan Direktur Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Dr. litrowardojo

Purworejo tentang

Pedoman Penatalaksanaan Pasien HIV/AIDS

di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. litrowardojo

Purworejo;

Mengingat 1.

2.

3.

4.

5.

Undang-undang Nomor 29 Tahun

2OO4 tentang

Praktek Kedokteran (Lembaran Negara

Republik

Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 116,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

aa3l);

Undang-undang Nomor 25 Tahun

2OO9 tentang

Pelayanan Publik (Lembaran Negara

Republik

Indonesia Tahun 2OO9 Nomor ll2,

Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

Undang-undang Nomor 35 Tahun

2OO9 tentang

Narkotika (Lembaran Negara Republik

Indonesia

Tahun

2OO9

Nomor 143, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);

Undang-undang Nomor 36 Tahun

2OO9 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik

Indonesia

Tahun

2OO9

Nomor L64, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Undang-undang Nomor 44 Tahun

2OO9 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia,

Tambahan Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor 597211'

(2)

6. Peraturan Menteri Koordinator

Kesejahteraan

Rakyat Nomor 02/MenkolKesrall/2OO7

tentang

Kebijakan Nasional Penanggulangan

HIV/AIDS

melalui

Pengurangan

Dampak Buruk

Penggunaan

Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 021

Tahun

20 I 2 tentang Penanggulangan HIV/AIDS;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 56/Menkes/ Per / III / 20 74

tentang

Klasifrkasi dan Perizinan Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan

PERATURAN DIREKTUR TENTANG

PEDOMAN

PENATALAKSANAAN PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. TJITROWARDOJO PURWORE IO

Pasal 1

Dalam Peraturan

Direktur ini

yang dimaksud dengan :

1.

Daerah adalah Kabupaten Purworejo.

2.

Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

ljitrowardojo

Purworejo.

3. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Dr.

'lJ itrowardoj o Purworej o.

4.

Pelayanan Kesehatan

adalah

kegiatan-kegiatan

yang dilakukan

oleh

pihak Rumah Sakit yang ditujukan

kepada

individu, keluarga

dan masyarakat melalui upaya promotif, preventif,

kuratif

dan

rehabilitatif

serta peningkatan derqiat kesehatan lainnya.

5. Rawat Isolasi adalah pelayanan rawat inap secara terpisah

yang diberikan terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik khusus guna mempercepat penyembuhan dan mencegah penularan penyakit

6. Pelayanan Psikologi adalah pelayanan kesehatan kepada

pasien dan/ atau masyarakat yang dilakukan oleh psikolog

untuk

mengetahui permasalahan dan kondisi kejiwaannya.

7.

Pasien

adalah

penderita

yang

mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

8.

Penderita adalah orang yang menderita sakit.

9.

Konsultasi adalah pelayanan yang diberikan dalam

bentuk

konsultasi

medik,

psikologi, gizr dan

konsultasi lainnya

atas

permintaan

secara

tertulis

dari dokter yang merawat.

lO. Human Immuno Deficency Virus (HIV) adalah

virus

yang menyebabkan AIDS.

lI. Aquired Immune

Deficiencg Sgndrome (AIDS)

adalah suatu

gejala

berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan

oleh masuknya

virus

HIV ke dalam

tubuh

seseorang.

12.

Pelayanan Voluntary Conseling and Testing (VCT) adalah

suatu Konseling dan Tes HIV yang dilakukan secara sukarela atau (KTS).

13. Pelaganan Prouider

Initiated Testing and

Counseling (PITC) adalah konseling dan testing sukarela yang diprakarsai oleh petugas.

14.

Pelayanan

Preuention

of Mother To Child

Tronsmi,ssion (PMTCT) program pencegahan penularan HIV

dari ibu

ke anak yang

dilakukan

secara terintegrasi dan komprehensif melalui strategi 4 prong.

(3)

15.

Pelayanan Anti Retrouiral Therap, (ART) adalah

pengobatan

menggunakan Antiretrouiral (ARV) pada pasien ODHA.

Pasal 2

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan

Direktur ini

adalah :

a. untuk

memberikan dasar

hukum

dalam penyelenggaraan layanan HIV/AIDS di rumah sakit.

b. untuk memberikan perlindungan baik kepada pasien

maupun

petugas yang menangani pasien HIV/AIDS di RSUD

Dr.

'IJ itrowardoj o Purworej o.

(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan

Direktur ini

adalah :

a. meningkatnya kualitas layanan

BLUD-RSUD

Dr.

Tjitrowardojo Purworejo.

b. meningkatnya cakupan layanan

BLUD-RSUD

Dr. litrowardojo

Purworejo.

c.

menurunkan angka penularan yang

mungkin muncul baik

kepada pasien

lain

maupun kepada petugas.

Pasal 3

(1) Peraturan sebagaimana dimaksud pada Peraturan

Direktur

ada dalam Lampiran Keputusan ini.

(2)

Bahwa Peraturan

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)

tercantum

dalam Lampiran yar:g merupakan bagian tidak terpisahkan

dalam melaksanakan dari Peraturan

Direktur

ini.

Pasal 4

Peraturan

Direktur ini

berlaku pada

tangal

diundangkan

Ditetapkan

di :

Purworejo

Pada

tanggal :2Fs6rrrti

2018

Direktur

RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo

ARIFIN, M.Kes Pem Utama Muda NIP.19580223 198510 1 002

tIt

(4)

I-AMPIRAN NOMOR TENTANG

PERATURAN DIREKTUR

RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO

44s/ElA2O8

PEDOMAN PENATAII.KSANAAN HIV/AIDS

DI RSUD Dr.

TJITROWARDOJO PURWORE.JO

BAB

I

PENDAIIT'LUAN

A. Latar

Belakang

Dengan

meningkatnya

jumlah kasus infeksi HIV

khususnya

pada

kelompok pengguna

napza suntik

(penasung/

IDU :

Iniecting

Drug

lJsefi, pekerja seks

dan

pasangannya, serta

waria di

beberapa

propinsi di

Indonesia pada

saat ini, maka kemungkinan te{adinya resiko penyebaral infeksi HIV ke masyarakat umum tidak

dapat

diabaikan. Kebanyakan

dari

mereka yang beresiko

tertular

HIV

tidak

mengetahui

akan status HIV

mereka, apakah sudatr

terinfeksi

atau belum.

Estimasi pada tahun

2O1O

diperkirakan di

Indonesia terdapat

sekitar

9O.OOO-130.OO0 orang

terinfeksi HIV,

sedangkan

data

yang

tercatat oleh Dinas

Kesehatan

RI sejumlah 2l-77O kasus

dengan proporsi 73,9 o/o adalah

laki-laki

dan 25,6 perempuan

hidup

dengan Hrv/AIDS.

Melihat tingginya prevalensi diatas maka masalah

HIV/AIDS

saat ini bukal hanya masalah

kesehatan

dan penyakit

menular

semata

narnun sudah menjadi

ancaman

serius bagi

pertumbuhan

sosial ekonomi di

negara-negara

berkembang. Oleh karena itu

penanganan

tidak hanya dari segi medis namun juga dari

sisi

psikososial dengan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier. Salah satu upaya tersebut

adalah melalui deteksi dini untuk mengetahui status

seseorang

sudah terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dal1

testing sukarela. Dengan mengetahui

status HIV lebih dini

memungkinkan

pemanfaatan layananJayanan terkait dengan

pencegahan'

perawatan, dukungan dan pengobatan sehingga konseling

dan

testing HIV/AIDS

secara sukarela

merupakan pintu masuk

semua layanan tersebut diatas.

Perubahan

perilaku

seseorang

dari beresiko menjadi

kurang

beresikoterhadapkemungkinantertularHlVmemerlukanbantuan perubahan pengetahuan dan emosional sehingga

diperlukan

pendekatan konseling secara

individu

guna mendorong perubahan ke

arah yang lebih baik.

t

ayanan

konseling

dan testing

HIV/AIDS

sukareladapatdilakukandisaranakesehatandansaranalainyang

dikelola oleh

pemerintah

atau masyarakat'

7.ayanan konseling dan

testingHIV/AIDSharusberdasarkanpadapedomankonselingdarr

(5)

testing HIV/AIDS secara

suka dipertanggungiawabkan.

rela agar mutu layanan

dapat

B. Tujuan

Umum

Menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS melalui peningkatan

mutu

pelayanan HIV/AIDS dan perlindungan bagi petugas dan klien /pasien.

D Ruaag

tingkup

(1)

Bagian Rekam Medis

(2)

Instalasi Rawat Jalan

(3)

Instalasi Rawat Inap

(4)

Instalasi Gawat Darurat

t5)

Instalsi Bedah Sentral

(6)

Instalasi Patologi

Klinik

(7) Unit

Hemodialisa

E.

Batasan Operaslonal

(1)

Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS)

atau

Voluntary

Con seling

and

Testing [VCT)

dan

Prouider

Initiated

Testing and Counseling (PITC)

yang berdasarkan pemeriksaan

dilakukan

berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan,

konseling pencatatan, pelaporan dan

rujukan

12)

Konseling Tes Sukarela (KTS)

dilakukan oleh

seorang konselor

HIV/AIDS rumah sakit

yang sudah

terlatih

yarrg

meliputi jenis konseling meliputi: pre test, post test, dan

konseling

berkelanjutan

(3)

Pelayanan PITC adalah pemeriksaan

dan

pelayanan pasien HIV bisa melalui VCT atau PITC

14)

Pelayanan PMTCT adalah pelayanan konseling kepada

ibu hamil

dan menyusui maupun ibu dengan usia produktjf

yang terdiagnosis HIV/AIDS.

(5)

Pelayanan Terapi ARV adalah Pelayanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) pada pasien terdiagnosis HIV/AIDS.

(6)

Kolaburasi TB-HIV ada-lah pelayanan bersama pada pasien TB dan pasien HIV/AIDS agar

dilakukan

skrening.

(7)

Pelayanan

kepada

semua

pasien yang

terdiagnosis HIV/AIDS

untuk dilakukan

skrening penyakit

TB nya di ruang Poliklinik

VCT.

C. Tujuan

Khusus

(1)

Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan HIV/AIDS

{21

Menjaga

mutu

pelayanan

melalui

penyediaan sumber daya dan manajemen yang sesuai

(3) Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam

pelayanan Hrv/ArDS.

(6)

F

(8) Pelayanan Pasien ODHA dengan IDU's adalah orang

yang terinfeksi HIV karena penggunaan NAPZA suntik.

Landasan

Hukum

(1) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2OO4 tentang

Praktek

Kedokteran (l,embaran Negara Republik Indonesia

Tahun

2OO4

Nomor 116,

Tambahan lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

(21 Undang-undang Nomor 25 Tahun

2OO9

terltang

Pelayanan Publik

(kmbaran

Negara Republik Indonesia Tahun 20O9 Nomor 112,

Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor s038);

(3) Undang-undang Nomor 35 Tahun 20O9 tentang

Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun

2OO9 Nomor 143, Tambahan

lrmbaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5O62);

(4) Undang-undang Nomor 36 Tahun

2OO9

tentang

Kesehatan (t embaran Negara Republik Indonesia

Tahun

20O9 Nomor 164, Tambahan

l,embaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5O63);

(5)

Undang-undang

Nomor

44

Tahun 20O9

tentang Rumah Sakit

(kmbaran

Negara

Republik

Indonesia,

Tambahan

Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5972);

(6) Peraturan Menteri Koordinator

Kesejahteraan

Rakyat

Nomor

02lMenkolKesralll2OO7 tentang Kebijakan

Nasional

Penanggulangan HIV/AIDS melalui Pengurangan Dampak

Buruk

Penggunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif;

(7)

Peraturan

Menteri

Kesehatan Nomor 02

1 Tahun

2O 12 tentang Penanggulangan HIV / AIDS ;

(8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor

56/Menkes/Perllll/2014 tentang Klasifikasi dan

Perizinan

Rumah Sakit;

(7)

BAB

II

STA.ITDAR

I{Ef

EI{AGAAN

A. Kualifikasi

Sumber

Daya

anusia (1) Dokter Spesialis

Adalah

seorang

dokter yang telah

menyelesaikan

pendidikan

SII

atau Pendidikan

Spesilisasi

tertentu yang di buktikal

dengan tambahan spesialis serta

lulus

kredensialing oleh

tim

Kredrensial Komite Medik rumah

salit.

Selain telah

menyelesaikan

pendidikan spsialisasi juga

harus

memiliki serti{ikasi pelatihan tertentu sesuai

dengan kompetensinya.

(2) Konselor

Adalah seor€rng Psikolok,

dokter umum atau

perawat yang suda,h

mendapatkan pelatihan khusus tentang Konseling untuk

penatalaksanaan pasien HIV/AIDS

di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. {jitrowardoj o Purworejo.

(3) Apoteker

Adalah

seorang

apoteker yang sudah dilatih petatihan

tentang pemberian

terapi

ARV

untuk

pasien yang

dalam

pemeriksaannya positif reaktif HlV.

(4)

Distribusi

Ketenagaan

a.

Dokter Spesialis

Untuk distribusi

ketenagaan

seluruh dokter spesialis

selain melayani pasien

di

rawat

jalan juga

melayani

visite di

ruang rawat inap sesuai dengan spesialisasinya.

Selain jaga

di

rawat

jalan

dan rawat inap, dokter spesialis

juga

sebagai

dokter konsulen

spesialis dengan

jadwal jaga

dokter terlampir.

b.

Konselor

baik

psikolog,

dokter umum,

apoteker, perawat akan

melayani pasien yang berkunjung baik melalui rawat jalal

maupun rawat inap jadwal terlampir.

(5)

Pengaturan Jaga

Pengaturan

jaga untuk baik dokter spesialis, dokter

umum,

psikolog, perawat, maupun apoteker diatur

oleh

unit/

kelompok/ ruangan/ SMF serta

dilampirkan

dalam Pedoman ini.

(8)

BAB

UI

STAITDAR FASILITAS

A.

Deaah Ruang

Denah

ruang terkait

dengan

poliklinik

HIV Iampiran.

terlampir

dalam hataman

B.

Standar

Fasilitas

(1)

Tersedia ruang dan peralatan peraga sesuai dengan permenkes 56 tahun 2O14 tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit.

(21 Tersedia unit rawat jalan/poliklinik beserta peralatan

alat

kesehatan sesuai dengan kebutuhan maing_masing

poliklinik.

(3)

Tersedia

ruang rawat inap

dengan

jumlah tempat tidur

pasien

sejumlah 3O8 TT beserta alat kesehatan yang ada.

(41

Tersedia

tempat

penyimpanan

dokumen rekam medis serta rak

penyimpanannya untuk dokumen rawat jalan dan

dokumen rekam medis rawat inap.

(9)

BAB

IV

TATA LAJ(SANA PEI"AYANAI{

A.

Pelayanan

VCf

(1) Pelayanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS)

atau

Voluntary Conseling

and

Testing (VCT)

dan prouider Initioted

Testing and Counseling (PITC) :

a.

pemeriksaan

dilakukan

berdasarkan

prinsip

konfidensia,litas, persetujuan, konseling pencatatan, pelaporan dan

rujukan

b.

pelayanan konseling

HIV/AIDS

adatah konseling

dan

tes HIV secara sukarela atas

inisiatif

individu yang bersangkutan.

c.

pelayanan PITC adalah tes yang

dilakukan

pada pasien yang terindikasi secara medis mengidap HIV/AIDS atau mempunyai faktor resiko HIV.

d.

pelayanan

KTS dilakukan baik lewat rawat jalan

maupun

pasien yang berasal dari rawat inap.

(2) Konseling

Tes Sukarela

(KTS)

dilakukan oleh

seorang konselor HIV/AIDS rumah sakit yang sudah tedatih yang

meliputi

:

a. jenis konseling meliputi: pre test, post test, dal

konseling

berkelanjutan

b. konseling HIV/AIDS dilaksanakan digabung di

ruang

Poliklinik VCT/CST.

(3)

Prinsip kon{idensial sebagaimana dimaksud di atas

hasil

pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka

kepada:

a.

yang bersangkutan

b.

tenaga kesehatan yang menangani

c.

keluarga tedekat

dalam hal yang

bersangkutan

dinilai tidak

cakap

d.

pihak

lain

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan B Pelayanan

Provtder Initlatif

Testtttg

and Conxllng lPlTCl

(1) Pemeriksaan

dan

pelayanan pasien

HIV bisa melalui

VCT atau

PITC

(2)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dilakukan atas persetqiuan pasien

(3)

Dikecualikan dari ketentuan

sebagaimana

pada ayat

(2) dalam hal:

a.

b.

c.

d

semua pasien yang didiagnosis/suspect riwayat T\rbereculosis penugasan tertentu dalam kedinasan

tentara/polisi

keadaan gawat

darurat

medis

untuk tujuan

pengobatan pada

pasien yang secara klinis telah menunjukkan gejala

yang mengarah kepada AIDS

perrnintaan pihak yang berwenang sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(10)

c

Pelayanan Preoentif

of

Moth.er

To Chlld Transnlsion

(PM?CTf

1t; eaahn

pelayanan

konseling kepada ibu hamil dan

menyusui

maupun ibu dengan usia

produktif

yang tetdiagnosis HIV/AIDS' (2) Semua

ibu

hamil yang berobat ke rumah sakit baik melalui rawat

inap maupun rawat jalan agar disarankan dan dilakukan

skrening sekaligus pemeriksaan laboratorium

untuk

mengetahui status HIV.

(3)

Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil

keanaknya

dilaksanakan dengan melalui 4 (empat) kegiatan yang

meliputi

:

a.

pencegahan penularan HIV pada perempua-n usia

produktif

b. untuk

pencegahan

penularan HIV pada perempuan

usia

produktif

dari

ibu

hamil ke bayi yang dikandung

c.

pencegahan kehamilan

tidak

direncanakan

d.

memberikan dukungan psikologis pada

ibu

dan keluarganya.

(4)

Mernberikan konseling kepada ibu yang akan

merencanakan kehamilan atau ibu yang sudah hamil.

(5)

Konseling dilakukan bersama antara konselor dengan tim

Obsgrn.

(6)

Setiap bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV dilakukan

pemeriksaan

tes

serologi (Rapid Test) setelah

usia 18

(delapan

belas) bulan

D.

Pelayanaa Terapi ARV

(1) Pelayanan

Anti Retroviral

(ARV)

diberikan

kepada pasien yang terdiagno sis HIV/AIDS :

a. adalah Pelayanan Perawatan, Dukungan dan

Pengobatan

(PDP) pada pasien terdiagnosis HIV/AIDS.

b.

semua pasien

yang

terdiagnosis

HIV/AIDS tetap dilakukan

perawatan

di rumah sakit

sampai

penyakit

penyerta (Infeksi Oportunistik) membaik.

c. pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi

resiko

penularan HIV dan menghambat perburukan

Infeksi

Oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup

pengidap

HIV/AIDS

(2) Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan cara :

a.

terapeutik yang

meliputi :

pengobatan ARV, pengobatan IMS dan pengobatan terapi

Oportunistik

b.

profilaksis

c.

penunjang meliputi pengobatan suportif dan

prbatkan

glzi (3) Pengobatan

pro{ilaksis

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(2)

huruf

b

meliputi

:

a.

pemberian ARV pasca pajanan

b.

kotrimoksasol

untuk

terapi dan profilaksis (4) Indikasi pemberian ARV harus atas

indikasi

:

a.

penderita HIV yang telah

menunjukkan

stadium

klinis 3

atau

4 atau jumlah

se1

Limfosit T CD 4 kurang dari atau

sama dengan 35O sel/ mm3

b.

ibu hamil dengan HIV

positif

c.

penderita dengan Trrberkulosis

(11)

E Kolaburasi

TB-Hw

(1) Adalah pelayanan bersama pada pasien TB dan pasien HIV/AIDS agar dilakukan skrening.

(2) Pelayanan

kepada semua pasien yang terdiagnosis

HIV/AIDS

untuk dilakukan skrening penyakit TB nya di ruang Poliklinik

VCT.

(3) Pelayanan pada pasien

TB

yang

diduga atau

mempunyai faktor resiko HIV dilakukan skrening di Poliklinik DOTS.

Pelayanan Pasien ODHA dengan IDU's

(1)

Adalah orang yang terinfeksi HIV karena

pengguna€rn NAPZA

suntik

(2) Program Outreach dan pendidikan teman sebaya (3) Program Konseling,

penyrluhan

dan seminar

(4)

Menukar spuit bekas dengan spuit baru secara gratis

pada

pemakai narkoba jenis

jarum

suntik.

F

G Pemeriksaan

Laboratorium

(1) Dalam rangka

untuk

memastikan

dan

menegakkan pasien yang

didiagnosis HIV/AIDS akan dilakrrkan pemeriksaan

virologi (Rapid Test) 3 (tiga) parameter

(2)

Untuk skrening pasien HIV pemeriksaan

laboratorium menggunakan 1 (satu) reagen rapid test

lini

pertama

(3)

Hasil

pemeriksaan

akan dibuka

bersama

antara konselor

dan

pasien apabila pasien sudah siaP

(4) Hasil pemeriksaan sebagaimana ayat (3)

meliputi

:

(s)

(6)

Untuk

pemeriksaan laboratorium menggunakan reagen

rapid

test tidak dikenakan biaya

(7)

Untuk

pemeriksaan

CD 4 dan Anti HIV

ELLISA

di rujuk

ke

[,aboratorium Rujukan.

Perrcatatan dan PelaPoran

(1) Semua pasien yang yang berkunjung ke

Klinik

VCT harus dicatat dalam

buku

registrasi pasien HIV sebagai bahan laporan

(2) Registrasi sebagaimana pada ayat (1)

meliputi

:

a.

nama pasien

a. reaktif

b.

non Reaktif

c.

indetereminate

Pemeriksaan pemintaan HIV

untuk

pemeriksan laboratorim dapat

dari luar rumah sakit atau dari fasilitas kesehatan

lainnya

dengan

alur

sebagai

berikut

:

a. iampel darah yang dikirim langsung ke Instalasi

Patologi Anatomi dengan

dilampiri

pengantar pemeriksaan HIV

b. keluarga pasien didampingi

petugas

pengirim

menyerahkan sampel ke rumah sakit

.. p.-..ik""an

membutuhkan

waktu kurang lebih 2

(dua)

jam ietelah

sampel diterima petugas laboratorium rumah

sakit

d. setelah naiit laai hasil dikirim ke Klinik VCT untuk

mengetahui status HIV sekaligus dilakukan

konseling

pasca/ post test

e.

hasil akan dibuka bersama dengan Konselor HIV

H

(12)

I

b.

tanggal

lahir

c. nomor

Register Nasional

HIV/AIDS {tgl lahir, bulan dan

4

huruf

nama pertarna)

d.

alamat dan nomor telepon

e.

factor resiko

tertular/pekerjaan

f.

hasil pemeriksaan (reaktif, non reaktif dan indeterminate)

g.

status pernikahan

(3) Pencatatan

dan

Registrasi

ditutup

setiap tanggal

25

(dua

puluh lima) tiap bulannya untuk dibuat pelaporan ke

Kementerian Kesehatan

dengan

menggunakan

SIHA (Sistem Informasi

HIV AIDS) yang meliputi:

a.

SIHA VCT

b.

SIHA penggunaan obat ARV

c.

SIHA pasien yang berkunjung ke

klinik

CST

d.

Kohort

(4) Pelaporan secara

rutin

dilaksanakan

tiap bulan mulai talggal

26 (dua

puluh

enam) sampai tanggal 5 (lima) bulan berikutnya

(5)

Evaluasi dan

Pelaporan

akan dilakukan oleh Tim

HIV/AIDS secara

rutin tiap akhir tahun

sebagai

bahan

evaluasi kegiatan pelayanan HIV

(6)

Bahan

evaluasi

juga digunakan dalam membuat

Perencanaan Program Kerja

untuk

tahun berikutnya.

Penyelenggaraan

(1)

Setiap rumah sakit harus melaksanakan

Program penatalaksanaan pasien HIV secara optimal

(2) Pelaksanan Program HIV/AIDS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan melalui pembentukan tim pelaksana

program

HIV/AIDS di rumah sakit

(3) Susunan

tim

sebagaimana dimaksud pada ayat (21

terdiri

atas :

a. klinisi

(dokter)

b.

konselor (Psikolog)

c.

keperawatan

d.

petugas farmasi (Instalasi Farmasi)

e.

staff Rekam Medis

f.

petugas laboratorium (lnstalasi Patologi Klinik)

(a) Tim pelaksana program HIV/AIDS mempunyai tugas dan fungsi :

a. membantu direktur dalam menetapkan kebijakan

tentang penatalaksanaan HIV/AIDS

b. membantu direktur dalam menetapkan Pedoman

dan Panduan penatalaksanaan HIV/AIDS

c. membantu direktur dalam pelaksanaan

penatalaksanaan HIV/AIDS

d. membantu direktur dalam mengawasi dan

mengevaluasi penatalaksanaan HIV/AIDS

e.

melakukan koordinasi baik interna,l maupun eksternal rumah sakit yang berkaitan dengan HIV/AIDS

f. melaporkan kegiatan pelaksanaan prograrn HIV/AIDS

ke direktur.

(13)

BAB

V

LOGISTIK A. Pengadaan Lembar Asesmen

Penggandaan

dari format

asesmen

disediakan oleh bagian

rumah tangga

rumah sakit

sedangkan

untuk pengrsulan dan

pengadaan

fomat asesmen dilaksanakan oleh Subag' Rumah

Tangga

berkoordinasi dengan Komite Keperawatan' Komite Medis' serta Sub' Bagian Rekam rekam medis rumah sakit'

Untuk

penyediaan

dan

penyimpanan

Format

Asesmen Pasien oleh bagian Rekam Medis'

B. Pengadaan

obat

ARV dan Reagen Rapid

Test

Pengadaan obat ARV

a'lr n""g""

Rapid Test disediakan oleh Dinas

Kesehatan Propinsi

'"*^ itrrt* melalui Dinas

Kesehatan

Kabupaten Purworejo' Penyediaan obat

di

"-rl'n sakit

oleh

Instalasi

Farmasi RS, sedangkan

"t*

penyimpanan Reagen Rapid Test oleh Instalasi Laboratorium RS'

(14)

BAB

VI

KESELAMATAN PASIEIT

1.

Penggunaan gelang pasien antara lain:

a.

Kuning

untuk

pasien resiko

jatuh b.

Merah digunakan

untuk

pasien alergi

c. Biru untuk

pasien

laki-laki

d.

Pink

untuk

pasien perempuan

e.

Ungu

untuk

pasien DNR

2.

Menyediakan

hand rubs di seluruh tempat

pelayanan

baik

rawat

jalan

maupun bangsal perawatan.

3. Menyediakan dan penggunaan alat pelindung diri (ApD)

baik masker,

apron maupun saftmg

tangan

diseluruh ruang

perawatan sesuai dengan kebutuhannya.

4.

Menyelenggarakan

pelatihan dan sosialisasi Cuci tangan

bagi

selurrrh

kar5rawan/pegawai

serta

pekerja

lain dilingkungan

rumah sakit.

5. Menyediakan tempat tidur pasien dengan tempat tidur

yang

terstandar (penghalang tempat tidur).

6.

Menyediakan pemakaian

restrain manu4l/mekanik serta

restrain

faprprakologi.

(15)

BAB

Vil

KESEL/\ME.TAN KER.,A

l'

Penyediaan APAR

di

setiap

unit

pelayanan serta sosiarisasi tatacara penggunaan bagi seluruh karyawan rumah sakit.

2. Membuat alur evakuasi pasien, pengunjung serta

kaqrawan

bilamala

ada bencana atam

baik

gempa

bumi maupun

kebakaran di rumah sakit.

3.

Menyediakan

titik

berkumpul atau tempat evakusai.

4.

Menyelenggarakan

imunisasi hepatitis

secara

gratis bagi

seluruh karyawan di rumah sakit.

5.

Menyediakan pengelolaan sampah medis dan non medis

6.

Menyediakan pengelolan limbah padat dan cair di rumah sakit'

(16)

BAB

VIII

PENGEITDALIATI MUTU

1.

Tim HIV/AIDS

mengkoordinasi

unit-unit lain untuk

melaksanakan review rekam medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

2. Tim HIV/AIDS

melaporkan

hasil

review

melalui

Komite Medis dan Komite Keperawatan

untuk dilakukan

analisa

dan di laporkan

ke direksi

untuk

menentukan saran mutu.

3. Tim HIV/AIDS

membuat program

kerja tahunan dan

melaporkan hasil kegiatan program Rekam Medis secara periodic.

(17)

BAB

IX

PENUTUP

Dalam melaksanakan kegiatan akan dibuat Program kerja

Tim

HIV/AIDS tahunan yang disusun

sebagai

acuan dalam

pelaksanaan penatalaksanaan kegiatan pasien

HIV/AIDS yang harus

dijalankan

sesuai dengan

Buku

Pedoman Penatalaksanaan

HIV/AIDS di

RSUD

Dr. Tjitrowardojo Purworejo.

Bahwa Pedoman Penata,laksanaan

ini

merupakan acuan

yang

harus dilaksanakan bersama dengan harapan semua program dapat berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan oleh

direktur'

Demikian Pedoman

Penatalaksanaan

Pasien HIV/AIDS ini

kami

susun, atas saran dan masukan demi kemajuan Tim HIV/AIDS sangat kami harapkan, atas kerjasamanya kami sampaikan'

DitetaPkan

di :

Purworelo

Pada

tanggal

:ZFebruari 2018

Direktur

RSU5 Or. Tjitrowardojo Purworejo

ARIFIN, M.Kes Utama Muda NrP.19580223 198510 1 002

f\r

/

Referensi

Dokumen terkait

The rules of language are abstract and do not exist in speech, but in the rules themselves.The role of language in the cognitive process of creativity is related to language functions..

However, to date, very little is known about the life-history of commercially important carp fish species; therefore, this study aimed to investigate the reproductive biology of the