Rumah tradisional Joglo dari Jawa tengah
KELOMPOK C:
ADIT JUNIXAL PUTRA 201945500261
SEPTIANINGSIH PURBAYANTI 201945500244
NOUVAL FIRDAUS WIJAYA 201945500249
ARIEL PAULO BRANCO DENNY 201945500291
DEWI WAHYU UTAMI 201845500116
DESKRIPSI
Joglo adalah rumah tradisional masyarakat Jawa, bangunan karya seni yang memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud seni bangunan kebudayaan tradisional. Rumah tradisional Jawa terbagi menjadi dua bagian, yakni rumah induk dan rumah tambahan.
Joglo merupakan kerangka bangunan utama terdiri atas saka guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang sanga (tumpang empat) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya.
Struktur tersebut sebagai penopang struktur utama rumah, juga tumpuan atap rumah agar atap rumah berbentuk pencu.
Istilah Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil filosofis bentuk sebuah gunung. Pada mulanya filosfis bentuk gunung tersebut diberi nama atap Tajug. Rumah Joglo memiliki 3 pintu utama, yaitu pintu utama di tengah, dan pintu lainnya di kedua sisi (kanan dan kiri) bawah. Tata letak pintu ini melambangkan kupu- kupu yang sedang berkembang dan berjuang di dalam sebuah keluarga besar. Filosofi dari pintu rumah yang ada di tengah adalah keterbukaan dan kedekatan antara penghuni rumah dengan tamu. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, gunung sering dipakai sebagai ide bentuk yang dituangkan dalam berbagai simbol, khususnya yang berkenaan dengan sesuatu yang sakral. Hal ini karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa. Rumah Joglo bukan sekedar pemahaman arsitektur bangunan, tetapi merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat. Kecintaan terhadap keindahan, serta sikap religius tercipta dalamnya.
Pada rumah joglo sistem struktur lateral nya yang berbeda dengan rumah tradisional jawa lainnya, perbedaan itu terletak pada struktur penahan gaya lateral melalui pembebanan pusat pada soko
guru(4 pilar) dan tumpeng sari dengan tujuan agar bangunan tersebut menjadi berat dan stabil bila terkena gaya lateral. Inti kekuatan struktur pada bentuk rumah joglo terdapat pada rong-rongan diperoleh dengan penerapan struktur rangka ruang dan struktur kombinasi ini dianggap sebagai
struktur core in frame. Tredapat 2 system struktur penahan secara lateral pada rumah tradisional jawa yaitu dengan ikatan balok-balokan (struktur
rangka portal ruang) rong rongan tumpangsari,
soko guru umpak dan pembebanan supaya rumah
joglo ini menjadi berat dan stabil . Podasi pada
rumah joglo sebagai penopang atau penumpu pada
kontruksi beban yang ada di atasnya agar beban
tersebut stabil dan tidak mengalami kerusakan
akibat gempa, bahan utama nya kayu, beton atau
batu alam dan tidak ditanam kedalam tanah, hal ini
cukup efektif untuk menahan gempa tapi beresiko
bisa berpindah tempat
Lantainya polos dan tidak bertekstur, biasanya penggunaan material granit, kayu atau hanya semen biasa.
Rumah joglo biasanya perpaduan warna oren, coklat dan kuning
Bukaan jendela dan pintu rumah pada rumah joglo dalam adaptasi yang kontemporer memiliki bukaan seperti pintu gebyog, namun yang
lebih orisinil dan autentik tidak memiliki dinding sehingga tak punya bukaan kusen. Jendela pada rumah joglo
dihiasi pada ukiran yang
lebih renggang dan
ukurannya besar besar
4 pilar ditengah menggambar symbol arah
mata angin
Bagian terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
1. Pendapa/Pendopo, terletak di depan rumah. Digunakan untuk aktivitas formal, seperti pertemuan, tempat pagelaran seni wayang kulit dan tari-tarian, serta upacara adat. Ruang ini menunjukkan sikap akrab dan terbuka.
2. Pringgitan, terletak antara pendapa dan rumah dalam (omah njero). Selain digunakan untuk jalan masuk, lorong juga kerap digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit.
Bentuk dari pringitan seperti serambi berbentuk tiga persegi dan menghadap ke arah pendopo.
3. Emperan adalah penghubung antara pringitan dan umah njero, sebagai teras depan.
Emperan digunakan untuk menerima tamu, tempat bersantai, dan kegiatan publik lainnya.
Pada emperan biasanya terdapat sepasang kursi kayu dan meja.
4. Omah dalem. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.
5. Senthong-kiwa. Berada di sebelah kiri dan terdiri dari beberapa ruangan. Ada yang berfungsi sebagai kamar tidur, gudang, tempat menyimpan persediaan makanan, dan lain sebagainya.
6. Senthong tengah. Sering juga disebut pedaringan, boma, atau krobongan. Sesuai dengan letaknya yang berada jauh di dalam rumah, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti harta keluarga atau pusaka semacam keris, dan lain sebagainya.
7. Senthong-tengen, fungsinya maupun pembagian ruangannya.
8. Gandhok merupakan bangunan tambahan yang letaknya mengitari sisi belakang dan samping bangunan inti.
Berdasarkan bentuk keseluruhan, tampilan dan bentuk rangka. Bangunan Joglo dapat dibedakan menjadi empat bagian:
• Muda (nom) : Joglo berbentuk memanjang dan meninggi.
• Tua (tuwa) : Joglo berbentuk pendek dan atapnya tidak tegak/rebah.
• Laki-laki (lanang) : Joglo kokoh, rangkanya tebal.
• Perempuan (wadon) : Joglo yang rangkanya tipis/pipih.