• Tidak ada hasil yang ditemukan

S y a m i l

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "S y a m i l"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI

(MIN) II MODEL SAMARINDA

Riswadi

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda Email: [email protected]

Abstract

This research aims to find out how professional teachers of Islamic religious education subjects in the MIN 2 Model Samarinda. This research uses an emics perspective, which is trying to understand, internalize, and describe the professional image of the teacher according to the phenomena and data, so it is also called the phenomenological fact. Data Collection techniques using observations, interviews and documentation, while the data analysis techniques to be used in this study, "descriptive analytic"

and in qualitative research generally began since data collection, data reduction, data presentation, and withdrawal of conclusions or verification. The results of the study is that the teacher is quite professional on the grounds that from the 11 indicators that are determined most have been able to be mastered/implemented well that is able to master the teaching materials, able to understand and interpret the results of educational research for the purposes of teaching, able to manage teaching programs, able to use the media and learning resources, able to plan teaching programs, able to manage the interaction of learning teaching, mastering various methods of teaching, able to recognize and organize the administration of the school (curriculum or learning Administration), able to assess the achievement of students for the sake of teaching as well as the ability to master the education foundations, ability to know the functions and services of guidance and counseling that can not recognize children who have special characteristics and ability to manage classes Thus, the learning evaluation of teachers has the ability to assess students ' achievements for the sake of teaching. In this case the teachers of the most specific special PAI class in MIN 2 Model Samarinda have been able to assess well the proven list of values, group books, and analysis of the results are organized neatly and document the governance.

Keyword: competency, teacher professional, PAI.

pISSN: 2339-1332, eISSN: 2477-0027 Volume 8, Nomor 1, Juni 2020

DOI: https://doi.org/10.21093/sy.v8i1.2447

(2)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profesionalitas guru rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam di MIN 2 Model Samarinda. Penelitian ini menggunakan perspektif emik, yaitu mencoba memahami, menghayati, dan memaparkan gambaran profesionalitas guru sesuai dengan fenomena dan data-data yang ada, sehingga disebut juga dengan fakta fenomenologis. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu “deskriptif analitik” dan dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian yaitu bahwa guru cukup profesional dengan alasan bahwa dari 11 indikator yang ditentukan sebagian besar telah mampu dikuasai/dilaksanakan dengan baik yakni mampu menguasai bahan pengajaran, mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran, mampu mengelola program belajar mengajar, mampu menggunakan media dan sumber belajar, mampu merencanakan program pengajaran, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, menguasai macam- macam metode mengajar, mampu mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah (administrasi kurikulum atau pembelajaran), mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran adapun yang belum dikuasai dengan baik adalah kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan, kemampuan mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan yakni belum dapat mengenali anak yang mempunyai ciri khusus serta kemampuan mengelola kelas yakni kurang kreatif dalam pengelolaan kelas. Sehingga secara kesluurhan evaluasi pembelajaran yakni guru memiliki kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dalam hal ini guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda telah mampu menilai dengan baik terbukti daftar nilai, buku kumpulan soal, dan analisis hasil belajarnya disusun secara rapi dan didokumentasikan bagian tata usaha.

Kata kunci: kompetensi, profesional guru, mata pelajaran PAI.

A. Pendahuluan

Perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah, merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan sekarang ini. Perubahan tersebut harus mendapat dukungan stakeholders, agar mencapai hasil yang optimal. Dengan dukungan tersebut tidak menutup kemungkinan hasil perubahannya mengarah kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kebijakan tersebut searah dengan otonomi daerah, dimana sebagian kewenangan pemerintah pusat diserahkan kepada daerah, termasuk juga dalam bidang pendidikan termasuk kurikulum yang berkaitan dengan revolusi industry 4.0. Revolusi industri 4.0 yang didahului dengan perkembangan teknologi informasi yang diyakini membawa generasi baru, yakni mereka yang disebut sebagai generasi digital native.1 Perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP dan ke Kurikulum 13 diharapkan mampu membuat pendidikan agama Islam lebih mampu membuat kualitas pendidikan agama lebih mampu

1 Reno Fernandes, “Relevansi Kurikulum 2013 Dengan Kebutuhan Peserta Didik Di Era Revolusi 4.0,”

Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education 6, no. 2 (December 31, 2019): 70–80, https://doi.org/10.24036/scs.v6i2.157.

(3)

melakukan perubahan di Indonesia. Selain mengubah moral siswa yang lebih baik, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan. Sesuai dengan tujuan perubahan kurikulum itu sendiri yang ingin meningkatkan kualitas siswa, baik kualitas intelektual, emosional dan spiritual.2 Pendekatan sosial-budaya juga penting dengan melibatkan sumber daya manusia yang kompeten termasuk guru sebagai pelaksana kurikulum.3 Teori governmentality Michel Foucault secara efektif menunjukkan wacana yang hanya menjadi medium mengantarkan kekuasaan. Kekuasaan justru akan semakin efektif jika berhasil menggerakkan serta mengarahkan individu-individu untuk bertingkah laku secara sukarela. Keadaan sebisa mungkin dibuat normal-normal saja, dengan begitu, akan tercipta masyarakat yang berdisiplin, taat regulasi, dan membatasi diri pada aturan-aturan yang telah diciptakan.

Kekuasaan bukan lagi sekadar mengontrol, ia bahkan didukung oleh individu-individu yang merasa menjadi bagian darinya, sehingga masing-masing dari mereka mengambil sikap etis terhadap persoalan-persoalan atau wacana-wacana yang dihadapi.4 Kurikulum didesain agar lahirnya manusia yang memiliki ilmu, karakter dan keterampilan (skill).5 Kurikulum Pendidikan agama Islam senantiasa mengalami perkembangan sebagaimana sifatnya yang berubah dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan meneruskan kebudayaan.6

Guru adalah faktor penting dalam implementasi kurikulum karena menerapkan kurikulum. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk mengimplementasikannya karena tanpanya kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat pendidikan. Dan sebaliknya belajar tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai panduan.7 Perubahan kebijakan itu tentunya harus diimbangi dengan sistem pendanaan yang cukup, agar pelaksanaan pendidikan secara umum maupun madrasah tidak mengalami kendala yang fatal. Mekanisme sosialisasi dan pemahaman kepada stakeholders senantiasa diperhatikan agar dalam pelaksanaannya dapat memenuhi harapan. MIN 2 Model Samarinda dalam penyelenggaraan pendidikannya sama seperti madrasah pada umumnya, yaitu disamping memberikan pendidikan umum yang setara dengan sekolah umum (Sekolah Dasar) juga menyelenggarakan pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam tersebut antara lain al Qur'an Hadis, Aqidah dan Akhlaq, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (rumpun mata

2Nur Hadi, “Analisis Kritis Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Indonesia Di Sekolah (SD, SMP, SMA, & SMK),” EL Bidayah: Journal of Islamic Elementary Education 1, no. 1 (March 1, 2019): 1–16, https://doi.org/10.33367/jiee.v1i1.671.

3 Akhmad Saufi and Hambali Hambali, “MENGGAGAS PERENCANAAN KURIKULUM MENUJU SEKOLAH UNGGUL,” AL-TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 1 (June 30, 2019):

29–54, https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v3i1.497.

4 Mohammad Ariandy, “Kebijakan Kurikulum dan Dinamika Penguatan Pendidikan Karakter di Indonesia,” Sukma: Jurnal Pendidikan 3, no. 2 (December 30, 2019): 137–68, https://doi.org/10.32533/03201.2019.

5 Agus Salim, “Kurikulum Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,” EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial 5, no. 2 (July 13, 2019), https://doi.org/10.30596/edutech.v5i2.3268.

6 Agus Setiawan, “Kajian Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Tinjauan Historis Sosiologi, Politis, ekonomis dan Manajemen Negara,” Darul Ulum: Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan 9, no. 2 (December 1, 2018): 253–275.

7 Uranus Zamili, “PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM,” JURNAL PIONIR 6, no. 2 (May 23, 2020), https://doi.org/10.36294/pionir.v6i2.1297.

(4)

pelajaran pendidikan agama Islam).8 Hal ini menuntut adanya dukungan dari semua pihak dalam penyelenggaraannya agar bisa berhasil secara optimal.

Berdasarkan pada data di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana profesionalitas guru pelajaran pendidikan agama Islam di MIN 2 Model Samarinda.

B. Literature Review

Islam senantiasa mengajarkan bahwa setiap pekerjaan haruslah dilandasi dengan kesungguhan, keikhlasan, dan etos kerja yang tinggi, apapun profesinya. Setiap pekerjaan apabila diniati untuk ibadah kepada Allah, insya Allah akan diridhoi-Nya. Islam juga menghendaki agar setiap pekerjaan yang dilakukan oleh umatnya senantiasa dilakukan dengan baik dan dilandasi oleh kemampuan dan keterampilan yang cukup, agar dalam pelaksanaannya serta hasil dari pekerjaan tersebut dapat bermanfaat bagi diri, keluarga dan orang lain. Dengan demikian umat Islam dituntut untuk selalu membekali diri, meningkatkan kualitas pribadi, dan terus menerus untuk belajar, agar menjadi hamba yang terampil dan berkemampuan yang mumpuni.

Begitu juga dengan pendidik merupakan profesi yang harus didukung dengan kompetensi yang cukup. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 tahun 2003 pada bab XI pasal 39 ayat 2 disebutkan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.9

Dengan beban yang cukup banyak tersebut pendidik juga harus memiliki kondisi fisik yang prima, agar dalam pelaksanaan tugas profesionalnya baik dari perencanaan pengajaran, pelaksanaan program pengajaran, bimbingan, evaluasi pengajaran, serta penelitian selalu senantiasa tampil prima. Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk mengembangkan profesionalisme guru melalui peningkatan kompetensi dan pedagogis. 10 Kompetensi profesional dan kepribadian berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Guru yang berkarakter harus cakap mengambil keputusan sekaligus mampu berperan aktif di sekolah dan bahkan di masyarakat.11 Guru yang berkinerja adalah hasil dari kemampuan intelektual dan emosional, sehingga refleksi adalah pengajaran yang benar.12 Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman mengajar dengan kompetensi professional.13Secara signifikan

8 Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Madrasah, (Jakarta: Direktorat Mapenda Depag RI, 2003), hal. 12.

9 Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, (Jakarta:Sinar Grafika,2003), hal. 20.

10 Nani Mulyani, “PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PADA MTsN 1 SERANG MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL DAN PEDAGOGIK,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan 5, no. 01 (June 28, 2019): 87–96, https://doi.org/10.32678/tarbawi.v5i01.1826.

11 Agus Setiawan, “Prinsip Pendidikan Karakter Dalam Islam: Studi Komparasi Pemikiran Al-Ghazali Dan Burhanuddin Al-Zarnuji,” Dinamika Ilmu 14, no. 1 (June 1, 2014): 1–12,

https://doi.org/10.21093/di.v14i1.4.

12 Andi Sopandi, “PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA GURU,” SCIENTIFIC JOURNAL OF REFLECTION : Economic, Accounting, Management and Business 2, no. 2 (April 1, 2019): 121–30, https://doi.org/10.37481/sjr.v2i2.58.

13 Destri Rahayu et al., “KORELASI ANTARA PENGALAMAN MENGAJAR DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 PALEMBANG,”

Jurnal PAI Raden Fatah 2, no. 2 (June 3, 2020): 183–201, https://doi.org/10.19109/pairf.v2i2.3734.

(5)

antara kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru dengan pengelolaan kelas.14 Pendalaman kompetensi profesional sangat penting untuk membekali guru secara teoretis.15 Dalam pengertian yang cukup sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa di mesjid, di surau/musholla, di rumah dan sebagainya.16 Disisi lain pengertian guru dalam ketentuan umum Undang-Undang Guru dijelaskan bahwa pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.17

Dalam literatur kependidikan Islam, pendidik biasa disebut sebagai berikut:18 a. Ustadz, yaitu seseorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesinya;

b. Mu’allim, bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan yang diajarkannya;

c. Murabbiy, guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya;

d. Mursyid, yaitu seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlak dan atau kepribadian kepada peserta didik;

e. Mudarris, guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan serta melatih keterampilan peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya;

f. Muaddih, guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas dimasa depan.

Sedangkan kata Profesional dapat diartikan sebagai sifat sesuatu yang berkenaan dengan profesi; penampilan dalam menjalankan jabatan sesuai dengan tuntutan profesi;

orang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tuntutan profesi.19 Profesi sendiri menurut Dr. Sikun Pribadi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.20

Menurut ketentuan umum dalam undang-undang guru dinyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

14 Nuryana Fitrianova, “Studi Korelasi Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi Profesional Guru Dengan Pengelolaan Kelas Di MIN 2 Ponorogo,” Southeast Asian Journal of Islamic Education Management 1, no. 1 (January 6, 2020): 51–59, https://doi.org/10.21154/sajiem.v1i1.7.

15 Andoyo Sastromiharjo et al., “MODEL PENDALAMAN UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA,” Seminar Internasional Riksa Bahasa, 2019, http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/961.

16 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 31.

17 Depdiknas, Undang-undang Guru dan Dosen Republik Indonesia, url. Laman Depdiknas, (Jakarta: Pusat

Data dan Informasi Depdiknas, 2005), hal. 1.

18 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 49-50.

19 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 262

20 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hal. 1-2.

(6)

penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.21

Prof. Dr. Sudarwan Danim mengartikan profesional adalah sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.22

Sebuah pekerjaan baru dapat dikategorikan profesional adalah apabila ia memiliki beberapa ciri pokok yaitu: pertama, pekerjaan tersebut dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal; kedua, pekerjaan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan masyarakat tersebut merasakan manfaatnya; ketiga, adanya organisasi profesi; keempat, mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai profesi; dan kelima, pemerintah yang melindungi profesi dengan undang-undang.23 Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.24

Sedangkan menurut T. Raka Joni yang dikutip oleh Nurdin dan Usman bahwa ciri keprofesian yang lazim dalam penerapannya dibidang pendidikan ada lima yaitu: pertama, profesi itu diakui oleh masyarakat dan pemerintah dengan layanan bidang tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi; kedua, memiliki sekumpulan ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik serta prosedur kerja unik itu; ketiga, memerlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang melaksanakan pekerjaan profesional; keempat, adanya mekanisme untuk melakukan penyaringan secara efektif, sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang dibolehkan bekerja memberikan layanan ahli yang dimaksud; kelima, diperlukan organisasi profesi.25

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa pengertian guru profesional adalah seseorang yang mengemban tugas untuk mendidik, melatih, membimbing, mengajar, menilai, dan menjadi teladan bagi peserta didik baik pada jalur pendidikan formal, non formal maupun informal dan dibekali ilmu pengetahuan yang cukup sehingga dalam menjalankan tugas tersebut mampu dan terampil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik serta bertanggung jawab. Profesi guru dituntut harus memliki kompetensi yang mumpuni dalam bidang kependidikan, karena guru adalah faktor utama dalam mendukung percepatan peningkatan mutu pendidikan. Dengan demikian guru harus memiliki keterampilan dan keahlian khusus agar pengelolaan pembelajaran dapat berhasil sesuai tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi guru berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Bab VI pasal 28 ayat 3 tentang standar pendidikan dan tenaga kependidikan meliputi:

a. Kompetensi pedagogik;

b. Kompetensi personal/kepribadian;

c. Kompetensi profesional; dan

21 Depdiknas, Op.Cit. hal. 2.

22 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga kependidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), hal. 23.

23 Oemar Hamalik, Op.Cit., hal. 5.

24 Syafruddin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), hal. 15.

25 Ibid., hal. 18-19.

(7)

d. Kompetensi sosial.26

Dari pernyataan di atas tentunya secara keseluruhan harus dipenuhi oleh calon guru maupun guru yang telah mengajar, dengan keempat kompetensi tersebut guru merupakan figur yang perlu diteladani tidak hanya peserta didik namun juga keluarga serta masyarakat.

Sedangkan menurut Gordon menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dikutip Mulyasa adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

b. Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

c. Kemampuan (skill); yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar peserta didik.

d. Nilai (value); yaitu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).

e. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap rangsangan yang dating dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya.

f. Minat (interest); yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.27

Profesi guru merupakan sosok yang menjadi teladan bagi murid maupun masyarakat, tentunya Guru harus memiliki sikap profesional terhadap peraturan perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pemimpin, dan pekerjaan.28

Dalam mengemban tugas profesinya guru harus memiliki kemampuan minimal yang dinyatakan oleh Syafrudin Nurdin, pertama, menguasai silabus atau RPP serta petunjuk pelaksanaannya, kedua, terampil menyusun program pengajaran, ketiga, terampil melaksanakan proses belajar mengajar, keempat, terampil dalam menilai hasil belajar siswa.29

Guru, utamanya berperan dalam mengembangkan materi standar dan membentuk kompetensi peserta didik. Sehubungan dengan itu, guru harus kreatif, profesional dan menyenangkan. Guru harus kreatif dalam memilih dan memilah, serta mengembangkan materi standar sebagai bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru harus profesional dalam membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik individual masing-masing.

Madrasah memiliki nilai tambah dibanding sekolah umum karena di madrasah memiliki kekhasan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cukup banyak, dengan harapan bahwa dengan banyaknya pembelajaran pendidikan Agama Islam ini dapat

26 Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial, Standar Nasional Pendidikan PP. No. 19 tahun 2005, cet. 2 (Jakarta: LeKDiS, 2005), hal. 27

27 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rosda Karya,

2003), hal. 38-39.

28 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Op. Cit., hal. 43.

29 Syafruddin dan M. Basyiruddin Usman, Op. Cit., hal. 78-79.

(8)

membekali peserta didik dalam perilaku keseharian yang dihiasi dengan nilai-nilai agama Islam.

Sesuai pedoman umum pendidikan agama Islam di madrasah, Rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam;

b.Tujuan PAI adalah untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt., berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memilki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari;

c.PAI sebagai sebuah program pembelajaran, yang diarahkan pada a. menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, b. menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu- ilmu lain yang diajarkan di madrasah, c. mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif, dan inovatif, dan d. menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat;

d.Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan penguasaan kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya;

e. Isi mata pelajaran PAI didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.

Disamping itu juga diperkaya hasil istinbath atau ijtihad para ulama;

f. Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah, dan akhlaq;

g.Out put program pembelajaran PAI di madrasah adalah terbentuknya peserta didik yang memilki akhlak mulia yang merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad Saw. di dunia ini.30

Rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam di madrasah merupakan mata pelajaran yang melandasi mata pelajaran umum lainnya, sehingga peserta didik dalam bertindak dan bersikap senantiasa merujuk pada nilai-nilai ajaran Agama Islam. Dengan demikian guru rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam harus dipersiapkan secara profesional agar tujuan dari kurikulum dapat tercapai.

Dalam memberikan materi Pendidikan Agama Islam tentunya harus memakai beberapa pendekatan, agar lebih bermakna dan berhasil dalam melaksanakan proses belajar mengajar antara lain:

a. Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini;

b. Pengamalan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan;

c. Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi;

d. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa;

30 Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di Madrasah, (Jakarta: Direktorat Mapenda, 2003), hal. 3-4.

(9)

e. Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al-Qur’an, Akhlak, Fiqih/ibadah dan tarikh), dari segi manfaatnya bagi peserta didik;

f. Keteladanan, menjadikan figur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik sebagai cermin manusia berkepribadian agama.31

Adapun kompetensi lulusan yang diharapkan dari rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah (MI) sebagai berikut:

a. Mengenal ajaran Agama Islam dan mewujudkannya dalam berperilaku sehari-hari;

b. Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan;

c. Berpikir secara logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media;

d. Menyenangi keindahan;

e. Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat;

f. Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.32 C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan perspektif emik, yaitu mencoba memahami, menghayati, dan memaparkan gambaran profesionalitas guru sesuai dengan fenomena dan data-data yang ada, sehingga disebut juga dengan fakta fenomenologis.33 Peneliti merupakan instrumen utama sekaligus pengumpul data dalam penelitian ini (sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif). Sedangkan instrumen selain manusia dapat pula digunakan, namun fungsinya sebagai pendukung tugas penelitian.

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah indikator profesionalitas guru rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam di MIN 2 Model Samarinda yakni:

1. Konsep dan Materi Kurikulum (Kemampuan menguasai bahan pengajaran, kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan, kemampuan memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran); 2. Kegiatan Belajar Mengajar (kemampuan mengelola program belajar mengajar, memampuan mengelola kelas, kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, merencanakan program pengajaran, mengelola interaksi belajar mengajar, menguasai macam-macam metode mengajar, kemampuan mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan, kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah (administrasi kurikulum atau pembelajaran); 3. Evaluasi Pembelajaran yaitu kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah guru rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam, dan Tata Usaha.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, yaitu sejak kegiatan pengumpulan data sampai meninggalkan lapangan. Penelitian kualitatif memungkinkan dilakukannya analisis data pada waktu peneliti berada di lapangan maupun setelah kembali dari lapangan penelitian, namun peneliti dalam melakukan uji validitas data menggunakan triangulasi data34 (cek, ricek dan kroscek) agar

31 Abdul Majid dan Dian Handayani, Op. Cit., hal. 86-87.

32 Departemen Agama RI., Kurikulum 2004 "Kerangka Dasar dan Struktur, (Jakarta: Dirjen Bagais, 2004), hal. 10.

33 Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, (Malang: Yayasan Asah Asih Asuh, 1990), hal. 20.

34 Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Rosda Karya, 2001), hal. 115.

(10)

data tersebut benar-benar valid. Kemudian setelah itu baru dianalisis. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu “deskriptif analitik” dan dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

D. Hasil Penelitian dan Diskusi Hasil Penelitian

Untuk mewujudkan tuntutan dari kompetensi guru dalam kurikulum 2013 tersebut tentunya harus didukung oleh profesionalitas guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran yang diinginkan. Terlebih lagi untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), sudah seharusnya mendapat dukungan serius untuk mengajarkan kepada peserta didik.

Sebab mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ini merupakan nilai ajaran yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu profesionalitas guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam harus diutamakan dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar, agar output maupun outcome dari mata pelajaran PAI dapat bermanfaat bagi sesama dan masyarakat pada umumnya. Adapun profesionalitas guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang harus dimiliki MIN 2 Model Samarinda antara lain dalam aspek konesp dan materi/isi kurikulum meliputi kemampuan menguasai bahan pengajaran, kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan, dan kemampuan memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Kemudian pada aspek kegiatan belajar mengajar meliputi kemampuan mengelola program belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas, kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, merencakan program pengajaran, mengelola interaksi belajar mengajar, menguasai metode mengajar, kemampuan mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan, serta kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah (adminitsrasi kurikulum/pembelajaran). Sedangkan pada aspek evaluasi pembelajaran yakni kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

1. Kemampuan menguasai bahan pengajaran

Kemampuan penguasaan bahan pengajaran ini mencakup 2 hal yakni menguasai materi pokok (sesuai dengan kurikulum mata pelajaran) dan materi pengayaan atau pelengkap. Materi pokok tersebut adalah inisiatif guru dalam memberikan pengayaan kepada peserta didiknya.

Berdasarkan hasil observasi dengan guru Aqidah Akhlak, Fiqih, al Qur’an Hadis, dan Sejarah Kebudayaan Islam bahwa guru tersebut dalam menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada dan tidak ada yang menyimpang. Kemudian dalam penyampaian materi guru telah mampu menjelaskan tanpa buku, penyampaian yang sistematis dan bahasanya juga jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. Namun untuk materi pengayaan atau pelengkap tidak semua guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melakukan itu, yaitu al Qur’an Hadis. Pada materi selain al Qur’an Hadis yakni SKI, Fiqih, Aqidah Akhlak dalam memberikan contoh selalu untuk mengembangkan materi yang terkait, kemudian tidak hanya berpegangan satu buku, dan melakukan pembelajaran secara kontekstual.35

2. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan

35 Hasil Observasi dan diperdalam wawancara dengan Shalihiah, S.Ag., Kepala Madrasah MIN 2 Model Samarinda, Tanggal 9 Januari 2006.

(11)

Penguasaan landasan-landasan pendidikan ini meliputi pengkajian terhadap kegiatan pengajaran yang mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan nasional meliputi landasan filosofis, sosial budaya dan psikologis. Hasil wawancara dengan guru rumpun mata pelajaran PAI bahwa selama ini tidak pernah melakukan pengkajian terhadap kegiatan pengajaran yang penting mengajar sesuai kurikulum yang ada. Secara keseluruhan guru rumpun PAI ini tidak memperhatikan landasan-landasan kependidikan baik filosofis, sosial budaya dan psikologis.

Kegiatan yang dilakukan tidak mempertimbangkan landasan kependidikan. Alasan yang muncul karena terbatasnya waktu.36

3. Kemampuan memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

Dalam hal pemahaman dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran dimaksud adalah memahami laporan penelitian sederhana baik yang dihasilkan oleh calon mahasiswa, jurnal penelitian dan lain-lain. Kemudian juga guru yang bersangkutan menyelenggarakan penelitian tindakan kelas agar dapat diketahui kelemahan dalam pembelajaran sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat digunakan untuk perbaikan pengajaran. Masalah penelitian juga belum diperhatikan oleh guru rumpun mata pelajaran PAI, sudah banyak yang meneliti di madarasah ini namun hasil penelitiannya tidak pernah diminta untuk memberikan masukan kepada perbaikan pengajaran, namun untuk Aqidah Akhlak dan Fiqih telah melakukan penelitian tindakan kelas secara sederhana kemudian juga membaca hasil-hasil penelitian pendidikan di sekolah lain, baru di ujicobakan di MIN 2 Model Samarinda. Akan tetapi untuk mata pelajaran al Qur’an Hadis dan SKI belum pernah melakukan dan membaca hasil penelitian juga belum pernah sehingga pembelajarannya sesuai sepengetahuan yang bersangkutan.37

4. Kemampuan mengelola program belajar mengajar

Untuk kemampuan dalam mengelola program belajar mengajar ini guru dituntut untuk dapat mengenal dan memakai beberapa metode mengajar, memilih materi yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, dan merencanakan evaluasi pembelajaran.

Hasil wawancara dengan guru rumpun mata pelajaran PAI bahwa dalam perencanaan pembelajaran selalu menyesuaikan antara kemampuan siswa maupun waktu dengan metode yang akan dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran. Dari masing-masing guru dalam merencanakan metode belajar lebih dari 2 dalam satu pertemuan, terkadang ketika ada kendala pada saat pembelajaran guru langsung secara proaktif mengganti metode yang disesuaikan dengan kondisi siswa saat itu. Hanya saja untuk mata pelajaran SKI dan al Qur’an Hadis dalam perencanaan program pengajaran setiap kelas disamakan padahal kondisi siswa bervariasi. Disisi lain guru dalam memilih materi juga menyesuaikan dengan kurikulum yang dipakai, terlihat bahwa buku pegangan guru tidak hanya satu, tetapi ada beberapa buku ditambah sumber belajar lainnya. Untuk mengenali kemampuan anak didik secara keseluruhan guru rumpun mata pelajaran PAI merasa kesulitan karena menjadi guru bidang studi terlalu banyak siswa yang diasuh, namun upaya yang dilakukan untuk mengenalinya disamping melalui kegiatan pembelajaran guru juga menyempatkan diri pada saat jam

36 Hasil wawancara dengan Guru Rumpun Mata Pelajaran PAI yakni Nurjannah (guru al Qur,an Hadis), Husin Kadrie (guru SKI), Abdul Nasir (guru Aqidah Akhlak) dan Yusri (guru Fiqih), tanggal 10 Januari 2006 dan diperkuat wawancara dengan Shalihiah Kepala Madrasah MIN 2 Model Samarinda, tanggal 9 Januari 2006.

37 Ibid.

(12)

istirahat. Dalam hal perencanaan pembelajaran remedial semua guru telah menetapkan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) sehingga ketika siswa mendapatkan nilai di bawah SKBM guru yang bersangkutan melaksanakan pembelajaran remedial dengan pola masing-masing mata pelajaran yang bervariatif.38

5. Kemampuan mengelola kelas

Kemampuan pengelolaan kelas yang dimaksud disini adalah dalam pengaturan tata ruang kelas dalam rangka belajar aktif serta menciptakan iklim pembelajaran yang efektif.

Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif tersebut kaitannya dengan pengelolaan kelas adalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, pembentukan organisasi kelas, dan pengelompokan anak didik.

Observasi peneliti pada saat pembelajaran berlangsung khususnya guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda menunjukan bahwa untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak selama ini hanya melaksanakan pembelajaran di dalam kelas saja, karena masjid yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh guru tetapi dapat teguran dari pengurus tidak boleh untuk belajar. Namun semua guru rumpun mata pelajaran PAI selalu mengatur tempat duduk sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan tidak melarang siswa untuk berpindah-pindah tempat duduk. Dalam hal pengaturan alat-alat pengajaran hasil observasi menunjukan bahwa semua guru rumpun mata pelajaran PAI selalu meletakan dan menempatkan sesuai tempat yang disediakan dengan melibatkan siswa. Dan nampak bahwa setiap kelas yang diasuhnya selalu terjaga kebersihan dan keindahannya kemudian juga telah dibentuk organisasi masing-masing kelas. Pada saat pembelajaran untuk kerja kelompok, guru membagi kelompok didasarkan atas pertimbangan waktu, kecepatan, sifat dari kelompok tersebut kemudian berdasarkan kesenangan berkawan siswa, kemampuan siswa serta minat siswa dan kadang-kadang guru memberikan toleransi untuk menyerahkan kepada siswa agar mengelompok dengan sendirinya.39

6. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar

Kemampuan penggunaan media dan sumber belajar, guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan media secara tepat, membuat alat bantu pelajaran walaupun sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar serta dapat memanfaatkan sumber belajar lainnya guna menciptakan pembelajaran yang bermakna.

Secara keseluruhan guru rumpun mata pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda mengeluh bahwa tidak ada tersedianya media pembelajaran untuk pelajaran Agama, padahal kurikulum menuntut agar belajar itu menarik dan menyenangkan. Namun guru Fiqih, Aqidah Akhlak dan al Qur’an Hadis terkadang masih membuat alat peraga sendiri dan khusus Fiqih melakukan praktek sholat di masjid di samping madrasah. Tetapi untuk mata pelajaran SKI tidak pernah sama sekali memanfaatkan media belajar yang telah disediakan, sehingga monoton untuk memberikan pelajaran dengan ceramah atau tanya jawab. Disisi lain guru rumpun mata pelajaran PAI juga beranggapan bahwa laboratorium komputer yang tersedia hanya digunakan untuk mendukung pembelajaran Teknologi Informasi dan Komputer, dan televisi yang tersedia juga tidak pernah dipakai alasannya tidak ada kaset CD untuk belajar.

38 Hasil wawancara dengan guru rumpun mata pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 10 Januari 2006.

39 Hasil Observasi dengan guru Rumpun Mata Pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 9 – 27 Januari 2006.

(13)

Media yang ada akan semakin memudahkan para guru untuk mendesain atau merancang media pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran.40

Perpustakaan MIN 2 Model Samarinda menurut guru PAI masih kekurangan koleksi dan kadang-kadang saja siswa diajak ke perpustakaan.41

7. Merencanakan program pengajaran

Merencanakan program pengajaran meliputi penyusunan silabus pelajaran, penyusunan program tahunan, penyusunan program semester dan penyusunan rencana pembelajaran. Dan di evaluasi oleh kepala kepala sekolah bersama wakil kepala madrasah bidang kurikulum dan dikonsultasikan kepada dinas terkait. Dan setelah pelatihan selesai guru sudah terbiasa membuat perencanaan pembelajaran sehingga sampai saat ini guru apabila akan mengajar selalu membuat perencanaan yang ditanda tangani oleh kepala madrasah.42 8. Mengelola interaksi belajar mengajar

Pengelolaan interaksi belajar mengajar meliputi penguasaan keterampilan dasar mengajar dan penggunaannya (keterampilan memberikan penguatan, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan keterampilan mengelola kelas) serta dapat mengatur siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Hasil observasi dengan guru rumpun mata pelajaran PAI bahwa semua guru telah memiliki kemampuan dasar mengajar dengan baik hanya saja guru SKI dan al Qur’an Hadis terkadang bahasanya tidak dapat dimengerti oleh siswa karena dialek Banjar masih sangat kental. Dan guru fiqih dan Akidah Akhlak dalam pengaturan siswa saat kegiatan belajar mengajar telah adanya kesepakatan antara siswa dengan guru, kemudian dijelaskan juga tata tertib serta hukuman dan penghargaan di kelas. Namun untuk guru SKI dan al Qur’an Hadis tidak melakukan hal serupa.43

9. Menguasai macam-macam metode mengajar

Penguasaan macam-macam metode mengajar ini meliputi memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran kemudian mampu memperagakannya. Dalam hal penguasaan macam-macam metode mengajar, guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda telah memahami dan menguasai terbukti bahwa ketika siswa sudah merasa bosan guru langsung proaktif mengganti dengan metode lain, tetapi dengan mengacu kepada tujuan pembelajaran yang diasuhnya. Namun khusus mata pelajaran al Qur’an Hadis dan SKI metode yang kerap dipakai adalah ceramah, tanya jawab, dan hafalan. Guru SKI dan al Qur’an Hadis merasa kesulitan karena indikator yang ada dalam kurikulum menghendaki demikian.44

40 Agus Setiawan, “Merancang Media Pembelajaran PAI di Sekolah (Analisis Implementasi Media Pembelajaran Berbasis PAI),” Darul Ulum: Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan, December 1, 2019, 223–240.

41 Ibid.

42 Hasil Dokumentasi dengan guru rumpun mata pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 13 Januari 2006, dan dibenarkan pernyataan Shalihiah, Kepala Madrasah MIN 2 Model Samarinda, Tanggal 9 Januari 2006.

43 Hasil Observasi dengan guru Rumpun Mata Pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 9 – 27 Januari 2006.

44 Hasil Observasi dengan guru Rumpun Mata Pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 9 – 27 Januari 2006.

(14)

10. Kemampuan mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan

Kemampuan mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan ini meliputi melakukan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan membimbing siswa yang memiliki ciri khusus (berkelainan dan berbakat khusus). Dalam hal ini MIN 2 Model Samarinda karena tidak ada tenaga khusus Bimbingan Penyuluhan (BP) maka guru sekaligus menjadi BP oleh karena itu para guru rumpun mata pelajaran PAI telah melakukan bimbingan apabila ada anak yang kesulitan dalam belajar. Bimbingan tersebut dilakukan pada saat penugasan, jam istirahat, atau waktu khusus untuk membimbing anak tersebut. Kemudian dalam hal penanganan anak yang bermasalah semua komponen madrasah telah bersepakat untuk diselesaikan dengan walikelas, wakil kepala bidang kesiswaan dan kepala madrasah dengan pemanggilan orang tua siswa. Untuk siswa yang memiliki ciri khusus pihak madrasah maupun guru PAI belum memperhatikan secara serius.45 11. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah (administrasi

kurikulum/pembelajaran).

Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah khususnya administrasi kurikulum/pembelajaran meliputi dokumen kurikulum setiap mata pelajaran, daftar hadir siswa, buku pegangan guru dan siswa, buku batas pengajaran serta buku program perbaikan dan pengayaan. Hasil dokumentasi yang dikumpulkan bahwa guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda telah memiliki kurikulum masing-masing mata pelajaran yang dijabarkan menjadi silabus dan program lainnya, kemudian daftar hadir juga telah terisi dengan baik, guru dan siswa telah memiliki buku pegangan untuk siswa satu tetapi untuk guru lebih dari satu. Dan guru PAI juga memiliki buku batas pengajaran serta buku perbaikan dan pengayaan yang disusun secara rapi.46

Evaluasi Pembelajaran yakni kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Untuk evaluasi pembelajaran yaitu kemampuan menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran ini meliputi dokumen buku daftar nilai, buku kumpulan soal-soal tes dan buku analisis hasil belajar siswa. Hasil dokumentasi bahwa daftar nilai, buku kumpulan soal maupun analisisnya tersusun rapi dan di dokumenkan oleh bagian tata usaha pertahun.47 Berdasarkan wawancara dengan guru rumpun mata pelajaran PAI bahwa bantuan PPTK tersebut positif karena ada tambahan ilmu pengetahuan dan secara teknis dapat menyusun program sesuai tugasnya masing-masing. Para guru berharap bantuan tersebut dapat diberikan lagi pada tahun berikutnya. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan kepala madrasah yang belum berjalan saat ini adalah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).48

45 Hasil wawancara dengan Nurjannah, Yusri, Abdul Nasir dan Husin tanggal 10 Januari 2006 dan diperkuat oleh Shalihiah, Kepala MIN 2 Model Samarinda tanggal 9 Januari 2006.

46 Hasil Dokumentasi dengan guru rumpun mata pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 13 Januari 2006, dan dibenarkan pernyataan Shalihiah, Kepala Madrasah MIN 2 Model Samarinda, Tanggal 9 Januari 2006.

47 Hasil Dokumentasi dengan guru rumpun mata pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 13 Januari 2006, dan di kuatkan Rosalina, Kepala Tata Usaha MIN 2 Model Samarinda tanggal 13 Januari 2006.

48 Hasil Dokumentasi dengan guru rumpun mata pelajaran PAI MIN 2 Model Samarinda, tanggal 13 Januari 2006 dan Kepala MIN 2 Model Samarinda Tanggal 9 Januari 2006.

(15)

Diskusi

Untuk melihat profesionalitas guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN 2 Model Samarinda secara rinci penulis analisis berdasarkan indikator yang telah ditentukan dan hasil penelitian sebagai berikut:

Guru Aqidah Akhlak, Fiqih, al Qur’an Hadis, dan Sejarah Kebudayaan Islam MIN 2 Model Samarinda telah menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada dan tidak ada yang menyimpang, dengan dibuktikan dokumen kurikulum yang ada kemudian disusun dalam silabus dan program pengajaran. Dalam penyampaian materi guru telah mampu menjelaskan tanpa buku, penyampaian yang sistematis dan bahasanya juga jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. Namun untuk materi pengayaan atau pelengkap tidak semua guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melakukan itu, yaitu al Qur’an Hadis. Pada materi selain al Qur’an Hadis yakni SKI, Fiqih, Aqidah Akhlak dalam memberikan contoh selalu untuk mengembangkan materi yang terkait, kemudian tidak hanya berpegangan satu buku, dan melakukan pembelajaran secara kontekstual. Kemampuan guru menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran pendidikan itu sangat diperlukan untuk mewujudkan proses pembelajaran lebih aktif.49Terutama dalam mata pelajaran Qur’an Hadis. Ada upaya guru mata pelajaran tersebut untuk meningkatkan kemampuan menghafal ayat-ayat Al-Qur'an50

Dari penelitian ini dapat dilihat hasil-hasil penelitian yaitu: 1) strategi guru dalam meningkatkan motivasi intrinsik siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan memeberikan reward berupa pujian atau ucapan terimakasih kepada siswa. 2) strategi guru dalam meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa dengan menggunakan media bervariasi sesuai materi.51

Khusus untuk guru mata pelajaran al Qur’an Hadis yang belum melakukan pengayaan dalam pemberian materi ada beberapa kemungkinan antara lain, masih belum terkuasainya seluruh kompetensi yang ada dalam kurikulum, yang disebabkan oleh kemampuan anak yang rendah dalam penguasaan materi al Qur’an Hadis. namun upaya guru al Qur’an Hadis untuk membimbing secara individual, agar siswa dapat membaca al Qur’an dengan baik sudah dilakukan dan guru yang bersangkutan telah memberikan motivasi kepada anak agar di rumah dapat mempelajari kembali bersama orang tuanya di rumah.

a. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan

Landasan kependidikan merupakan pijakan dasar bagi guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran agar isi dari pembelajaran tersebut sudah dapat mengarah kepada tujuan pendidikan pendidikan nasional. Guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda selama ini tidak pernah melakukan pengkajian terhadap kegiatan pengajaran yang penting mengajar sesuai kurikulum yang ada. Secara keseluruhan guru rumpun PAI ini tidak memperhatikan landasan-landasan kependidikan baik secara filosofis, sosial budaya dan psikologis. Alasan yang muncul karena terbatasnya waktu.

49 Rahmad Fauzi Lubis, “Kemampuan Guru Menarik Perhatian Siswa Dalam Proses Pembelajaran,” Al- Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan 16, no. 1 (June 24, 2019): 152–175.

50 Irhamna, “Peran Dan Kontribusi Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist Untuk Meningkatkan Kemampuan Menghafal Ayat-Ayat Al-Qur’an Pada Siswa Kelas VI Di MI Darussalam Kota Bengkulu 2018/2019,” GHAITSA : Islamic Education Journal 1, no. 1 (January 30, 2020): 9–14.

51 SITI KHUSNUL KHOTIMAH, “STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MI THORIQUL HUDA KROMASAN TULUNGAGUNG” (Skripsi, IAIN Tulungagung, 2019), https://doi.org/10/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.

(16)

Dari empat guru rumpun PAI di MTs Muhammadiyah 10 Gembong Bojongsari Purbalingga, sudah memiliki kemampuan paedagogik yang baik. Mereka mampu menangani masalah yang terkait dengan peserta didik, proses pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan juga penilaian hasil belajar.52Guru profesional menekankan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan, kemampuan guru untuk merancang strategi, dan kemampuan guru untuk mengimplementasikan pembelajaran mereka.53 Motivasi dan karakteristik guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, memberikan kontribusi yang berarti terhadap kinerja guru.54

Dengan kenyataan itu maka pembelajaran yang dilakukan apa adanya, karena landasan pendidikan tidak dikuasai oleh guru. Padahal landasan pendidikan secara filosofis, psikologis, sosial budaya, apabila dikuasai akan bermakna dalam pembelajaran dan guru selalu mengutamakan peserta didik, agar berhasil dalam pembelajaran. Oleh karena menurut penulis, guru PAI di MIN 2 Model Samarinda tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengkaji setiap kompetensi dasar yang ada karena banyak jam mengajar, kemudian kurang aktifnya guru dalam menelaah referensi pendidikan untuk peningkatan kualitas pengajaran serta tidak adanya upaya dari kepala sekolah untuk mengarahkan guru dalam melaksanakan tugasnya.

b. Kemampuan memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

Dalam hal ini guru rumpun mata pelajaran PAI, tidak terlalu memperhatikan penelitian yang dilaksanakan di madrasah, padahal sudah banyak yang meneliti di madarasah ini namun hasil penelitiannya tidak pernah diminta untuk memberikan masukan kepada perbaikan pengajaran, namun untuk Aqidah Akhlak dan Fiqih telah melakukan penelitian tindakan kelas secara sederhana kemudian juga membaca hasil- hasil penelitian pendidikan di sekolah lain, baru di ujicobakan di MIN 2 Model Samarinda. Akan tetapi untuk mata pelajaran al Qur’an Hadis dan SKI belum pernah melakukan dan membaca hasil penelitian, sehingga pembelajarannya sesuai sepengetahuan yang bersangkutan. Pengawasan klinis oleh pengawas sekolah telah terbukti efektif sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru55

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

52 Mei Triana Putri, “KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU RUMPUN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 10 GEMBONG BOJONGSARI PURBALINGGA” (skripsi, IAIN, 2019), http://repository.iainpurwokerto.ac.id/6726/.

53 Suyati Suyati, “MENINGKATKAN PERANAN GURU PROFESIONAL DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0,” PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 12, no. 01 (March 8, 2019), https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2656.

54 Ali Mashari, “Kontribusi Motivasi Dan Karakteristik Guru Terhadap Kinerja Guru Di SMP Maarif Metro Lampung,” AHSANTA JURNAL PENDIDIKAN 5, no. 2 (September 6, 2019): 1–10, https://doi.org/10.2503/ajp.v5i2.10.

55 Asma Is Babuta and Abdul Rahmat, “PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGODIK GURU MELALUI PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DENGAN TEKNIK KELOMPOK,” AL-TANZIM:

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 1 (June 30, 2019): 1–28, https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v3i1.496.

(17)

menyusun RPP.56 Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa lokakarya dapat meningkatkan kemampuan guru MTs Nurul Hasanah dalam mengembangkan RPP Berbasis KPS.57 Berkaitan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan seharusnya pihak peneliti memberikan laporan kepada madrasah dengan cara pertemuan atau sekedar laporannya saja sehingga hasilnya tersebut dapat dibaca oleh guru dimadrasah bersangkutan. Kemudian untuk guru al Qur’an Hadis dan SKI belum pernah melakukan dan membaca hasil penelitian disebabkan tingkat pendidikannya rendah dan tidak ada upaya dari guru yang bersangkutan untuk meningkatkan kualitas diri. Dan guru yang bersangkutan tidak pernah mencari ke perpustakaan, toko buku atau internet.

c. Kemampuan mengelola program belajar mengajar

Guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda dalam perencanaan pembelajaran selalu menyesuaikan antara kemampuan siswa maupun waktu dengan metode yang akan dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran. Dari masing-masing guru dalam merencanakan metode belajar lebih dari 2 dalam satu pertemuan, terkadang ketika ada kendala pada saat pembelajaran guru langsung secara proaktif mengganti metode yang disesuaikan dengan kondisi siswa saat itu.

Hanya saja untuk mata pelajaran SKI dan al Qur’an Hadis dalam perencanaan program pengajaran setiap kelas disamakan padahal kondisi siswa bervariasi. Guru harus benar-benar terampil dan kompeten dalam menyusun perencanaan pembelajaran sehingga peserta didik benar-benar belajar dan belajar benar-benar.58 Bagaimanapun baik dan sempurnanya materi pendidikan Islam tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam menstransformasikannya.59

Disisi lain guru dalam memilih materi juga menyesuaikan dengan kurikulum yang dipakai, terlihat bahwa buku pegangan guru tidak hanya satu, tetapi ada beberapa buku ditambah sumber belajar lainnya. Untuk mengenali kemampuan anak didik secara keseluruhan guru rumpun mata pelajaran PAI merasa kesulitan karena menjadi guru bidang studi terlalu banyak siswa yang diasuh, namun upaya yang dilakukan untuk mengenalinya disamping melalui kegiatan pembelajaran guru juga menyempatkan diri pada saat jam istirahat. Dalam hal perencanaan pembelajaran remedial semua guru telah menetapkan standar ketuntasan belajar minimal (SKBM), sehingga ketika siswa mendapatkan nilai di bawah SKBM guru yang bersangkutan melaksanakan pembelajaran remedial dengan pola masing-masing mata pelajaran yang bervariatif.

56 Supriatna, “UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK,” Jurnal Edukasindo 4, no. 2 (June 2, 2019): 56–68.

57 Syukur Syukur, “Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPP Berbasis PPK Melalui Workshop Di MTs Nurul Hasanah, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis,” Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Vokasi (JP2V) 1, no. 2 (June 27, 2020), https://doi.org/10.32672/jp2v.v1i2.2041.

58 Agung Suswanto, “KEMAMPUAN KEMAMPUAN MENGELOLA PROGRAM BELAJAR MENGAJAR (Suatu Konsep Teoritis Dalam Pembentukan Guru Profesional),” Murabbi 3, no. 1 (April 8, 2020), https://ejournal.stitalhikmah-tt.ac.id/index.php/murabbi/article/view/63.

59 Agus Setiawan and Eko Kurniawanto, “Metode Pendidikan Islam Masa Kini Dalam Keluarga Perspektif Abdullah Nashih Ulwan,” EDUCASIA 1, no. 2 (2016): 137–154.

(18)

d. Kemampuan mengelola kelas

Pada saat pembelajaran berlangsung khususnya guru rumpun mata pelajaran PAI di MIN 2 Model Samarinda menunjukan bahwa untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak selama ini hanya melaksanakan pembelajaran di dalam kelas saja, karena masjid yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh guru tetapi dapat teguran dari pengurus tidak boleh untuk belajar. Namun semua guru rumpun mata pelajaran PAI selalu mengatur tempat duduk sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan tidak melarang siswa untuk berpindah-pindah tempat duduk. Dalam hal pengaturan alat- alat pengajaran menunjukan bahwa semua guru rumpun mata pelajaran PAI selalu meletakan dan menempatkan sesuai tempat yang disediakan dengan melibatkan siswa. Dan nampak bahwa setiap kelas yang diasuhnya selalu terjaga kebersihan dan keindahannya kemudian juga telah dibentuk organisasi masing-masing kelas. Pada saat pembelajaran untuk kerja kelompok, guru membagi kelompok didasarkan atas pertimbangan waktu, kecepatan, sifat dari kelompok tersebut kemudian berdasarkan kesenangan berkawan siswa, kemampuan siswa serta minat siswa dan kadang-kadang guru memberikan toleransi untuk menyerahkan kepada siswa agar mengelompok dengan sendirinya. Ada empat aturan yang harus dipatuhi dalam empat aturan dasar pembelajaran. Keempat aturan membawa mereka masuk, pergi bersama, berjalan bersama, dan menghormati.60

Mencermati pembelajaran Aqidah Akhlak yang seharusnya dapat dilaksanakan diluar kelas baik dihalaman masjid, diajak ke panti asuhan atau tempat yang menunjang pembelajaran mata pelajaran tersebut namun gurunya tidak melakukan hal demikian, oleh karena itu faktor yang menyebabkan antara lain kurang proaktifnya guru untuk mengkoordinasikan dengan pimpinan agar dapat di lakukan upaya pendekatan kepada pihak pengurus masjid, kemudian kurangnya pendanaan untuk membawa anak keluar lingkungan madrasah serta minimnya sarana penunjang pembelajaran.

e. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar

Pendidikan 4.0 saat ini menuntut guru menguasai teknologi untuk diintegrasikan dalam proses pembelajaran61 Guru Mata Pelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan memperbanyak variasi metode pembelajaran dalam penyusunan skenario pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran.62 Media yang ada akan semakin memudahkan para guru untuk mendesain atau merancang media pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran.

60 Arief Ardiansyah, “EMPAT ATURAN MANAJEMEN KELAS UNTUK PERILAKU GURU EFEKTIF DI MADRASAH,” Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 2 (January 30, 2019): 88–96.

61 Mukti Sintawati and Fitri Indriani, “PENTINGNYA TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPACK) GURU DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0,” PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAGELARAN PENDIDIKAN DASAR NASIONAL (PPDN) 2019 1, no. 1 (December 1, 2019): 417–422.

62 Sri Wahyuni Puji Wiyati, “Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Melalui Diskusi Mgmp Di SMP Negeri 1 Punung Kabupaten Pacitan,” Jurnal Refleksi Pembelajaran (JRP) 4, no. 1 (February 28, 2019): 32–41.

(19)

Untuk menghindari hal tersebut, guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber pelajaran63 Dalam hal ini pihak guru seharusnya membawa keluhan tersebut dalam forum rapat madrasah, agar keluhan tersebut dapat terselesaikan. Kemudian pihak pimpinan madrasah juga belum proaktif memikirkan guru dalam menunjang pembelajaran, seyogyanya harus dianggarkan agar media dan sumber belajar dapat diadakan. Faktor lain juga dapat diakibatkan oleh overload pekerjaan guru, sehingga untuk membuat alat peraga tidak sempat. Khusus guru SKI seharusnya dapat memanfaatkan televisi yang ada untuk memutarkan film yang menceritakan kisah rasul atau sejarah kebudayaan Islam lainnya, namun guru selalu menunggu pimpinan untuk pengadaan kaset yang diharapkan. Padahal guru dapat mencari sendiri media belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

f. Merencanakan program pengajaran

MIN 2 Model Samarinda berkenaan dengan perencanaan program pengajaran ini semua guru mata pelajaran PAI telah melaksanakan semua, sebab pada saat mendapat bantuan program pemberlakuan ujicoba KBK tersebut sebagian dananya untuk memberikan honor penyusunan perangkat perencanaan program pengajaran.

Dan di evaluasi oleh kepala kepala madrasah bersama wakil kepala madrasah bidang kurikulum dan dikonsultasikan kepada dinas terkait. Dan setelah pelatihan selesai guru sudah terbiasa membuat perencanaan pembelajaran sehingga sampai saat ini guru apabila akan mengajar selalu membuat perencanaan yang ditanda tangani oleh kepala madrasah.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah instrumen perencanaan yang lebih spesifik dari silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat untuk memandu guru dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran.64 g. Mengelola interaksi belajar mengajar

Strategi guru dalam Mengelola Kelas di Sekolah Dasar bahwa wali kelas IV dalam pengelola kelas sudah baik hal ini dibuktikan dengan keadaan ruangan kelas yang tertera dengan baik dan rapi. Dengan membuat kelas penuh dengan karya siswa dan mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, serta siswa juga ikut dalam menjaga keindahan kelas. Untuk mengatur sirkulasi udara agar tidak mengganggu saat proses pembelajaran jendela tetap di buka dan fentilasi udara selalu dibersihkan setiap hari. Kemampuan guru dalam melaksanakan pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dan sekaligus dapat meningkatkan profesionalisme seorang guru, sehingga diharapkan setiap guru berusaha untuk dapat menguasai masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas.65

Agar pembelajaran efektif dari sisi waktu karena harus mengulangi penjelasan bahasa maka guru al Qur’an Hadis dan SKI seharusnya menyesuaikan dan berlatih

63 Umar Manshur and Maghfur Ramdlani, “MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PAI,” AL MURABBI 5, no. 1 (2019): 1–8, https://doi.org/10.35891/amb.v5i1.1854.

64 Rusni Hi Ali, “PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI 43 KOTA TERNATE TAHUN PELAJARAN 2017–2018,” Jurnal Geocivic 2, no. 2 (October 1, 2019), https://doi.org/10.33387/geocivic.v2i2.1477.

65 Diarti Andra Ningsih, “GURU SEBAGAI MANAJER KELAS,” Jurnal Pendidikan Dasar Dan Keguruan 4, no. 1 (October 31, 2019): 23–32.

Referensi

Dokumen terkait

Thus, the transformation of the Islamic educational institution system in Pattani, specifically, there are at least five models of educational institution systems for the Muslim

Family education, which encompasses character education, religious education, and social skills, can play a vital role in shaping strong and resilient families that can make a positive

BRINGING DEPTH TO EDUCATION: APPLYING EXISTENTIALIST PHILOSOPHY AND ITS IMPLICATIONS IN DEVELOPING ISLAMIC EDUCATION Rusdi Institut Agama Islam Negeri Samarinda Email:

From a budgetary point of view, the Ministry of Religious Affairs is a vertical institution—which does not include decentralized—local governments and local parliaments province,

According to Arshin Adib-Moghaddam, a professor of global thought and comparative philosophies at SOAS University of London, "By providing better training and support for teachers, it

However, as the territory expanded and the urgency of education for the people increased, these institutions grew wider in scope.38 The Islamic education institutions that existed

Strengthening religious moderation is a demand for public universities, among others, by instilling moderation values in religion in students, such as 24 Ulfatul Husna dan Muhammad

The Field Work Practice Program PKL is expected to provide a learning experience for students, especially in the field of teaching experience, expand teaching horizons, train and