• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yuli Sapitri NIM: S.15.1636 Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan pasca persalinan (retensio plasenta) di rsud dr. H. Moch ansari saleh banjarmasin - Repository Universitas Sari Mulia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Yuli Sapitri NIM: S.15.1636 Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan pasca persalinan (retensio plasenta) di rsud dr. H. Moch ansari saleh banjarmasin - Repository Universitas Sari Mulia"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Pada kala III atau disebut juga stadium uri, plasenta lepas dari dinding rahim dan lahirlah. Tujuan penatalaksanaan aktif kala III adalah menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif untuk mempersingkat waktu setiap kala, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada persalinan kala III dibandingkan dengan kala III fisiologis (Sari Puspita, dkk. al. ., 2014). Penatalaksanaan aktif kala III dapat mencegah kasus perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensi plasenta.

Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 mL melalui jalan lahir yang terjadi pada saat atau setelah kala III persalinan. Perdarahan nifas dapat terjadi segera setelah pasien melahirkan (dalam waktu 24 jam) atau berlangsung hingga 42 hari (masa nifas) (Anik Maryunani 2009). Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, tertahannya plasenta, tertahannya plasenta, pecahnya jalan lahir, dan inversi uterus.

Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan postpartum yang terjadi 24 jam sampai 6 minggu setelah bayi lahir. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh tertahannya plasenta, tertahannya selaput ketuban, trauma lahir (di mana pembuluh darah terbuka setelah operasi caesar), infeksi yang menyebabkan subinvolusi implantasi plasenta. Pijat fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimum 15 detik) Jika rahim berkontraksi, evaluasi Jika rahim berkontraksi tetapi perdarahan uterus terus berlanjut, periksa perineum/vagina dan leher rahim apakah ada laserasi dan jahitan.

Jika rahim berkontraksi, lanjutkan KBI selama 2 menit, lepaskan tangan secara perlahan dan pantau kala 4 dengan cermat. g) siapkan infus RL 500 ml + 20 unit oksitosin flush (maks oksitosin 6 amp). h) Bila rahim tidak berkontraksi, ajari keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE), berikan ergometrin 0,2 mg (jangan berikan pada pasien hipertensi saat rujukan. i) Gunakan kondom kateter saat rujukan.

Retensio Plasenta 1. Definisi

Ketika jaringan penyangga plasenta berkontraksi, bagian depan plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terpisah dari dinding rahim. Pembuluh darah pada rahim terletak di antara serabut otot miometrium yang saling bersilangan. Dalam hal ini, vili choria menembus desidua dan memasuki miometrium dan, tergantung pada kedalaman penetrasi, dibedakan antara plasenta inkreta dan plasenta prekreta.

Dalam hal ini, plasenta tidak mudah dikeluarkan, melainkan sepotong demi sepotong dan disertai perubahan. Riwayat perdarahan postpartum pada kelahiran sebelumnya merupakan faktor risiko terbesar terjadinya perdarahan postpartum, sehingga harus dilakukan upaya maksimal untuk mengetahui tingkat keparahan dan penyebabnya. Ibu hamil usia 20-29 tahun mempunyai risiko paling rendah terjadinya komplikasi pada ibu dan janinnya, ibu hamil di bawah 17 tahun belum mengalami pertumbuhan sempurna sehingga menyebabkan perawakan pendek.

Organ reproduksi juga belum matang sehingga meningkatkan risiko persalinan lama, trauma lahir dan atonia uteri yang menyebabkan perdarahan pasca melahirkan (Manuaba, 2008). Kelompok ini mengalami peningkatan risiko kesakitan dan kematian ibu dan janin pada kasus perdarahan postpartum, termasuk ibu hamil multipara, yang lebih sering terjadi pada ibu hamil berusia lebih tua dibandingkan dengan usia di bawah 35 tahun (Wang, 2011). Hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan fungsi kontraktil dan miometrium.Sering bertambahnya usia Kontraksi uterus yang melemah mungkin disebabkan oleh atrofi miometrium dan penurunan ekspresi ion kalsium.

Dinding rahim ibu yang lebih tua mengalami peningkatan jaringan parut, penuaan pada sambungan, dan penurunan ekspresi saluran ion. Penurunan fungsi rahim ini akan menyebabkan perdarahan akibat atonia uteri (Smith, 2008). Ruptur uterus terutama terjadi pada uterus yang disebabkan oleh agen uterogenik (oksitosin) atau rangsangan persalinan lainnya (Manuaba, 2012).

Kegagalan miometrium untuk berkontraksi dan retraksi sehingga menyebabkan kontraksi pembuluh darah di tempat implantasi plasenta yang terhenti selama persalinan disebut atonia uteri. Ukuran bayi yang besar juga dapat menyebabkan robekan pada leher rahim, vagina, dan pecahnya rahim sehingga dapat mengakibatkan perdarahan pasca melahirkan (Najafian, 2010). Perdarahan pascapersalinan akibat pecahnya jalan lahir dapat terjadi pada persalinan alat pervaginam dan operasi caesar.

Peningkatan aliran darah ke rahim dan plasenta selama kehamilan hingga 600 hingga 1200 ml/menit memudahkan trauma saat persalinan berkembang menjadi perdarahan postpartum (Smith, 2012).

Manajemen kebidanan 1. Pengertian

Keluhan yang terjadi pada ibu nifas dengan perdarahan nifas akibat retensi plasenta adalah mengalami peningkatan perdarahan, pasien mengeluh lemas, pucat, keringat dingin dan menggigil. Untuk mengetahui status perkawinan, sudah berapa kali menikah, berapa umur menikah dengan suami, sudah berapa lama menikah dan mempunyai anak atau belum. Diperiksa untuk mengetahui tanggal, bulan, tahun, bentuk kelahiran anak, tempat persalinan, usia kehamilan, umur lahir, jenis persalinan, bidan, komplikasi, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas sebelumnya dan kondisi saat ini. anak (Saifuddin, 2007).

Untuk mengetahui kondisi pasien saat ini dan mengetahui apakah ada penyakit lain yang tampaknya memperburuk kondisi pasien, seperti batuk, pilek, demam. f) Riwayat penyakit sistemik. Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TB, hepatitis, diabetes, hipertensi, epilepsi dan penyakit lainnya. g) Riwayat penyakit dalam keluarga. Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti: penyakit jantung, hipertensi dan kencing manis serta penyakit menular seperti TBC, hipertensi, HIV/AIDS (riwayat keluarga berencana Farrer.

Untuk mengetahui apakah klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak, sudah berapa lama menggunakannya dan sudah berapa lama berhenti menggunakan alat kontrasepsi. Dikaji seberapa sering klien beristirahat berapa jam dan malam hari dalam bentuk jam (Ambarwati dan Wulandari, 2008). e) Pola seksualitas. Diinvestigasi seberapa sering klien melakukan hubungan seksual dengan suaminya selama seminggu dan apakah ada keluhan atau tidak (Wiknjosastro, 2008). f) Pola psikososial budaya.

Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan masyarakat terhadap kehamilan ini, apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak, apakah jelas kehamilan tersebut diharapkan oleh laki-laki atau perempuan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, keluarga yang sebaya. tinggal di rumah , pantangan makanan atau tidak, adat istiadat mengenai kehamilan ini (Saifuddin, 2006). g) Penggunaan narkoba/merokok. Pemeriksaan untuk mengetahui apakah bidan menggunakan narkoba atau tidak, klien merokok atau tidak, suami merokok atau tidak (Data Alimul merupakan data objektif. Pemeriksaan untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan payudara dan ketiak, meliputi (4 ) Mammae : menurut (Varney, 2004).

Kemungkinan diagnosis yang terjadi pada ibu nifas adalah perdarahan postpartum apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat maka akan berlanjut menjadi perdarahan. Pada kasus perdarahan agae yang tidak menjadi perdarahan postpartum maka tindakan yang dilakukan adalah pemantauan tekanan darah dan perdarahan secara rutin (Manuaba, 2010).

Referensi

Dokumen terkait