• Tidak ada hasil yang ditemukan

SASTRA DAN BACA TULIS ARAB MELAYU

N/A
N/A
Caroline Matson

Academic year: 2023

Membagikan "SASTRA DAN BACA TULIS ARAB MELAYU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SASTRA DAN BACA TULIS ARAB MELAYU

Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negri (IAIN) Pontianak

Doa Sebelum Menggunakan Senjata

Heru Suwandi Semester 4 [email protected]

Abstrak

Ketika zaman kenabian senjata merupakan alat pelindung diri, dengan berbagai kegunaannya hingga untuk berperang melawan musuh umat muslim. Akan tetapi pada zaman sekarang senjata tajam seperti pedang, tombak, pisau, dan meriam sekalipun sudah jarang

dipergunakan. Sebelum menggunakan senjata para tentara umat muslim berdoa sejenak untuk meminta perlindungan dari Allah Swt, yang disebutkan pada surah An-Anfal ayat 17 dan surah Ali-Imran ayat 185. Namun dizaman saat ini penggunaan senjata tajam masih dipakai dalam berbagai aktivitas, adakah doa sebelum menggunakan senjata walaupun aktivitas tersebut termasuk aktivitas sehari-hari?. Tentu saja akan berbeda doanya dibandingkan dengan surah yang sudah disebutkan, akan tetapi tidak ada salahnya juga menerapkan doa tersebut dalam aktivitas sehari hari kita dengan senjata tajam.

A. Pendahuluan

(2)

Pada setiap jaman senjata sangat sering digunakan dalam berbagai jenis, ada tombak, ada pedang, ada golok, ada keris dan sebagainya. Ada pula penggunaanya untuk melindungi diri, dan melawan musuh. Tetapi saat hendak memegang senjata ada doa yang harus dipanjatkan sebelum menggunakannya. Doa tersebut terdapat pada surah An-Anfal ayat 17 dan surah Ali Imran ayat 185.

Doa, sebagaimana diungkapkan dalam hadits, adalah senjata kaum muslimin. Doa adalah bentuk ibadah yang paling agung karena menunjukkan ketidakmampuan makhluk dan menandakan kekuasaan Khaliq. Disamping menjadi harapan atas keinginan kita, juga berfungsi menjadi hubungan kedekatan kita dengan Sang Khaliq. Apabila shalat sebagai upaya pendekatan diri, doa sebagai sarana untuk me-maintain kedekatan itu. Perlu diingat, shalat wajib hanya lima waktu, sedangkan di antara waktu-waktu itu dimungkinkan bagi seorang hamba melakukan maksiat. Doa memperkecil peluang kita melakukan maksiat.

Dalam tuntunan berdoa dan berzikir, kedua hal tersebut dilakukan setiap saat pada seluruh keaadaan. Mulai dari keseharian kita, melakukan pekerjaan, bershalat, dan memegang senjata.1

Prioritas doa, kalau dalam sehari kita berdoa sebanyak lima kali saja, dan doa yang kita panjatkan itu tiap kalinya bermacam-macam, maka berapa banyak tumpukan "proposal" doa yang kita ajukan. Bahkan andai malaikat berkenan menunjukkannya pada kita, besar

kemungkinan kita malu sendiri dengan apa yang kita minta. Namun, Allah Maha Mencukupi, Maha Memelihara, Maha Pemurah, Maha dalam segenap kasih sayang-Nya. Sebelum berdoa pun, sebelum kita menyadari kita membutuhkan sesuatu, Allah Maha Tahu apa yang kita perlukan. Maka kita harus waspada, mana doa yang mendesak dan penting untuk disampaikan, mana doa yang penting tapi tidak mendesak untuk disampaikan, mana doa yang mendesak tapi tidak penting, mana doa yang penting tapi tidak mendesak untuk disampaikan, dan mana doa yang sebenarnya tidak penting dan tidak mendesak. Cuma kelalaian kita saja yang membuat kita asal meminta. Dengan berdalil doa juga ibadah, minta saja kepada Allah Swt. Pada saat keinginan tak tercapai, baru dongkol. Maka sebaiknya tidak serampangan, dan tidak main-main menggunakan doa sebagai senjata.2

Di zaman ini penggunaan senjata tajam seperti pedang, keris, dan golok itu sudah jarang dipergunakan, namun senjata tajam ini masih sering digunakan sebagai alat dapur seperti pisau. Karena efek dari perubahan jaman senjata tajam ditinggalkan dan orang-orang beralih dengan senajta api seperti pistol maupun meriam. Senjata tersebut biasa kita temui pada anggota kepolisian maupun TNI yang dipergunakan demi keamanan dan rasa nyaman pada masyarakat. Untuk menggapai maksud yang diinginkan dalam doa sebelum menggunakan senajata ini akan menggunakan metode penelitian, pendekatan kualitatif secara deskriptif

B. Kajian Pustaka

Disaat senjata digunakan pastinya ada maksud tertentu, dan itu pastinya tidak bebas dalam membawanya dengan alasan tidak jelas. Berbeda dengan zaman kenabian dulu yang mana senjata selalu dibawa untuk menjaga diri dan ini adalah suatu kewajaran. Namun di zaman saat ini membawa senjata tanpa alasan yang jelas sudah termasuk tindakan pidana.

1 Handrianto Budi, 2002, Keheningan Hati dan Pikiran : Refleksi Tasawauf Kehidupan orang Kantoran. Jakarta : Gema Insani Perss Halaman 58

2 Dudi Asep dan Suryana Yana, 2013, Muslim Kaya, Pintu Surga Terbuka. Bandung : Ruang Kata Halaman 39

(3)

Untuk mengetahui dapat atau tidaknya dipidana atas kepemilikan senjata tajam tersebut, dapat melihat pada ketentuan mengenai larangan membawa senjata tajam yang terdapat dalam Pasal 2 UU Darurat No. 12 Tahun 1951 tentang Mengubah “Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen” (Stbl. 1948 Nomor 17) dan UU Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun 1948 (“UU Drt. No. 12/1951”) yang berbunyi:

1. “Barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag-, steek-, of stootwapen), dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.

2. Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk dalam pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan syah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid).”3

Telah dijelaskan menurut UUD diatas dengan membawa senjata itu dilarang dan ditindak, tetapi senjata tetap dimaklumi jika dipakai dengan pekerjaan yang sesuai seperti pertanian, pekerjaan dapur, dan biasanya ditemukan di pasar. Jika ditemukannya orang yang membawa senjata tajam yang bukan untuk kepentingan pekerjaannya, maka unsur membawa senjata yang digunakan untuk menusuk tanpa hak sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam pasal 2 ayat (1) UU Drt. No.12/1951 terpenuhi dan hal tesebut merupakan kejahatan yang diancam pidana penjara selama-lamanya sepuluh tahun.

C. Metode Penelitian

Fokus kajian dalam penelitian ini menyangkut doa sebelum menggunakan senjata di lingkungan masyarakat, maka metode yang dianggap tepat adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif.

Pendekatan penelitian ini disebut sebagai penelitian postpositivisme Penelitian ini berlangsung secara naturalistik tanpa intervensi dan perlakuan di dalamnya. Denzin dan Lincoln dalam Borg dan Gall (2007) mendeskripsikan pengertian kualitatif yaitu sebagai sebuah penelitian multimetode dalam menjelaskan masalah, melibatkan interpretasi peneliti, melakukan pendekatan secara naturalistik.

Creswell (2012) menjelaskan secara rinci dan komprehensif karakter pendekatan penelitian kualitatif yaitu:

1. Mengeksplorasi masalah dan membangun pemahaman dari fenomena yang terjadi.

2. Tidak beradasarkan kepada teori yang ada. Teori yang digunakan hanya sebagai pembenaran masalah.

3. pengumpulan data beradasarkan "perkataan" dari responden dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.

4. Analisis data beradasrkan deskripsi dan motif dengan menggunakan analisis teks dan menafsirkan makna dari temuan penelitian.

3 Kartika Law Firm, Bagaimana Hukumnya Membawa Senjata Tajam Untuk Berjaga-jaga?. 27 April 2020, Diakses Diakses 1 Juli 2021 http://kartikanews.com/bagaimana-hukumnya-membawa-senjata-tajam-untuk-berjaga-jaga/.

(4)

5. Laporan penelitian bersifat fleksibel dan memunculkan subjektifitas peneliti sehingga peneliti dapat menjadi bias.

Kelima karakteristik di atas menunjukkan adanya kesesuaian dengan penelitian ini. Karakteristik pertama adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama secara langsung mendatangi sumber datanya.

Karakteristik kedua menjelaskan bahwa teori yang digunakan sebagai pelengkap/kepastian dalam sumber permasalahn yang ditemukan. Karakteristik ketiga, menjelaskan bahwa data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka sehingga hasil analisisnya berupa uraian. Karakteristik keempat, penelitian kualitatif cenderung menganalisis data secara deskripsi dan karakteristik kelima, dalam penelitiannya yang luwes dapat memudahkan dalam pengerjaan penelitian tanpa beban.

Dari kelima karakteristik penelitian kualitatif yang telah dijelaskan di atas, maka jelaslah bahwa peneliti sendiri merupakan pengumpul data utama. Hal ini seperti dinyatakan oleh Nasution (1988) bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif mempunyai rasional yang dapat dipertanggungjawabkan sebab mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah selama penelitian berlangsung.4

Partisipasi yang akan dipilih berdasarkan usia mengingat senjata tajam, ini tidak dapat dipergunakan oleh anak-anak atau remaja maka penulis akan mengambil subjek orang tua, bapak-bapak dan ibu-ibu. Mengenai faktor etnis maupun kepercayaan penulis akan

mengambil etnis Jawa dan kepercayaan Islam, tentunya subjek yang dipilih akan diambil dilingkungan sekitar penulis yang berisi orang Jawa dan kepercayaan Islam.

Untuk mengetahui topik dari penelitian, penulis akan menggunakan wawancara langsung dengan subjek penelitian. Jika menggunakan wawancara akan mengefesienkan waktu dari penulis maupun subjek peneliti, karena peneliti akan wawancara ketika subjek sedang melakukan kegiatan dengan senjata tajamnya dan akan langsung berdialog dengan subjek tersebut.

Lalu dengan prosedur yang akan disiapkan penulis akan membawa sebuah Handphone untuk merecord wawancara dengan subjek, dan untuk berjaga-jaga penulis akan membawa catatan kecil dengan bolpoin untuk mencatat hal yang penting. Tak hanya itu sebelum wawancara dimulai penulis juga akan menyiapkan beberapa pertayaan mengenai topik doa sebelum menggunakan senjata.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan ialah metode deskripsit pendekatan

kualitatif. Observasi dilaksanakan di daerah Sui Jawi, Gang Margodadirejo 2 yang mayoritas penduduknya Jawa dengan kepercayaan Islam, selain itu penduduk Margodadirejo ini tidak sering menggunakan senjata tajam untuk pekerjaan seperti di kebun, hanya beberapa saja dari mereka yang menggunakannya itupun mereka yang memiliki kebunnya sendiri. Tak hanya mengurus kebun biasanya juga ada yang menebas rumput untuk memberikannya ke hewan ternak mereka.

Dari artikel ini penulis menggunakan metode dekriptif pendekatan kualitatif yang mana menganalisa informasi berdasarkan lapangan dari subjek yang diteliti, ada pula faktor dari refrensi buku dan jurnal yang dicari melalui internet untuk memudahkan teori yang belum diketahui, dan menambah kekurangan refrensi.

D. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dikerjakan berdasarkan manuskrip doa sebelum menggunakan senjata, pedang, pisau, tombak, dan senjata api/meriam. Dalam manuskrip yang berasal dari

4 Ismail Fajri, 2018. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial. Jakarta : Prenada Media Group, Halaman 2-3

(5)

Baubau, Sulawesi Tenggara terdapat perbedaan dari apa yang terjadi pada zaman ini, ialah orang-orang tidak lagi menggunakan tombak, pedang untuk berperang atau berjaga diri, karena dunia sudah dalam keadaan damai tanpa konflik yang melibatkan menggunakan senjata tersebut. Berikut hasil penelitian yang ditemukan dilapangan :

1. Sektor Perumahan

Dalam sektor perumahaan peneliti mengambil kegiatan yang berkaitan dengan pisau di dapur.

Pisau merupakan alat untuk mengupas, dan memotong bahan masakan, dari hasil wawancara dengan subjek 3 dari 10 mereka mengetahui doanya tapi tidak tau apa isi dari doa tersebut.

Perlu diketahui doa sebelum menggunakan senjata ketika pada zaman nabi dan zaman sekarang itu berbeda. Meskipun bukan doa tapi ada tata caranya ketika hendak melakukan aktivitas di dapur

Berwudlu Sebelum Memasak

dianjurkan untuk berwudu sebelum memasak. Tubuh menjadi lebih bersih dan mencegah bakteri masuk ke dalam masakan. Berwudu sebelum memasak juga dihitung sebagai amalan sunah

Berdoa Sebelum Masuk Dapur

Dalam Islam, terdapat beberapa doa saat akan memasuki ruangan. Begitu pula saat akan masuk ke dalam dapur, kita perlu membaca doa agar diberi kemudahan dan keberhasilan dalam memasak.

اًدَشَر اَنِرْمَأ ْنِم اَنَل ْئّيَهَو ًةَمْحَر َكْنُدَل ْنِم اَنِتآ اَنّبَر

Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat yang besar dari sisi-Mu dan persiapkanlah petunjuk untuk kami terhadap urusan kami."

Membaca Basmalah Sebelum Memegang Alat Dapur

Kita dianjurkan mengucap Basmallah sebelum memulai aktivitas, termasuk memasak.

Hal ini sebaiknya dilakukan sebelum memegang alat dapur, mencuci beras, memotong daging, atau mencuci sayuran.

Mengaduk Makanan Dari Kanan Ke Kiri

Meski terbilang sepele, tetapi terdapat adab untuk mendahulukan bagian kanan, kemudian kiri. Begitu pula saat memasak, sebaiknya mengaduk makanan dari kanan, lalu ke kiri. Ustaz Abdurrahman Djaelani menyarankan untuk membaca doa seperti ini.

ٌةَفِشاَك ِا ِنْوُدْنِم اَهَل َسْيَل

Artinya: "Tidak ada yang dapat menyatakan hari itu selain Allah."

Mengucap Salawat Dan Istigfar

(6)

Saat memasak, kita dianjurkan membaca salawat dan istighfar sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan supaya makanan jadi lebih berkah, nikmat, dan terhindar dari setan yang akan memakan masakan tersebut.5

Segala sesuatu yang diawali dengan doa pasti akan diridhoi oleh Allah dan memasak juga demikian meskipun, agak keluar dari konsep tapi masih ada kemiripan dalam beberapa unsur.

2. Sektor Perkebunan

Sementara itu disektor perkebunan senjata tajam yang biasanya digunakan pada wilayah Margodadirejo ialah parang, celurit, dan gunting rumput. Senjata tersebut cukup umum dikalangan masyarakat dan sering digunakan untuk menebas rumput liar, memangkas ranting pohon, ataupun memanem buah lokal. Dari hasil wawancara mereka juga tidak mengetahui akan adanya doa sebelum menggunakan senjata tersebut pada aktivitas mereka. Dalam kasus tersebut ada beberapa faktor yang tidak diketahui oleh subjek ialah kurangnya pemahaman mendalami ilmu keagamaan, dan terlalu menggangap sepele.

E. Pembahasan

Dari dua hasil penelitian yang membahas tentang doa sebelum menggunakan senjata ini masih sama pembahasannya "apakah ada perbedaan antara doa sebelum menggunakan sejata dizaman nabi dan zaman sekarang." Perbedaannya yang didapat di sektor perumahan, di manuskrip tertera sebuah surah An-Anfal ayat 17 yang berbunyi

ٰىَمَر َ ّا ّنِكَٰلَو َتْيَمَر ْذِإ َتْيَمَر اَمَو

Artinya : Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (QS. Al-Anfal 8 : Ayat 17)6

Dan di lembar kedua berbunyi

ِةَماَيِقْلا َم ْوَي ْمُكَروُجُأ َن ْوّفَوُت اَمّنِإَو ۗ ِت ْوَمْلا ُةَقِئاَذ ٍسْفَن ّلُك

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. (QS. Ali-Imran 3 : Ayat 185)7

Dari kedua ayat diatas yang satunya membahas sebuah petuah dibaca dari pada senjata, maksudnya senjata seperti pedang atau keris atau lembing atau pelor. Dan di ayat kedua yang menjelaskan doa memegang atau menggunakan peluru meriam (filur/peluru) dan dengan bacaan doa dibaca sebanyak tiga kali.

Jika melihat doa sebelum menggunakan senjata berdasarkan manuskrip dan hasil penelitian lapangan sangat berbeda, namun disitulah pembahasan utama yang akan dibahas, mengapa bisa berbeda meskipun senjatanya sama?. Melihat dari isi surah An-Anfal ayat 17 dengaan doa sebelum menggunakan senjata sangatlah berbeda, sudah kita ketahui bahwaasannya setiap tujuan pasti akan berbeda juga doanya begitupula dengan topik pembahasan kali ini.

5 Azzahra Awlia Dhiya, Bacaan Doa dan Adab Memasak Jadi Lebih Berkah dan Nikmat. 5 Agustus 2020, Dikutip 3 Juli 2021 https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/food/dining-guide/amp/dhiya-azzahra/doa-dan-adab-memasak

6 QS. Al-Anfal 8: Ayat 17

7 QS. Ali-Imran 3 Ayat 185

(7)

Kemudian di ayat kedua surah ali-imran yang doa sebelum menggunakan senjata api. Nah bisa dilihat pula perbedaannya senjata api dengan senjata tajam, lalu jika dilihat dari penggunaanya yang sangatlah jarang dan hanya dari pihak kepolisian ataupun TNI pasti sudah lumrah melihat maupun menggunakan senjata api. Meskipun lumrah bagi pihak polisi, polisi juga tida bisa bebas dalam menggunakanya jika disaat terdesak ataupun

mengharuskanya digunakan. Berikut berupa aturan dari penggunaan senjata "Pasal 48 huruf b Perkapolri 8/2009" yang berbunyi

 menyebutkan dirinya sebagai petugas atau anggota Polri yang sedang bertugas;

 memberi peringatan dengan ucapan secara jelas dan tegas kepada sasaran untuk berhenti, angkat tangan, atau meletakkan senjatanya; dan

 memberi waktu yang cukup agar peringatan dipatuhi8

Dari prosedur diatas bahwasannya pihak kepolisian tidak mewajibkan anggotanya untuk berdoa sebelum menggunakan senjata api, hal tersebut bisa saja untuk meminimalisir waktu. Tidak menutup kemungkinan ada beberapa anggota yang menggunkana doa

tersebut pada saat sebelum bertugas, biasanya dilakukan apel sebelum melaksanakan tugas.

F. Kesimpulan

Dikatakan setiap aktivitas diawali dengan doa, dan orang orang pasti ingin kegiatannya mendapatkan berkah dari Allah oleh karena itu tidak ada salahnya berhenti sejenak dan mengucapkan basmalah, dengan mengucapkan akan terbentuknya dinding pemisah dari setan. Misalnya ketika ingin memegang pisau dapur dengan membaca basmalah, maka setan tak akan mengusik manusia untuk melakukan hal tercela. Demikian sebaliknya, jika

seseorang tidak menyertakan basmalah dalam aktivitas mereka, setan akan ikut serta. Baik ketika makan, minum, hinggu urusan bersanggama. Tidak masalah jika kita tidak mengetahui doa sebelum menggunakan senjata tetapi kita bisa mengucapkan basmalah, dengan demikian apa yang kita kerjakan InsyaAllah berkah dimata-Nya.

Daftar Pustaka

Handrianto Budi, 2002, Keheningan Hati dan Pikiran : Refleksi Tasawauf Kehidupan orang Kantoran. Jakarta : Gema Insani Perss

Dudi Asep dan Suryana Yana, 2013, Muslim Kaya, Pintu Surga Terbuka. Bandung : Ruang Kata Kartika Law Firm, Bagaimana Hukumnya Membawa Senjata Tajam Untuk Berjaga-jaga?. 27 April 2020. Diakses 1 Juli 2021

http://kartikanews.com/bagaimana-hukumnya-membawa-senjata-tajam-untuk-berjaga- jaga/

Ismail Fajri, 2018. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan dan Ilmu Sosial. Jakarta : Prenada Media Group, Halaman 2-3

8 Hadi Ilman, Prosedur Penggunaan Senjata Api oleh Polisi, 29 November 2019, Dikutip 5 Juli 2021 https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt504f0c7565691/pengguunaan-senjata-tanpa-prosedur

(8)

Azzahra Awlia Dhiya, Bacaan Doa dan Adab Memasak Jadi Lebih Berkah dan Nikmat. 5 Agustus 2020, Dikutip 3 Juli 2021

https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/food/dining-guide/amp/dhiya- azzahra/doa-dan-adab-memasak

QS. Al-Anfal 8: Ayat 17 QS. Ali-Imran 3 Ayat 185

Hadi Ilman, Prosedur Penggunaan Senjata Api oleh Polisi, 29 November 2019, Dikutip 5 Juli 2021 https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt504f0c7565691/pengguunaan-senjata- tanpa-prosedur

Referensi

Dokumen terkait