Latar Belakang
Sumber Daya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non-hayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Kehidupan manusia dari sejak dahulu hingga sekarang sangat bergantung pada sumber daya alam uang merupakan modal uyama dan fundamental untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia.
Sumber daya alam memiliki peran sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy dan juga sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Oleh karena hal tersebut sumber daya alam harus senantiasa dikeolal secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional dan untuk sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia, menyatakan “Bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”. Demi terciptanya kemakmuran rayat, pemerintah Indonesia telah membentuk beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan sumber daya alam yang dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat indonesia.
Bidang-bidang yang terakait dan melingkupi persoalan sumber daya alam di Indonesia anatara lain adalah:
1. Bidang Agraria yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Bidang Pertambangan yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan Batubara;
3. Bidang Pengairan yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
4. Bidang Perikanan yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana yang telah diubah ke dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
5. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya yang diatur oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
6. Bidang Kehutanan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
7. Bidang Perkebunan yang telag diatur oleh Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
8. Bidang Kelautan yang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
9. Bidang Pesisir dan Wilayah Pulau-Pulau Kecil diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pengaturan bidang-bidang sumber daya alam tersebut diaharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat yang baik untuk kesejahteraan masyarakat sekitar yang memilki potensi sumber daya alam di seluruh daerah di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas mngenai tujuan dari dibuatnya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai bidang-bidang sumber daya alam dan akan membahas pengaturan sumber daya alam yang memberikan kontribusi terhadap masyarakat.
Materi Sumber Daya Perikanan
Tujuan dibentuknya pengaturan Sumber Daya Perikanan
Sumber daya ikan adalah potensi jenis ikan. Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praporduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumber daya perikanan telah memiliki pengaturan hukum yaitu undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang kemudian telah diubah ke dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Tujuan dibentuknya pengaturan sumber daya perikanan ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yaitu
1. pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan;
2. pengelolaan perikanan wajib didasarkan pada prinsip perencanaan dan keterpaduan pengendaliannya;
3. pengelolaan perikanan dilakukan dengan memperhatikan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;
4. pengelolaan perikanan yang memenuhi unsur pembangunan yang berkesinambungan, yang didukung dengan penelitian dan pengembangan perikanan serta pengendalian yang terpadu;
5. pengelolaan perikanan dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan di bidang perikanan;
6. pengelolaan perikanan yang didukung dengan sarana dan prasarana perikanan serta sistim informasi dan data statistik perikanan;
7. penguatan kelembagaan di bidang pelabuhan perikanan, kesyahbandaran perikanan, dan kapal perikanan;
8. pengelolaan perikanan yang didorong untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan kelautan dan perikanan;
9. pengelolaan perikanan dengan tetap memperhatikan dan memberdayakan nelayan kecil atau pembudi daya-ikan kecil;
10. pengelolaan perikanan yang dilakukan di perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, dan laut lepas yang ditetapkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan dengan tetap memperhatikan persyaratan atau standar internasional yang berlaku;
11. pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan, baik yang berada di perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, maupun laut lepas dilakukan pengendalian melalui pembinaan perizinan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan internasional sesuai dengan kemampuan sumber daya ikan yang tersedia;
12. pengawasan perikanan;
13. pemberian kewenangan yang sama dalam penyidikan tindak pidana di bidang perikanan kepada penyidik pegawai negeri sipil perikanan, perwira TNI-AL dan pejabat polisi negara Republik Indonesia;
14. pembentukan pengadilan perikanan; dan
15. pembentukan dewan pertimbangan pembangunan perikanan nasional.
Namun Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang kemudian telah diubah ke dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, yaitu karena pertama, mengenai pengawasan dan penegakan hukum menyangkut masalah mekanisme koordinasi antarinstansi penyidik dalam penanganan penyidikan tindak pidana di bidang perikanan, penerapan sanksi (pidana atau denda), hukum acara, terutama mengenai penentuan batas waktu pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam penegakan hukum di bidang perikanan, termasuk kemungkinan penerapan tindakan hukum berupa penenggelaman kapal asing yang beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.
Kedua, masalah pengelolaan perikanan antara lain kepelabuhanan perikanan, konservasi, perizinan, dan kesyahbandaran. Ketiga, diperlukan perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan sehingga mencakup seluruh wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.
Pengaturan terkait masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan:
1. Pengelolaan perikanan untuk kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan harus mempertimbangkan hukum adat dan/atau kearifan lokal serta memperhatikan peran serta masyarakat.
2. Setiap orang dilarang memasukkan, mengeluarkan mengadakan, mengedarkan, dan/atau memelihara ikan yang merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan, sumber daya ikan, dan/atau lingkungan sumber daya ikan ke dalam dan/atau ke luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.
3. Masyarakat dapat diikutsertakan dalam membantu pengawasan perikanan.
4. Setiap orang yang dengan sengaja memasukkan, megeluarkan, mengadakan, mengedarkan, dan/atau memelihara ikan yang merugikan masyarakat, pembudidayaan ikan, sumber daya ikan, dan/atau lingkungan sumber daya ikan ke dalam dan/atau ke luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
5. Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan peran serta masyarakat dalam upaya pengawasan di bidang perikanan secara berdaya guna dan berhasil guna
6. Penetapan wabah dan wilayah wabah penyakit ikan bertujuan agar masyarakat mengetahui bahwa dalam wilayah tertentu terjangkit wabah, dan Menteri menetapkan langkah-langkah pencegahan terjadinya penyebaran wabah penyakit ikan dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
7. Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungannya harus dilakukan secara bersama-sama, baik oleh pemerintah maupun pihak terkait dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam mengenali hama dan penyakit ikan, identifikasi, pencegahan, penanggulangan dan pengendalian kesehatan ikan, serta permasalahan lingkungan pembudidayaan.
8. Dalam rangka pengembangan perikanan, Pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain, sebagai tempat tambat-labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.
9. Keikutsertaan masyarakat dalam membantu pengawasan perikanan misalnya dengan melaporkan kepada aparat penegak hukum apabila terdapat dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perikanan.
Pengaturan Sumber Daya Perikanan terkait masyarakat dalam Undang-Undang No45 Tahun 2009 tentang Perikanan
1. Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran.
2. tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan.