DAN MTNUMAN DENGAN KE,PARAHAIY KARIES GIGI PADA MURID KELAS IV DAN V
SDN MLATI KIDUL
1DAN 2 KUDUS
Wulandari Meikawati,
Sayono,Ulfa Nurullita.)
ABSTRAK
Kesehatan
gigi dan mulut
merupakan salahsatu
mosalah kesehaton masyarakat yong memerlukan penanganan secaro komprehensif dilarenakan latar belakangnya yang berdimensiluas.
Kekurangan kalsiumakan
menghanbat proseslalsifikasi gigi dan
memperlambat kenntangan gigi. Kualitasgigi
mempengaruhi lceluatangigi
sehingga dapat memudahknn terjadinya kariesgigi
bila kualitas jelek. Kalsium merupakan mineral terbanyak dalam tubuh.Unsur kalsium hanya dapat diperoleh
dari
makanan dan kekurangan unsur kalsium dalam cadangan tubuh dapat ntenimbulkan karies gigi/kerusakan gigi.Jenis panelitian adalah explanatory research dengan metode survei dan pendekatan cross sectional. Jumlah responden seluruhnya adalah 100 siswa yang terdiri
dori
kelasIV
dan V.Vcu'iabel yang diteliti meliputi Konsumsi kalsium selam 3 x 24 jam, frekuensi makan makanan kalsiunt tinggi, frekuensi makan maknnan kariogenilq frekuensi menggosok gigi dan keparahan karies gigi.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecukupan knlsium sangat kumng dimana seluruh siswa tergolong defisil (97 %
tingkat
berat, 194 sedang dan2% ringan)
, sebagian besar (40%o) tingkat keparohan karies gigi siswa tergolong rendah, Hasil uji Rank Spearman menunjukkan tidak ada hubungan antora konsumsi kalsium dalam makanan dan minuman dengan tingkat keparahan kariesgigi
(p=0,185>0,05), tidak ado hubungon antarafrekuensi maksn maksnan berkalsium tinggi dengan tingkat keparahan lariesgigi
(p=0,527>0,05), tidak ada hubunganantara frekuensi makan
makanankariogenik
dengantingkat
keparahankaries gigi
(p:0,932>0,05)dan
tidak ada hubungan ontaro frekuensi menggosokgigi
dengan tingkat keparahan karies gigi (p:49 5> 0,05)Kata kunci : Konsumsi kalsium, keparahan karies
gigi
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia dalam
pembangunannasional tidak terlepas
darikelompok
anak-anak.Anak -
anak merupakan tunas bangsayang
akantumbuh
danberkembang menjadi orang dewasa yang akan bertanggung jawab atas nusa dan bangsa yang akan datang.l)
;gttptl/turnat.un
Kesehatan
gigi
danmulut
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penangana sec,ara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi luas sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat. 2)Gigi
berfungsi sangatpenting, maka
sejakdini
anak-anakperlu dididik
untukdapat memelihara
kesehtangiginya. ') Anak umur 6-12 tahun mempunyai gigi campuran antara gigi sulung dan gigi pernanen, karena pada masa ini
masihberlangsung pergantian
dari gigi
sulungke gigi
pe.manen.3)Untuk itu
kesehatangigi
anak perlu dijaga sejakawal
agara anak mempunyaigigi
permanen yang baik, sehinggagigi permanen dapat berfungsi
sebagaimanamestinya sejak anak-anak
sampai seterusnya.l)Kekurangan kalsium akan menghambat proses kalsifikasi
gigi
dan memperlambat kernatangangigi. Kualitas gigi sangat dipengaruhi oleh
kekerasanenamel
daan kekuatan dentin. Bagian terbesardari
enamel dan dentin adalah bahan anorganik, pada enamel sebanl,ak 96Yo, dentin 70%o. Sekitar 37oh dari bahan anorganik tersebut adalah kalsium(Nizel.
1981) 4)Kualitas gigi mempengaruhi kekuatan gigi sehingga dapat
memudahkanterjadinya karies gigi bila kualitas jelek. Dalam
keadaannormal gigi geligi
selalu dibasahi oleh saliva. Peran saliva sangat besar, karena kerentanangigi
terhadap karies banyak bergantung pada lingkungan.Saliva
mampu meremineralisasikan karies yang masihdidi
karena mengandung ion-ion kalsium dan fosfat.s)Kalsium
merupakanmineral
terbanyakdalam
tubuh.6)Unsur kalsium
hanya dapat diperolehdari
makanan dan kekurangan unsurkalsium
dalam cadangan tubuh dapat menimbulkan karies gigilkerusakangigi.
i)Dari banyak penelitian tentang karies gigi, belum banyak data
yangmengunkapkan karies
gigi
yang dihubungkan dengan unsur kimia tertentu kecualifluor.
Selain
itu
belum banyakditeliti
makanan yang mengandung kalsium yang dikonsumsi anak-anak terutama yang dihubungkan .dengan anakusia
12 tahun dimana prevalensi sangattinggi
METODE PENELITIAN.
Penelitian ini termasuk explanatory research dengan metode survei
dan pendekatan cross sectionaldibidang Epidemiologi dan Gizi
Masyarakat. Penelitiandilaksanakan
di SDN Mlati Kidul I dan SDN Mlati Kidul 2 Kab Kudus.
Sebagai responden adalah seluruh siswa kelasIV
danV
sejumlah 100 siswa. Data yangdiambil dalam perielitian ini meliputi data konsumsi
makananmelalui recall 3 x 24 jam,
frekuensi makan makanan berkalsium
tinggi,
frekuensi makan makanan kariogenik dan frekuensi menggosokgigi
yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner serta datatingkat
keparahan kariesgigi
yang diperolehmelalui
pemeriksaangigi oleh
petugasperawat gigi. Analisa dat{mensgunakan
uji
statistik Rank Spearman.I
HASIL PENELITIAN
Dari
lrasil recall selama 3X
24jam
didapatkan hasil konsumsi kalsium terendah 99,73mgr dan tertinggi 606 mgr
denganrerata
246,5mgr.
Setelah dibandingkan denganAngka
KecukupanGizi yang dianjurkan untuk golongan usia 10-19 tahun yaitu
sebesar700 mgr
diperolehhasil tingkat
kecukupankalsium
seluruh siswa tergolong kurang yang tersebar menjadi defisit ringan, sedang dan berat sehingga tidak ditemukan siswa dengan tingkat kecukupan normal. Distribusi frekuensi sebagaimana terlihat pada tabell.
Tabel
I
Distribusi Siswa berdasarkan Tingkat KecukupanKalsium Tingkat
Kecukupan KalsiurnN
%)efisit
Berat(<70% AKG)
97 97)efisit
Sedang (70-79
%AKG)
I IDefisit Ringan (80
-89
%AKG)
2 2fotal
100 100Secara
teoritis kecil
kemungkinan tubuh kekurangankalsium
karena sumbernya cukup banyak dalam makanan,lauk
pauk, sayur dan buah-buahan serta susu. Namun masalahnyatidak
sesederhana .itu.Kebutuhankalsium tubuh dipengaruhi juga
olehfaktor-faktor lain, seperti
adanyafaktor yang
mempengaruhi penyerapan kalsium (vitamin D, Protein, fosfor).8)Kemungkinan yang
lain
dikarenakan siswatidak
mengkonsumsi makanan yang berkalsiumtinggi (
mengandunglebih dari 100 mgr kalsium dalam 100 gr
bahan makanan) dalamjumlah yang cukup
seperti daun pepaya, bayam,ikan teri,
kacangkedelai. sawi, tempe kedelai,
daun
singkongdan lain-lain. Hal ini dibuktikan
pula denganrendahnya hasil
frekuensi mengkonsumsi makanan berkalsiumtinggi
dimana frekuensi terendah adalah 0kali
dan terting gi 4,7kali
dengan reratai,9 kali
.Penyebab rendahnya konsumsi
kalsium
dikarenakan rendahnya pengetahuan tentang pentingnya kalsium bagi tubuh,jenis
makanan sumber kalsium danfactor lain
seperti ketersediaan alam, tingkat social ekonomi, maupun karena factor budaya setempat.Tabel 2. Distribusi
Frekue BerkalsiumTinggi
rlsr
a Siswa berdasarkan Frekuensi Makan Makanan
Frek
makan makanan berkalsium tinggr N %Dibawah rerata 55 55
Diatas rerata 45 45
Total 100 100
Sebagian besar siswa jarang mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi.
Konsumsi makanan yang mengandung
tinggi
kalsium dalamjumlah
yangrendah
danfrekuensi yang
rendahpula
menyebabkan kandungankalsium di dalam tubuh juga rendah. Kalsium
merupakansalah satu nutrien yang
sangatpenting pada
proseskalsifikasi
(pengapuran)gigi karena kalsium merupakan bagian terbesar
bahan anorganik pembentukdentin dan email
sehingga dapat menyebabkankaries
dentis.Disamping
itu
dapatpula
menyebabkan pertumbuhantulang tidak
sempurna, terjadi kekejangan otot dan darah sukar membeku bila tubuh terluka.T) Upaya pencegahan yangdapat diiakukan selain meningkatkan konsumsi kalsium adalah dengan
menjaga kebersihan gigi dan mulut secara baik.'e)Menggosok
gigi
berfungsiuntuk
membersihkangigi dari
kotoran terutamaplak dan debris serta menghilangkan bau yang tidak didinginkan juga
memberikan kenyamananpada gigi
sehinggasirkulasi darah pada gigi lancar. Hasil
penelitian r-nenunjukkan bahwa siswa menggosokgigi
setiap hari dengan frekuensi tersebardari
1-3 kali per hari dengan
rata-rata2,13 kali.
Sebagianbesar (65 %) siswa
masih rnenggosok gi gi dibawah rata-rata.Makanan yang bersifat kariogenik
(seperti pernen,
kue,roti, biscuit, dodol
dancoklat)
dikonsumsi siswa dalamjumlah yang cukup
rendahdimana
rata-rata siswa mengkonsumsi 3.62kali
sehari dengan frekuensi terendah 0kali
dantertinggi
10,3kali.
Sebagian besar (51 7o)
siswa
masih mengkonsumsi dalam jumlah dibawah rata-rata.kesehatan
gigi. Kerugian ini terjadi bila proses metabolisme oleh bakteri
yang berlangsunglama
sehingga menurunkanpH untuk waktu yang lama.
Keadaanini memberikan
kesempatanyang lebih lama untuk terjadinya demineralisasi gigi
(pelarutan pada lapisan email) sehingga terjadilah karies gigi/kerusakangigi
Tingkat keparahan karies
gigi dilihat
darinilai DMF-T
(DecayedMissing Filled Teeth)
DecayeduaAK
banyaknyagigi
karies yangtidak ditambal, Missing
adalahbanyaknya gigi yang dicabut karena karies dan Filled adalah gigi yang
sudah ditambal.lo)Rara-rata indeks
DMF-T
siswa adalah 2,44 sehingga tingkat keparahan kariesgigi
rergolong rendah.Distribusi
frekuensi siswa berdasarkantingkat
keparahan kariesgigi
dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 3. Distribusi Frekuensi Siswa berdasarkan Tingkat Keparahan Karies
Gigi
Tingkat Keparahan KariesGigi
...(nilai
DIrAF-T untuk usia 12 tahun) rr)N
Yofidak karies
(<0,8 ) 22 22lansat rendah
(0.8-l,l)
24 24lendah
{1,2-2,6) r6 l6
iedang
(2,7-4,4) 19i9
finggi
(4,5-6,5) ll
1Iiansattingci (>6,6)
8 8Total 100 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian
besw
(62Yo) siswatergolong
dalam kategori rendah. Halini
sesuai dengan ketetapan WHO bahwa indicator status kesehatangigi
dan mulut anak usia 12 tahun pada tahun 2000 adalahbila Indeks DMF-T
per anak<3. ll)
Setelah data penelitian
ini diuji
statistik dengan uji Rank Spearman diperoleh hasil bahwatidak
ada hubungan antara konsumsikalsium
dengantingkat
keparahan kariesgigi (p:0,185 > 0,05).
Secaratabulasi
silangjuga
didapatkanhasil
bahwa60
siswa (61,8%) dengantingkat
keparahankaries gigi
rendah mempunyaitingkat
kecukupankalsium dalam
kategoridefisit berat. Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Glass et.al (1983) yang menyatakan bahwa pada berbagaijenis
trace elementdi
dalamair minum di
Kolombia,jumlah
karies akan rendahbila
banyak kalsium, magnesium,dan
vanadium. Sebaliknyabila air minum banyak
mengandung tembaga,besi
dan mangan frekuensi karies akan lebih tinggi.l0)Sementara
itu dari
19 siswa yang tergolong parah(tinggi
dan sangattinggi)
kariesgiginya
sebagian besar(52,6%) makan
makanan berkalsiumtinggi diatas
ruta-tata.Secara statistik hubungan antara frekuensi mengkonsumsi makanan berkalsium
tinggi
dengantingkat
keparahankaries gigi juga-tidak
bermakna(p:0,527>0,05). Hal ini
nrungkin dikarenakan cadangary(<alsiumdi
dalam tubuh sudahtinggi
sehingga recall selanra3 x
24jam belum bisa
menggambarkanpola
konsumsikalsium
siswa yang sesungguhnya.Hasil uji
hubungan antara frekuensi menggosokgigi
dengantingkat
keparahankaries gigi diperoleh p :A,932 (p > 0,05)
sehinggadapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang bermakna. Penelitianini
bertentangan dengan studi perbandingan yangdilakukan pada pelajar di sebuah sekolah di AS dimana
sebanyak429
pelajar diharuskan menggosok gigiI
berkumur sehabis makan dan 276 lainnyatidak.
Setelah anjuran berjalan2
tahun,dijumpai
kasus kariesgigi
baru sebesar 3,8%o pada kelompokyang tidak dianjurkan
menggosokgigi
sedangkan padakelompok yang dihffuskan
muncul kasus baru hanya sekitar 1olo saja.l0)Hal ini
dirnungkinkan karena penelitianini
berjalan denganjangka waktu
yangrelatif
pendek, sementaraterjadinya
kariesgigi oleh
dipengaruhifaktor waktu
yang cukup panjang untuk terjadinya penumpukan plak pada gigi.Hasil
uji
hubungan antara frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik dengantilgkat
keparahan kariesgigi
diperoleh p:0,495 O >
0,05) sehingga dapat disimpulkantidak ada
hubunganyang bermakna. Tingkat
keparahankaries gigi tidak
hanya dipengaruhioleh
frekuensimakan
tetapijuga
bentukfisik
danjenis
makanan.Bila
frekuensi makan makanan kariogenik per haritinggi
dantidak
segera dibersihkan akan rnemudahkanterjadinya karies gigi yang bila tidak dicegah lebih awal
akanmempercepat karies
gigi
yang lebih parah.Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Sebagian besar (97Yo) siswa tergolong defisit berat'dalam mengkonsumsi kalsium2.
Rata-rata tingkat keparahan kariesgigi siswa
tergolong rendah3. Tidak
ada hubungan antara konsumsi kaslium dengantingkat
keparahan kariesgigi
pada siswa4. Tidak ada hubuqfrn antara &ekuensi
rnengkonsumsi makanantinggi
kalsium dengan tingkat keparahan kariesgigi
pada siswa5. Tidak
ada hubungan antara frekuensi menggosokgigi dengan tingkat
keparahan kariesgigi
pada siswa6. Tidak
ada hubungan antarafrekuensi mergkonsumsi
makanankariogenik
dengan tingkat keparahan kariesgigi pda
sisweSARAN
l.
Diharapkansiswa
meningkatkan konsumsi makanan berkalsiumtinggi baik
secara kualitas maupun kuantitas.2.
Pihak sekolahdiharapkan menjalin
kerjasama dengan Puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaangigi
secaraberkala dan
meningkatkanUKGS
(UsahaKeseharan
Gigi
Sekolah)'
UcapanTerima Kasih
Peneliti
mengucapkanterima kasih yang
sedalam-dalamnyakepada
seluruh responden,guru dan pihak sekolah. Serta perawat gigi yang sudah
berpastisipasi membatu menyelesaikan penelitianini.
Suwelo Ismu
Suharsono,Kadar fluor air minum dan prevalensi karies gigi di
Indonesia, Dies Natalis ke-31 FKGUGM,
Desember 1991, YogyakartaEffendi lbnoe,
Kebijaksonaanprogram
kesehatangigi nasional dalam
kaitannya dengan perubahanpola penyakit gigi dan mulut. Diajukan
pada ceramahilmiah bidang
KedokteranGigi Dies Natalis ke-31 FKG UGM,
Desember 1991, YogyakartaKennedy D .8, Ko n s e n' u.s
i
G i gi Ana/
k, F.GC,1 992,JakartaPudyani Pinandi Sri, Perbedaan pengoruh makanan kurang kalsium seiak
pra
kelahiran clan mokanan kurang kalsium pada pasca kelahiran terhadap lralsifikasi gigi, Laboratoriurn Ortodonsi, FKGUGM,
1996, YogyakartaKidd Edwina A.M. (alih
bahasa: Narlan Sumawinal, Safrida Faruk),
Dasar-dasar kories penyakit dan penanggulangannya, EGC, 1991, YogyakartaMuhilal, Djalal Fasli, Hardinsyah, Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan, Disampaikan dalam Semiloka PraWidya
Karya Nasional pangan dangizi VI,
1997, Semarang
Marsetyo
KartasapoetraG, Ilmu Gizi (Korelasi Gizi,
Kesehatandan
produktifitas ke$a), PT Rineka CiPta, 1991, JakartaSediaoetanra Achrnad
Djaeni, Ilmu Gizi
untuk Mahasiswadan Profesi di
Indonesia,Jilid I,
PT Dian rakyat, 1996, JakaftaDepkes RI, Dirjen Yan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi, Modul
Penyuluhan Kesehatan Gigi Mutut di Rumah Sakit Bagi Petugas Penyuluhan, 1994, JakartaSuwelo Ismu
Suharsono,Karies Gigi pada Anak
denganPelbagai Faktor Etiologi
(Kajian
PsdaAnak
(Jsia Prasekolah), PenerbitBuku
Kedoteran, EGC,|992, JakartaDepkes RI, Dirjen Yan Medik, Direktorat
KesehatanGigi,
Pedoman Pelal<sonaan {Jsaha Kesehatan Gigi Sekolah, 1996, JakartaNursanyoto,