• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum, kebijakan pemerintah Kota Makassar terkait pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis budaya masih minim

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Secara umum, kebijakan pemerintah Kota Makassar terkait pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis budaya masih minim"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makassar terkait Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya dan Potensi Pengembangannya dalam Menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN

Zulkhair Burhan, S.IP, MA1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan kebijakan pemerintah Kota Makassar terkait pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis budaya dan potensi pengembangannya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Secara umum, kebijakan pemerintah Kota Makassar terkait pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis budaya masih minim. Dan belum didasari dengan skema pengembangan yang utuh dan komprehensif. Sehingga aktivitas ekonomi kreatif berbasis budaya tidak hanya dapat berkontribusi secara ekonomi namun lebih jauh bagi upaya membangun kota yang mengedepankan budaya sebagai modal pembangunannya. Dalam konteks regional, khususnya dalam menghadapi MEA, Kota Makassar dapat menjadikan sektor ekonomi berbasis budaya untuk berkiprah secara regional. Tidak hanya dalam konteks ekonomi, namun juga dalam upaya untuk membangun keeratan regional (regional cohesiveness) yang sangat dibutuhkan dalam proses penguatan kawasan.

Kata Kunci: Ekonomi Kreatif, Budaya, Kota Makassar, Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pengantar

Setiap tahun UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) memilih beberapa kota di seluruh dunia untuk kemudian dinobatkan menjadi kota-kota kreatif. Kota-kota yang terpilih ini dinilai telah membangun dan mengembangkan iklim kreatif kota, khususnya ekonomi kreatif, pada beberapa kategori yang telah ditentukan oleh UNESCO antara lain: literatur, film, musik, kerajinan, desain, media dan gastronomi (UNESCO, 2011).

Upaya UNESCO untuk membangun jaringan kota-kota kreatif di berbagai Negara bertujuan untuk membangun kerjasama antar kota dengan menjadikan kreatifitas sebagai faktor strategis bagi pembangunan berkelanjutan melalui skema

1 Dosen Hubungan Internasional Universitas Bosowa, Makassar dan Penggiat Komunitas Kedai Buku Jenny Makassar

(2)
(3)

131 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

kemitraan antara masyarakat, sektor privat, organisasi profesional, komunitas, masyarakat sipil, dan lembaga kultural di seluruh penjuru dunia.

Jaringan kota-kota kreatif yang dibangun UNESCO tentu memiliki hubungan dengan perkembangan ekonomi atau industri kreatif di berbagai Negara.

Salah satu Negara di Asia yang telah memperoleh penghargaan dari UNESCO sebagai salah satu kota kreatif di dunia adalah Incheon, Korea Selatan. Incheon menjadi salah satu kota kreatif berbasis budaya yang mengembangkan sektor kerajinan dan kesenian rakyat. Keberhasilan ini, menurut Cho Byungdon, Wali Kota Incheon, dicapai karena Incheon berhasil membangun kekuatan dengan mengelola sumber daya alam dan budaya serta membangun infrastruktur pendukung (Antara, 2017).

Upaya Incheon untuk membangun kota yang memiliki sumber-sumber ekonomi kreatif berbasis budaya secara lebih spesifik dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang telah dimiliki oleh Incheon sejak ribuan tahun lalu yaitu kerajinan tangan salah satunya kerajinan keramik. Potensi yang sedemikian lama telah dimiliki oleh Incheon ini kemudian dikembangkan menjadi sumber ekonomi kreatif kota tersebut. Hingga kini, Incheon menjadi salah satu kota utama penghasil keramik di Korea Selatan. Enam dari 12 master kerajinan keramik yang diakui pemerintah berasal dari Incheon. Perkembangan kerajinan keramik ini juga bisa dilihat dari jumlah tempat pembuatan keramik di Incheon yang terus tumbuh hingga 300-an tempat (Antara, 2017).

Sinergitas antara pelaku ekonomi kreatif dan pemerintah menjadi syarat penting pengembangan kota kreatif seperti yang dilakukan oleh Kota Incheon.

Untuk memperkenalkan potensi yang dimiliki Incheon hingga ke tingkat global, Incheon gencar melakukan promosi melalui simposium seni rupa. Pemerintah juga membuat regulasi untuk mendukung Incheon menjadi kota kreatif, meningkatkan kualitas masyarakat melalui budaya, membangun infrastruktur pendukung dan menggelar kegiatan-kegiatan untuk merangsang kreativitas warga (Antara, 2017).

Dari cerita singkat mengenai keberhasilan Incheon menjadi salah satu kota kreatif pilihan UNESCO di atas, dapat diambil beberapa pelajaran penting.

Pertama, Incheon berhasil memperhatikan dan memanfaatkan potensi budaya yang

(4)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

132

telah mengakar lama untuk menjadi sumber pengembangan ekonomi kreatif di kota tersebut. Selanjutnya, keberhasilan Incheon ini perlu dilihat sebagai keberhasilan

“kota” dalam membangun kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki fokus terhadap pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya.Dan yang tak kalah penting bahwa kemitraan tersebut dapat terbangun karena pemerintah berhasil mengidentifikasi para pelaku ekonomi kreatif berbasis budaya (rantai nilai) di berbagai level masyarakat.Apa yang dilakukan oleh Kota Incheon tentu dapat menjadi inspirasi bagi berbagai kota yang memiliki akar budaya yang kuat untuk kemudian dikembangkan menjadi sumber ekonomi kreatif berbasis budaya dan akhirnya menjadi modal untuk membangun kota kreatif.

Sebagai kota yang memiliki tradisi budaya yang tinggi, Makassar tentu berpotensi untuk mengembangkan kota kreatif yang berbasis pada pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya. Apalagi berbagai usaha ekonomi kreatif yang berbasis budaya perlahan mulai tumbuh di Kota Makassar.Ekonomi kreatif ini pada umumnya dikembangkan oleh anak-anak muda dengan berbagai segmentasi usaha, mulai dari usaha T-Shirt hingga tumbuh berkembangnya kelompok musik yang menjadikan nilai-nilai budaya sebagai “penggeraknya.”Belum lagi, perkembangan komunitas di Makassar yang begitu pesat beberapa tahun terakhir juga ikut melahirkan komunitas-komunitas (nirlaba) yang memiliki spirit untuk mempertahankan serta mengkonservasi budaya lokal yang memang perlahan mulai dilupakan.

Berkembangnya pelaku ekonomi kreatif khususnya yang berbasis budaya ini sebaiknya harus dibarengi dengan skema kebijakan dari pemerintah kota dalam bentuk regulasi untuk mendukung lahir dan berkembangnya ekonomi kreatif berbasis budaya dan tentunya dapat menjadikan Makassar sebagai salah satu kota kreatif khususnya yang berbasis budaya di Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh Yogyakarta, Solo atau Bandung.

Dalam konteks regional, khususnya di Asia Tenggara, sektor ekonomi kreatif berbasis budaya juga dapat digunakan sebagai alat untuk membuka ruang dialog antar aktor di berbagai negara dengan mengedepankan prinsip people to people contact. Ruang dialog seperti ini tentu sangat dibutuhkan untuk membangun

(5)

133 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

kohesivitas regional. Dan pada gilirannya, proses regionalisasi tidak bersifat elitis namun sebaliknya dijalankan secara bersama dan terintegrasi.

Dengan demikian, menjadi penting untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana arah kebijakan pemerintah Kota Makassar terkait pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis budaya dan bagaimana potensi pengembangannya secara regional.

Konsep

Ekonomi Kreatif

Ekonomi Kreatif dapat didefenisikan sebagai sebuah proses Penciptaan nilai tambah (ekonomi, sosial, budaya, lingkungan) berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia (orang kreatif) dan berbasis pemanfaatan ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi. Ekonomi Kreatif ini dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional dengan cara sebagai berikut.

Pertama, ekonomi kreatif mengangkat citra dan identitas bangsa Indonesia.Kedua adalah ekonomi kreatif berbasis sumber daya terbarukan sedangkan yang keempat adalah ekonomi kreatif sektor berbasis kreativitas dapat mendorong inovasi.

Ekonomi kreatif melestarikan budaya indonesia dan meningkatkan toleransi sosial (Program Ekonomi Kreatif, 2015).

Istilah ekonomi kreatif dipopulerkan oleh John Howkins pada tahun 2001 yang menggambarkan fenomena perekonomian global yang menghasilkan USD 2,2 Triliun pada tahun 2000 dan meningkat 5 persen setiap tahunnya. Pendapatan tersebut diperoleh dari 15 sektor Ekonomi yang terkait dengan kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan tersebut ditopang oleh rezim perdagangan global yang mengafirmasi Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs) pada Putaran Uruguay di Punta del Este pada tahun 1994. Dengan disepakatinya TRIPs maka industry berbasis kreativitas dan ilmu pengetahuan ini mendapat perlindungan hukum atas kekayaan intelektual mereka. Konsep ekonomi kreatif ini akan dielaborasi lebih lanjut melalui pembahasan tentang Industri Kreatif dan Industri berbasis kebudayaan.

(6)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

134

2.2 Industri Kreatif (Creatives Industries) dan Industri berbasis Kebudayaan (Cultural Industries)

Terminology cultural industries sebenarnya dapat ditelusuri bersamaan dengan perkembangan Mazhab Frankfurt pada tahun 1930an dan 1940an. Saat itu terminology ini berkonotasi negatif karena dianggap sebagai bagian dari komodifikasi kebudayaan dan hanya menguntungkan sedikit pihak saja. Akan tetapi, cara pandang tersebut mengalami perubahan yang signifikan pada periode 1960an, industry berbasis kebudayaan ini mulai menampakkan kontribusi positif dalam pelestarian kebudayaan sekaligus secara ekonomi.

Perkembangan wacana dan konsep industry berbasis kebudayaan ini kemudian menjadi semakin popular saat UNESCO turut aktif mengkampanyekannya sebagai model ekonomi masa depan yang lebih sustainable dan dapat berkontribusi besar bagi upaya peningakatan kesejahteraan masayarakat di berbagai level, baik perkotaan maupun daerah-daerah yang masih tradisional.

Menurut UNESCO Institute for Statistics Model, Industri Kreatif berbasis kebudayaan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yakni industries in core cultural domains dan industries in expanded cultural domain. Kategori pertama meliputi museum, galeri, perpustakaan, penampilan seni, festival, visual art, kerajinan, penerbitan, televisi, desain, radio, film, fotografi dan media interaktif.

Sedangakan kategori kedua meliputi perlengkapan music, arsitektur, periklanan, percetakan, perangkat lunak dan perangkat audiovisual. Kategori inilah nanti yang akan kita telusuri keberadaannya di Kota Makassar.

Pembahasan

A. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Makassar

Perbincangan tentang kota kreatif sejak 2013, mulai terdengar gaungnya.

Walau tidak sepopuler kota cerdas, kota bersih, kota aman, namun perkembangannya berjalan cukup signifikan. Bahkan dalam perkembagan ekonomi, era ini disinyalir sedang memasuki era Creative Economic setelah Agriculture Economic, Industrial Economic dan Digital/Knowledge Economy. Pada era ini kreatifitas serta inovasi manusia ditempatkan sebagai penggerak

(7)

135 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

pertumbuhan ekonomi nasional maupun global. Ekonomi kreatif kemudian dijadikan jalan alternatif yang cukup menjanjikan agar masyarakat dapat hidup lebih sejahtera.

ICCN melahirkan 10 prinsip kota kreatif, kota kreatif yaitu:

1. Kota yang welas asih kota yang inklusif 2. Kota yang melindungi hak asasi manusia

3. Kota yang memuliakan kreativitas masyarakatnya 4. Kota yang tumbuh bersama lingkungan yang lestari

5. Kota yang hidup selaras dengan dinamika lingkungan dan alam sekitar 6. Kota yang memelihara kearifan sejarah sekaligus menbangun semangat pembaharuan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik untuk seluruh masyarakatnya

7. Kota yang dikelola secara transparan, adil dan jujur, yang mengedepankan milai-nilai gotong royong dan kolaborasi

8. Kota yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat 9. Kota yang memanfaatkan energi terbarukan, dan

10. Kota yang mampu menyediakan fasilitas umum yang layak untuk masyarakat.

Sedangkan Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Triawan Munaf telah membuat 16 subsektor bidang ekonomi kreatif yang bisa diaplikasi oleh kota dan kabupaten di Indonesia, yaitu aplikasi dan pengembangan game, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi video, fotografi, kriya (kerajinan), kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio.

Di Indonesia, kota-kota kreatif mulai diinisiasi di beberapa kota besar sejak awal 2010, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, dan mulai menyebar virusnya ke Timur. Makassar salah satunya. Kota ini dengan program pemerintah yang

(8)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

136

sedang menggeliatkan dirinya menuju kota dunia, baik struktur maupun infrastruktur, secara sadar mulai melihat potensi dari sektor-sektor kreatif. Kabar baiknya, mereka menyentuh kelompok-kelompok terkecil dalam masyarakat dan membangun dirinya dengan swakelola dan dilakukan sebagian besar oleh anak- anak muda. Langkah-langkah kecil ini, disambut baik pihak pemerintah sebagai upaya yang berkesinambungan dalam tujuan-tujuan pemerintah Kota.

Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, terdapat lebih dari 140 kelompok komunitas kreatif yang aktif di 14 kecamatan di kota Makassar belum termasuk kelompok-kelompok komunitas kreatif yang lahir di kampus-kampus.

Jumlahnya juga sangat signifikan. Dan jumlah yang besar itu aktif menggelar kegiatan dalam sektor sosial, ekonomi dan budaya secara rutin. Dan yang menarik, kelompok-kelompok kreatif tersebut berjalan bergandengan tangan. Menjunjung semangat kolaboratif untuk saling membesarkan satu sama lain.

Berikut adalah datar komunitas kreatif di Makassar yang tercatat pada tahun 2014 dari berbagai sektor (Tribun News, 2014):

1 Komunitas Blogger Makassar

Angingmammiri 38 Komunitas Sepeda Tua

Makassar

2 Komunitas Makassar Berkebun 39 Persatuan Fotografi Makassar

3 Komunitas Jalan-Jalan Seru Makassar 40 Insta Makassar 4 Komunitas Android Makassar 41 Kaskus Regional

Makassar

5 Komunitas Makassar Backpackers 42 Hijabers Makassar 6 Earth Hour Makassar 43 Stage ID Makassar 7 Komunitas Tangan Di Atas Makassar 44 Klub Buku Makassar 8 Komunitas Pecinta Anak Jalanan 45 Makassar Tokusatsu 9 Komunitas Film Indie Makassar 46 Penyala Makassar

10 Komunitas Taman Indie Makassar 47 Coin A Chance Makassar 11 Stand Up Comedy Makassar 48 Aliansi Remaja

Independen Makassar

12 IMacs Makassar 49 Jaringan Usahawan

Makassar

13 Akademi Berbagi Makassar 50 Makassar Street Clothing 14 Reptil Makassar Community 51 Light Art Makassar

Photography

15 Recycle and Craft Makassar 52 Indonesia Drummer Makassar

16 Limited Games Makassar 53 Free Dive Makassar

(9)

137 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

17 Koprol-ers Makassar 54 Hip Hop Makassar Community

18 Lomonesia Makassar 55 Couch Surfing Makassar 19 Sahabat Indonesia Berbagi Chapter

Makassar 56 Lend a Book Makassar

20 Gerakan Kampung Savana 57 Indonesian Zombie Club 21 Celebes Cake and Baked Community 58 Komunitas Pecinta Sugar

Glider Makassar 22 Indonesia Future Leader Chapter Sul-

Sel 59 Sobat Bumi Makassar

23 Makassar Cooking Club 60 Komunitas Malam Sureq Makassar

24 AIESEC Chapter Makassar 61 Bengkel Seni Makassar 25 Aksi Indonesia Muda (AIM) 62 Komunitas Xperia

Makassar

26 Komunitas Rider Fixie Makassar 63 Fotografer Model Muslimah Makassar 27 Paper Replika Makassar 64 Komunitas Lubang

Jarum Indonesia

28 Komunitas Sukses Mulia 65 Cosplayer Makassar Suki 29 Indonesia's Sketcher Makassar 66 Indonesian Card Artist

Regional Makassar

30 Street Capoeira 67 Berbagi Nasi Makassar

31 Komunitas Orang Baru Belajar 68 Komunitas Catfiz Makassar

32 Komunitas Musik Klasik 69 Komunitas Doggieliciouz 33 Forum Lingkar Pena Makassar 70 Helping Hand

Community 34 Halal Corner Makassar 71 Klontank Gang 35 Pendaki Gunung Sulawesi Selatan 72 Endemic Shuffle

36 Komunitas Pantun 73 Resident Evil

Community of Makassar 37 Komunitas Sobat Lemina 74 Manjadda Wajada

75 Komunitas Fotografi Ponsel Makassar

Komunitas di atas adalah kelompok-kelompok komunitas yang mayoritas berangkat dari kesamaan minat. Hanya sekitar 25% yang murni membentuk dan mengembangkan dirinya sejak awal dalam sektor ekonomi, yang punya output produk ataupun karya. Namun, dalam perjalanannya kemudian kelompok- kelompok komunitas menyadari akan pentingnya pengembangan komunitas sehingga perlu melakukan aktivitas ekonomi. Akhirnya, komunitas-komunitas kreatif yang digerakkan oleh anak-anak muda mulai merambah kerja-kerja produksi

(10)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

138

dan distribusi dari skala yang kecil. Paling berkembang adalah kelompok-kelompok komunitas di sektor kuliner dan fashion.

Sejak tahun 2014 menurut Kepala Seksi Bidang Ekonomi Kreatif A. Engka, Kota Makassar mengalami peningkatan pendapatan khususnya di akhir pekan, saat event komunitas kreatif digelar di beberapa tempat sekaligus. Perputaran transaksi bisa mencapai 30-40 juta setiap minggu di tiap event. Sektor yang paling transaksinya paling signifikan ialah sektor fashion, gelaran terakhir yang diadakan bertajuk Celebes n Beauty memutar uang hingga 16 milyar dalam satu minggu.

Angka ini terus meningkat dalam setiap gelaran komunitas kreatif di Makassar.

Secara empiris sektor ini kemudian dipertahankan dalam rancangan kerja Bidang Ekonomi Kreatif, menurut A. Engka, sektor fashion dan kuliner yang dianggap cukup menjanjikan ini telah dianggap sebagai sektor utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Makassar.

Bagaimana dengan ekonomi kreatif di sektor budaya yang meliputi seni musik, tari dan literasi. Tiga sektor ini, adalah tiga hal utama dalam yang mestinya diberikan ruang besar dalam upaya pelestarian tradisi dan budaya Makassar. Di Indonesia, menurut laporan penelitian Koalisi Seni Indonesia, terdapat 3800 kelompok seni yang setiap tahun semakin menurun mencapai angka 1400 karena tidak ada upaya signifikan dari pemerintah maupun warga sipil untuk melestarikan kelompok kesenian tersebut. Permasalahan yang dihadapi kemunitas kreatif berbasis budaya dalam hal ini kelompok kesenian dialami di hampir semua kota, pun Makassar. Ada 25 kelompok kesenian yang menjadi subjek penelitian oleh Koalisi Seni Indonesia (KSI, 2015). Mereka adalah:

1 Aco Dance Company 14 Rombongan Sandiwara Petta Puang

2 Arsitek Komunitas 15 Ruang Seni Rupa Makassar Art Gallery

3 Bhamboe Film 16 Rumata’ Art Space

4 Cinema Aprisiator Makassar 17 Sanggar Alam Serang Dakko

5 Kata Kerja 18 Sanggar Seni Katangka

6 Kedai Buku Jenny 19 Tanah Indie

7 Lembaga Kesenian Ajuara 20 Teater kita Makassar 8 Makassar Art Group 21 Teater Latoa

(11)

139 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

9 Makassar Bienalle 22 Vonis Media

10 Masyarakat Sastra tamalanrea 23 Yayasan Kesenian Anging Mamiri

11 PERFORMA 24 Yayasan Kesenian Batara

Gowa 12 Perhimpuanan Penulis Literasi-

literasi Makassar 25 Yayasan Selebassi 13 Quiqui

Ke 25 kelompok ini bergerak dibidang seni, musik, pertunjukan tari dan teater, literasi, film dan penerbitan. Menurut hasil penelitian tersebut, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh kelompok kreatif berbasis budaya baik oleh kelompok kreatif di Makassar, maupun di 7 kota besar lainnya di Indonesia. Masalah yang dmaksud, diantaranya:

1. Kesenian belum dinilai sebagai sesuatu yang penting 2. Akuntabilitas lembaga masih diragukan

3. Kesenian belum mampu menghasilkan secara ekonomi 4. Minimnya dukungan pemerintah

Keempat masalah ini, adalah masalah utama yang dihadapi oleh kelompok kreatif berbasis budaya kemudian diturunkan menjadi masalah-masalah lain yang lebih kompleks.

1. Dukungan Pemerintah terhadap komunitas kreatif berbasis budaya di Makassar

Peran pemerintah dalam menjaga keberlanjutan kehidupan kelompok kreatif berbasis budaya seyogyanya sangat dibutuhkan. Efektif tidaknya dukungan tersebut sejatinya bisa dilihat dari beberapa langkah afektif-kognitif dan psikomotorik, yaitu:

(12)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

140

Afektif-kognitif:

- Keberpihakan dan mempunyai peran dalam pengembangan terhadap kualitas seniman dan budayawan melalui edukasi dan penyediaan lembaga-lembaga sosial seni

- Meningkatkan sumber daya kesenian, suprastruktur, dan infrastruktur terkait kesenian masyarakat

- Mengembangkan tradisi dan riset seni Psikomotorik:

- Pembuatan hukum undang-undang dan kepres atau setara dengan itu, karena hukumlah yang akan membatasi apabila ada sesuatu yang menyimpang.

- Menjalin mitra untuk melestarikan, mengembangkan kesenian lokal tradisional.

- Melibatkan peran aktif seniman dalam perumusan dan pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pembangunan.

Pemerintah adalah pihak yang memiliki kewajiban untuk menjamin terwujudnya hak warga negara atas kebudayaan dan kebebasan berekspresi – khususnya melalui kesenian- sebagaimana tercantum dalam Pasal 32 Undang Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka memenuhi kewajibannya tersebut, pemerintah dapat memberikan dukungan terhadap dunia kesenian, dalam bentuk inftrastruktur maupun bantuan pendanaan.

Melalui penelitian KSI tentang Keberlangsungan Kelompok Seni di 8 Kota, digambarkan dalam grafik tentang pendapat umum komunitas kreatif yang berbasis budaya terhadap respon pemerintah dalam mendukung mereka. Hasilnya bisa diperhatikan dari grafik ini:

(13)

141 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 25% responden menyatakan tidak diberi dukungan oleh pemerintah Provensi (59 responden) dan oleh Pemerintah Kota (63 Responden) kepada lembaga seni di daerah masing- masing. Lebih lanjut, terdapat lebih dari 50% responden yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan pemerintah belum melalui proses yang benar. Hanya sekitar 37 resopnden yang menyatakan merintah Provinsi dan 47 responden yang menyatakan pemerintah Kota telah memberikan dukungan sesuai yang dibutuhakn oleh kelompok.

Angka yang cukup besar yang menyatakan bahwa dukungan yang dberikan pemerintah kota maupun provinsi tidak melalui proses yang benar, sekiranya memunculkan permasalahan permasalahan turunanan, misalnya dukungan tidak diberikan secara merata. Sebagian besar, penerima bantuan dukungan dari pemerintah adalah kelompok komunitas yang sudah terkenal dan punya nama, atau memiliki kedekatan personal, atau hanya ditujukan bagi kelompok komunitas yang mengusung kesenian tradisi. Hal ini dikarenakan pemerintah tidak memiliki standar objektif dalam menentukan kelompok mana yang bisa mendapatkan bantuan.

Kemudian, dukungan yang diberikan terkadang tidak tepat. Misalnya pembangunan monument, gapura, pengembangan objek wisata, atau menggelar kegiatan yang berupa seremonial belaka. Dukungan itupun, lebih banyak bukan karena kebutuhan kelompok komunitas, namun menjalankan program pemerintah.

Belum lagi akses mendapatkan dana, sangat sulit didapatkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekonomi Kreatif, sejak tahun 2014 pada dasarnya dukungan terhadap semua kelompok komunitas yang ada di Makassar sudah dilakukan. Dukungan berupa bantuan dana, pengadaan

(14)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

142

infrastruktur terus dikerjakan. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pun selalu berdasarkan kebutuhan kelompok komunitas kreatif yang ada di Makassar.

Beberapa program kerja yang digelar rutin setiap tahun misalnya Pesta Komunitas, Makassar Culinary Night, Festival 8, adalah bentuk dukungan besar pemerintah terhadap kelompok kreatif di Makassar. Sayangnya, ruang-ruang tersebut hanya mewadahi beberapa sektor. Ruang pengembangan komunitas kreatif berbasis budaya seni pertunjukan, literasi dan film tidak diberi kelonggaran ruang.

Mereka seolah hanya melengkapi dan tidak menjadi objek utama dalam hampir semua kebijakan pmerintah hingga tahun 2016.

Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, rencana program tahun 2017 dikhususkan pada pelaksanaan workshop-workshop kesenian yang lebih besar dan pendaftaran HAKI atas karya kesenian yang dimiliki oleh komunitas kreatif.

Dan, akses mendapatkan modal yang bekerja sama dengan perbankan, disebut kredit Usaha Kreatif yang meliputi 16 sektor yang disebut di awal.

Jadi, untuk kelompok komunitas kreaatif berbasis budaya, pemerintah kota Makassar hingga hari ini hanya memberikan dukungan ditataran pertunjukan saja.

Karya-karya kelompok komunitas berbasis budaya seolah berakhir setelah pementasan saja. Tidak ada dukungan untuk pengembangan sumber daya manusia, dan atau untuk peningkatan keahlian. Sementara, hampir dua kali setahun Dinas kebudayaan dan Pariwisata melakukan kunjungan kerja memperkenalkan Budaya Makassar.

Seperti Juni lalu, Makassar membawa misi kebudayaan dan pariwisata ke Spanyol. Lawatan misi kebudayaan dan pariwisata Makassar ke Negeri Matador sekaitan dengan Bazar Solidario Indonesia bertema 'Makassar Day' yang dihelat oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Spanyol dan pemerintah setempat untuk memperkenalkan budaya Indonesia khususnya Makassar.

Makassar sebagai host pada Bazar Solidario Indonesia menampilkan berbagai potensi pariwisata dan kebudayaan yang diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Di arena bazar, pengunjung dapat mencicipi langsung sepuluh ikon kuliner Makassar, semisal coto, konro, songkolo,

(15)

143 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

pisang ijo, dan pisang epe. Mereka juga dapat menyaksikan demonstrasi cara memasaknya. Pemkot juga memperkenalkan lebih dekat budaya lain Makassar, seperti lontara, baju bodo, dan pertunjukan Paraga kepada pengunjung.

Program-program kerja seperti ini sayangnya tidak melibatkan kelompok komunitas kreatif. Program kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memang masih murni ditujukan untuk “menjual” Makassar sebagai kota tujuan wisata. Belum sampai pada upaya merawat nilai budaya.

2. Potensi Membangun Kerjasama Regional Berbasis Budaya Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang digagas sejak tahun 2015 telah memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi yang meliputi: (1) berbasis pada pasar tunggal dan produksi, (2) kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, (3) wilayah pembangunan ekonomi yang adil, dan (4) kawasan yang begitu terintegrasi dalam hal ekonomi global. Karakteristik ekonomi dalam MEA secara langsung melahirkan gagasan-gasagan baru dalam kehidupan masayarakat ASEAN secara keseluruhan.

Gagasan baru dalam regionalisme tersebut dipercaya membutuhkan aspek- aspek yang selalu mampu membuatnya menyatu. Sangat sulit membayangkan keberlanjutan sebuah komunitas tanpa unsure-unsur yang merekatkannya. Dalam teori neo-regionalisme, kohesivitas regional bisa tumbuh melalui bukan hanya oleh aspke ekonomi namun oleh aspek-aspek ideasional. Aspek-aspek ideasional dalam hal ini adalah kebudayaan.

Bergeraknya masyarakat ASEAN pada tataran yang lebih luas dan stabil memungkinkan ruang yang lebih besar pula untuk integrasi nilai-nilai kultural. Arus pengiriman sumber daya manusia di negara-negara ASEAN dalam rangka pemunuhan kebutuhan tenaga kerja yang memadai dan berkapasitas memunculkan potensi besar bagi akuluturasi budaya sesame negara ASEAN.

Indonesia dengan seluruh rupa corak seni dan budaya yang dimiliki, sebenarnya memiliki potensi besar untuk menggali aspek budaya tersebut.

Makassar dengan ragam seni, tradisi, kuliner, fashion seyogyanya bisa

(16)

Zulkhair Burhan-Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Makasar…|

144

menggunakan potensi ini untuk membuka hubungan yang lebih dalam dengan negara-negara ASEAN. Hal ini justru semakin menarik karena geliat-geliat itu sedang diminati oleh kelompok-kelompok komunitas kreatif yang digawangi oleh anak-anak muda Makassar.

Kegiatan F8, misalnya di bulan September lalu yang mempromosikan 8 sektor ekonomi kreatif anak muda Makassar selama 3 hari 3 malam di Anjungan Pantai Losari telah mengundang ribuan turis mancanaegara untuk mengenal Makassar lebih jauh. Mereka mencicipi makanan Makassar, memakai baju adat Toraja, membaca sejarah Bugis Mandar, memainkan alat musik kecapi, mereka melihat Makassar sebagai kota dengan nilai luhur budaya yang kaya.

Potensi ini harusnya bisa dilihat sebagai salah satu unsur yang bisa merekatkan Inonesia dengan negaras sesama ASEAN. Merujuk pada pilar sosial budaya ASEAN, negara-negara ASEAN sebaiknya membangun hubungan people to people. Koneksi ini tepat digunakan dalam membangun ASEAN kedepan.

Memperkenalkan budaya kita, mempelajari budaya orang lain, akan membangun hubungan emosional yang lebih kuat. Dan Makassar memiliki potensi itu. hanya saja perlu didukung dengan program dan kebijakan pemerintah yang strategis. Pemerintah hingga saat ini, hanya memfokuskan pada menjual Makassar sebagai kota wisata. Tapi tidak memperkenalkan Makassar sebagai kota yang berbudaya, sebagai kota yang kaya tradisi dan mencintai seni. Program-program kunjungan yang dilakukan hanya sebatas kunjungan kerja yang belum menyentuh hubungan people to people.

Pemerintah dapat mencangkan program pengembangan kelompok kreatif berbasis budaya dengan mengadakan workshop rutin sekali sebulan dengan sesame anggota ASEAN. Mengadakan pertukaran pemuda untuk menggeluti keterampilan bermusik, menari, penelitian, literasi, film, music dan semua sektor yang menyentuh ranah budaya. Dengan menggali potensi tersebut, Makassar bisa menunjukkan gerak aktif dalam mendukung Masyarakat Ekonomi Asean.

(17)

145 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 4 NO 2

DAFTAR PUSTAKA Website

Agus Widarsono, Strategic Value Chain Analysis: Suatu Pendekatan Manajemen Biaya, http://agusw77.files.wordpress.com/2009/06/analisis-rantai-nilai- value-chain- analisis.pdf

Apa itu Ekonomi Kreatif, Diunduh dari http://gov.indonesiakreatif.net/ekonomi- kreatif/

Creative Cities Network Mission Statement, Diunduh dari http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/CLT/pdf/Missi on_statem ent_Bologna_creative_cities_meeting.pdf

http://www.unesco.org/new/en/culture/themes/creativity/creative-cities- network/about-creative-cities/

Incheon Berbagi Pengalaman Jadi Kota Kreatif UNESCO, Diunduh dari

http://www.antaranews.com/berita/407445/incheon-berbagi-pengalaman- jadi-kota- kreatif-unesco

http://www.creativeeconomy.com/

Program Ekonomi Kreatif. http://program.indonesiakreatif.net/creative-economy/

Buku

Howkins, John. 2013. Creative Economy: How People Make Money from Ideas (second edition). Penguin Global Publisher.

Lisa Harison. 2007. Metodologi Penelitian Ilmu Politik (terjemahan). Jakarta:

Penerbit Kencana

Keane, Jodie. 2008. A new Approach to Global Value Chain Analysis. Overseas Development Institute.

Laporan

Creative Economy Report 2013 (Special Edition) “widening local development pathways. Publshed by United Nations Development Program: New York.

Wawancara

Wawancara dengan Kepala Seksi Ekonomi Kreatif Kota Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Program Keluarga Harapan adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM), yaitu program pemerintah

Di antara faktor utama yang mempengaruhi perilaku seks bebas, peneliti tertarik pada faktor religiusitas dan kematangan emosi sebagai independent variabel yang digunakan untuk