• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejalan dengan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sejalan dengan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Persamaan penelitian Teny Wulan Sudaniti dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang storytelling. Persamaan penelitian Edi Setiawan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti storytelling dan sama-sama menggunakan komik.

Pengertian Efektivitas

Jadi, pengertian efektivitas adalah dampak yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk menentukan derajat tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan mengenai keefektifan penggunaan media komik sebagai upaya, ukuran upaya dalam pembelajaran menggunakan alat (media) dalam mencapai tujuan yang direncanakan.

Media Pembelajaran

Salah satu upaya dalam sumber belajar adalah penggunaan media, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat pendidikan yang dapat digunakan sebagai mediator dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, menciptakan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta memberikan dampak psikologis pada siswa.

Penggunaan media pembelajaran dalam orientasi pembelajaran akan sangat membantu mengaktifkan proses pembelajaran serta menyampaikan pesan dan isi pengajaran pada saat itu.

Komik

Oleh karena itu, pasar komik kini semakin meluas karena komik tidak lagi hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja, namun juga untuk remaja dan dewasa.Isi cerita dalam komik untuk anak-anak dan dewasa jelas berbeda baik tema maupun isinya. Komik anak-anak lebih banyak bercerita tentang kehidupan sehari-hari, mengenal lingkungan dan orang lain, sedangkan komik remaja tidak sedikit yang membahas tentang masa pubertas dan bercerita tentang kehidupan. Ada pula yang menyebut komik sebagai cerita bergambar, gambar bernarasi, cerita bergambar, pikto-fiksi, dan sebagainya.

Strip disebut juga komik surat kabar, yaitu jenis komik yang terbit setiap hari atau mingguan dan hanya terdiri dari beberapa panel. Strip juga dapat diartikan sebagai penggalan-penggalan gambar yang dirangkai atau dirangkai menjadi sebuah cerita pendek. Isi cerita komik tidak terpaku pada kenyataan bahwa ia harus tamat pada saat itu juga, bahkan dapat dibentuk menjadi cerita berseri atau serial.

Komik strip biasanya ditampilkan dalam tayangan harian atau mingguan di surat kabar, majalah, atau tabloid atau buletin. Komik strip dapat digunakan secara efektif oleh guru dalam upaya membangkitkan minat, mengembangkan kosa kata, dan mengungkapkan gagasan yang tersirat dalam komik. Penggunaan komik sebagai alat pengajaran dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita tentang hal-hal yang terdapat dalam komik dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Komik strip yang akan digunakan dalam pengajaran khususnya keterampilan berbahasa Indonesia hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Konsep Dasar Berbicara dan Bercerita a. Pengertian berbicara dan bercerita

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa berbicara adalah suatu gagasan/pendapat/gagasan dan keinginan penggunaan bahasa lisan dari seseorang ke orang lain atau kepada khalayak umum, seperti: berbicara, berpidato, berdiskusi, 'bercerita'. cerita dan sebagainya. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata yang mengartikulasikan untuk menyatakan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1990:15) dari (www.google.co.id) diambil pada 10 Januari 2017. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia , kata bicara mempunyai arti berkata, berbicara, berbicara, melahirkan pendapat, perundingan. Sedangkan kata kemampuan adalah kesanggupan, keterampilan, kekuasaan dan kekayaan. Dan dari kedua istilah tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kesanggupan atau kesanggupan berkata atau berbahasa untuk mengungkapkan pendapat atau gagasan dalam suatu percakapan atau pertemuan.

Bercerita juga diartikan sebagai suatu bentuk atau metode yang digunakan untuk menjalin komunikasi dalam pendidikan anak. Dengan keterampilan bercerita, seseorang dapat menyampaikan: (1) berbagai jenis cerita; (2) mengungkapkan emosi yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan; (3) ekspresi kesediaan dan keinginan untuk berbagi pengalaman yang diperoleh. Bercerita merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan keterampilan pragmatis berbicara siswa.Untuk bercerita setidaknya ada dua hal yang harus dikuasai siswa, yaitu.

Di akhir pembicaraan, pembicara menginginkan tanggapan dari pendengarnya.Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, memberi informasi, menyemangati, membujuk atau menggerakkan pendengarnya. Pokok pembicaraan yang menarik biasanya sebagai berikut: . merupakan hal yang menjadi kepentingan bersama; merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya; merupakan permasalahan yang banyak dibicarakan di masyarakat atau permasalahan yang jarang terjadi; mengandung konflik atau perselisihan. Hal berikutnya dari prinsip keterampilan bercerita yang mutlak dimiliki oleh seorang pendongeng adalah seorang pendongeng perlu mempersiapkan diri dengan baik sebelum ia berani bercerita di depan kelas.

Kerangka Pikir

Berdasarkan alur yang telah diuraikan diduga minat dan kinerja belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Materi Pembelajaran
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Materi Pembelajaran

Hipotesis

Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan tindakan kelas berupa pembelajaran dengan menggunakan teknik pengajaran menggunakan media komik di kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana kemampuan bercerita siswa VII. kelas di SMP Negeri 3 Pangale Kab mengalami peningkatan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui hasil pengobatan secara lebih tepat karena dapat membandingkannya dengan kondisi yang telah diobati sebelumnya (Sugiyono, 2014:74). X : Menyikapi atau menyikapi penggunaan media komik dalam meningkatkan kemampuan bercerita siswa Kelas VIIA (Kelas Eksperimen) SMP Negeri 3 Pangale.

Tidak ada perlakuan atau perlakuan media komik yang diberikan pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIIB (kelas kontrol) di SMP Negeri 3 Pangale. Dalam penelitian ini terdapat prosedur atau tahapan yang akan dilakukan yaitu tes awal (pre-test) dilakukan dua kali duduk, perlakuan pada tahap ini dilakukan satu kali duduk dan tes akhir (post-test) dilakukan dua kali duduk. tes) akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang dilakukan. Jadi, jumlah pertemuan dalam penelitian ini adalah 10 pertemuan (5 pertemuan untuk kelas eksperimen dan 5 pertemuan untuk kelas kontrol).

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi penelitian yang diambil secara total sampling, karena seluruh kelas yang ada di sekolah tersebut yaitu kelas VIIA digunakan sebagai sampel.

Defenisi Operasional Variabel 1. Definisi Operasional

Variabel merupakan indikator keberhasilan penelitian yang sangat penting, karena variabel merupakan objek penelitian yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “peningkatan kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 3 Pangale Kab.

Tempat Penelitian

Instrumen Penelitian

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti dengan sumber data yang akan diteliti.

Uji Prasyarat Analisis Data Penelitian 1. Uji Normalitas Sebaran

Sebaliknya jika p-value kurang dari signifikansi 5% maka dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal. Tujuan dari uji homogenitas varians adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara mean hitung masing-masing kelompok. Tes ini dilakukan terhadap data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta pada data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dari uji tabel dikatakan homogen apabila nilai signifikansi (sig) lebih besar dari 0,05 (sig>0,05). Sebaliknya jika nilai signifikansinya lebih kecil (sig<0,05), maka sampelnya tidak homogen.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Hipotesis Statistik

Mamuju Tengah yang pembelajarannya menggunakan media komik dan yang pembelajarannya tanpa menggunakan media komik. Ha: µ1 >µ2 Penggunaan Media Komik dalam Mengajarkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pangale Kab. Ha : µ1 ˗ µ2 Penggunaan Media Komik dalam Mengajarkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Kecamatan Polo Pangale.

Deskripsi Hasil Penelitian

  • Deskripsi Data Skor Pre-test Kemampuan Bercerita Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
  • Deskripsi Data Skor Post-test Kemampuan Bercerita Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
  • Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Sebaran
  • Uji Normalitas Sebaran Pre- test Kelas Eksperimen
  • Uji Normalitas Sebaran Post-test Kelas Eksperimen
  • Uji Normalitas Sebaran Pre- test Kelas Kontrol
  • Uji Normalitas Sebaran Post- test Kelas Kontrol
  • Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengolahan data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh data statistik utama. Deskripsi data hasil pre-test kemampuan bercerita kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan data pengukuran tes awal atau pretest kelas eksperimen dari subjek yang berjumlah 26 siswa, nilai tertinggi 68 diraih oleh 3 siswa dan nilai terendah 40 diraih oleh 1 siswa.

Deskripsi data skor postes kemampuan bercerita pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen dan kontrol. Jika p-value (sig) < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti sebaran data kedua kelas tidak normal. 1) Uji normalitas distribusi sebelum uji kelas eksperimen. Hasil perhitungan uji normalitas dengan pretest kelas eksperimen menunjukkan (p-value (sig) > α > 0,05) yang berarti sebaran data pretest kelas tersebut adalah normal.

Hasil perhitungan uji normalitas dengan pretest kelas kontrol menunjukkan (p-value (sig) > α > 0,05) yang berarti sebaran data pretest kelas tersebut adalah normal. Hasil perhitungan uji homogenitas varians data pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan program SPSS 16.0 dengan uji statistik yang digunakan untuk menguji homogenitas adalah uji F yaitu perbandingan varians terbesar dengan simpangan terkecil. Dalam penelitian ini uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan narasi antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada saat post-test.

Tabel 4.1 Data Statistik Induk Kelas  Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.1 Data Statistik Induk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pembahasan

Diskripsi Kondisi Awal Kemampuan Bercerita Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Nilai-nilai tersebut kemudian diperiksa dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% yang menunjukkan nilai t tabel sebesar 2,010. Pada pretest ini siswa juga kesulitan dalam mengidentifikasi peristiwa pokok yang mengawali cerita, konflik cerita, dan penyelesaian cerita, sehingga nilai bercerita masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari penyajian cerita, siswa masih belum bisa menghidupkan cerita tersebut.

Pembelajaran Kemampuan Bercerita dengan Menggunakan Media Komik Lebih Efektif daripada Pembelajaran tanpa Menggunakan

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media komik lebih efektif dibandingkan pembelajaran tanpa penggunaan media dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan bercerita. Penggunaan media komik merupakan salah satu hal yang penting dan berpengaruh dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini media komik terbukti meningkatkan keterampilan bercerita siswa serta dapat merangsang kreativitas dan motivasi siswa dalam bercerita.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media komik lebih efektif dalam pembelajaran bercerita dibandingkan pembelajaran bercerita tanpa menggunakan media. Media komik pada kelas eksperimen untuk pembelajaran keterampilan bercerita dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami pembelajaran dan tetap aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar atau pertunjukan.Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media komik menarik minat dan menyenangkan bagi siswa. Siswa lebih menyukai media komik juga karena komik merupakan penggalan gambar yang dirangkai menjadi cerita pendek yang menarik dan mengandung rasa humor.

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar hendaknya digunakan secara efektif dan mampu menarik perhatian siswa agar materi yang disampaikan dapat dipahami dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan belajarnya. Berbeda dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan media kartun, siswa kurang antusias mengikuti pendidikan bahasa Indonesia.

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir Materi Pembelajaran
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pangale Kab.
Tabel 3.3 Data Sampel Kelas Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Excellent, accept the submission 5 x Good, accept the submission with minor revisions required 4 Acceptable, revisions required 3 Resubmit for review, major revisions required 2