• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PEMBANGUNAN DESA LEBAKHARJO MELALUI PERKEMAHAN WIRAKARYA DUNIA I (COMDECA) TAHUN 1990-2015 - Repositori STKIP PGRI Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SEJARAH PEMBANGUNAN DESA LEBAKHARJO MELALUI PERKEMAHAN WIRAKARYA DUNIA I (COMDECA) TAHUN 1990-2015 - Repositori STKIP PGRI Sidoarjo"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Desa Lebakharjo dipilih oleh Kwratir Gerakan Pramuka Nasional sebagai kelanjutan dari Perkemahan Wirakarya Aspac (Asia Pasifik) sebelumnya yang juga dilaksanakan di Desa Lebakharjo. Bagaimana peran gerakan pramuka di tingkat nasional, regional dan industri dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Comdeca. Apa dampak kegiatan Comdeca gerakan Pramuka bagi masyarakat desa Lebakharjo dan sekitarnya.

Pembahasan ini dimulai dari kondisi desa sebelum dilakukannya kegiatan melalui Gerakan Pramuka hingga proses pembangunan yang sedang berlangsung melalui kegiatan Comdeca dengan anggota Pramuka dari seluruh dunia serta dampak perkembangan tersebut terhadap masyarakat desa Lebakharjo dan sekitarnya. Memahami peran gerakan Pramuka di tingkat nasional, regional dan industri dalam persiapan pelaksanaan kegiatan Comdeca. Pemahaman atas hasil kegiatan Comeca yang dilakukan Gerakan Pramuka bersama-sama dengan Gerakan Pramuka di seluruh dunia dapat membawa manfaat bagi masyarakat desa Lebakharjo dan sekitarnya.

Sejarah Gerakan Pramuka Indonesia a. Masa Pensiagaan Nasional (1908-1928)

Pada tahun 1929, Baden Powell menerima gelar kehormatan "Lord" hingga namanya menjadi Lord Baden Powell dari Gilwell dengan julukan Baron, gelar tersebut diberikan oleh Raja George V. Sejak Boden Powell mendirikan organisasi kepanduan di Inggris pada tahun 1857, banyak lainnya negara-negara yang mendirikan organisasi kepanduan di negaranya masing-masing termasuk Belanda pada tahun 1910. Pada tahun 1914 terjadilah Perang Dunia Pertama yang mempengaruhi keputusan Grand Quarter di Belanda yang memutuskan bahwa NPO di Hindia Belanda harus dapat berdiri tegak. sendiri untuk menjadi kabupaten besar yang mandiri.

Maka pada tanggal 4 September 1914 LSM cabang di Hindia Belanda berganti nama menjadi Nederland Indisce Pavinders Vereeniging (NIPV). Organisasi baru ini menjadi organisasi eksklusif yang hanya memperbolehkan anggota tertentu dan terbatas dari pemuda dan pemudi Hindia Belanda, sesuai dengan etos koers6 dalam politik kolonial. Pada tahun 1916, atas prakarsa S.P Mangkunegara VII di Surakarta, didirikan organisasi kepanduan nasional pertama di Hindia Belanda dengan nama Javaanse Padvinders Organisatie (JPO), disusul dengan munculnya organisasi Teruna Kembang untuk wilayah Kesunanan di bawah naungan kepemimpinan Pangeran Suryobrotp.

Pada tahun 1918, atas prakarsa Kiyai Haji Ahmad Dahlan, didirikanlah Pavinders Muhammadiyah yang kemudian pada tahun 1920 berganti nama menjadi Hizbul Wathon, hingga kini dikenal dengan nama HW atas gagasan Sjiradj Dahlan, Sarbini dan kawan-kawan lainnya. A. Pada tahun 1912 sampai tahun 1928, banyak didirikan organisasi kepanduan di Hindia Belanda. Melihat fenomena tersebut, pada tahun 1924 Belanda mengutus G.J. Ranneft sebagai Komisaris Utama NIPV untuk mendekati pimpinan organisasi kedandan di Hindia Belanda dan mengadakan perkemahan di Dag di Bandung. dengan membuka kesempatan bagi seluruh generasi muda yang ingin bergabung.

KBI bertujuan untuk turut serta dalam pendidikan putra-putri Indonesia, agar menjadi warga negara yang sehat, bahagia, dan berguna bagi nusa dan bangsa; menyatukan kepanduan berdasarkan kebangsaan dan dengan organisasi kepanduan lainnya untuk mengurangi rasa kedaerahan; memperluas rasa cinta tanah air ke seluruh pelosok nusantara, serta memberikan landasan perjuangan bangsa Indonesia; menghasilkan tenaga kerja yang mampu memikul tanggung jawab yang berat untuk kepentingan bangsa dan tanah air sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1938 atas prakarsa KBI pada akhir bulan April 1983 di Solo diadakan rapat gabungan antar anggota yang kemudian merencanakan “Jambore Seluruh Indonesia” dan kemudian dibentuk suatu badan pengurus yang disebut Badan Pusat Persaudaraan Pramuka Indonesia disingkat BPPKI yang berkedudukan. di Solo.

Perkembangan Kepanduan Putra

Pandu Rakyat Indonesia didukung oleh seluruh Pimpinan Pramuka dan terikat erat dengan “Ikrar Ikatan Suci” yang berbunyi: menggabungkan seluruh Persatuan Pramuka Indonesia menjadi satu Organisasi Pramuka: Pandu Rakyat Indonesia; tidak akan lagi menghidupkan kembali Kepanduan lama; Tanggal 28 Desember diperingati sebagai Hari Pandu bagi seluruh Indonesia; mengganti manset leher warna-warni dengan yang hitam. Pada tanggal 25 Maret 1947, Presiden RI menyetujui untuk menjadi pelindung Pramuka Rakyat Indonesia, dan pada tanggal 22 Agustus 1947 dibentuklah Pandu Putri Kwartir Agung yang mengurusi segala urusan yang berkaitan dengan Pramuka, di bawah pimpinan Ny. Soehariah Soetarman. . Perkembangan Pramuka Rakyat Indonesia sempat terganggu ketika terjadi agresi militer Belanda dan NICA didukung Sekutu, kemudian terjadi pertempuran antara bangsa Indonesia dengan Sekutu karena Belanda mulai menunjukkan tidak menginginkan kemerdekaan dan kedaulatan di Republik Indonesia. Indonesia.

Puncak pertempuran kembali terjadi sejak Belanda terang-terangan mengobarkan perang kolonial yang dimulai pada tanggal 21 Juli 1947 yang dikenal dengan Agresi Militer I. Daerah yang diduduki Belanda terputus sehingga menghentikan segala kegiatan pengintaian. 12 Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer yang dilakukan Belanda di pulau Jawa dan Sumatera yang dimulai pada tanggal 21 Juli sampai dengan 5 Agustus 1947. Tujuan utamanya adalah merebut daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang mempunyai sumber daya alam khususnya minyak bumi. Belanda berhasil menembus wilayah yang dikuasai NKRI di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Sahir, berdomisili di Bukit Tinggi; membentuk badan penghubung dengan daerah di luar NKRI yang dipimpin oleh Dr Moewadi (sebelum diculik pada bulan September; membentuk pos depan (voorposten) Pandu Rakyat Indonesia di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur, serta di perbatasan garis demarkasi13 untuk memperlancar hubungan dengan Pusat Kepemimpinan di Yogyakarta dan tetap menyelenggarakan kursus kepemimpinan di luar daerah pendudukan di Pulau Jawa.Tokoh Pramuka berjuang dengan caranya sendiri melawan penjajahan Belanda di daerahnya masing-masing, tidak sedikit pula yang kemudian gugur di medan perang. cukup untuk mencapainya, Belanda pun mengeluarkan larangan kegiatan Pramuka Rakyat Indonesia di wilayah yang dikuasainya.

Perkembangan Kepanduan Puteri

Puteri Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya organisasi pramuka di Indonesia yang memulai komunikasi dengan World Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS) sejak tahun 1948 sebagai pusat organisasi pramuka yang menaungi pramuka di seluruh dunia. Ketika KBI yang merupakan salah satu organisasi kepanduan besar yang bertepatan dengan wafatnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 8 Januari 1952 menyatakan untuk membangun kembali dan melaksanakan tradisi lamanya. Sehingga dalam waktu relatif singkat muncul organisasi-organisasi kepanduan baru, yang sudah ada sebelumnya kembali berdiri dan yang tergabung dalam Pandu Rakyat dinyatakan berdiri sendiri.

Karena Pandu Rakyat bukan satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia, maka dengan keputusan Menteri PP&K nomor 23441/Kab tanggal 6 September 1951, pengakuan pemerintah dicabut dan dikembalikan ke keputusan menteri PP&K nomor 93/Bab A tanggal 1 Februari 1947 Pandu dicanangkan sebagai satu-satunya organisasi kepanduan bangsa Indonesia, perkumpulan yang mempunyai kepercayaan untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan di seluruh Indonesia. Reaksi terhadap keputusan pemerintah mengenai organisasi kepanduan tercermin dalam reuni para pemimpin pramuka di Jakarta. Selain organisasi kepanduan yang tergabung dalam Ipindo, masih banyak organisasi kepanduan yang belum bergabung dengan Ipindo.

Kemudian terdapat lebih dari satu organisasi kepanduan di setiap kota di Indonesia yang telah membentuk badan persaudaraan pramuka (BPK) sebagai upaya memperlancar hubungan persaudaraan dan kerjasama antar pramuka masing-masing. Untuk menyambut kegiatan dasawarsa Republik Indonesia, pada tahun 1955 Ipindo berencana menyelenggarakan jambore nasional dengan mengundang seluruh organisasi Pramuka yang ada. Kegiatan Jambore Nasional ini terbuka bagi seluruh organisasi Pramuka yang ada, baik yang sudah bergabung di Ipindu maupun yang belum.

Seminar ini dihadiri oleh 83 orang dari berbagai organisasi kepanduan di Indonesia, baik anggota Ipindo maupun non anggota Ipindo. Seminar tersebut menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat menjadi syarat mengikat antar Organisasi Kepanduan di Indonesia, agar seluruh Organisasi Kepanduan dapat bersatu. Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa beliau berkonsultasi dengan Sri Sultan Hamengku Buwana IX yang merupakan Pramuka Besar yang bermaksud menyatukan seluruh organisasi kepanduan dalam satu nama yaitu Pramuka.

Beliau memutuskan untuk membubarkan seluruh organisasi Pramuka dan menggabungkannya menjadi satu organisasi yang diberi nama Gerakan Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan Pramuka di Indonesia.

Metode Penelitian

Dokumentasi diperoleh dari arsip foto kegiatan DPD Jatim, prangko (sampul hari pertama) tahun 1993 beserta foto kegiatan Comdeca. Cerita rakyat yang berkembang di masyarakat pada saat kegiatan Comdeca berlangsung, penulis dapat menanyakan kepada Bapak Marno selaku Kepala Desa Lebakharjo. Dalam menerapkan kritik dari sumber luar ke sumber tertulis, perlu memperhatikan bahan yang digunakan, misalnya batu atau logam (prasasti), kertas (arsip atau naskah), jenis tinta dan gaya huruf secara bersamaan. dengan surat-surat tersebut atau tidak (Kuntowijoyo Dalam penelitian ini, kritik eksternal dapat dilihat dari arsip-arsip surat menyurat yang ada di Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur tahun 1990 hingga tahun 1993 yang pada saat itu masih menggunakan mesin tik manual, dengan kertas yang sudah usang dan menguning.

Notosusanto Dalam penelitian ini kritik internal dilakukan penulis dengan cara mewawancarai Bapak. Muji selaku pelaku atau peserta kegiatan Comdeca berasal dari Desa Lebakharjo dan Bapak. Marno sebagai Kepala Desa. Pernyataannya kemudian dipadankan dengan Wakil Ketua Kwarda Binawasa Jatim yakni Bambang SW selaku pengurus gerakan pramuka Kwartir daerah Jatim pada sela kegiatan tersebut. Interpretasi, yaitu penafsiran yang dilakukan peneliti terhadap fakta sejarah yang ditemukan, meliputi fakta mental (jiwa), sosiofak (hubungan sosial), dan artefak (benda).

Dalam penafsiran penelitian ini, penulis menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain sehingga dapat ditemukan rangkaian peristiwa sejarah yang relevan dengan penelitian yang akan ditulis. Misalnya saja terdapat arsip dari Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur tentang surat tugas nomor 540/ST/1991 tentang survei lokasi Comdeca I Dunia, didukung lebih lanjut dengan Laporan Survei Kelompok Kerja Comdeca I Dunia pada 14-17 Oktober 1991 tentang lokasi dan proyek yang akan dibangun dalam kegiatan Comdeca. Dalam tulisan ini peneliti menuliskannya berdasarkan fakta-fakta kejadian mulai dari kondisi Desa Lebakharjo pada tahun 1990an dari sudut pandang pembangunan hingga dampak dari pembangunan tersebut pada tahun 2015.

Ditunjuknya Indonesia oleh Wosm sebagai tuan rumah kegiatan Comdeca, bagaimana Indonesia merintis pengabdian masyarakat yang pertama kali mendunia pada saat itu, sehingga dapat memperoleh kepercayaan untuk mendatangkan anggota Pramuka dibawah Wosm dari seluruh dunia untuk datang dan membangun Desa Lebakharjo. Jawa Timur tepatnya Kabupaten Malang sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan Comdeca oleh Kwartir Nasional, terbagi mulai dari proses persiapan, proses kegiatan sampai dengan akhir kegiatan yang berdampak pada masyarakat Desa Lebakharjo pada khususnya dan masyarakat Desa Lebakharjo. masyarakat sekitar pada umumnya.

Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

Terindeks di : Scopus r-] Kategori Publikasi Makalah ,l { I Prosiding Forum Ilmiah Intemasional @eri{n padakatagori yang tepat [-l ProsidingForumllmiah Nasional Hasil Penilaian Peer