SEJARAH SENI RUPA NUSANTARA
Disusun oleh:
Hasnaa ‘Aliyah Devi (K3222022) Kelas Teori A
Dosen Pengampu : Dr. Edi Kurniadi.,M.Pd.
Pendidikan Seni Rupa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
SEJARAH SENI RUPA NUSANTARA
Bagaimana seni rupa masa mooi indie
Mooi Indie adalah aliran seni lukis yang berkembang di Hindia Belanda pada abad ke-19. Lukisan-lukisan yang menggambarkan keindahan alam hindia belanda.
Hindia Belanda atau Hindia Timur Belanda adalah sebuah daerah pendudukan belanda yang wilayahnya saat ini dikenal dengan nama Republik Indonesia.
Nama Hindia molek atau Mooi Indie diberikan sebagai nama sindiran oleh Soedjojono, untuk menerangi tipe karya dan pengarahan tema seni lukis zaman hindia belanda.
Pelukis Mooi Indie
Pelukis pri bumi dengan mashab hindia molek terbatas kemampuannya pada pelukisan keindahan pemandangan alam. Mereka adalah R, Abdulla Suriosubroto, Wakidi, M. pringadi
Pelukis Asing yang tertarik keindahan alam tropis Nusantara dengan latar belakng pendidikan studi di Eropa dan menetap di Jawa. Mereka adalah Aldoolf Locatelli , Desentje, Jan Frank, Theo meiyer, Strasscher,Sayer, Dake.
Seni rupa Masa Hindia Molek
Karya masa Hindia Molek atau mooi indie
Sudah tidak bertemakan seperti masa R. Saleh “ ala Renaissance di Eropa”
dengan disiplin teknis yang sangat tinggi para seniman asing maupun pribumi takjub oleh keindahan alam Hindia Belanda, paran perupa belanda melukisnya dengan di atas kanvas.
Sudjojono (Tokoh PERSAGI) mengkritik lukisan mooi indie yang serba molek melenakan masyarakat bumiputra dari keadaan sesungguhnya : terjajah.
Dia menganggap lukisan mooi indie tak lebih hanya untuk “ menghibur”
Bagaimana seni rupa masa PERSAGI Masa PERSAGI (1938- 1942)
PERSAGI ( persatuan ahli gambar Indonesia ) Persagi bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan kepribadian Indonesia.
PERSAGI didirikan oleh S. Sudjojono dan Agus djaja dan otto djaja. Mereka dianggap sebagai pelopor seni lukis Indonesia modern dan sejumlah pelukis lain bergabung.
Pendirian persagi dipengaruhi oleh situasi politik pada masa itu.
Misi persagi yaitu mencari sintetis dari lukisan tradisional – modern dan mengembangkan gaya mereka sendiri yang bercirikan keindonesiaan.
Bagaimana seni rupa masa Jepang
Selama pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), Jepang berusaha untuk menyenangkan hati rakyat Indonesia dengan mengizinkan berdirinya POETRA dan Keimin Bunka Shidoso.
POETRA
POETRA atau pusat tenaga rakyat adalah sebuah organisasi politik yang berdiri pada tahun 1942 oleh sekelompok pejuang Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Poetra memiliki beberapa departemen kebudayaan dibawah kepemimpinan S. Sudjojono dan Affandi. Misi mereka adalah mempromosikan dan mempopulerkan seni murni kepada
masyarakat luas.
Pada tahun 1942 Poetra berdiri dan mulai memamerkan hasil lukisan dari para seniman muda yang berdomisili di Jakarta. Pada tahun ini pula dipertunjukkan pameran solo dari pelukis Basuki Abdullah, Affandi, Kartono Yudokusumo dan Nyoman Ngendon. Setelah melihat hasil karya Affandi,
Keimin Bunka Shidoso terdiri dari berbagai aliran seni seperti sastra, musik, tari, drama, film, dan seni murni. Departemen seni murni dipimpin oleh Agus Djojo yang dulu menjadi salah satu pendiri PERSAGI. Unttuk kegiatan lembaga ini pihak Jepang meminta Sudjojono, Basuki Abdullah, dan Subanto untuk mengajarkan seni murni kepada para seniman baru. Seniman baru ini banyak yang datang dari luar jakarta seperti Zaini, Nashar dan Moctar Apin dari Sumatera Barat ; Trubus dan Kusna Tengah ; Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Otto Djaja dan Dullah merupakan seniman-seniman pemula yang karyanya dipamerkan pada pameran Keimin Bunka
Shidoso.