• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Ayah dan Ibu, terima kasih telah memberikan iman, dukungan dan doa kepada Ivan sepanjang masa studi dan kehidupannya. Kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Latar Belakang Masalah

KUHP (1) Barangsiapa melakukan tindak pidana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena jiwanya tidak mampu berkembang atau terganggu oleh penyakit, tidak dapat dihukum. Hukum pidana tidak dapat memberikan sanksi pidana tanpa adanya undang-undang sebelum dilakukannya tindak pidana tersebut. Selain KUHP, terdapat peraturan lain yang memuat tindak pidana yang diatur dalam undang-undang lain di luar KUHP, antara lain UU No. 41 Tahun 2014, Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 2014 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam hukum pidana a quo memberikan perlindungan terhadap hewan dan kesehatan hewan, namun masih banyak celah hukum dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 yang tidak melindungi hewan penganiayaan atau penganiayaan terhadap hewan, sehingga pertahanan terhadap hewan harus memberikan kerusakan terlebih dahulu sebelum mereka dapat melakukannya. memberikan sanksi pidana.

Pasal 66A Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan “setiap orang dilarang menganiaya dan/atau menganiaya hewan sehingga menyebabkan cacat dan/atau tidak produktif”.

Permasalahan dan Ruang Lingkup

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul “Analisis Kebijakan Hukum Pidana Tentang Persetubuhan Dengan Hewan”. Untuk mengetahui kekuatan hukum perlindungan hewan terhadap perbuatan seksual dengan hewan, apakah dapat ditangani melalui sistem peradilan pidana. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pelengkap kajian hukum pidana khususnya yang berkaitan dengan perlindungan hewan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan masukan positif kepada aparat penegak hukum dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam menanggulangi tindak pidana dan membuat undang-undang agar penanganan tindak pidana dapat dilakukan dengan lebih maksimal.

Kerangka Teori dan Konseptual

Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kebijakan/kebijakan hukum pidana (criminal policy) juga merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum (law enforcement policy).11. Kebijakan hukum pidana pada hakikatnya adalah upaya untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan pidana sesuai dengan kondisi pada saat tertentu (ius constitutum) dan di masa yang akan datang (ius konstitutum). Bahwa kebijakan hukum atau kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum.

Kebijakan hukum pidana pada hakikatnya adalah upaya untuk mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana sesuai dengan kondisi pada saat tertentu (ius constitutum) dan di masa yang akan datang (ius konstitutum).18.

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Hukum pidana Indonesia adalah suatu peraturan hukum yang dianut berdasarkan hukum pidana Belanda (wetboek van straftrecht) yang mengatur dalam peraturan hukumnya secara umum atau biasa disebut hukum publik bagi siapa saja yang tidak menaatinya. Nervesapa adalah penyiksaan fisik atau rasa sakit atau penderitaan yang dialami, berbagai jenis rasa sakit diatur dalam hukum pidana Indonesia berupa pidana pokok yang terdiri dari pidana mati, pidana penjara, kurungan, denda dan kurungan, serta sanksi pidana tambahan berupa pencabutan. hak-hak tertentu, penyitaan barang-barang tertentu, dan pengumuman keputusan hakim.20.

Pengertian Kebijakan Hukum Pidana

Kebijakan hukum pidana sendiri terdiri dari dua bagian yaitu kebijakan pidana dan non pidana yang tujuan utamanya adalah untuk melaksanakan hak asasi manusia dalam kehidupan berkelompok.Kebijakan hukum pidana ini dibentuk dan diciptakan berdasarkan pola pikir hukum pidana sebagai alat yang paling efektif terakhir. sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan permasalahan, hal ini disebabkan karena hukum pidana harus menjadi solusi yang memperlakukan pelaku kejahatan karena takut melakukan kejahatan dan mempunyai efek jera dengan efektivitas sanksi untuk mengurangi dan meminimalisir kejahatan dan pelanggaran. Kebijakan hukum pidana seiring berjalannya waktu mengalami pergeseran, mengubah tujuan pemidanaan dari yang bersifat punitive yaitu balas dendam terhadap korban agar tidak melakukan penegakan hukum secara sewenang-wenang, menjadi restorative yaitu mengembalikan keadaan semula bagi pelaku dan korban sedemikian rupa sehingga setelah suatu perkara selesai, pelaku dan korban dapat kembali ke masyarakat dengan sistem pemulihan yang mengutamakan korban namun tidak menghilangkan kepedulian terhadap pelaku kejahatan.

Pengertian Persetubuhan dengan Hewan

Kepuasan orgasme biasanya didapat dengan melakukan masturbasi, dan uniknya voyeurisme sejatinya tidak terangsang dengan melihat wanita tanpa pakaian di hadapannya. Menurut pakar kesehatan, bestialitas bisa terjadi karena tingginya tingkat hasrat seksual yang tidak terkendali, sehingga pelaku bestialitas merasa tidak puas hanya dengan berhubungan seks dengan istrinya. 39 Abdurrahman, Emilda Firdaus dan Erdiansyah, “Pengaturan Tindak Pidana Perhubungan Seksual Dengan Hewan Dalam Hukum Pidana Indonesia”, Jurnal JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari-Juni 2019, hal. 2.

Bryan A Garner dalam Black Law Dictionary menyatakan bahwa kebijakan hukum pidana adalah cabang hukum pidana yang berkaitan dengan perlindungan terhadap kejahatan. Hukum pidana ditinjau dari sudut pandang obyektif adalah peraturan hukum atau hukum positif ius poenale yang masih berlaku yang dirumuskan oleh Simons. Peraturan atau undang-undang merupakan tanda bahwa seseorang sedang melakukan sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Pengertian Perlindungan Hewan

Dasar Peraturan Persetubuhan dengan Hewan

METODE PENELITIAN

Jika kita melihat kasus persetubuhan dengan hewan yang banyak dilakukan oleh laki-laki dengan hewan mulai dari ayam, sapi, kambing, bahkan anjing, pada beberapa kasus hewan tersebut mati karena persetubuhan tersebut dilakukan di anus ayam, sedangkan pada kasus sapi. dan kambing tidak menimbulkan bekas luka, cacat atau gangguan produktif pada hewan, sehingga eksploitasi ini dipandang remeh dan hukum pidana tidak menghukum persetubuhan dengan hewan. Lihat pasal 285 KUHP, pemerkosaan berlaku pada persetubuhan antar manusia dengan tambahan pemaksaan dan pemaksaan. Frank dan Kenneth mendefinisikan kekerasan terhadap hewan sebagai perilaku yang tidak disengaja dan tidak dapat diterima secara sosial yang menyebabkan rasa sakit, penderitaan atau kesusahan dan/atau kematian hewan. kekerasan pasangan intim (kekerasan dalam rumah tangga), dan penganiayaan terhadap orang lanjut usia atau orang dewasa penyandang disabilitas dengan mengganti korban manusia dengan korban hewan. Pada tahun 2005, Mc Millan mengalihkan perhatiannya pada pelecehan emosional terhadap hewan, suatu bentuk pelecehan yang jelas-jelas termasuk dalam definisi kami, namun belum dibahas secara sistematis dalam penelitian.

Studi empiris mengenai kekerasan terhadap hewan seringkali mencakup definisi atau varian yang kami kemukakan, namun kami mengakui bahwa definisi tersebut mungkin dianggap sempit karena konsep kekerasan terhadap hewan di luar perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial juga memerlukan penyelidikan.43. Kekejaman terhadap hewan atau penganiayaan/penindasan terhadap hewan adalah penderitaan atau kekerasan yang dilakukan manusia terhadap hewan untuk tujuan selain membela diri. 49Anak Agung Gede Wibawa Putra Susila, I Nyoman Suyatna, “Kajian Yudisial Perilaku Menyimpang Seksual Terhadap Hewan Dalam Kaitannya dengan Reformasi Hukum Pidana”, Jurnal Kertha Wicara Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana, Vol.

Sumber dan Jenis Data

Bahan hukum tersier diperoleh dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu memahami analisis dan pemahaman permasalahan, seperti literatur, kamus hukum dan sumber lain yang relevan.

Penentuan Narasumber

Ketentuan mengenai persetubuhan dengan hewan diatur secara tegas dalam Pasal 66A ayat (1) UU No. 41 Tahun 2014 “setiap orang dilarang menganiaya dan/atau menganiaya hewan yang mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif”, namun peraturan ini telah celah hukum dimana terdapat unsur disabilitas dan campur tangan produktif yang menjadi landasan dapat ditegakkannya proses hukum, hal ini dikarenakan aturan terkait baru diterbitkan pada akhir tahun 2014 sehingga tidak mengikuti perkembangan kejahatan saat ini. Saat ini, aktivitas seksual yang dianggap sepele karena objek atau korbannya adalah binatang dan bukan manusia menjadi penyebab utamanya. Proses hukum tidak diikuti oleh pelaku dan tidak berlaku pencegahan terhadap hubungan seks dengan hewan, undang-undang yang mengatur tindak pidana ringan akan menganggap enteng kriminalisasi jika tidak serius menindak pelakunya. Emilda Firdaus dan Erdiansyah, Pengaturan Tindak Pidana Perhubungan Seksual dengan Hewan dalam Hukum Pidana Indonesia, Jurnal JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, Volume VI Edisi 1 Januari-Juni. Fahriza Havinanda, Kebijakan Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana Lingkungan dan Dampaknya Terhadap Penegakan Hukum Tindak Pidana Lingkungan Hidup, Jurnal Al-Hikmah Hukum dan Masyarakat Vol.1 No.

Kajian hukum tentang perilaku seksual menyimpang terhadap hewan dalam kaitannya dengan reformasi hukum pidana.

Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menurut Mogbo Tochukwu dari Nnamdi Azikiwe University, dalam penelitiannya membagi bentuk kejahatan terhadap hewan dan. Pengadilan negeri yang berwenang mengadili, mengadili, dan memutus perkara hubungan seksual binatang adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat terjadinya tindak pidana. Objek seksual bisa juga orang lain, orang perseorangan, atau benda khayal.49 Dalam hukum positif Indonesia, dalam hukum pidana ada beberapa yang mengatur mengenai tindak pidana terhadap kesusilaan dan pelanggaran seksual. Tindakan penganiayaan terhadap hewan diatur dalam berbagai undang-undang.

Hubungan seksual dengan hewan diatur secara tegas sehingga penanganan dan penanggulangan tindak pidana ini tidak maksimal, hubungan seksual dengan hewan merugikan hewan baik fisik maupun mental, perlindungan hewan merupakan tindakan yang menjaga ekosistem tidak hanya terhadap hewan yang dilindungi tetapi setiap hewan. . eksploitasi hewan merupakan salah satu bentuk pembusukan moral masyarakat, sikap apatis terhadap kejahatan adalah berkurangnya simpati masyarakat, mereka akan peka terhadap lingkungan termasuk lingkungan hukum disekitarnya, kejahatan terhadap hewan berbeda dengan menyembelih ayam atau sapi, karena ada ada beberapa hal yang sudah dilegalkan dan diatur dengan undang-undang, undang-undang boleh saja dibuat, namun hubungan seksual dengan hewan merupakan eksploitasi manusia terhadap hewan karena manusia menjadikan hewan sebagai objek syahwat dan tidak memikirkan rasa sakit atau pengaruh lainnya. yang dapat mencelakakan hewan secara berulang-ulang, maka hubungan seksual dengan hewan yang dilakukan oleh pelakunya bukanlah merupakan cacat mental. DPR sebaiknya mengeluarkan peraturan khusus yang memperbaharui peraturan tentang perlindungan hewan, karena peraturan yang lama sudah tidak sejalan lagi dengan era globalisasi dan kejahatan terhadap hewan saat ini.

Referensi

Dokumen terkait

Mechanisms to establish a business in the Online Single Submission system OSSFor a limited liability company PT The first step to be able to apply for a business license through the OSS

The World Health Organization WHO recommends exclusive breastfeeding for the first 6 months of life, and continuing for 2, or more years while introducing appropriate complimentary