• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH APLIKASI LIMBAH BATANG NANAS PADA PERTANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP

PORI MAKRO PADA TANAH PEJAL

(Skripsi)

Oleh

FAZAR SIDIQ KUSUMAH PUTRA 1854181004

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI LIMBAH BATANG NANAS PADA PERTANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP

PORI MAKRO PADA TANAH PEJAL

Oleh

Fazar Sidiq Kusumah Putra

Sebagian besar pengolahan tanah dilakukan secara mekanis. namun, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah sehingga terjadi penurunan kualitas sifat fisik tanah seperti ruang pori makro, struktur tanah, dan distribusi agregat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah batang nanas dalam upaya memperbaiki ruang pori makro dan mengetahui dosis limbah batang nanas yang efektif untuk memperbaiki ruang pori makro. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2021-Maret 2022 di Gunung Terang, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung, Lampung. Sedangkan untuk analisis fisik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga terdapat 20 petak percobaan. Perlakuan terdiri dari , P0 : tanpa limbah batang nanas 0 ton/ha, P1 : limbah batang nanas 25 ton/ha, P2 : limbah batang nanas 50 ton/ha, P3 : limbah batang nanas 75 ton/ha. Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif yaitu membandingkan data yang diamati dengan data kriteria yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian limbah batang nanas belum dapat mengubah kelas ruang pori makro. Hasil ruang pori makro pada penelitian ini berkisar 6,74%-10,96% dengan kelas sedang.

Kata Kunci: Limbah batang nanas, ruang pori makro, tanah pejal

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF APPLICATION PINEAPPLE STEM WASTE IN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PLANTATION IN

MACRO PORE ON SOLID SOIL

By

Fazar Sidiq Kusumah Putra

Most of the tillage is done mechanically. However, this can result in soil compaction resulting in a decrease quality soil physical properties such as macro pore space, soil structure, and aggregate distribution. The purpose of this research that was to determine the effect of adding pineapple stem waste in an effort to improve macro pore space and to determine the effective dose of pineapple stem waste to improve macro pore space. This research was conducted in September 2021-March 2022 in Gunung Terang, Tanjung Karang Barat District, Bandar Lampung City, Lampung. Meanwhile, the physical soil analysis was carried out at the Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This research was conducted with 4 treatments and 5 replications, so there were 20 experimental plots. The treatments consisted of, P0: no pineapple stem waste 0 tons/ha, P1: pineapple stem waste 25 tons/ha, P2: pineapple stem waste 50 tons/ha, P3:

pineapple stem waste 75 tons/ha. This research uses qualitative analysis, which is to compare the observed data with existing criteria data. The results of this research that the use of pineapple stem waste has not been able to change the macro pore space class. The results of macro pore space in this study ranged from 6.74%-10.96% belonged to the middle class

Keyword: Pineapple stem waste, macro pore space, solid soil

(4)

PENGARUH APLIKASI LIMBAH BATANG NANAS PADA PERTANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP

PORI MAKRO PADA TANAH PEJAL

Oleh

FAZAR SIDIQ KUSUMAH PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 22 Maret 2000 di Bandung Jawa Barat. Penulis

merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak (alm) Kursin Susanto dan Ibu Fathin Hamamah. Penulis memiliki 1 kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan yang bernama Fahmi Kusuma Muliawan, Fani Nurlasmi Kusuma Dewi, dan Firda Kusumah Romdini.

Penulis memulai pendidikan di TK Husnul Huda pada tahun 2005, kemudian melanjutkan sekolah dasar di SDIT Widya Cendekia pada tahun 2006-2012 di Serang, Banten. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 15 Kota Serang pada tahun 2012-2015. Lalu penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Kota Serang pada kurun waktu 2015-2018, dan penulis melanjutkan kejenjang perguruan tinggi di Universitas Lampung pada tahun 2018 melalui jalur SMMPTN-Barat sebagai

mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Selama menjadi mahasiswa, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Anyer Kabupaten Serang Banten. Kemudian melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Dinas Tanaman Pangan, Hortilkultura, dan Perkebunan Lampung Selatan, tembusan BPP Dusun Sumber Sari Desa Mandah Kecamatan Natar. Penulis pernah tegabung dalam organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Universitas Lampung (Gamatala) sebagai anggota Bidang Pengabdian Masyarakat (2019-2020) dan menjadi sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat pada periode

(9)

2021. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen praktikum mata kuliah dasar dasar ilmu tanah (DDIT). Selain itu penulis juga mengikuti Program dari Kemenristekdikti yaitu Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D) di Desa Pinang Jaya, Kemiling, Bandar Lampung, Lampung.

(10)

Bismillahirrahmanirahim,

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alaamiin, sebagai tanda rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku Bapak Kursin Susanto dan Ibu Fathin Hamamah dengan doa- doanya yang tak pernah putus, selalu sabar menghadapi aku yang mungkin membuat

kedua orang tuaku menangis, serta memberikan kasih sayang dan cinta yang tulus kepadaku, semoga kedua orangtuaku bangga dan bahagia karena selama ini belum

bisa berbuat banyak terhadap kedua orangtuaku

Kakak-Kakakku, keluarga besar, orang terkasih dan tersayang, rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi, semangat, dan bantuan. Sukses selalu untuk kalian

Dosen-dosen yang membimbing dan memberikan pengetahuan, saran, kritik, dan motivasi selama di bangku perkuliahan

Serta,

Untuk Almamater tercinta, Universitas Lampung

(11)

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”

(HR. Ibnu Majah)

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah Swt akan memudahkan baginya jalan menuju surga”

(HR. Muslim)

“Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan, serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya”

(HR. Ath-Thabrani)

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

(QS Al-Baqarah: 45)

“Tidak ada usaha, tidak ada hasil”

(Ben Franklin)

“Hidup jangan kayak lagu Rizky Febian. Ragu.”

(Fazar Sidiq Kusumah P.)

(12)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang sudah memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Aplikasi Limbah Batang Nanas Pada Pertanaman Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Terhadap Pori Makro Pada Tanah Pejal”. Tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang penulis nantikan syafaatnya di yaumil akhir kelak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap adanya saran dan kritik untuk perbaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Ir. Hery Novprianyah, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Nur Afni Afrianti, S.P., M.Sc. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

5. Ibu Winih Sekaringtyas, S.P., M.P. selaku Pembimbing Kedua atas

bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

(13)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi.

7. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan motivasi dalam perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian secara khusus Jurusan Ilmu Tanah atas ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. Kedua orangtua tercinta, Bapak (alm) Kursin Susanto dan Ibu Fathin

Hamamah yang terus selalu mendoakan dan mendukung penuh selama kuliah dan dalam penyususan skripsi hingga selesai

10. Kakak-kakakku Fahmi Kusuma Muliawan, Fani Nurlasmi Kusuma Dewi, dan Firda Kusumah Romdini yang selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Teman-teman tim penelitian Prasetyo, Linandu Darmawan, Rangga

Febriyansyah, Nurwahidin, Adinda Tiara Saphira, Dyah Mila Prambudiningtyas, Sinta Nara Bella, dan Maulidya Cahyani atas kerjasama yang luar biasa,

kebersamaan, kesolidan, dan saran dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Seluruh teman-teman angkatan Ilmu Tanah 2018 beserta kakak-kakak dan adik- adik Jurusan Ilmu Tanah atas kepedulian, bantuan, dukungan dan rasa kekeluargaan selama ini

13. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bang Hanan, Bang Ade, Maul, Mas Bayu, Elis, Novia, Mona, Risya, Imas, Bunga, Alip, atas kerjasama dan kebaikannya selama ini.

14. Teman Praktik Umum (PU) Rangga, Nabila, Ega, Samini, dan sinta atas kerjasama dan kebaikannya selama ini.

15. Ersa Julia Ananda dan Linandu Darmawan, orang yang hadir untuk memberikan saya semangat dan motivasi.

17. Seluruh pihak yang terlibat dan berjasa dalam penulisan skripsi ini.

(14)

Semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dan semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang membaca.

Aamiin.

Bandar Lampung, 26 Oktober 2022 Penulis,

Fazar Sidiq Kusumah Putra

(15)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pemadatan Tanah ... 7

2.2 Ruang Pori Tanah ... 8

2.3 Bahan Organik ... 9

2.4 Struktur Tanah ... 10

2.5 Distribusi Agregat ... 11

III. BAHAN DAN METODE ... 12

3.1 Waktu dan Tempat ... 12

3.2 Alat dan Bahan ... 12

3.3 Metode Penelitian ... 13

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 13

3.4.1 Sampling Tanah ... 13

3.4.2 Persiapan Media Tanam ... 14

(16)

ii

3.4.3 Penanaman ... 14

3.4.5 Pemeliharaan ... 15

3.4.6 Pemanenan ... 15

3.5 Pengamatan ... 16

3.5.1 Ruang Pori Makro ... 16

3.5.2 Struktur Tanah Secara Visual ... 18

3.5.3 Distribusi Agregat ... 19

3.6 Analisis data dan penyajian hasil ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah dan Karakteristik Limbah Batang Nanas Sebelum Perlakuan ... 21

4.1.1 Analisis Tanah Awal ... 21

4.1.2 Karakteristik Limbah Batang Nanas ... 22

4.2. Parameter Sifat Fisik Tanah Setelah Perlakuan ... 24

4.2.1 Ruang Pori Makro ... 24

4.2.2 Struktur Tanah ... 25

4.2.3 Distribusi Agregat ... 26

4.3 Pembahasan ... 27

V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 36

(17)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Dosis Perlakuan Limbah Batang Nanas pada Tanaman Sorgum. ... 13

2. Analisis Ruang Pori Makro ... 16

3. Kelas porositas tanah ... 16

4. Penilaian Struktur Tanah Berdasarkan Presentase Ayakan ... 19

5. Perhitungan distribusi agregat ... 19

6. Kriteria kelas distribusi agregat. ... 20

7. Hasil Analisis Sampel Tanah Awal ... 22

8. Karakteristik limbah batang nanas ... 23

9. Hasil Analisis Ruang Pori Makro ... 24

10. Hasil Analisis Struktur Tanah secara Visual Assessment ... 25

11. Rata-rata persentase hasil ayakan distribusi agregat ... 26

12.Data Berat Basah dan Berat Kering Kadar Air pF 0 ... 39

13. Data Rata-rata Kadar Air pF 0 ... 39

14. Data Berat Basah dan Berat Kering Kadar Air pF 2 ... 40

15. Data Rata-rata Kadar Air pF 2 ... 40

16. Data Analisis Pori Makro Tanah ... 41

17. Hasil ayakan distribusi agregat ... 41

18. Persentase hasil ayakan distribusi agregat... 42

19. Hasil Penilaian Distribusi Agregat ... 43

20. Hasil ayakan struktur tanah ... 44

21. Persentase hasil ayakan struktur tanah ... 45

22. Rata-rata kumulatif persentase ayakan struktur tanah ... 45

23. Hasil Analisis Tanah Awal (S) ... 57

(18)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Fase Pertumbuhan Tanaman ... 15

3 Alat Sandbox ... 17

4. Penentuan skor pada soil structure (Shepherd, 2008) ... 18

5. Tanah awal ... 23

6. Analisis Struktur Tanah ... 26

7. Hasil distribusi agregat ... 47

8. Hasil struktur tanah ... 51

9. Hasil pengamatan akar tanaman sorgum ... 53

10. Pelaksanaan Penelitian ... 54

11. Pertumbuhan tanaman sorgum ... 54

12. Bahan starter ... 55

13. Pemanenan ... 55

14. pF tipe sandbox ... 56

(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi untuk tempat tumbuh kembang perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan udara (Hanafiah, 2013). Tanah juga berfungsi sebagai penyedia hara bagi tanaman.

Tanah yang baik yaitu tanah yang mengandung udara dan air dalam jumlah cukup seimbang serta mempunyai agregat yang mantap.

Sebagian besar pengolahan tanah dilakukan secara mekanis (traktor dan alat pengolahan tanah), khususnya pada lahan HGU (Widyantoro, 2014). Namun hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas sifat fisik tanah dalam jangka panjang, salah satunya yaitu dapat menurunkan porositas tanah. Hakim (2011) menyatakan bahwa pengolahan tanah untuk sementara waktu dapat memperbesar porositas tanah, namun dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan penurunan porositas tanah. Penurunan ini bisa disebabkan oleh kualitas tanah yang semakin menurun akibat adanya pengolahan tanah yang intensif, selain itu rendahnya aplikasi bahan organik di dalam tanah. Pengolahan tanah akan

berdampak pada pemadatan tanah dan berlanjut pada penurunan porositas tanah.

Penurunan porositas ini terjadi akibat adanya alat pengolah tanah diatas permukaan tanah.

Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena adanya gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah berkurang. Tanah yang belum mengalami gangguan cenderung memiliki stabilitas keremahan dan porositas yang lebih tinggi serta kepadatan masa tanah (Soil Bulk

(20)

2

Density) yang lebih rendah. Porositas tanah didefinisikan sebagai ruang fungsional yang menghubungkan tubuh tanah dengan lingkungannya (Lal dan Shukla, 2004).

Ruang pori tanah adalah bagian tanah yang ditempati oleh air dan udara,

sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan di antara partikel pasir, debu, dan liat serta diantara agregat-agregat tanah. Pori-pori makro atau disebut poerus memiliki tanah yang didominasi pasir (Hanafiah, 2013). Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah meloloskan air dalam keadaan jenuh.

Suatu bahan yang dapat digunakan untuk mempercepat perbaikan kualitas tanah yaitu aplikasi bahan organik yang salah satunya menggunakan limbah batang nanas, selain dapat berfungsi sebagai sumber hara. Bahan tanah organik yang digolongkan sebagai pembenah tanah organik alami adalah biomassa tanaman seperti pangkasan legum (Flemingia, lamtoro, kaliandra), dan sisa panen (Hafif dkk. 1993).

Menurut Kementan (2019), mengatakan bahwa kriteria sebagai bahan organik tanah yaitu C-organik minimum 15% dan pH berkisar 4-9. Limbah batang nanas sudah cukup mampu disebut sebagai bahan organik tanah. Karena C-organik pada limbah batang nanas sebesar 41,98% dan pH sebesar 5,97. Pemberian bahan organik dapat mencegah pengerasan dan retakan, memperbaiki drainase, dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Semua peran tersebut dapat berlangsung setelah terjadinya perombakan oleh aktivitas organisme tanah. Tanpa terjadinya aktivitas organisme tanah bahan organik tersebut maka akan tetap utuh sehingga dapat mengganggu sistem produksi tanaman(Subowo, 2010)

.

Menurut Hanafiah (2013), bahan organik berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah agar menjadi remah. Penambahan organik juga dapat menurunkan bobot isi tanah. Perbedaan nilai bobot isi ini disebabkan adanya proses perbaikan sifat fisik tanah yang berhubungan dengan dekomposer yang merombak bahan organik (Muyassir dkk, 2012). Jumlah bahan organik juga yang terkandung di dalam tanah mempengaruhi perubahan bobot isi tanah dimana semakin banyak bahan organik maka bobot isi semakin rendah daripada tanah yang memang memiliki bahan organik yang rendah (Indriani, 2007).

(21)

3

Pengaruh bahan organik untuk sifat fisik tanah yaitu peranannya dalam

pembentukan agregat. Akan tetapi agregat tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi memberikan kondisi fisik lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang akar tanaman terutama berpengaruh terhadap porositas, aerasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air(Flaig dkk, 1975).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah penambahan limbah batang nanas berpengaruh dalam meningkatkan pori makro tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah pada tanah pejal

2. Berapa dosis limbah batang nanas yang efektif dalam memperbaiki ruang pori makro

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah batang nanas dalam upaya memperbaiki ruang pori makro.

2. Untuk mengetahui dosis limbah batang nanas yang efektif untuk memperbaiki ruang pori makro.

(22)

4

1.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Bagan Kerangka Pemikiran

Penelitian

Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh tanaman yang ideal. Tanah disusun oleh komponen yang terdiri dari bahan padatan (mineral dan bahan organik), air dan udara. Sedangkan menurut volumenya, tanah dibagi atas 50% padatan (45%

bahan mineral dan 5% bahan organik) dan 50% ruang pori (25% air dan 25%

udara) tiap-tiap komponen tersebut mempunyai peranan penting dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh (Hanafiah, 2009).

Penurunan porositas ini terjadi akibat adanya lalu lintas traktor dan alat pengolah tanah diatas permukaan tanah, sehingga ruang pori dalam tanah akan semakin memadat dan menyebakan meningkatnya berat isi tanah. Kerusakan tanah akibat pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat diperbaiki dengan cara melakukan kombinasi pengolahan tanah dan memanfaatkan bahan organik.

Tanah Pejal

Pembenah Tanah ( Limbah Batang Nanas )

Memperbaiki Ruang Pori Makro Tanah Ruang Pori Makro Tanah Menurun

Kompos & Kapur Liquid Organic Biofertilizer

Pengolahan Tanah tidak tepat (Menggunakan mekanisasi Alat Berat )

(23)

5

Pengolahan tanah akan memperbaiki kualitas sifat fisik tanah seperti meningkatkan porositas dan aerasi tanah sementara waktu, sedangkan pemanfaatan bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah.

Pemberian bahan organik seperti limbah batang nanas ke dalam tanah harus dilakukan secara berkelanjutan karena bahan organik merupakan komponen yang penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sifat-sifat tanah. Bahan organik dapat berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah (Goenadi, 2006). Ruang pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta

menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982). Namun jika terjadi penurunan bahan organik tanah maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan berat isi tanah, penurunan porositas tanah, stabilitas agregat, dan kadar air kapasitas lapang (Li dkk, 2007). Bahan organik juga dapat meningkatkan total ruang pori. Al khoiri (2013) menyatakan bahwa bahan organik dapat

memperbaiki sifat fisik tanah berupa peningkatan total ruang pori, perbaikan aerasi tanah, pori air tersedia, permeabilitas tanah dan menurunnya ketahanan penetrasi.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan membuat ikatan antar

partikelpartikel tanah bertambah kuat dengan meningkatnya kadar bahan organik tanah, bahan organik juga sangat berpengaruh terhadap sifat fisik tanah untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan agregat tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Andi, 2015).

Tanah dengan ruang pori rendah menyebabkan peningkatan bulk density tanah.

Tanah yang mempunyai bulk density besar, maka semakin padat tanah tersebut yang berarti sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar tanaman, dan sebaliknya tanah dengan bulk density rendah, akar tanaman lebih mudah

berkembang (Hardjowigeno, 2007). Hal ini didukung oleh Al khoiri dkk (2013), semakin tinggi bulk density menyebabkan kepadatan tanah meningkat, aerasi dan drainase terganggu sehingga perkembangan akar menjadi tidak normal.

(24)

6

Porositas tanah mempengaruhi kemampuan menahan air. Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro.

Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003).

1.5 Hipotesis

1. Penambahan limbah batang nanas pada tanaman sorgum dapat memperbaiki ruang pori makro tanah.

2. Penambahan dosis limbah batang nanas sebesar 75 ton/ha berpengaruh efektif dalam upaya memperbaiki Ruang Pori Tanah pada tanah pejal.

(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemadatan Tanah

pemadatan tanah akan mempengaruhi kondisi fisik tanah. Pengaruh pemadatan tanah terhadap pertumbuhan tanaman yang dikaitkan dengan timbulnya

perubahan kondisi fisik tanah yaitu pemadatan mengurangi porositas dan permeabilitas sehingga menambah tekanan hisap matriks tanah dan

pengurangan ketersedian air tanah bagi tanaman dan pemadatan tanah juga dapat mengurangi aerasi tanah sehingga pergerakan udara dalam tanah menjadi tidak lancar dan memberikan tegangan oksigen bagi tanaman. Makin tinggi tingkat kepadatan tanah maka makin berkurang persentase pori makro dan makin meningkat resistensi terhadap penetrasi akar sehingga penetrasi akar akan semakin sulit (Damanik 2007).

Pemadatan tanah cenderung menurunkan ketersediaan air dan unsur hara yang dibutuhkan akar dan tanaman. Tanah yang padat dapat akan mengurangi kapasitas memegang air, mengurangi kandungan udara, memberikan hambatan fisik yang besar pada akar (Wilson, 2006). Padatan didalam tanah juga karena adanya gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi berkurang (Damanik, 2007).

(26)

8

2.2 Ruang Pori Tanah

Pemadatan tanah adalah penyusutan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit (Damanik, 2007). Pemadatan tanah merupakan hal yang tidak diinginkan dalam pertanian karena dapat mengurangi aerasi tanah, mengurangi ketersediaan air bagi tanaman dan menghambat pertumbuhan akar dan perkecambahan tanaman. Tanah yang padat akan mengurangi kapasitas memegang air, mengurangi kandungan udara, memberikan hambatan fisik yang besar pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuannya memanen air, udara, dan hara (Wilson, 2006)

Semakin meningkatnya ruang pori total tanah, maka berat isi dan kekerasan tanah justru semakin rendah, sehingga ruang yang tersedia untuk tempat air akan semakin banyak. Faktor lain yang berpengaruhi adalah tekstur liat dan bahan organik. Keberadaan bahan organik tanah selain memperbaiki proses agregasi, ternyata mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengisap dan memegang air karena bersifat hidrofilik, sehingga dapat terjadi peningkatan pori air tersedia (Zurhalena dan Farni, 2010).

Perubahan distribusi ukuran pori berarti bahwa pemadatan tanah yang diberikan dapat menurunkan kandungan pori makro dan meso serta meningkatkan

kandungan pori mikro. Ketika tanah mengalami pemadatan maka porositas total tanah akan berkurang karena berkurangnya kandungan pori makro. Ghildyal (1978) menyatakan bahwa pada tanah yang dipadatkan berat isi dan pori mikro meningkat sedangkan pori makro cenderung menurun

(27)

9

2.3 Bahan Organik

Pembenah tanah merupakan bahan yang dapat digunakan untuk mempercepat perbaikan kualitas tanah. Bahan organik selain dapat berfungsi sebagai sumber hara, fungsinya sebagai pembenah tanah juga telah banyak dibuktikan

(Suriadikarta dkk, 2005. Rachman dkk, 2006. Dariah dan Nurida 2011).

Pembenah tanah adalah bahan alami atau sintetik mineral atau organik untuk menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah. Kegiatan rehabilitasi lahan salah satunya diarahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (sifat fisik, kimia, dan biologi tanah). Pemulihan sifat tanah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan pembenah tanah seperti limbah batang nanas atau amelioran misalnya kompos yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan kotoran ternak (Dariah, 2007)

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang baik, merupakan sumber hara tanaman. Bahan organik berasal dari bahan tanaman dan binatang yang mengalami dekomposisi dan terangkut ke lapisan bawah serta tercampur dengan tanah (Stone dan Ekwue, 1993). Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisik tanah seperti struktur tanah akan menjadi lebih remah dan gembur, kemampuan tanah menahan air meningkat dan merangsang granulasi agregat dan memantapkannya. Pemberian bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah sehingga menurunkan kebutuhan draft pengolahan tanah.

Mengingat pentingnya kemantapan agregat dalam tanah, maka perlu upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya untuk memperbaiki kemantapan agregat adalah dengan pemberian bahan organik. Menurut Suryani (2007), bahan organik berperan terhadap proses pembentukan dan mempertahankan kestabilan struktur tanah, menciptakan drainase yang baik

(28)

10

sehingga mudah melalukan air, dan mampu memegang air lebih banyak.

Refliaty dan Marpaung (2010) berpendapat bahwa, bahan organik sangat berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta penstabilan agregat tanah. Sedangkan Lumbanraja (2012) menyatakan bahwa bahan organik merupakan pemantap agregat tanah, pengatur aerasi dan cenderung meningkatkan jumlah air tersedia bagi tanaman. Lebih dari itu, bahan organik tanah berfungsi sebagai pengikat butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap (Nurhayati dan Salim, 2012).

2.4 Struktur Tanah

Salah satu faktor penting dalam tubuh tanah adalah struktur tanah dan memiliki proses pembentukan yang melibatkan bahan organik (Sukmawijaya dan

Sartohadi, 2019). Struktur tanah ialah partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang lain. Dalam artian struktur tanah berhubungan dengan agregat tanah dan kemantapan agregat tanah. Bahan organik berhubungan dengan kemantapan agregat tanah disebabkan bahan organik bertindak sebagai bahan perekat antar partikel mineral primer (Putra, 2009).

Struktur tanah ditentukan oleh kemantapan atau ketahanan bentuk struktur tanah terhadap tekanan. Misalnya struktur yang baik adalah seperti struktur granular dan remah yang mempunyai tata udara yang baik, sehingga unsur-unsur hara lebih mudah tersedia (Meli dkk, 2018). Struktur tanah yang baik yaitu berbentuk membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat dan pori-pori tanah terbentuk dengan baik.

(29)

11

2.5 Distribusi Agregat

Bahan organik meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan akan membuat struktur tanah yang lebih baik sehingga menciptakan agregat-agregat yang lebih stabil (Utomo, 1985). Tanah dengan bahan organik yang rendah akan

menyebabkan peningkatan berat isi tanah sehingga membuat porosiitas tanah, stabilitas agregat dan kadar air kapasitas lapang menurun (Li dkk., 2007).

Agregat makro yang berukuran lebih dari 0,25 mm itu adalah agregat stabil yang tahan air. Agregat yang stabil tahan air merupakan agregat yang mempunyai tingkat ketahanan terhadap air sehingga agregat tersebut tidak mudah hancur oleh tetesan air hujan. Sehingga semakin tinggi agregat stabil tahan air, semakin baik juga kualitas agregasi tanahnya. Karena kondisi agregat makro yang terdiri dari partikel-partikel agregat mikro yang saling terikat menjadi satu karena adanya agen-agen pengikat tanah (Nurida dan Undang, 2009).

(30)

12

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilakukan di PT. Great Giant Pineapple pada tanggal 19 September 2021. Lokasi penelitian dilaksanakan di daerah Gunung Terang, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung, pada bulan September-Februari 2022. Sedangkan analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah polybag, timbangan digital, nampan, sand box, spidol, plastik, label, jangka sorong digital, pF tipe sand box, ayakan 8 mm ; 4,75 mm ; 2,83 mm ; 2 mm ; dan 0,5 mm), allumunium foil, oven, meteran, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel tanah bermasalah atau pejal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP), limbah batang nanas dengan dosis (P0 = Kontrol, P1=25 ton/ha, P2=50 ton/ha, P3=75 ton/ha, bibit tanaman sorgum, kapur dolomit, kompos dan Liquid Organic Biofertilizer (LOB), air.

(31)

13

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan total 20 petak percobaan dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Lalu diberi perlakuan dengan menggunakan limbah batang nanas sesuai dosis, kemudian ditambahkan berupa kompos 20 ton/ha, kapur dolomit 2 ton/ha dan LOB 10.000 ppm/ha sebagai bahan untuk starter.

Tabel 1. Dosis Perlakuan Limbah Batang Nanas pada Tanaman Sorgum.

Perlakuan Dosis Perlakuan

(ton/ha)

P0 0

P1 25

P2 50

P3 75

Keterangan : P0 = Limbah batang nanas 0 ton/ha, P1 = Limbah batang nanas 25 ton/ha, P2 = Limbah batang nanas 50 ton/ha, P3 = Limbah batang nanas 75 ton/ha

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Sampling Tanah

Tanah yang dipergunakan adalah tanah-tanah dianggap bermasalah di PT.

Great Giant Pineapple (GGP) dan tanah dapat berupa tanah dengan drainase buruk atau tanah yang telah mengalami pemadatan. Sampling tanah bisa dilakukan dengan cara destruktif. Cara destruktif dengan mengambil sampel tanah terganggu sampai kedalaman 50 cm, dengan asumsi bahwa pengolahan tanah mencapai kedalaman ini. Lalu sampel tanah diambil sebanyak 250kg yang dibawa ke lokasi penelitian. Setelah sampai di lokasi penelitian, bongkahan tanah yang ada didalam karung dikeluarkan dan disebar untuk mendapatkan kondisi tanah yang kering udara. Lalu sebagian tanah ditimbang

(32)

14

sesuai kebutuhan untuk analisis sampel tanah awal sebelum tanam dan sampel tanah setelah tanam. Kemudian pengambilan sampel tanah yang setelah ditanam dengan cara membuka polybag secara perlahan kemudian tanah

dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Pengambilan sampel tanah ini dilakukan saat pemanenan tanaman sorgum.

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Percobaan dilakukan dengan menggunakan polybag dengan ukuran yang disesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam. Tanaman yang digunakan berupa tanaman Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) dan tanah yang digunakan sekitar 5 kg kering udara. Tanah dijaga kadar airnya sekitar kapasitas lapang selama masa percobaan. Langkah awal pada persiapan media tanam yang pertama yaitu menimbang tanah kering udara yang akan dipergunakan sebanyak 5 kg/polybag kemudian diberi air ± 30% atau ≤ 1,5 Liter setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu. Setelah didiamkan selama ± 2 minggu kemudian tanah diberi limbah batang nanas sebanyak 4 perlakuan dengan dosis yang berbeda-beda (0 ton/ha; 25 ton/ha; 50 ton/ha; dan 75 ton/ha) dan diberi LOB dengan komposisi sebesar 10.000 ppm atau 12,5 ml/polybag. Kemudian diinkubasi selama ± 2 minggu dan disiram dengan air 2 hari sekali. Langkah selanjutnya setelah diinkubasi selama ± 2 minggu tanah diberi kapur dengan dosis 2 ton/ha atau sebanyak 3 gram/polybag serta diberi pupuk kompos 25 ton/ha atau sebanyak 30 gram/polybag kemudian didiamkan kembali selama ± 2 minggu sebelum tanam.

3.4.3 Penanaman

Setelah tanah diberi limbah batang nanas dan juga diberi perlakuan kapur, LOB dan kompos tanah sebagai bahan starter sudah siap ditanamani, tanaman yang digunakan yaitu tanaman sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench), benih

(33)

15

sorghum direndam dengan air selama kurang lebih 15 menit sebelum tanam.

Penanaman benih sorgum menggunakan alat bantu tugal dengan kedalaman sekitar 2-3 cm kemudian ditutup dengan tanah, satu polybag terdapat tiga benih sorgum dimana setiap lubang diisi dengan satu benih sorghum.

3.4.5 Pemeliharaan

Tanah yang sudah ditanami dengan tanaman Sorghum kemudian diberi perawatan yaitu dengan dilakukannya penyiraman setiap hari dan penyiangan jika terdapat gulma. Kemudian tanaman diamati ketinggian, panjang dan jumlah daun pada tanaman setiap seminggu sekali.

3.4.6 Pemanenan

Waktu pemanenan dilakukan ketika tanaman sudah berumur sekitar 3 bulan atau pada fase flowering (berbunga). Pemanenan dilakukan dengan mencabut

tanaman, kemudian dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan diamati bagian akar tanaman. Kemudian sampel tanah diambil dari setiap polybag percobaan secara acak untuk mendapatkan agregat, lalu dimasukkan kantung plastik dan diberi label. Selanjutnya, berat brangkasan dan akar ditimbang serta diukur panjang akarnya untuk mendapatkan data awal.

Gambar 2. Fase Pertumbuhan Tanaman

(34)

16

3.5 Pengamatan

Tabel 2. Analisis Ruang Pori Makro

Parameter Metode Waktu Pengamatan

Ruang Pori Makro (Utama) Sand box 0 HST, 90 HST Struktur Tanah(Pendukung) Visual Assesment 0 HST, 90 HST Distribusi Agregat (Pendukung) Ayakan kering 0 HST, 90 HST

3.5.1 Ruang Pori Makro

Metode yang digunakan untuk mengukur ruang pori makro adalah metode Sand Box yang berada diantara kadar air jenuh (pF 0) dan kadar air kapasitas lapang (pF 2). Kriteria penilaian porositas tanah dan kelas standar penetapan (FAO, 2006) yang dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3. Kelas Porositas Tanah

Porositas (%) Kelas

<1,54 Sangat rendah

1,54-3,85 Rendah

3,85-11,54 Sedang

11,54-30,77 Tinggi

>30,77 Sangat tinggi

Sumber : FAO (2006).

A. Metode Sand Box (pF 0 dan 2) (Afandi, 2019)

1. Ditimbang sampel tanah agregat yang akan dilakukan pengukuran.

2. Lalu uji aliran air dengan membuka kran dari botol (bottle supply) dan membuka kran A (Tap A) ke arah “supply” dan angkat “section regulator” sekitar 1 cm dari titik atas sampel tanah.

3. Penjenuhan akan berlangsung selama 2 hari dengan posisi Tap A adalah “closed”.

(35)

17

4. Jika telah basah maka putar Tap A ke posisi “discharge” untuk menguras air dan Tap D dalam posisi terbuka lagi, lalu tutup sand box dan dimulai dengan

mengukur pF 0.

5. Setelah 2 hari, ambil sampel tanah kemudian di oven selama 24 jam untuk diukur kadar airnya.

6. Lakukan prosedur yang sama untuk pengukuran pF 2 dengan sampel tanah yang berbeda dan menurunkan “section regulator” sampai angka 100 cm atau pF 2.

7. Ruang pori makro dapat dihitung dengan menggunakan hasil data kadar air pF 0 dikurang dengan pF 2

Gambar 3. Alat Sandbox

(36)

18

3.5.2 Struktur Tanah Secara Visual

Pengamatan dikerjakan dengan cara membongkar polybag, mencabut akar tanaman, kemudian diamati secara visual struktur tanah. Lalu tanah dibersihkan dan berat akar tanaman ditimbang. Llihat sebarannya kemudian diukur

volumenya dan papan grid serta diamati bentuk strukturnya secara visual. Setiap indikator pengamatan diberi skor visual ; skor 0 (buruk), 1 (sedang), 2 (baik), atau diantaranya (0.5 = cukup buruk dan 1.5 = cukup baik). Peringkat untuk setiap indikator kemudian ditimbang dan dijumlahkan dihasilkan dalam skor akhir untuk kualitas struktural tanah. Berikut ini merupakan panduan pemberian skor pada masing-masing indikator yang digunakan untuk menentukan kondisi kualitas tanah, antara lain :

Kondisi Buruk VS=0

Tanah didominasi oleh gumpalan kasar dengan sedikit agregat halus. Gumpalan kasar sangat tegas, berbentuk sudut atau subangular dan memiliki pori-pori yang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.

Kondisi Sedang VS=1

Tanah mengandung proporsi yang signifikan (50%) dari gumpalan kasar dan agregat halus gembur. Gumpalan kasar berbentuk keras, berbentuk subangular dan memiliki sedikit atau tidak ada pori-pori.

Kondisi Baik VS=2

Tanah didominasi oleh gembur, agregat halus tanpa gumpalan yang signifikan. Agregat umumnya subrounded (kacang) dan sering cukup berpori.

. Gambar 4. Penentuan skor pada soil structure (Shepherd, 2008)

(37)

19

Tabel 4. Penilaian Struktur Tanah Berdasarkan Persentase Ayakan Diameter Ayakan

(mm)

Persentase Hasil Ayakan (%)

Jelek Sedang Baik

8 – 12 57 14 0

6 – 8 14 14 0

4 – 6 14 14 7.5

2 – 4 7.5 7 7.5

<2 7.5 50 85

Sumber : Shepherd (2008).

3.5.3 Distribusi Agregat

Analisis distribusi agregat ini menggunakan metode ayakan kering dengan prosedur metode sebagai berikut:Disusun ayakan secara bertingkat dari atas ke bawah : 12 mm, 4 mm, 2 mm, Kemudian dimbil agregat tanah sekitar 500 g dengan ukuran > 1cm dan dimasukan diatas ayakan 12 mm. Selanjutnya ayakan digoncang dengan tangan sebanyak 5 kali. Setelah itu ayakan dilepas tiap tiap ukuran dan ditimbang agregat yang tertinggal didalam masing-masing ayakan.

Kemudian perhitungan distribusi agregat dapat dihitung pada tabel 4. Jika jika sudah dihitung maka diklasifikasikan kedalam kriteria pada tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Distribusi Agregat

No Diameter

Ayakan

Berat agregat yang tertinggal

Presentase

1 <2 A (A/E) x 100

2 2 B (B/E) x 100

3 4 C (C/E) x 100

4 12 D (D/E) x 100

Total (A+B+C+D) = E

(38)

20

Tabel 6. Kriteria Kelas Distribusi Agregat Harkat

Potensi Hasil

(%)

Simbol Kelas Agregat Tertinggal

Kelas

>12 mm

4 mm

<2 mm

Bagus Sekali 100 S1 1 0-10 1 5 4

Bagus 80 S2 2 11-20 2 4 1

Agak Bagus 60 S3 3 21-30 3 2 1

Agak Jelek 50 N1 4 31-40 4 2 1

Jelek 40 N2 5 41-50 5 2 2

Jelek Sekali 30 N3 6 >51 6 1 3

Sumber: Penilaian distribusi agregat (Afandi, 2019).

3.6 Analisis data dan penyajian hasil

Data yang dikumpulkan dari studi lapang dan laboratorium, selanjutnya diolah dan dianalisis. Kemudian data dibandingkan dengan sampel awal dan sampel setelah diberi perlakuan. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan peniaian kriteria secara kualitatif.

(39)

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penambahan limbah batang nanas sebagai bahan organik belum mampu meningkatkan kelas ruang pori makro tanah.

2. Penambahan limbah batang nanas pada P3 dengan dosis 75 ton/ha

merupakan dosis yang paling efektif dalam memperbaiki ruang pori makro dibandingkan dengan dosis lain, akan tetapi belum dapat mengubah kelas pori makro

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh bahan organik seperti limbah batang nanas terhadap sifat fisik tanah dan penambahan waktu penelitian yang diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti ruang pori makro, struktur tanah, dan distribusi agregat

(40)

32

DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2019. Metode Analisis Fisika Tanah. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung.

Atmojo, W, S. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University press. Surakarta.

Bintoro, A. Dkk. 2017. Karakteristik Fisik Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan di Desa Beka Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. Jurnal Agrotekbis 5 (4) : 23-430.

Damanik, P. 2007. Perubahan kepadatan tanah dan produksi tanaman kacang tanah akibat intensitas lintasan traktor dan dosis bokasi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Dariah, A 2007. Bahan Pembenah Tanah : Prospek Dan Kendala Pemanfaatannya

Dariah, A., dan N.L. Nurida. 2011. Formula Pembenah Tanah Diperkaya Humat untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Ultisol Taman Bogo Lampung.

Jurnal Tanah dan Iklim No 33, Juli 2011.

FAO. 2006. Guidelines for Soil Description – Fourth Edition. Publishing Management Service. Italy. 97 p.

Flaig, W.H., Beutelspacher, and E. Rietz. 1975. Chemical Composition and

Physical Properties of Humic Substances. In J. E. Gieseking. Soil Component Vol. I, Organic Components, New York. 534p.

GGP. 2021. Analisa Kandungan Material Kompos. Laboratorium Analisis.

Lampung Tengah.

(41)

33

Ghildyal, B.P. 1978. Effect of Compaction and Puddling on Soil Physiccal Properties and Rice Growth. In : Soil and Rice. Brady, N.C. The International Rice Research Institute Los Banos, Laguna. Philippines. P 317-321.

Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati.Dari Cawan Petri ke Lahan Petani.Yayasan John Hi-Tech. Idetama. Jakarta.

Hafif, B., J. Santoso, S. Adiningsih, dan Suwardjo. 1993. Evaluasi cara pengelolaan tanah untuk reklamasi dan konservasi lahan terdegradasi.

Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk II:7-12.

Hakim, R. 2011.Pengaruh Pengolahan Tanah Dengan Bajak Rotary Tipe Curve Blade Dan Pupuk Bokhasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Alluvial. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Hanafiah, K. A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta.

Hardjowigeno, S.2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Indriani, Y. H. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kartasapoetra, A. G. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta.

Jakarta.

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 261. 2019. Keputusan Teknis Minimal Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.

Menteri Pertanian Republik Indonesia. 18 hlm.

Lal, R. dan M. K. Shukla. 2004. Principles of Soil Physics. Marcel Dekker, Inc.New York.

Lembaga Penelitian Tanah (LPT). 1980. Term of Reference Tipe A Pemetaan Tanah. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Li, X.G., Li, F.M., Zed, R., Zhan, Z.Y. and Singh, B. 2007. Soil physical

properties and their relations to organic carbon pool as affected by land use in an alphine pastureland. Geoderma 139,98-105.

Meli, V., S. Sagiman, S. Gafur. 2018. Identifikasi sifat fisika tanah ultisols pada dua tipe penggunaan lahan di desa Betenung, kecamatan Nanga Tayap, kabupaten Ketapang. Perkebunan dan Lahan Tropika 8 (2): 80-90.

(42)

34

Muyassir, Supardi dan I. Saputra. 2012. Perubahan Sifat Kimia Entisol Krueng Raya Akibat Komposisi Jenis dan Takaran Kompos Organik. Jurnal LENTERA 12(3):37-47.

Nurhayati dan A Salim. 2012. Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Pemupukan dan Pemulihan Lahan. Terdegradasi.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 29-30 Juni 2012, 551-560.

Nurida, N.L., dan Undang K. 2009. Perubahan agregat tanah pada ultisols jasinga terdegradasi akibat pengolahan tanah dan pemberian bahan organik. Jurnal Tanah dan Iklim. 30: 37-48.

Putra, M.P. 2009. Besar Aliran Permukaan (Run-Off) Pada Berbagai Tipe lerengan Di Bawah Tegakan Eucalyptus spp. (Studi Kasus di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Aek Nauli). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rachman, A., A. Dariah, dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. Hlm 41–58 Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Departemen Pertanian.

Refliaty dan MarpaungEJ. 2010. Kemantapan agregat Ultisol pada beberapa penggunaan lahan dan kemiringan lereng. J. Hidrolitan 1 (2): 35-42.

Roni, N, G, K,. dan Witariadi, N. M. 2015. Tanah Sebagai Media Tumbuh.

Universitas Udayana. Bali.

Saidy, A. R. 2018. Bahan Organik Tanah: Klasifikasi, Fungsi dan Metode Studi. Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin. 128 hlm.

Shepherd, G., F. Stagnari, M. Pisante, dan J. Benites. 2008. Visual Soil Assessment Field Guide for Annual Crop. FAO. Rome. 504 p.

Stone, R. J. dan I. E. Ekwue. 1993. Maximum Kerapatan massa Achieved During Soil Compaction As Affected. Journal Of The Incorporation Of Three Organic Materials.

Subowo, G. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan rganik untuk Kesuburan dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumber Daya Hayati Tanah. J Sumberdaya lahan Vol. 4. Bogor.

(43)

35

Sukaryorini. P., Dkk. 2016. Pengaruh Macam Bahan Organik terhadap Ketersediaan Amonium, C-Organik dan Populasi Mikroorganisme pada Tanah Entisol.

Plumula Volume: 5 No.2.

Suriadikarta, D. A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2005. Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. Hlm. 169–222 Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang

Pertanian. Departemen Pertanian.

Suryani, A. 2007. Perbaikan Tanah Media Tanaman Jeruk dengan Berbagai Bahan Organik dalam Bentuk Kompos. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Surya, Andi. 2015. Pemanfaatan Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of Agro Science.

Susanti, P. 2018. Penggunaan Biostimulan, Asam Humat, dan Mikoriza Terhadap Peningkatan Produktivitas dan Rendemen Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas Psjt 94. Universitas Brawijaya. Malang.

USDA. 1975. Soil Taxonomy: A Basic System of Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. Soil Survey Staff, Coord., Soil

Conservation Service. Agriculture Handbook 436, US Department of Agriculture, Washington DC, 754 p.

USDA-NRCS. 2022. Soil Bulk Density/Moisture/Aeration – Soil Quality Kit. Soil Conservation Service. Stillwater, OK, USA.

Utomo, W. H. 1985. Dasar-Dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.

Universitas Brawijaya. Malang.

Widiyantoro, M.R. 2014. Pengaruh Pengolahan Tanah dan pemberian baha organik (blotong dan abu ketel) Terhadap Kemantapan Agregat Dan Pertumbuhan Vegetatif Awal Tanaman Tebu (Sacharrum Officinarum L.).

Universitas Brawijaya. Malang.

Wilson, E. 2006. Kepadatan tanah akibat penyaradan oleh forwarder dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan semai. Skripsi. Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Zurhalena dan Farni, Y. 2010. Distribusi pori dan permeabilitas ultisol pada beberapa umur pertanaman. J.Hidrolitan. 1(1): 43-47.

Gambar

Tabel 1. Dosis Perlakuan Limbah Batang Nanas pada Tanaman Sorgum .
Gambar 2. Fase Pertumbuhan Tanaman
Tabel 2. Analisis Ruang Pori Makro
Gambar 3. Alat Sandbox
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnnya hasil penelitian yang kedua, mengungkapkan Peristiwa perjudian toto gelap Togel dengan dua orang pelaku diawali dengan modus penambahan deposit atau saldo, dimana terdakwa

ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN LEVEL EKSTRAK DAUN KERSEN Muntingia calabura TERHADAP KUALITAS KUNING TELUR ASIN RENDAH SODIUM Oleh ADHE RANI PRADILA Penelitian ini bertujuan

ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG MAGGOT BLACK SOLDIER FLY TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN PUYUH COTURNIX COTURNIX JAPONICA JANTAN Oleh Agil Pratama Penelitian ini bertujuan untuk

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan grafting ubi kayu dengan metode spliced approach menggunakan singkong karet sebagai batang bawah yang memiliki

ii ABSTRAK TINGKAT KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN UBI KAYU HASIL GRAFTING BEBERAPA KLON PADA SINGKONG KARET SEBAGAI BATANG BAWAH DENGAN METODE SPLICED APPROACH Oleh

Oleh Destyan Wachyu Ramadhan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis optimum pemberian tapak liman Elephantopus scaber L.. terhadap gambaran total leukosit dan

Tujuan penelitian ini adalah un- tuk mempelajari pengaruh pemberian pakan yang berbeda, yaitu tepung Spirulina sp., tepung ikan, dan kuning telur dengan dosis yang berbeda terhadap

5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pemberian pakan dengan dosis te- pung Spirulina sp., tepung ikan, dan kuning telur selama penelitian diduga terlalu tinggi