• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAMPURAN DAUN SINGKONG ONGGOK FERMENTASI MENGGUNAKAN Aspergillus niger TERHADAP BAHAN KERING, ABU,

BAHAN ORGANIK, SERAT KASAR, DAN PROTEIN KASAR

(skripsi)

Oleh

MADA JOCHIM NUSANTARA

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF MIXTURES OF FERMENTED CASSAVA LEAVES AND CASSAVA WASTE USING ASPERGILLUS NIGER ON DRY MATERIALS, ASH, ORGANIC MATERIALS, ROUGH FIBER, AND

ROUGH PROTEIN

By

MADA JOCHIM NUSANTARA

This study aims to determine the effect of a mixture of fermented cassava leaves and cassava waste using Aspergillus niger on the quality of dry matter, ash, organic matter, crude fiber, and crude protein. This research was conducted in December 2021--February 2022 at the Nutrition and Animal Feed Laboratory, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications. The treatments were cassava waste 50% + cassava leaves 50% without fermentation (P0), cassava waste 20% + cassava leaves 80% + Aspergillus niger 1% BK (P1), cassava waste 30% + cassava leaves 70% + Aspergillus niger 1% BK (P2), cassava waste 40% + cassava leaves 60% + Aspergillus niger 1% BK (P3), and cassava waste 50% + cassava leaves 50% + Aspergillus niger 1% BK (P4). The data obtained were analyzed using analysis of variance with a significance level of 1% or 5% and continued with Duncan multiple test. The results showed that fermentation with Aspergillus niger 1% BK could reduce the crude fiber content and increase the crude protein content of a mixture of fermented cassava waste and cassava leaves.

The best response to a mixture of cassava waste and cassava leaves on the quality of organic matter, crude fiber, and crude protein was found in a mixture of 40%

cassava waste + 60% cassava leaves + Aspergillus niger 1% BK which produced 40.20% organic matter with low crude fiber of 13.39% and produces crude protein by 24.32%.

Keywords: Aspergillus niger, Organic matter, Fermentation, Crude Protein and Crude Fiber.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH CAMPURAN DAUN SINGKONG DAN ONGGOK FERMENTASI MENGGUNAKAN ASPERGILLUS NIGER TERHADAP

BAHAN KERING, ABU, BAHAN ORGANIK, SERAT KASAR, DAN PROTEIN KASAR

Oleh

MADA JOCHIM NUSANTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran daun singkong dan onggok fermentasi menggunakan Aspergillus niger terhadap kualitas bahan kering, abu, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2021--Februari 2022 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu onggok 50% + daun singkong 50% tanpa fermentasi (P0), onggok 20% + daun singkong 80% + Aspergillus niger 1% BK (P1), onggok 30% + daun singkong 70% + Aspergillus niger 1% BK (P2), onggok 40% + daun singkong 60% + Aspergillus niger 1%

BK (P3), dan onggok 50% + daun singkong 50% + Aspergillus niger 1% BK (P4).

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dengan taraf nyata 1% atau 5% dan dilanjutkan uji berganda Duncan. Hasil penelitian didapatkan fermentasi dengan Aspergillus niger 1% BK dapat menurunkan kandungan serat kasar serta dapat menigkatkan kandungan protein kasar bahan pakan fermentasi.

Respon terbaik pada campuran onggok dan daun singkong terhadap kualitas bahan organik, serat kasar, dan protein kasar didapatkan pada campuran onggok 40% + daun singkong 60% + Aspergillus niger 1% BK yang menghasilkan bahan organik sebesar 40,20%, dengan rendah serat kasar sebesar 13,39% dan menghasilkan protein kasar 24,32%

Kata Kunci: Aspergillus niger, Fermentasi, Bahan organik, Serat Kasar, Protein Kasar

(4)

PENGARUH CAMPURAN DAUN SINGKONG ONGGOK FERMENTASI MENGGUNAKAN Aspergillus niger TERHADAP BAHAN KERING ABU

BAHAN ORGANIK SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR

Oleh

Mada Jochim Nusantara

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Peternakan

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Mada Jochim Nusantara dilahirkan di Natar pada 06 Maret 1998 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Akka Jochim Joenias dan Ibu Juminah, dengan dua orang adik laki-laki dan perempuan yang

bernama Adda Jochim Nusantara, dan Intan Permata Akka Jochim Djoelyanti.

Penulis telah menamatkan pendidikan mulai dari sekolah dasar di SD Negeri 1 Bangun Rejo Lampung Selatan pada 2010, pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Ketapang pada 2013 dan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Kalianda pada 2016. Kemudian pada tahun 2016 penulis diterima sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur MANDIRI.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sri Pendowo, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan pada Januari--Februari 2021 dan melaksanakan Praktik Umum di Berkah Abadi Jaya Farm Desa Pujo Basuki, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah pada Juli-Agustus 2020. Selama menjadi mahasiswa, penulis terdaftar sebagai anggota

Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET).

(9)

MOTTO

Tidak Semua Hal Yang Tidak Kamu Suka Harus Di Ungkapkan (Mada Jochim Nusantara)

Terus Berpikiran Positif, Tidak Peduli Seberapa Keras Kehidupan Yang Dijalani

(Ali bin Abi Thalib)

Keberhasilan Bukan Milik Orang Pintar. Keberhasilan Milik Mereka Yang Ingin Terus Berusaha

(B. J. Habibie)

(10)

i

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah karunia-Nya

Dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang, dan baktiku kepada :

Ibundaku tercinta (Juminah) dan Ayahanda tercinta (Akka Jochim Joenias) yang dengan penuh keiklasan telah merawat, mendidik, dan membesarkanku

dengan penuh kesabaran

Adda Jochim Nusantara dan Intan Permata Akka Jochim Djoelyanti yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk terus melangkah maju menggapai

cita-cita

Terima kasih banyak kepada seluruh dosen, teman seperjuangan serta almamater tercinta atas waktu, motivasi, dan pengorbanan kalian yang telah

membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

ii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Campuran Daun Singkong Onggok Fermentasi Menggunakan Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Abu, Bahan Organik, Serat Kasar, dan Protein Kasar”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang telah berikan;

2. Bapak Dr. Ir. Arif Qisthon, M. Si.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas persetujuan, saran, arahan, dan bimbingan yang diberikan kepada Penulis selama masa studi;

3. Bapak Dr. Ir.Rudy Sutrisna, M.S.--selaku Pembimbing Utama--atas ketulusan hati, kesabarannya, saran dan motivasi yang telah diberikan sehingga Penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Pembimbing Anggota--atas kebaikan, saran, dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Liman S.Pt., M. Si.--selaku Pembahas--atas kritikan, saran, dan bimbingannya dalam perbaikan skripsi ini;

6. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Pembimbing Akademik--atas bimbingan, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada Penulis selama masa studi;

7. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Peternakan yang dengan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya kepada Penulis selama menjadi mahasiswa;

8. Bapak, Ibu, dan Adik atas semua kasih sayang, nasehat, dukungan, doa yang tulus serta semangat yang sangat membantu selama penyusunan skripsi;

9. Teman penelitian Hendro Prasetyo atas kerjasama, dukungan, serta bantuan dalam penyusunan skripsi;

(12)

iii

10. Teman-teman Peternakan seperjuangan angkatan 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas kebersamaan selama ini. Semoga kita dapat

menggapai impian dan cita-cita kita serta dipertemukan kembali dalam keadaan sehat dan sukses;

11. Adik tingkatku atas motivasi dan doa yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis menjadi amal baik dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi, penulis berharap skripsi ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Bandar Lampung, 22 September 2022 Penulis

Mada Jochim Nusantara

(13)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR 1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5 Hipotesis ... 7

2.3 Aspergillusniger ... 8

2.4 Fermentasi Bahan Pakan ... 10

2.5 Fermentasi dengan Aspergillus niger ... 11

2.6 Analisis Proksimat ... 12

2.6.1 Bahan kering ... 12

2.6.2 Bahan organik ... 13

2.6.3 Serat kasar 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 15

3.2.1 Bahan penelitian... 15

3.2.2 Alat penelitian ... 15

3.3 Rancangan Penelitian ... 16

3.4 Peubah yang Diamati ... 16

... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.2 Onggok 2.1 Daun Singkong ... 14

2.6.4 Protein kasar... 14 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

(14)

v

3.5 Prosedur Penelitian ... 16

3.5.1 Persiapan perbanyakan mikroba ... 16

3.5.2 Prosedur fermentasi Sampel ... 17

3.5.3 Persiapan sampel analisis ... 18

3.5.4 Prosedur analisis proksimat ... 18

3.5.4.1 Kadar protein ... 18

3.5.4.2 Kadar air ... 20

3.5.4.3 Kadar abu... 20

3.5.4.4 Kadar serat kasar ... 22

3.6 Analisis Data terhadap Bahan Kering ... 24

4.2 Pengaruh Campuran Daun Singkong Onggok Fermetasi terhadap Abu ... 26

4.3 Pengaruh Campuran Daun Singkong Onggok Fermentasi terhadap Bahan Organik ... 28

4.4 Pengaruh Campuran Daun Singkong Onggok Fermentasi terhadap Serat Kasar ... 30

4.5 Pengaruh Campuran Daun Singkong Onggok Fermentasi terhadap Protein Kasar 5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Campuran Daun Singkong Onggok Fermentasi ... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan zat-zat makanan limbah perkebunan ubi kayu ... 7 2. Rata-rata kadar bahan kering campuran daun singkong onggok

fermentasi menggunakan Aspergillus niger ... 24 3. Rata-rata kadar abu campuran daun singkong onggok fermentasi

menggunakan Aspergillus niger ... 26 4. Rata-rata kadar bahan organik campuran daun singkong onggok

fermentasi menggunakan Aspergillus niger ... 28 5. Rata-rata kadar serat kasar campuran daun singkong onggok

fermentasi menggunakan Aspergillus niger ... 30 6. Rata-rata kadar protein kasar campuran daun singkong onggok

fermentasi menggunakan Aspergillus niger ... 33 7. Anova (analisis varian) campuran daun singkong dan onggok

fermentasi Aspergillus niger terhadap bahan kering ... 52 8. Rata-rata kandungan bahan kering campuran daun singkong

onggok sebelum difermentasi ... 52 9. Anova (analisis varian) campuran daun singkong dan onggok

fermentasi Aspergillus niger terhadap abu ... 53 10. Anova (analisis varian) campuran daun singkong dan onggok

fermentasi Aspergillus niger terhadap bahan organik ... 53 11. Anova (analisis varian) campuran daun singkong dan onggok

fermentasi Aspergillus niger terhadap serat kasar ... 54 12. Anova (analisis varian) campuran daun singkong dan onggok

fermentasi Aspergillus niger terhadap protein kasar ... 54

(16)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema proses pembuatan tapioka dan limbah onggok ... 8

2. Kurva pertumbuhan fungi ... 9

3. Tata letak percobaan ... 16

4. Skema perbanyakan mikroba ... 17

5. Skema fermentasi sampel menggunakan Aspergillus niger... 17

6. Skema persiapan sampel analisis ... 18

7. Pemanenan daun singkong ... 55

8. Penjemuran daun singkong ... 55

9. Penggilingan daun singkong ... 56

10. Perbanyakan mikroba Aspergillus niger ... 56

11. Mikroba Aspergillus niger dengan inkubasi selama 5 hari ... 57

12. Sterilisasi bahan dengan suhu 121o ... 57

13. Penimbangan bahan fermentasi... 58

14. Mencampur bahan fermentasi ... 58

15. Proses fermentasi bahan ... 59

16. Hasil fermentasi bahan ... 59

17. Proses penggilingan setelah fermentasi ... 60

18. Analisis kadar bahan kering ... 60

19. Analisis kadar abu dan bahan organik ... 61

20. Analisis kadar serat kasar ... 61

21. Analisis kadar protein kasar ... 62

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu atau singkong terbanyak keempat di dunia setelah Nigeria, Thailand dan Brasil. Pada tahun 2015 total luas lahannya mencapai 949.916 ha dengan tingkat produktivitas 229,51 ton/ha total produksi 21.801.415 ton (Badan Pusat Statistik, 2015). Singkong terdiri atas 45% bagian umbi, 35% bagian batang dan 20% bagian daun. Limbah pascapanen tanaman singkong antara lain daun singkong, kulit singkong, gaplek afkir, singkong afkir yang potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan.

Daun singkong dan Onggok merupakan limbah hasil pemrosesan tanaman

singkong yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan pakan alternative untuk ternak. Daun singkong terdiri dari daun dan tangkai atau ranting-ranting muda, jumlahnya berkisar 7% (daun) dan 12% (ranting). Daun singkong memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sebesar > 20% dan untuk daun singkong muda (pucuk) mengandung protein sebesar 21-24% (Soekarya dan Preston, 2003). Zat nutrisi yang terkandung pada onggok adalah protein kasar 1,88%, serat kasar 15,62%, abu 1,15%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 81,10% (Anindyawati dan Sukardi, 2010). Pemanfaatan limbah tanaman

singkong sendiri masih rendah dan belum dapat terolah secara optimal karena kandungan serat kasarnya cukup tinggi, kandungan nutrisi yang rendah, serta daun singkong mengandung zat anti nutrisi (HCN) yang tinggi. Oleh karena itu, guna memperbaiki nilai nutrisi dari bahan pakan tersebut, diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas dari limbah tersebut yaitu dengan proses fermentasi.

(18)

2

Fermentasi adalah proses perombakan bahan pakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologi, sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana dan daya cerna ternak lebih efisien (Kurniawan et al., 2015). Pada proses fermentasi tentunya terdapat mikroorganisme yang berperan di dalamnya.

Mikroorganisme yang dapat digunakan dalam proses fermentasi antara lain:

khamir, kapang, dan bakteri.

Fermentasi merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan kualitas pakan asal limbah, karena keterlibatan mikroorganisme dalam mendegradasi bahan pakan dan mempunyai prospek untuk meningkatkan mutu gizi dari bahan-bahan yang bermutu rendah. Supriyati (2003) mengemukakan bahwa fermentasi oleh Aspergillus niger, protein onggok dapat ditingkatkan dari 1,85% menjadi 14,74

%. Fermentasi pada suatu bahan pakan dapat meningkatkan kandungan protein, memperbaiki saluran pada kecernaan, serta terbentuknya berbagai asam amino, enzim dan vitamin (Muljohardjo, 1988).

Pemanfaatan Aspergillus niger sebagai inokulan dalam proses fermentasi ini dirasa paling cocok dan sesuai dengan tujuan fermentasi, yaitu untuk menurunkan kadar serat dan sekaligus dapat meningkatkan kadar protein kasarnya. Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan Aspergillus niger, utamanya dalam upaya penurunan kadar serat bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya serta untuk merombak komponen yang ada dalam substrat menjadi komponen yang lebih sederhana.

Sejauh ini masih sedikit penelitian mengenai pengaruh fermentasi campuran daun singkong onggok menggunakan Aspergillus niger terhadap kandungan bahan kering, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar, maka perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut.

(19)

3

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran daun singkong dan onggok fermentasi menggunakan Aspergillus niger terhadap kandungan bahan kering, abu, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat pada pihak-pihak tertentu tentang pengaruh fermentasi campuran daun singkong onggok menggunakan Aspergillus niger terhadap kandungan bahan kering, abu, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar.

1.4 Kerangka Pemikiran

Daun singkong dan onggok merupakan salah satu limbah hasil pemrosesan dari tanaman singkong yang cukup disenangi peternak untuk digunakan sebagai alternatif bahan pakan ternak ruminansia baik itu kecil maupun besar. Hernaman et al. (2014) menyatakan kandungan nutrisi daun singkong yaitu abu 8,49%; PK 25,46%; LK 8,59%; SK 18,24% dan BETN 39,22%, sedangkan kandungan nutrisi yang dimiliki onggok yaitu protein kasar 1,88%, serat kasar 15,62%, lemak kasar 0,25%, abu 1,15%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 81,10% (Wizna et al., 2008). Daun Singkong dan Onggok sebagai bahan pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi dan adanya kandungan zat anti nutrisi (HCN) dan lignin menjadi kendala apabila digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Oleh karena itu, guna memperbaiki nilai nutrisi dari bahan pakan tersebut, diperlukan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas dari limbah tersebut yaitu dengan proses fermentasi.

Fermentasi adalah proses perombakan bahan pakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologi, sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana dan daya cerna ternak menjadi lebih efesien (Kurniawan, et al., 2015).

(20)

4

Fermentasi juga dapat mengubah bahan makanan yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna dan menghasilkan aroma yang khas (Poesponegoro, 1975).

Fermentasi dapat dilakukan dengan penggunaan kapang, salah satu kapang yang dapat digunakan yaitu Aspergillus niger. Menurut Frazier dan Westhoff (1981), kapang jenis ini memiliki keunggulan mudah dibiakkan, tidak cepat

terkontaminasi oleh mikroorganisme lain, menghasilkan enzim- enzim pengurai seperti selulase untuk memecah selulosa, amilase untuk memecah amilosa, glukoside untuk memecah glukosa, sehingga proses fermentasi tersebut

menghasilkan senyawa yang lebih sederhana seperti senyawa glukosa dan asam- asam organik.

Penggunaan Aspergillus niger sebagai inokulan pada proses fermentasi dirasa paling efektif dan sesuai dengan tujuan fermentasi, guna menurunkan kadar serat dan sekaligus dapat meningkatkan kadar protein kasarnya. Aspergillus niger merupakan kapang yang sangat mudah tumbuh dalam suasana aerob, bersifat selulolitik dan sangat cepat perkembangbiakannya. Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan Aspergillus niger , utamanya dalam upaya penurunan kadar serat bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya.

Mirwandhono et al. (2006) melaporkan bahwa fermentasi kulit singkong dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan gizi kulit singkong. Perlakuan fermentasi limbah kulit singkong dengan Aspergillus niger selama 4 hari mampu meningkatkan nilai gizi ditunjukkan dengan meningkatnya protein dari 4,12%

menjadi 28,55% dan menurunkan kadar serat kasar dari 27,20% menjadi 24,13%.

Berdasarkan uraian pemikiran diatas, maka diharapkan proses fermentasi daun singkong dan onggok dengan penambahan Aspergillus niger akan meningkatkan kandungan protein dan menurunkan serat kasar campuran daun singkong dan onggok, sehingga diharapkan kualitasnya akan menjadi lebih baik.

(21)

5

1.5 Hipotesis

1. Adanya pengaruh penambahan Aspergillus niger pada campuran daun singkong dan onggok fermentasi terhadap kandungan bahan kering, abu, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar

2. Adanya perlakuan terbaik campuran daun singkong onggok yang

difermentasi menggunakan Aspergillus niger terhadap peningkatan kualitas yang ditinjau dari bahan organik bahan kering serat kasar dan protein kasar.

(22)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Singkong

Singkong (Manihot Utilissima) merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Daun singkong merupakan limbah dari sistem produksi pertanian singkong terutama pada daerah industri tapioka. Ketersediaan daun singkong terus meningkat dengan semakin meluasnya areal penanaman dan produktivitas

tanaman singkong. Hampir 10-40% dari tanaman singkong terdiri atas daun.

Produksi daun singkong segar adalah 10-40 ton/ha/tahun atau 2,3 ton berat kering/ha/tahun (Sukria dan Rantan, 2009). Pada tahun 2015 total luas lahannya mencapai 949.916 ha dengan tingkat produktivitas 229,51 ton ha total produksi 21.801.415 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2015).

Daun singkong merupakan salah satu limbah pertanian yang sudah lazim

dijadikan bahan pakan ternak. Potensi yang diharapkan dari daun singkong adalah protein kasarnya yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 18--34 % dari bahan kering. Maka dari itu, kandungan protein kasar dari bahan kering daun singkong dapat digunakan sebagai bahan suplementasi yang potensial untuk ternak

ruminansia maupun unggas.

Kandungan nutrisi daun singkong pada daun singkong sangat beragam dimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini kandungan nutrisi dari daun singkong, batang, kulit dan campuran daun batang kulit yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

(23)

7

Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan limbah perkebunan ubi kayu

Zat-zat makanan Daun Batang Kulit CDBK*

Kadar Air (%) 75.21 81,16 74,53 12,21

Bahan Kering (%) 24,79 18,84 25,47 87,79

Protein Kasar (%) 25,46 9,38 6,78 14,5

Lemak Kasar (%) 8,59 4,44 2,27 5,17

Serat Kasar (%) 18,24 20,41 11,35 18,24

BETN (%) 39,22 62,46 79,6 56,58

Abu (%) 8,49 3,31 9,46 5,41

CDBK* : Campuran Daun Batang Kulit Sumber: Herman et al., (2014)

2.2 Onggok

Onggok merupakan limbah tapioka yang merupakan hasil samping dari industri pembuatan tepung tapioka yang berasal dari umbi kayu atau singkong. Selain itu, onggok dapat di jadikan sebagai pakan ternak. Onggok sebagai salah satu limbah agroindustry memiliki beberapa kandungan nutrisi diantaranya protein kasar, serat kasar, dan memiliki kadar karbohidrat mudah larut yang cukup tinggi. Prinsip pengolahan tapioka adalah pemecahan dinding sel, butir pati yang terdapat didalamnya dapat keluar namun tidak semua pati dapat terlepas. Pati yang tertinggal menyebabkan onggok memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 50-70% (Anindyawati dan Sukardi, 2010), sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai media

tumbuh mikroba. Kandungan zat makanan yang dimiliki onggok adalah protein kasar 1,88%, serat kasar 15,62%, lemak kasar 0,25%, abu 1,15%, Ca 0,31%, P 0,05% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 81,10% (Wizna et al., 2008).

Dalam penggunaannya sebagai salah satu bahan pakan ternak, onggok digunakan sebagai salah satu pakan sumber energi, namun mengingat kandungan serat kasar onggok yang tinggi, onggok tidak dapat digunakan sebagai pakan ternak unggas.

Kualitas dan kuantitas onggok tergantung pada kualitas ubi kayu yang dijadikan tapioka, jenis ubi kayu, umur panen dan sistem pengolahan. Prinsip pengolahan tapioka dapat di lihat pada Gambar 1 :

(24)

8

Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Tapioka dan Limbah Onggok Sumber: Prasetyana (2009).

2.3 Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan fungi dari ascomycota yang berfilamen, mempunyai hifa, bercabang-cabang dan bersekat, dan ditemukan melimpah dialam.

Aspergillus niger memiliki kepala konidia yang besar, padat, bulat dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, sehingga sering digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan pembuatan beberapa enzim seperti amilase, pektinase,

amiloglukosidase, dan selulase. Aspergillus niger termasuk jenis mikroba

mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu 35--37ºC (optimum), 6--8ºC (minimum), 45--47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik)

(Wikipedia, 2020).

(25)

9

Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, sehingga sering digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan selulase. Pertumbuhan fungi mempunyai beberapa fase, antara lain : (1) fase lag, penyesuaian sel-sel dengan lingkungan pembentukan enzim-enzim untuk mengurai substrat; (2) fase akselerasi, mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase aktif; (3) fase eksponensial, perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat; (4) fase deselerasi, waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah; (5) fase stasioner, jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif seimbang; (6) fase kematian, jumlah sel-sel yang mati lebih banyak daripada sel- sel yang masih hidup (Gandjar, et al., 2006).

Kurva pertumbuhan suatu fungi dapat dilihat pada Gambar 2. Soeprijanto et al.

(2009) menambahkan bahwa kapang Aspergillus niger melewati fase adaptasi dimulai pada jam ke 8, dilanjutkan dengan fase eksponensial pada jam ke 16-24.

Fase stasioner merupakan jumlah kapang yang tumbuh sama dengan kapang yang mati, fase stasioner terjadi pada jam ke 40--100. Setelah diatas jam ke 100 terjadi penurunan biomassa kapang yang dinamakan fase kematian, dimana biomassa kapang yang mati lebih banyak dari yang tumbuh.

(Gambar 2)

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Fungi; (1) fase lag, (2) fase akselerasi, (3) eksponensial, (4) fase deselerasi, (5) fase stasioner, dan (6) fase kematian.

(26)

10

Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat. Molekul sederhana seperti gula dan komponen lain yang terdapat di sekeliling hifa dapat langsung diserap, sedangkan molekul yang lebih kompleks seperti selulosa, pati, protein, dan minyak lemak harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler. Bahan organik dari substrat digunakan oleh

Aspergillus niger untuk aktivitas transpor molekul, pemeliharaan struktur sel dan mobilitas sel (Wikipedia, 2020). Aspergillus niger memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendegradasi selulosa sehingga terjadi pemecahan selulosa menjadi gula-gula sederhana, hasil degradasi ini akan bermanfaat sebagai pakan ternak dan energi.

2.4 Fermentasi Bahan Pakan

Fermentasi merupakan metode pengolahan pakan yang relatif murah dan praktis sebelum diberikan pada ternak. Keunggulannya antara lain dapat memberikan manfaat dan cita rasa yang khas, menurunkan senyawa beracun serta

meningkatkan nilai nutrisi. Fermentasi adalah proses perombakan bahan pakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologi, sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana dan daya cerna ternak menjadi lebih efesien (Kurniawan, et al., 2015).

Selama fermentasi, terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat (media fermentasi) diantaranya kandungan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga terjadi perubahan terhadap pH, kelembaban, aroma dan beberapa gizi lainnya (Paderson, 1971). Oleh karena itu, fermentasi dapat meningkatkan palatabilitas pada ternak. Proses fermentasi tidak hanya

menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi (Robert dan Endel, 1989). Fermentasi yang terlalu singkat mengakibatkan terbatasnya kesempatan bagi mikroorganisme untuk berkembang, sehingga komponen substrat yang dapat dirombak menjadi massa sel

(27)

11

juga akan sedikit, untuk itu diperlukan waktu fermentasi yang lebih lama supaya mikroorganisme memiliki lebih banyak kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang biak (Fardiaz, 1992). Amin et al. (2015) menambahkan bahwa semakin lama fermentasi maka semakin banyak zat makanan yang dirombak seperti bahan kering dan bahan organik. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya waktu fermentasi maka pertumbuhan mikroorganisme akan semakin baik, merata dan kompak sehingga diperoleh pertumbuhan mikroorganisme yang optimum.

Teknologi biofermentasi dengan menggunakan kapang merupakan suatu alternatif karena selain dengan melonggarkan ikatan atom hidrogen selulosa dan

melonggarkan ikatan lignosellulosa dengan bantuan enzim selulotik yang

dihasilkan kapang sehingga pakan berserat juga mampu menghilangkan senyawa beracun dalam bahan (Jamatun et al., 2000).

2.5 Fermentasi dengan Aspergillus niger

Peningkatan kuantittas protein pada proses fermentasi sejalan dengan

pertumbuhan kapang (jamur). Hal ini diakibatkan karena sebagian besar unsur pembentuk tubuh kapang terdiri dari nitrogen (protein). Selain itu, enzim adalah senyawa kimia berupa protein yang berperan sebagai biokatalisator yang

dihasilkan oleh jamur (Noferdiman et al., 2008). Hal ini didukung oleh Garraway dan Evans (1984) yang menyatakan dinding sel jamur mengandung 6,3% protein, sedangkan membran sel pada jamur yang berhifa mengandung protein 25-45%

dan karbohidrat 25-30%. Dalam pertumbuhannya jamur menggunakan karbon dan nitrogen untuk komponen sel tubuh jamur (Musnandar, 2003). Hal ini terjadi karena selama fermentasi,kapang Aspergillus niger menggunakan zat gizi

(terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan protein meningkat.

Dedak yang difermentasi dengan Aspergillus niger dengan lama pemeraman 72 jam, menunjukkan adanya peningkatan kadar protein kasar dan penurunan serat kasar (Suparjo et al., 2003). Mairizal (2009) menyatakan bahwa fermentasi menggunakan 10 gram Aspergillus niger mampu menurunkan kadar lemak kasar yaitu dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi. Hasil penelitian Akmal

(28)

12

dan Mairizal (2003) menunjukan bahwa proses fermentasi pada bungkil kelapa dengan menggunakan kapang Aspergillus niger dapat meningkatkan protein kasar dari 22,41 menjadi 35,27% dan menurunkan kandungan serat kasar dari 15,15%

menjadi 10,24%.

2.6 Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan analisis yang menggolongkan komponen yang terdapat pada bahan pakan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya. (Suparjo, 2010). Analisis proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stokmann di Jerman. Analisis proksimat memiliki kelebihan seperti : banyak laboratorium yang menggunakan sistem ini untuk penelitian, biaya analisa lebih murah, menghasilkan analisis secara garis besar dan dapat menghitung total digestible nutrien (TDN). Analisis proksimat memiliki kekurangan. Kekurangan analisis proksimat seperti : tidak menjelaskan secara rinci kandungan gizi

makanan, sering terjadi kekeliruan analisis serat kasar dan lemak kasar yang mempengaruhi nilai berat ekstrak tanpa nitrogen BETN, proses lama dan tidak dapat menerangkan daya cerna (Suparjo, 2010).

Analisis proksimat terdiri atas 6 fraksi yaitu kadar air, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen). (Suparjo, 2010).

Analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memformulasi ransum seperti mencari kekurangan nutrien sehingga kita dapat menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.

2.6.1 Bahan kering

Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis) (Immawatitari, 2014). Banyaknya kadar air dalam bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C.

(29)

13

Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994).

Menurut Hartadi et al. (1991) menyatakan bahwa bahan kering terdiri dari bahan organik dan abu yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah cukup untuk pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bagian dari enzim dan hormon.

2.6.2 Bahan organik

Bahan organik utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedangkan bahan anorganik seperti calsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.

Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan

menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000), abu terdiri dari mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400--600 o C dan zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash). Abu juga mengandung bahan anorganik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida dan kalium akan hilang selama

pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan anorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).

(30)

14

2.6.3 Serat kasar

Karbohidrat terbagi menjadi dua bentuk yakni, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dan Serat Kasar. BETN berisi zat-zat monosakarida, disakarida, trisakarida, dan polisakarida, sedangkan serat kasar berisi selulosa hemiselulosa dan lignin (Tilman et al.,1989). Istilah serat kasar pertama kali diperkenalkan oleh Hyspley pada tahun 1953 untuk mendiskripsikan komponen dinding se1 tumbuhan (Gibson and Cristian,2000). Serat kasar adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air dan ada tiga macam yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin (Anonimus, 2005). Menurut Anggorodi (1994), serat kasar adalah bagian dari bahan makanan yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan polisakarida lain yang berfungsi sebagai bagian pelindung tumbuh-tumbuhan. Kadar serat kasar tinggi dalam hijauan kering dan rendah dalam butir-butiran.

2.6.4 Protein kasar

Protein merupakan senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Selain unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, dalam protein juga terdapat nitrogen sebagai unsur tambahan (Tilman et al.,1989).Asam amino merupakan kunci struktur dasar protein yang terbagi menjadi asam amino essensial dan asam amino non essensial. Asam-asam amino essensial harus ada dalam makanan karena tidak dapat disintesis dalam tubuh sebagaimana mestinya untuk pertumbuhan normal individu hewan,sedangkan asam amino nonessensial yaitu asam amino yang dapat disintesis guna mencukupi kebutuhan pertumbuhan normal. Kualitas protein bahan pakan dinyatakan tinggi atau rendah, tergantung dari keseimbangan asam amino essensial yang terkandung dalam bahan padat tersebut (Anggorodi, 1994). Hewan tidak dapat mensintesa asam amino sendiri, oleh karena itu hewan perlu mendapat zat-zat tersebut dan yang terdapat ditractus digestivus (hewan ruminansia) dari makanan yang diperoleh atau dari mencernaa bakteri yang mengandung zat-zat tersebut. Asam amino essensial tidak dapat disintesis oleh ruminansia, sehingga perolehannya mutlak dari ransum yang dimakannya (Sudarso dan Siriwa1997).

(31)

15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama satu bulan pada Desember 2021--Januari 2022.

Pembuatan inokulum Aspergillus niger, pembuatan fermentasi daun singkong dengan onggok dan analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun singkong sepanjang 15-- 20 cm (ujung daun muda sampai batang pohon muda), onggok kering, dan kultur/biakan murni Aspergillus niger, bahan pembuatan inokulum kapang seperti: spora Aspergillus niger, beras, dan air.

3.2.2 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital, timbangan anlitik, karung plastik, alat potong, tali, terpal, fermentasi biologi seperti: baskom plastik,

nampan, jarum ose, botol, laminar, dan bunsen, alat analisis proksimat seperti:

oven 105o C, tanur listrik 600o C, cawan porselen dan desikator.

(32)

16

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan penambahan Aspergillus niger masa inkubasi 4 hari. Perlakuan yang diberikan meliputi:

P0: Onggok 50% + Daun Singkong 50% (Kontrol Tanpa Fermentasi) P1: Onggok 20% + Daun Singkong 80% + Aspergillus niger 1% BK P2: Onggok 30% + Daun Singkong 70% + Aspergillus niger 1% BK P3: Onggok 40% + Daun Singkong 60% + Aspergillus niger 1% BK P4: Onggok 50% + Daun Singkong 50% + Aspergillus niger 1% BK

P0U3 P4U1 P2U2 P1U2 P0U1

P3U2 P1U3 P3U1 P2U3 P4U2

P1U1 P2U1 P4U3 P0U2 P3U3

Gambar 3. Tata letak percobaan

3.4 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi bahan kering, abu, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar hasil fermentasi campuran daun singkong onggok menggunakan Aspergillus Niger.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu tahap pertama persiapan perbanyakan mikroba, pembuatan fermentasi daun singkong dan onggok, persiapan sampel analisis, dan tahap terakhir analisis proksimat.

3.5.1 Persiapan perbanyakan mikroba

Perbanyakan mikroba fermentasi (kapang) berdasarkan prosedur Palinggi (2009) seperti tercantum pada Gambar 4.

(33)

17

Gambar 4. Skema perbanyakan mikroba.

3.5.2 Prosedur fermentasi sampel

Fermentasi daun singkong menggunakan Aspergillus niger berdasarkan modifikasi prosedur Palinggi (2009) sebagaimana terdapat pada Gambar 5.

Gambar 5. Skema fermentasi sampel menggunakan Aspergillus niger Menambahkan air sebanyak 400cc air per 1 kg beras

Memasak dengan cawan, kemudian dikukus selama 30 menit dan dinginkan

Mencampur dengan biakan mikroba (kapang) sebanyak 3 petri per 1 kg beras

Menginkubasi (mendiamkan) selama 5 hari

Mengeringkan dalam oven pada suhu 40oC (selama 5 hari)

Menggiling hingga menjadi tepung Mencuci beras

Menyeterilkan sampel yang akan difermentasi dalam autoclave pada suhu 121oC tekanan 1 ATM selama 15 menit

Mendinginkan

Memasukkan ke dalam nampan plastik dengan ketebalan ± 3 cm lalu ditutup dengan plastik yang sudah dilubang-lubangi

Menginkubasi pada suhu ruang selama 4 hari

Menambahkan 10 gram inokulum Aspergillus niger, lalu diaduk rata sampai

(34)

18

3.5.3 Persiapan sampel analisis

Tahapan persiapan sampel analisis adalah seperti pada Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Skema persiapan sampel analisis

3.5.4 Prosedur analisis proksimat

Analisis proksimat dilakukan dengan menerapkan prosedur menurut Fathul (2015) sebagai berikut :

3.5.4.1 Kadar protein

Tahap pelaksanaan analisis protein adalah sebagai berikut :

1. menimbang kertas saring biasa (6 x 6 cm²) dan mencatat bobotnya (A);

2. memasukkan sampel analisa sebanyak 0,1 g dan kemudian mencatat bobotnya (B);

3. memasukkan sampel ke dalam labu Kjeldahl, lalu menambahkan 15 ml H2SO4 pekat. Menambahkan 0,2 g campuran garam;

4. menyalakan alat destruksi, kemudian mengerjakan destruksi, kemudian mematikan alat destruksi apabila sampel berubah warna menjadi jernih kehijauan, lalu didiamkan sampai menjadidingin;

Menimbang seluruh sampel yang telah di fermentasi selama 4 hari

Menimbang sampel sebanyak 1 kg per unit percobaan

Masukkan sampel ke dalam oven bersuhu 60oC selama 48 jam

Menimbang bahan setelah dioven

Menghaluskan bahan kemudian menyaringnya dengan saringan yang meiliki lubang berdiamater 1 mm

Tulis informasi pelebelan sampel percobaan

(35)

19

5. menambahkan 200 ml air suling. Menyiapkan 25 ml H₂BO₃ digelas

erlenmeyer, kemudian ditetesi 2 tetes indikator (larutan berubah menjadi biru) memasukkan ujung alat kondensor ke dalam gelas tersebut dan harus dalam posisi terendam;

6. menyalakan alat destilasi dan menambahkan 50ml NaOH 45% ke dalam labu Kjeldahl, selanjutnya mengangkut ujung alat kondensor yang terendam, apabila larutan telah menjadi sebanyak 2/3 bagian dari gelas tersebut dan matikan alat destilasi.

7. membilas ujung kondensor dengan air suling menggunakan botol semprot dan menyiapkan alat untuk titrasi, kemudian mengisi buret dengan larutan HCl 0,1N, dan mengamati dan membaca angka pada buret kemudian mencatat (Lblanko);

8. menghentikan titrasi apabila larutan berubah warna menjadi hijau, mengamati buret dan membaca angka, kemudian mencatatnya(Lsampel);

9. menghitung kadar protein kasar dengan rumus berikut:

N = ( Lblanko–Lsampel) x NbasaxN/1000 x 100%

B-A

Keterangan:

N : besarnya kandungan nitrogen (%)

Lblanko : volume titran untuk blanko (ml)

Lsampel : volume titran untuk sampel (ml)

Nbasa : normalitas NaOH sebesar 0,1

N : berat atom nitrogen14)

A : bobot kerta saring biasa (gram)

B : bobot kertas saring biasa berisi sampel (gram) Menghitung kadar protein dengan rumus sebagai berikut:

KP = N x FP

Keterangan :

KP : kadar protein kasar (%) N : kandungan nitrogen

FP : angka faktor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25.

(36)

20

3.5.4.2 Kadar air

Tahap pelaksanaan analisis kadar air sebagai berikut :

1. memanaskan cawan porselen di dalam oven dengan suhu 105 o C selama 1jam;

2. mendinginkan cawan tersebut di dalam desikator selama 15 menit;

3. menimbang cawan porselen (A);

4. memasukkan sampel analisis kedalam cawan porselen tersebut, kemudian menimbang bobotnya (B);

5. memasukkan cawan porselen yang sudah berisi sampel analisis kedalam oven dengan suhu 105 o C minimal selama 6jam;

6. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

7. menimbang cawan porselen yang berisi sampel analisis (C);

8. menghitung kadar air dengan rumus:

𝐊𝐀(%) =(𝐁 − 𝐀) − (𝐂 − 𝐀)

(𝐁 − 𝐀) 𝐱 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan : KA : Kadar air(%)

A : Bobot cawan porselen (gram)

B : Bobot cawan porselen ditambah sample sebelum dipanaskan (gram) C : Bobot cawan porselen ditambah sample setelah dipanaskan (gram) 9. Menghitung kadar bahan kering dengan menggunakan rumus :

BK= 100%-KA

Keterangan:

BK: kadar bahan kering (%) KA: kadar air

3.5.4.3 Kadar abu

Cara kerja analisis kadar abu (Fathul, 2015) yaitu:

1. memanaskan cawan porselin beserta tutupnya yang bersih ke dalam oven 135oC selama 15 menit;

2. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;

3. menimbang cawan porselin dan mencatat bobotnya (A);

(37)

21

4. memasukkan sampel ke dalam cawan porselin dan mencatat bobotnya (B);

5. memasukkan cawan porselin berisi sampel analisis ke dalam tanur dengan suhu 575 o C selama 2 jam;

6. mematikan tanur, apabila sempel sudah berubah warna menjadi keabu-abuan maka pengabuan sudah sempurna;

7. mendiamkan selama 1 jam, kemudian mendinginkan di dalam desikator sampai suhukamar;

8. menimbang sampel yang telah menjadi abu (C);

9. menghitung kadar abu dengan menggunakan rumus:

𝐊𝐀𝐛 = (𝐂 − 𝐀)

(𝐁 − 𝐀) 𝐗 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan :

KAb = Kadar abu (%)

A : Bobot cawan porselen (gram)

B : Bobot cawan porselen ditambah sample sebelum dipanaskan (gram) C : Bobot cawan porselen ditambah sample setelah dipanaskan (gram) 10. Menghitung kadar bahan organik dengan menggunakanrumus:

% 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐎𝐫𝐠𝐚𝐧𝐢𝐤 =(𝟏𝟎𝟎% − 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐀𝐛𝐮)

𝟏𝟎𝟎 𝐱 𝐁𝐊

BO = %BO x BK Keterangan :

BO : Bahan organik (%) BK : Bahan kering (%) Kab : Kadar abu (%)

(38)

22

3.5.4.4 Kadar serat kasar

Tahap pelaksanaan analisis serat kasar adalah sebagai berikut : 1. menimbang kertas dan mencatat bobotnya (A);

2. memasukkan sampel analisis sebanyak 0,1 g, lalu catat bobotnya (B);

3. menuangkan sampel analisa ke dalam gelas erlenmeyer, lalu menambahkan 200 ml H₂SO₄ 0,25 N menghubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor dan menyalakan panas, lalu panaskan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih;

4. menyaring dengan corong kaca beralas kain linen, kemudian membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot sampai bebas asam, dan lakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam,kemudian memasukkan residu kembali ke gelas erlenmeyer;

5. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, menghubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor kemudian panaskan selama 30 menit terhitung sejak awal mendidih, lalu saring menggunakan corong kaca beralas kertas saring whatman ashles yang diketahui bobotnya (C);

6. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot sampai bebas busa, dan lakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas basa, lalu bilas dengan aseton;

7. melipat kertas saring whatman ashles berisi residu, memanaskan didalam oven 105 o C selama 6 jam, dinginkan di dalam desikator selama 15menit, kemudian menimbang dan mencatat bobotnya (D);

8. meletakkan ke dalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya (E);

9. mengabukan didalam tanur 600 o C selama 2 jam, lalu matikan tanur, selanjutnya diamkan ± sampai warna merah membara pada cawan sudah tidak ada, dan terakhir masukkan ke dalam desikator, sampai mencapai suhu kamar, lalu menimbang mencatat bobotnya (F);

10. menghitung kadar serat kasar dengan rumus berikut:

(39)

23

KS=(D–C)–(F–E) x 100%

(B–A)

Keterangan:

KS : kadar serat kasar (%) A : bobot kertas (gram)

B : bobot kertas berisi sampel analisa (gram) C : bobot kertas saring Whatman (gram)

D : bobot kertas saring Whatman berisi residu (gram) E : bobot cawan porselin (gram)

F : bobot cawan porselin berisi abu (gram)

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan sidik ragam pada taraf nyata 5% atau 1% dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji berganda Duncan’s (Vincent, 1992).

(40)

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. fermentasi menggunakan Aspergillus niger 1% BK berpengaruh nyata terhadap kandungan serat kasar dan kandungan protein kasar campuran daun singkong dan onggok bahan pakan fermentasi;

2. fermentasi menggunakan Aspergillus niger 1% BK tidak ada yang berpengaruh terhadap kandungan bahan organik dan bahan kering;

3. kandungan protein kasar yang terbaik di dapatkan pada perlakuan P1 (onggok 20% + daun singkong 80% + Aspergillus niger 1% BK) yaitu sebesar 26,59%, dengan kadar serat kasar terendah pada perlakuan (P4) campuran daun

singkong onggok yaitu sebesar 11,26%.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai dampak pemberian campuran daun singkong onggok terfermentasi Aspergillus niger pada ternak monogastrik agar manfaat yang diperoleh dapat maksimal serta dapat secara mudah diaplikasikan di lapangan.

(41)

37

DAFTAR PUSTAKA

Afris, M. 2007. Pengolahan Limbah Pertanian sebagai Pakan. Universitas Andalas. Padang.

Akmal dan Mairizal. 2003. Pengaruh pengunaan bungkil kelapa hasil fermentasi dalam ransum terhadap pertumbuhan ayam pedaging. Jurnal

Pengembangan Peternakan Tropis. Special Edition October 2003.

9 (3): 150-157

Amin, M., S. D. Hasan, O. Yanuarianto, M. Iqbal, dan I. W. Karda. 2015.

Peningkatan kualitas jerami padi menggunakan teknologi amoniasi fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia.

2 (1): 96-103.

Anindyawati, T. dan Sukardi. 2010. Reaksi Hidrolisis dengan Katalisator Enzim:

Study Awal Pemanfaatan Onggok sebagai Sumber Pektin.

http://www.biotek.lipi. Diakses pada tanggal 12 Mei 2022.

Apriyantono, A., D. Fardiaz., N. L. Puspitasari, Sedarnawati, dan S. Budiyanto.

1989. Analisa Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Asenjo, J. A., W. H. Sund, and J. L. Spencer. 1986. Optimalization of batch processes involving simultanius enzimatic and microbial reaction. J Biotech. Bioengine. 37:1074-1087.

Dani, N. P., A. Budiharjo, dan S. Listyawati. 2005. Komposisi pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan tawes (Puntius javanicus Blkr.). Bio Smart. 7 (2): 83-90.

Fardiaz, S. 1988. Fermentasi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Gramedia.

Bogor

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(42)

38

Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S.Tantalo. 2015. Pengetahuan Pakan Formulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandarlampung.

Garraway, M. O. dan R. C. Evans. 1989. Fungal Nutrition and Physiology. John Wiley and Sons. New York.

Gervais, P. 2008. Water Relations in Solid-state Fermentation. In Current

Developments in Solid-state Fermentation (pp. 74-116). Springer, New York, NY.

Herman, R. Restiani, dan D. I. Roslim. 2014. Karakter morfologi ubi kayu

(manihot esculenta crantz) hijau dari Kabupaten Pelalawan. JOM FMIPA.

1 (2): 619-623.

Indrayanti, N. dan Rakhmawati. 2013. Peningkatan kualitas nutrisi limbah kulit buah kakao dan daun lamtoro melalui fermentasi sebagai basis protein pakan ikan nila. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 13 (2) : 108-115.

Islamiyati, R., Jamila, dan A. R. Hidayat. 2010. Nilai Nutrisi Ampas Tahu yang di Fermentasi dengan Berbagai Level Ragi Tempe. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010.

Isprindasary, M. 1998. Pengaruh Lama Fermentasi dengan Aspergillus niger terhadap Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Jamatun, N., Y. S. Nur, dan J. Rahman. 2000. Biokonversi Serat Sawit dengan Aspergillus niger sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VIII/1 dan 2. Fakultas Peternakan Universitas Andalas.

Padang.

Kompiang, I. P., A. P. Sinurat, S. Kompiang, T. Purwadaria, and J.Darma. 1994.

Nutrition value of protein enriched cassava. Cassapro. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 7 (2): 22-25.

Mairizal. 2009. Pengaruh pemberian kulit biji kedelai hasil fermentasi dengan Aspergillus niger sebagai pengganti jagung dan bungkil kedelai dalam ransum terhadap retensi bahan kering, bahan organik, dan serat kasar pada ayam pedaging. Jur. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XII (1):35-40.

Mirwandhono, Edhy., B. Irawati, dan D. Situmorang. 2006. Uji nilai nutrisi yang difermentasi dengan Aspergillus niger. Jurnal Agribisnis Peternakan, 06(3): 91-95.

Mulia, D. S., M. Mudah, H. Muryanto dan C. Purbomartono. 2014. Prosiding Seminar Nasional Hasil – Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP.

ISBN : 978-602-14930-3-8.

(43)

39

Muljohardjo, M. 1988. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas comosus (L) Merr). Liberty. Yogyakarta.

Musnandar, E. 2003. Reput Hayati Sabut Kelapa Sawit oleh Jamur Marasmius dan Implikasinya terhadap Performan Kambing. Disertasi. Universitas Padjadjaran-Bandung.

Noferdiman, Y. Rizal, Mirzah, Y. Heryandi, dan Y. Marlida. 2008. Penggunaan urea sebagai sumber nitrogen pada proses biodegradasi substrat lumpur sawit oleh jamur Phanerochaete chrysosporium. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan XI. (4):175-181.

Paderson, C. S. 1971. Microbiology of Food Fermentation. AVI Publishing, USA.

Palinggi, N.N. 2009. Penambahan Aspergillus niger dalam Dedak Halus sebagai Bahan Pakan pada Pembesaran Ikan Kerapu Bebek. Prosiding. Seminar Nasional Perikanan 2009. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta.

Prasetyana, S.D. 2009. Kualitas Bioetanol Limbah Tapioka Padat Kering

Dihaluskan (tepung) dengan Penambahan Ragi dan H2SO4 pada Lama Fermentasi yang Berbeda. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta.

Poesponegoro, M. 1975. Makanan Hasil Fermentasi. Ceramah Ilmiah LKN-LIPI.

Bandung. 4 : 1-9.

Razie, F., A. Iswandi, A. Sutandi, L. Gunarto, dan Sugiyanta. 2011. Aktivitas enzim selulase mikroba yang diisolasi dari jerami padi di persawahan pasang surut di Kalimantan Selatan. Jurnal Tanah Lingkungan. Vol 13 No.

2 : 43-48.

Robert, H. S. dan K. Endel. 1989. Evaluasi Pengolahan Bahan Pangan.

Terjemahan: S. Achmadi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sasongko P. 2009. Detoksifikasi umbi gadung (Dioscorea hispida Dennst.) melalui proses fermentasi menggunakan kapang Mucorsp. Jurnal Teknologi Pertanian.10(3): 205-214.

Soekarya, S. and T.R. Preston. 2003. Effect of grass or cassava foliage on growth and nematode parasite infestation in goats fed low or high protein diets in confinement. Livest. Res. Rural Develop. 15(8):135-139

Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.

Yogyakarta.

(44)

40

Sudarmaji, S. 1984. Proses-Proses Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suhartono, dan T. Maggy 1989. Enzim dan Bioteknologi. IUC-Bank Dunia XVII. Bogor.

Suparjo, S. Syarief, dan Raguati. 2003. Pengaruh penggunaan pakan berserat tinggi dalam ransum ayam pedaging terhadap organ dalam. Jurnal Ilmiah Ilmu- ilmu Peternakan. VI : 42-48.

Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.

Supriyati, T. Pasaribu, H. Hamid, dan A. Sinurat. 1998. Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat padat dengan menggunakan Aspergillus niger. JITV.

3(3): 165 – 170.

Surisdiarto. 2003. Pakan untuk Ayam Buras. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Surisdiarto. 2003. Perubahan kimiawi dan daya cerna azolla yang di fermentasi dengan ragi tempe. Buletin Peternakan. 27 (1): 16-22.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhamadiyah Press. Malang:

Wanapat, M. 2001. Roleof Cassava Hay as Animal Feed in the Tropics.

International Workshop on Current Research and Development on Use of Cassava as Animal Feed. Khon Kaen University, Thailand. July 23-24, 2001.

Wikipedia. 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus niger. Diakses pada 22 Agustus 2020.

Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.

PT. Gramedia. Jakarta.

Wizna, H. Abbas, Y. Rizal, A. Dharma, dan I. P. Kompiang. 2008. Improving the quality of tapioca by product (onggok) as poultry feed through fermentation by Bacillus amyloliquefaciens. Makalah Seminar Internasional Bioteknologi The 4th Indonesian Biotechnology Conference.

Yusmadi. 2008. Kajian Mutu dan Palatabilitas Silase dan Hay Ransum Komplit Berbasis Sampah Organik Primer pada Kambing Peranakan Ettawa.

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Vincent, G. 1992. Teknik Analisis dalam penelitian percobaan. Penerbit Transito, Bandung.

Gambar

Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan limbah perkebunan ubi kayu
Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Tapioka dan Limbah  Onggok Sumber: Prasetyana (2009)
Gambar 2.  Kurva Pertumbuhan Fungi; (1) fase lag, (2) fase akselerasi, (3)  eksponensial, (4) fase deselerasi, (5) fase stasioner, dan (6) fase  kematian
Gambar 3. Tata letak percobaan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh dosis kompos endapan limbah cair pabrik kelapa sawit yang diinduksi jamur selulolitik terhadap tanaman pakcoy Brassica rapa L... Penelitian ini

Dengan melakukan penelitian menggunakan metode single switched capacitor pada baterai diharapkan hasil berupa pengoptimalan kapasitas kapasitor dan waktu frekuensi switching dan

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan grafting ubi kayu dengan metode spliced approach menggunakan singkong karet sebagai batang bawah yang memiliki

ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN Oleh AYU WIDI ASTUTI Tujuan penelitian ini adalah untuk

fokus pada penelitian ini menekankan pada kekalahan petahana yang hanya terjadi di Kecamatan Natar.alat vital dalam memenangkan Pemilihan Kepala Daerah terletak pada modal sosial yang

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun songgolangit dalam menurunkan kadar glukosa darah dan perubahan struktur histopatologi pankreas pada mencit

Penelitian ini menguji daya hambat ekstrak daun lidah mertua dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, dan 20% terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Salmonella

3.7 Analisis Data Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah kadar serapan hara NK, produksi jagung, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat kering brangkasan,