• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selanjutnya terbentuknya MOSOP yang merupakan gerakan di Nigeria yang menuntut negara dan MNC yang terlibat dalam kasus pelanggaran HAM di Nigeria

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Selanjutnya terbentuknya MOSOP yang merupakan gerakan di Nigeria yang menuntut negara dan MNC yang terlibat dalam kasus pelanggaran HAM di Nigeria"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Shell dan The Movement for the Survival of the Ogoni People dalam Pelanggaran HAM di Nigeria

Devita Prinanda1 Abstrak

Konflik antara pemerintah Nigeria dan masyarakat melibatkan Shell yang dituduh menyokong pemerintah atas terjadinya pelanggaran HAM. Salah satunya dengan memberikan bantuan militer dan memfasilitasi mereka melakukan pembunuhan terhadap demonstran dan aktivis. Shell sebagai perusahaan multinasional atau MNC mempengaruhi dinamika konflik dalam suatu negara.

Terlebih, MNC dapat berpihak pada salah satu pihak yang menguntungkan industrinya sehingga dapat menimbulkan pelanggaran HAM. Selanjutnya terbentuknya MOSOP yang merupakan gerakan di Nigeria yang menuntut negara dan MNC yang terlibat dalam kasus pelanggaran HAM di Nigeria. Tulisan ini akan membahas bagaimana MNC tersebut terlibat pada konflik di Nigeria.

Kata kunci: MNC, Konflik, Pergerakan Sosial, Pelanggaran HAM, dan Pemerintah Nigeria

A. Latar Belakang Masalah

Sejak banyak MNC yang berinvestasi di negara lain maka banyak potensi konflik yang terjadi di negara tersebut. MNC bisa menjadi penyebab konflik ataupun pencegah terjadinya konflik. Investasi yang dilakukan MNC dapat memberikan peningkatan ekonomi, sosial, dan perkembangan masyarakat. Namun, akivitas MNC juga dapat menimbulkan permasalahan sosial, lingkungan, politik, dan ekonomi suatu negara.

Keadaan di negara tempat MNC beroperasi sangat kompleks. Terkadang MNC bisa berada di suatu negara yang rawan konflik kekerasan. Keberadaan MNC di negara tersebut juga bisa menimbulkan konflik baru. Di sisi lain, kekuatan aktor privat ini juga memiliki dampak pada penyelesaian konflik. Kegiatan bisnis perusahaan pasti bersinggungan langsung dengan masyarakat. Apabila terjadi konflik pada masyarakat tersebut, probabilitas MNC terlibat dalam konflik sangat besar.

1 Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

(2)

Banyak perusahaan yang menaruh investasinya di negara yang berpotensi konflik. Negara tujuan seperti Angola, Algeria, Colombia, Liberia, Pakistan, Sri Lanka, Nigeria, dan lainnya menjadi tempat berinvestasi dengan berbagai alasan.

Sumber daya alam menjadi alasan utama perusahaan tetap melakukan operasi bisnis. Akan tetapi, resiko yang dihadapi perusahaan akan lebih besar seperti berkonfrontasi dengan kelompok bersenjata. Selain resiko yang dihadapi ternyata MNC bisa menjadi penyebab terjadinya konflik dan kekerasan itu sendiri.

Seperti salah satunya adalah konflik yang terjadi di Nigeria. Eksplorasi minyak merupakan keuntungan besar bagi keuangan pemerintah Nigeria.

Pemerintah Nigeria banyak melakukan joint ventures untuk meningkatkan industri petroleum. Dibanding kawasan Afrika yang lain, Nigeria merupakan negara pengekspor minyak tersbesar. Sejak tahun 1950, sumber daya minyak ditemukan di Nigeria dan membuat pendapatan negara tersebut meningkat setiap tahunnya.

Nigeria menjadikan minyak sebagai komoditas ekspor untuk meningkatkan pendapatan negara.

Masyarakat Ogoni dan minoritas yang berada di Niger Delta mengeluhkan bahwa prosentase keuntungan minyak yang mereka dapat dari total yang seharusnya didapat tidak sesuai karena tindakan korupsi pemerintahan federal.

Pembangungan di wilayah tersebut tidak merata dan terjadi pencemaran lingkungan. Kualitas hidup masyarakat tidak sebanding dengan keuntungan industri minyak yang di dapat negara. Pekerja perusahaan minyak juga membawa kerugian bagi masyarakat setempat dengan kebiasaan dan budaya yang di bawa.

Terlebih perusahaan asing yang masuk tidak menempatkan warga Ogoni sebagai pekerja.

Sebuah sentiment dari tokoh masyarakat Ogoni bernama Ken Saro Wiwa mengekspresikan banyak ketidakadilan dalam eksploitasi minyak di Ogoni dan Niger Delta. Dalam pernyataannya dipaparkan bahwa ada perusahaan asing yang meminta bantuan militer untuk melancarkan industrinya. Saro Wiwa kemudian mencetuskan pergerakan sosial untuk mengurangi keterbelakangan ekonomi, perusakan lingkungan, dan marginalisasi politik di Ogoni. Saro Wiwa berhasil

(3)

48

mengajak masyarakat Ogoni untuk membuat Bill of Rights untuk keadilan bagi warga Ogoni.

Berdasarkan Bill of Rights maka terbentuk pergerakan sosial bernama The Movement for the Survival of the Ogoni People (MOSOP). Dipimpin oleh Ken Saro Wiwa, mendeklarasikan MOSOP ke lingkungan internasional melalui Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk mendukung Hak Asasi Manusia (HAM) di Ogoni yang dilanggar oleh pemerintah dan perusahaan minyak Shell.

Tahun 1992, MOSOP mengisukan tiga perusahaan besar yaitu Shell, Nigerian Petrolium Corporation, dan Chevron untuk membayar kompensasi atas kerusakan akibat industri minyak. Hingga tahun 1993, MOSOP mendeklarasikan

“say no to Shell”. MOSOP berhasil menggerakkan puluhan ribu masyarakat Ogoni yang memprotes kepada pemerintahan federal agar operasi Shell dihentikan.

Mereka menuntut kompensasi atas kerusakan yang diciptakan oleh kegiatan produksi mintyak. MOSOP berhasil menutup operasi Shell dan membuat Shell menarik pekerjanya dari Ogoni.

Pada tahun 1992-1995 terdapat demonstrasi di wilayah Ogoni. Demonstrasi dilakukan karena membela hak warga Ogoni yang wilayahnya tercemar oleh industri minyak. Kampanye juga ditujukan untuk menutup operasi perusahaan Shell di Nigeria. Kerusakan lingkungan di Niger Delta (Ogoni) merupakan dasar terjadinya protes besar masyarakat Ogoni. Mayoritas masyarakat di sekitar Niger Delta menggantungkan hidupnya pada memancing dan pertanian (Richard boele, Heike Fabig, David Wheeler, 2001). Dampak dari protes dan demonstrasi ini adalah tutupnya produksi minyak dan banyaknya pekerja perusahaan minyak yang pulang.

Masyarakat yang protes berhasil menduduki wilayah tempat memproduksi minyak tersebut (Human Rights Watch, 1999)

Kampanye dilanjutkan dengan perlawanan terhadap perusahaan dengan menghancurkan sejumlah pipa milik perusahaan minyak asing. Selanjutnya kampanye ini tidak hanya menuntut operasi MNC dihentikan tapi menuntut kemerdekaan wilayah Niger Delta. Sebagai wilayah yang kaya minyak, masyarakat Ogoni dan Niger Delta menuntut merdeka karena tidak ada keadilan dan kompensasi terhadap produksi minyak di lingkungan mereka. Mereka menganggap

(4)

pemerintah federal memberikan ketidakadilan bagi masyarakat Niger Delta.

Pergerakan ini kemudian dianggap pemerintah Nigeria sebagai tindakan separatism dan pemberontakan. (Wibowo, 2009).

Demonstrasi tersebut berujung pada serangan balasan dari pemerintah.

Sebanyak 2000 warga meninggal dalam serangan balik tersebut. Masyarakat yang kehilangan tempat tinggal mencapai 30000 orang. Serangan tersebut dilakukan oleh militer Nigeria yang dipimpin oleh Kolonel Paul Okuntimo. Para demonstran akhirnya ditangkap dan diberikan hukuman mati. Terdapat banyak pembunuhan terhadap aktivis oleh pemerintah Nigeria pada masa tersebut (The Global Review, 2009).

Ken Saro Wiwa dan delapan orang MOSOP lainnya kemudian ditangkap atas keterkaitan pembunuhan keempat warga yang mendukung pemerintah. Pada 1995, kesembilan aktivis tersebut diadili dan hukum mati. Setelah hukuman mati tersebut, isu keterkaitan perusahaan asing dan negara dalam pelanggaran HAM di Nigeria semakin meluas di masyarakat internasional.

Dibalik konflik tersebuk terdapat MNC yang terlibat dalam pelanggaran HAM dan membantu pemerintah melakukan serangan miloter di Nigeria.

Perusaaan tersebut adalah Shell. Shell merupakan MNC yang beroperasi di wilayah Nigeria dalam industri minyak bumi. Shell memonopoli industri dalam negara tersebut. Shell berkontribusi besar terhadap kebutuhan minyak dan pasokan di Nigeria.keterlibatan Shell dibuktikan dengan adanya tuntutan pengadilan yang ditujukan kepada Shell mengenai kasus pelanggaran HAM.

Aktivitas MOSOP merupakan pergerakan sosial yang diangkat dari kasus lokal menjadi permasalahan internasional. Melalui isu HAM, MOSOP menjadikan banyak partisipan yang mendukung gerakan ini agar masyarakat Ogoni terbebas dari pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah dan Shell. PBB sebagai institusi multilateral memfasilitasi kelompok sipil global, sehingga kasus ini bisa diadili pada hukum internasional.

Melalui pendekatan potensi MNC sebagai penyebab atau dampak dari konflik di suatu negara dan pergerakan sosial maka penulisan ini akan membahas

(5)

50

mengenai perilaku Shell terhadap konflik antara masyarakat lokal di wilayah Ogoni dan Pemerintah Nigeria. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Apakah Shell sebagai pemicu, aktor yang memperburuk konflik, atau pemberi resolusi konflik? 2) Bagaimana peran masyarakat Ogoni dalam menghadirkan pergerakan sosial melawan Shell dan pemerintah?

B. MNCs dan Negara

Dalam konflik negara MNC bisa terlibat dalam berbagai situasi. Perusahaan bisa condong pada kekuasaan yang ada pada negara tersebut seperti mendukung rezim yang berkuasa. MNC juga bisa terlibat dalam kegiatan ilegal seperti kekerasan, korupsi, dan tindakan kriminal lainnya. Untuk melindungi kerajaan bisnis ataupun mendukung rezim yang berkuasa, MNC bisa menyewa pasukan.

Eksploitasi terhadap sumber daya alam juga merupakan faktor perusakan lingkungan yang dilakukan oleh korporasi global. Kehadiran MNC di masyarakat lokal juga dapat menyebabkan perseteruan dengan penduduk, suku, dan masyarakat beragama di wilayah tersebut. Aspek-aspek tersebut bisa menyebabkan konflik dan kekerasan di suatu negara.

Sebaliknya, konflik dapat memberikan tantangan dan pengaruh bagi operasi MNC. Diantaranya, konflik dapat melumpuhkan akses transportasi dan komunikasi sehingga berpengaruh pada produksi dan distribusi perusahaan. Tidak hanya MNC yang bisa merusak lingkungan, adanya konflik juga dapat merusak sumber daya alam yang seharusnya bisa diakses perusahaan sebagai kegiatan produksi. Adanya konflik atau perang dapat menimbulkan ketidakstabilan politik, ekonomi, dan perdagangan (Campbell, 2002).

Potensi konflik yang merugikan masyarakat sipil, bisa menimbulkan protes dan pergerakan menentang kehadiran MNC. Partisipasi masyarakat tentang tatanan yang ada (kehadiran MNC salah satunya) memunculkan beberapa pergerakan di tingkat domestik ataupun global. Pergerakan sosial berkontribusi untuk memperkuat tatanan global sesuai dengan aspek multilateralisme. Gerakan ini kemudian menciptakan perubahan sosial yang beanggotakan aktor selain negara.

Peran masyarakat internasional dalam pergerakannya berfungsi menekan pemerintah untuk mengatasi permasalahan transnasional. Ditingkat lanjut

(6)

pergerakan sosial bisa menjadi lembaga demokratis yang memperkuat ide mereka untuk menyuarakan aspirasi masyarakat internasional. Kebanyakan pergerakan sosial dilakukan untuk menentang sistem kapitalis. Biasanya pergerakan sosial terjadi karena adanya ketidakadilan yang menimbulkan korban di masyarakat. Hal tersebut bisa terjadi apabila perusahaan yang beroperasi melakukan tindakan sewenang-wenang atas masyarakat lokal.

Menurut Jackie Smith terdapat tiga generasi dalam pergerakan masyarakat, generasi pertama hubungan antara non-governmental organizations (NGO) dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) hanya sebatas hubungan formal, bukan termasuk hubungan politik. Sehingga partisipasi masyarakat melalui NGO masih terbatas. Generasi kedua adalah terlibatnya NGO dalam konferensi internasional.

Generasi terakhir adalah kegiatan untuk menarik lebih banyak partisipan untuk membuat perubahan pemerintah global yang accountable. Biasanya dalam tahap ini pergerakan pergerakan mulai banyak dilakukan untuk menarik simpati masyarakat lainnya yang kemudian ingin tergabung ikut menyuarakan. Generasi ketiga merupakan generasi yang lebih relevan menggambarkan situasi pergerakan sosial secara global saat ini.

Keikutsertaan publik dalam politik domestik maupun internasional merupakan proses sejarah dan perkembangan korporasi juga merupakan bagian dari proses sejarah. Keduanya memiliki hal yang sama-sama berpengaruh dalam tatanan global. Banyak agenda korporasi yang ditentang oleh pergerakan sosial ataupun tuntutan transparansi terhadap masyarakat. Pergerakan sosial berfungsi sebagai alat efektif untuk masyarakat terhadap permasalahan yang diciptakan perusahaan (Smith, 2006).

C. Keterlibatan Shell dalam Konflik di Nigeria

Nigeria memiliki potensi sumber daya minyak bumi yang besar. Dalam anggota negara Organization of Petrolium Exporting Countries (OPEC), Nigeria merupakan negara kelima produsen terbesar. Dengan pemerintahan yang kurang baik (banyaknya korupsi dan perang sipil di Nigeria) menyebabkan negara tersebut kurang bisa memanfaatkan sumber daya minyak. Hal tersebut menarik perusahaan internasional untuk dapat mengakses kekayaan alam tersebut. dengan sejumlah

(7)

52

negosiasi pada pemerintah, Nigeria banyak mengundang perusahaan gas dan minyak dari Amerika Serikat dan Eropa untuk beroperasi di negara tersebut.

Royal Dutch Shell beroperasi di Nigeria sejak 1937 melalui Shell Petroleum Development Company (SPDC). Namun pada 1970, terjadi banyak nasionalisasi perusahaan asing. Sehingga pada tahun tersebut pemerintah memiliki 55% saham Shell. Tidak hanya Shell yang beroperasi di Nigeria, namun terdapat beberapa perusahaan minyak asing dari Perancis dan Amerika yang juga memiliki kegiatan produksi seperti Chevron, Elf, Agip, Texaco, dan sebagainya (Human Rights Watch, 1999).

Shell merupakan perusahaan minyak asing terbesar yang melakukan kegiatan bisnis di Nigeria. Shell mendominasi aktivitas produksi dan memonopoli hampir seluruh sektor minyak. Selain itu, Shell juga memiliki hak istimewa dari pemerintah Nigeria. Setiap harinya Shell mampu menghasilkan sekitar 1 juta barel minyak.

Shell terindikasi memberikan bantuan pada pasukan militer Nigeria.

Bantuan meliputi penyediaan makanan, transportasi, akomodasi, dan perijinan untuk menggunakan properti perusahaan untuk tentara melakukan serangan. Selain itu, Shell dituduh melakukan pemasokan senjata kepada polisi di Nigeria. Ditambah lagi, Shell bekerjasama dengan pemerintah untuk melakukan penembakan pada masyarakat yang menolak pembangunan pipa minyak.

Terungkapnya keterlibatan Shell dalam pelanggaran HAM di Nigeria berdasarkan dokumen rahasia dan keterangan di pengadilan. Oleh karena itu Shell digugat di pengadilan Amerika Serikat karena membantu melancarkan aksi pelanggaran HAM Pemerintah Nigeria. Dokumen menyatakan respon Shell terhadap protes masyarakat di Ogoni, membuat Shell meminta bantuan dirjen pelayanan keamanan negara agar industri mereka tidak rugi. Shell juga meminta bantuan polisi dan militer untuk mendukung perusahaan tersebut. dapat dikatakan bahwa pasukan keamanan Nigeria diturunkan atas permintaan perusahaan multinasional tersebut (The Global Review, 2009). Tercatat oleh Human Right Watch perilaku perusahaan minyak di Nigeria merupakan bentuk pengamanan terhadap properti dan pegawai. Namun, bentuk perlindungan asset tersebut

(8)

berdampak pada penyalahgunaan yang berujung pada penggunaan kekerasan oleh kelompok pengamanan berbayar (Human Rights Watch, 1999).

Aktivis HAM yang lain muncul setelah proses eksekusi hukuman mati bagi Ken Saro Wiwa dan kedelapan anggota MOSOP lainnya adalah para penggugat Shell di pengadilan internasional. Kasus ini diajukan di pengadilan Amerika Serikat, Belanda, dan Nigeria. Salah satu penggugat adalah keluarga dari Ken Saro Wiwa yaitu Ken Wiwa Jr. Ken Wiwa adalah anak sekaligus penerus tuntutan hukum melawan perusahaan Shell (DW, 2009).

Shell menolak untuk diadili dalam perkara tersebut. Atas seluruh tuduhan keterlibatan Shell pada kekerasan di Nigeria di bantah dan memilih penyelesaian di luar pengadilan. Sebagai upaya rekonsiliasi, Shell memberikan biaya ganti rugi bagi keluarga korban. Namun, Shell tetap tidak bertanggung jawab terhadap gugatan tersebut. Shell sama sekali tidak merasa terlibat dengan aksi yang dilakukan oleh pemerintah Nigeria. Shell memberikan dana sebesar 1,5 juta dolar untuk menyelesaikan permasalahannya dengan masyarakat (BBC Indonesia, 2009).

Dalam hal ini Shell membuktikan bahwa keberadaan MNC dalam Host Country menunjukkan indikasi keterlibatan perusahaan terhadap konflik di negara tersebut. Shell mendukung rezim yang berkuasa yaitu pemerintah dengan tujuan untuk mempertahankan bisnis monopoli di negara tersebut. Namun, Shell memberikan tanggung jawab kepada masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan melalui pemberian dana.

D. Peran MOSOP dan INGO dalam Memberikan Pelajaran bagi Shell Terdapat pendekatan lain yang bisa dilihat dari kasus tersebut. Shell kemudian mengadakan Annual General Meetings pada 1996 dan 1997. Dengan ini, Shell lebih memperhatikan transparansi dan tanggung jawab pada lingkungan dan HAM. Kontribusi Shell terhadap masyarakat mulai ditingkatkan dengan program bernama society changing ecpectations. Setelah kasus hukuman mati oleh aktivis MOSOP, Shell mulai melakukan dialog rutin dengan International Non Governmental Organizations (INGO) seperti Amnesty International. Prinsip bisnis

(9)

54

Shell bertransformasi menjadi lebih bertanggung jawab kepada sosial, kesehatan, lingkungan, keamanan, dan pembangunan berkelanjutan.

Mengenai permasalahan lingkungan, Shell melakukan perbaikan sistem dengan adanya Environmental Impact Assestment (EIA) dan Environmental Evaluation Report (EER). Kedua program tersebut dapat menjadi pedoman Shell dalam berproduksi di negara host. Terkait dengan pemasalahan HAM, Shell memiliki panduan yaitu Management Primer on Human Rights. Panduan ini digunakan untuk menuntut perilaku pegawai di masyarakat lokal agar tidak menyimpang dan tetap memberikan tanggung jawab sosial. Perkembangan dibidang kesehatan, pendidikan, dan pertanian juga dilakukan atas dana dari Shell.

Shell pada akhirnya memperkejakan masyarakat Ogoni. Sebanyak 85 masyarakat Ogoni menjadi pekerja dan 5000 pekerja lainnya berasal dari wilayah lain Nigeria. Bentuk lain hubungan baik Shell dengan masyarakat Ogoni adalah dengan biaya yang dikeluarkan setiap taunnya untuk perkembangan masyarakat di Niger Delta. Bentuk rekonsiliasi lain yang dilakukan adalah dialog rutin Shell dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Ogoni. Dialog ini difasilitasi oleh Christian Association of Nigeria (Richard boele, Heike Fabig, David Wheeler, 2001).

Pergerakan yang dilakukan oleh MOSOP dapat dikategorikan sebagai pergerakan masyarakat generasi ketiga. Dimana menurut Jackie Smith, generasi tersebut dapat melakukan perubahan pada sistem pemerintahan global. MOSOP mampu melakukan protes dan aksi untuk keadilan HAM dan perubahan sistem operasional MNC pada host country.

E. Kesimpulan

Dengan kasus diatas maka dapat dianalisa bahwa kehadiran MNC dapat menyebabkan ekskalasi konflik di suatu negara semakin tinggi. Perusahaan asing memiliki sumber daya capital yang dapat digunakan untuk kegiatan ilegal seperti membayar pemerintah atau tentara untuk melakukan kekerasan. Namun, peran penting masyarakat lokal dalam membentuk pergerakan sosial bisa dijadikan contoh untuk memerangi aktivitas MNC yang merugikan. MOSOP, organisasi lokal

(10)

yang kemudian mendaftarkan diri di PBB, mampu menekan pergerakan Shell yang melanggar HAM dan melakukan perusakan lingkungan. Berkat MOSOP, Shell mampu memberikan perbaikan bisnis dan lebih peduli pada lingkungan dan sosial.

Baik MNC, masyarakat sipil global, dan INGO memiliki kekuatan untuk saling mempengaruhi politik, sosial, dan ekonomi suatu negara.

(11)

56

DAFTAR PUSTAKA

BBC Indonesia. (2009). Shell Setuju Ganti Rugi Kasus HAM. BBC News.

Campbell, A. (2002). The Private Sector and Conflict Prevention Mainstreaming.

Country Indicators for Foreign Policy .

DW. (2009, Juni 9). Shell Bayar Kompensasi Korban HAM. Retrieved Juni 28, 2016, from Sosial: http://www.dw.com/id/shell-bayar-kompensasi-korban- ham/a-4313775

Human Rights Watch. (1999). The Price of Oil: Corporate Responsibility and Human Rights Violations in Nigeria’s Oil Producing Communities. New York: HRW.

Richard boele, Heike Fabig, David Wheeler. (2001). Shell, Nigeria, and The Ogoni.

The Study in Unsustainable Development: The Story of Shell, Nigeria, and The Ogoni People - Environment, Economy, Relationships: Conflict and Prospect For Resolution. Sustaible Development , 74-86.

Smith, J. (2006). Social Movement and Multilateralism. In E. T. Newma, Multilateralism under Challange? (pp. 395-421). United Nations University.

The Global Review. (2009, Juni 21). Dokumen Rahasia Ungkap Bagaimana Shell Terlibat dalam Pelanggaraan HAM di Nigeria. Retrieved Juni 26, 2016, from Industri Strategis: http://www.theglobal- review.com/content_detail.php?lang=id&id=390&type=7#.V2_F9xJlTMw Wibowo, A. (2009, Juni 18). Pemberontak Nigeria Hancurkan Pipa Minyak Shell.

Retrieved Juni 28, 2016, from Antara News:

http://www.antaranews.com/berita/144464/pemberontak-nigeria- hancurkan-pipa-minyak-shell

Referensi

Dokumen terkait

Woman: while i'm studying in the library whenever i can but i feel like i just don't understand the information i'm only taking miss intro to biology class because i need to