• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self Efficacy 2.2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Self Efficacy 2.2.1"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Semakin seseorang merasa mirip dengan model, maka keberhasilan dan kegagalan model akan semakin mempengaruhi self-ability. Informasi efikasi diri individu yang bersifat positif tentang dirinya akan mempunyai efikasi diri yang tinggi, sedangkan individu tersebut akan mempunyai efikasi diri yang rendah jika menerimanya. Bandura (1997) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self-ability individu, antara lain:

Efikasi diri terbentuk melalui proses pembelajaran yang dapat terjadi pada organisasi atau perusahaan tempat seseorang bekerja. Efikasi diri terbentuk sebagai proses adaptasi dan pembelajaran dalam situasi kerja. Orang yang mempunyai status lebih tinggi akan mencapai derajat kontrol yang lebih besar, sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga tinggi.

Sedangkan individu yang mempunyai status lebih rendah akan mempunyai kontrol yang lebih kecil sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga akan rendah. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi ketika menghadapi kegagalan cenderung beranggapan bahwa kegagalan disebabkan oleh usaha yang tidak mencukupi. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung beranggapan bahwa kegagalannya disebabkan oleh keterbatasan kemampuannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek efikasi diri adalah level (kesulitan tugas), generality (keadaan umum suatu tugas) dan strenght (kekuatan atau kepercayaan diri seseorang untuk melakukan suatu tugas). ).

Klasifikasi Self efficacy

Dimensi ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau ketahanan individu dalam menghadapi keyakinan yang dimilikinya. Efikasi diri menjadi landasan bagi dirinya untuk berusaha keras meskipun menemui hambatan. Efikasi diri menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan individu. Individu yang mempunyai rasa percaya diri yang kuat dan kemantapan terhadap kemampuannya dalam melaksanakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahanya meskipun menghadapi banyak kesulitan dan tantangan.

Pengalaman mempengaruhi efikasi diri seseorang, pengalaman buruk juga akan melemahkan keyakinan individu. Individu yang mempunyai keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya akan teguh dalam usahanya menghadapi permasalahan yang ada. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung melakukan tugas-tugas tertentu, meskipun tugas tersebut merupakan tugas yang sulit. Mereka tidak melihat tugas sebagai ancaman yang harus mereka hindari. Selain itu, mereka mengembangkan minat intrinsik dan minat mendalam terhadap suatu kegiatan, yang mengembangkan tujuan, dan berkomitmen untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan upayanya untuk mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal dalam melaksanakan sesuatu biasanya dengan cepat mendapatkan kembali efikasi diri setelah mengalami kegagalan tersebut (Bandura, 1997).

Individu dengan efikasi diri yang tinggi memandang kegagalan sebagai akibat dari kurangnya kerja keras, pengetahuan, dan keterampilan. Orang yang meragukan kemampuan dirinya (self-eficacy rendah) akan menjauhi tugas-tugas sulit karena tugas-tugas tersebut dipandang sebagai ancaman baginya. Orang-orang seperti ini memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih atau tetapkan. Saat dihadapkan pada tugas yang sulit, mereka sibuk memikirkan kekurangannya, kendala yang dihadapi, dan segala kemungkinan hasil yang mungkin terjadi.

Individu yang memiliki efikasi diri yang rendah tidak memikirkan cara terbaik untuk menangani tugas-tugas sulit. Ketika dihadapkan pada tugas yang sulit, mereka mengurangi usahanya dan cepat menyerah. Mereka juga lambat untuk berkembang. Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang mempunyai efikasi diri yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

Teori Motivasi

  • Pengertian Motivasi
  • Motivasi Belajar
  • Fungsi Motivasi Belajar
  • Indeks Motivasi Belajar
  • Komponen-komponen dalam Motivasi Belajar
  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Uno (2007) ada 2 faktor yang mempengaruhi motivasi,

Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa harus didukung dengan motivasi belajar. Menurut Sardiman, motivasi berarti perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai dengan perasaan dan didahului oleh tanggapan terhadap suatu tujuan. Winkel berpendapat bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan dorongan dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Brophy (2004) berpendapat bahwa motivasi belajar mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk terlibat dalam kegiatan akademik yang bermakna dan bermanfaat serta berusaha memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Menurut Pintrich (dalam Reynolds & Miller, 2003) motivasi belajar menjelaskan apa yang membuat siswa melakukan sesuatu, membuat mereka terus melakukannya, dan membantu mereka menyelesaikan tugas. Motivasi belajar siswa merupakan suatu kondisi dalam diri siswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya terhadap tujuan yang ingin dicapainya dalam menempuh pendidikan tinggi. Motivasi dapat mempengaruhi pembelajaran dan kinerja individu, dan apa yang dipelajari seseorang dapat mempengaruhi motivasi individu.

Sebagai suatu proses, indeks motivasi ini akan menunjukkan ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu (Pintrich & Schunk, 2002). Ketika bebas memilih tugas yang akan dilakukan, individu akan memilih tugas yang berkaitan dengan minatnya dan dengan demikian mengungkapkan lokasi motivasinya. Individu yang terus berusaha meskipun mengalami kesulitan dikatakan memiliki motivasi yang tinggi. Dengan belajar secara tekun maka individu akan mencapai hasil yang memuaskan.

Individu yang memilih untuk terlibat dalam suatu tugas, berusaha keras dan tekun juga akan berkinerja baik. Namun, indikator ini tidak boleh dilihat sebagai cerminan dari apa yang dipelajari individu atau kualitas keterampilan kognitif individu. Komponen nilai, yang mencakup tujuan dan keyakinan siswa tentang pentingnya belajar dan menyelesaikan tugas.

Individu yang memiliki motif berprestasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda pekerjaannya. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang belajar dengan tujuan utama mencapai angka/nilai yang baik. Pemberian tes dikarenakan siswa akan belajar lebih giat jika mengetahui akan ada ujian.

Mengumumkan hasilnya akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat, terutama jika kemajuan telah dicapai. Pujian jika siswa berhasil menyelesaikan suatu tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

Kerangka Pemikiran

Pada saat kegiatan praktikum, siswa juga mengatakan bahwa pada saat dilakukan kegiatan feedback, mereka terlalu fokus pada kesalahan yang dilakukan teman kelompoknya dan persepsi instruktur atau supervisor sering berubah. Dalam kegiatan mata kuliah seminar, mahasiswa menyampaikan bahwa banyaknya informasi dari teman-teman yang pernah mengikuti mata kuliah seminar membuat mahasiswa kurang yakin dengan pekerjaan yang telah dilakukannya, seperti takut fenomena dan variabel yang diangkat tidak sesuai dan mencurigakan. bahwa itu akan diterima. dari dosen pembimbing dan beberapa mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka sering menerima feedback negatif dari dosen pembimbing. Dari hasil wawancara sebelumnya, mahasiswa mengungkapkan bahwa mereka sering merasa ragu dengan kemampuannya dalam menjalani proses pembelajaran di fakultas psikologi Unisba.

Hal ini juga ditunjukkan dengan kurangnya evaluasi dari dosen sehingga menyebabkan mahasiswa memiliki pengalaman keberhasilan yang rendah. Karena siswa diberikan lebih sedikit kesempatan untuk berhasil ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, siswa sering kali merasa kemampuannya terbatas. Saat melakukan proses pembelajaran pada mata kuliah seminar, ditemukan pula mahasiswa yang mengatakan bahwa banyaknya informasi dari teman yang pernah mengikuti mata kuliah seminar membuat mahasiswa merasa minder dengan pekerjaan yang telah dilakukannya, seperti takut terhadap fenomena dan variabel yang dimunculkan. tidak pantas dan mencurigakan jika diterima oleh atasannya.

Fenomena ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yang mendefinisikan self-efisiensi sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam melakukan dan mengatur tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, serta keyakinan mengenai kemampuan dan kelebihannya dalam segala konteks. atau aktivitas. Sejalan dengan fenomena tersebut, terdapat data di lapangan yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempunyai IPK dibawah 2,8 mempunyai. Stright menekankan ketahanan individu terhadap keyakinannya untuk menghadapi proses pembelajaran di fakultas psikologi.

Dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan sebelumnya juga ditemukan bahwa pada saat proses pembelajaran, siswa sering kali sengaja datang terlambat saat masuk kelas dan juga terhalang dari mata pelajaran tertentu. Ketika dosen bertanya kepada salah satu mahasiswa dan mahasiswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, dosen tidak memberikan motivasi dan langsung meneruskan pertanyaan tersebut kepada mahasiswa lain. Pada saat pelaksanaan tugas, siswa kurang melaksanakan tugas secara maksimal, hal ini terjadi karena menurut siswa persentase evaluasi dalam pelaksanaan tugas cenderung kecil sehingga tidak terlalu berdampak pada kinerja. nilai akhir.

Selama proses pembelajaran mata kuliah seminar, mahasiswa juga mengaku sering mendapat feedback negatif dari dosen pembimbing. Data di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan Pintrich yang menyatakan bahwa motivasi belajar mempunyai tiga komponen, yaitu pertama komponen harapan, siswa tidak mengarahkan tenaga dan aktivitas belajarnya pada penguasaan materi sehingga berujung pada IPK yang tinggi. Kedua, komponen nilai (a valuecomponent), siswa tidak menganggap mengerjakan tugas adalah sesuatu yang penting, karena persentase penilaian dalam mengerjakan tugas juga cenderung kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi nilai akhir.

Ketiga, komponen afektif (afektif komponen) berkaitan dengan respon emosional yang ditunjukkan siswa ketika menerima umpan balik negatif dari gurunya, sering kali siswa sengaja datang terlambat ketika masuk kelas dan juga tidak mengikuti mata kuliah tertentu. Jika dilihat dari hasil teori dan data yang diperoleh, efikasi diri dan motivasi belajar mahasiswa cenderung rendah, hal ini menyebabkan rendahnya IPK mahasiswa fakultas psikologi Unisba.

Skema Berpiki

Hipotesa

Referensi

Dokumen terkait

Normalisasi Normalisasi merupakan parameter digunakan untuk menghindarari duplikasi terhadap tabel dalam basi data dan juga merupakan proses mendekomposisikan sebuah tabel yang masih