• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "SEMINAR NASIONAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MESIN PENGERING LADA MENGGUNAKAN PEMANAS UAP BERBAHAN BAKAR LIMBAH KAYU

A. Muhammad Idkhan1, Amiruddin2

1,2 Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar

1 [email protected]

ABSTRAK

Merica atau lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan famili Piperaceae. Bagaian tanaman lada yang dapat dimanfaatkan adalah buahnya.

Proses pengeringan lada yang dilakukan petani masih memanfaatkan sinar matahari, berarti bahwa pengeringannya sangat bergantung pada cuaca. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan inovasi teknologi pengeringan lada beruap mesin pengering lada menggunakan pemanas uap berbahan bakar limbah kayu. Sistem kerja mesin pengering lada menggunakan panas uap dari ketel yang diperoleh dari panas pembakaran limbah kayu, pemanfaatannya dengan menggunakan prinsip perpindahan panas. Uap panas masuk ke oven melalui pipa input selanjutnya masuk ke radiator dan panas bersirkulasi di dalam oven untuk mengeringkan dan mengurangi kadar air dari lada. Pengeringan dilakukan selama enam jam dan menghasilkan lada dengan kadar air 11,9 serta biji lada utuh tanpa kisut dengan warna yang kurang lebih seragam. Dengan adanya mesin pengering lada diharapkan memberi manfaat pada proses pengawetan hasil panen lada sehingga masyarakat petani tidak lagi bergantung pada cuaca atau terik matahar dan juga dapat mempercepat proses pengeringan dan meningkatkan kualitas produksi lada kering.

Kata kunci: lada, mesin pengering, pemanas uap, limbah kayu

PENDAHULUAN

Lada merupakan salah satu jenis bahan rempah yang sangat penting, baik ditinjau dari peranannya sebagai salah satu penyumbang devisa negara ataupun kegunaannya yang khas dan tidak dapat digantikan oleh jenis rempah lainnya.

Lada merupakan tanaman rempah yang sudah lama ditanam di Indonesia.

Tanaman ini berasal dari Ghats-Malabar India dan di negara asalnya terdapat tidak kurang dari 600 jenis varietas, sementara itu di Indonesia terdapat tidak kurang dari 40 varietas.

Produksi lada di Indonesia dapat dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam adalah lada yang dikeringkan bersama kulitnya (tanpa pengupasan), sedangkan lada putih adalah lada yang dikeringkan setelah melalui proses perendaman dan pengupasan. Lada hitam paling banyak dihasilkan di Propinsi Lampung, sementara lada putih awalnya banyak dihasilkan di Muntok, Bangka bagian

barat. Untuk daerah Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Pertanian 2012 dari Kementerian Pertanian, budidaya tanaman lada pada Kabupaten Enrekang telah menggunakan lahan sebesar 2.398 hektar dan Kabupaten Bulukumba telah menggunakan lahan sebesar 1.513 Hektar. Daerah yang telah membudidayakan lada di Sulawesi selatan selain Enrekang dan Bulukumba adalah Kabupaten Bantaeng, Bone, Gowa, Jeneponto, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Maros, Pangkajene Kepulauan, Pinrang, Selayar, Sinjai, Sidrap, Soppeng, dan Tana Toraja

Menurut Rukman (2003: 35), komoditas lada tersebut sebagian besar diekspor dalam bentuk lada hitam dan lada putih serta sebagian kecil dalam bentuk lada bubuk dan minyak lada. Di pasar dunia, lada putih asal Indonesia dikenal sebagai Muntok White Pepper, sedangkan lada hitam dikenal dengan nama Lampung Black Pepper.

(2)

Lada yang telah dipanen kemudian diproses lebih lanjut sebelum menjadi produk akhir. Pengeringan bertujuan untuk membuat lada dapat bertahan lebih lama dan untuk diproses sebagai produk akhir. Petani biasanya mengeringkan lada dengan menghamparkan lada dibawah sinar matahari, namun cara ini membutuhkan waktu 4 hari bila panas terik berlangsung secara terus menerus sedangkan pengeringan mekanis atau pengeringan buatan memerlukan waktu ± 3 jam.

Lada sangat dibutuhkan selain untuk rempah juga untuk berbagai keperluan seperti campuran kosmetik dan obat-obatan tradisional. Masalah yang dihadapi lada Indonesia adalah rendahnya mutu, dimana hal ini berpengaruh terhadap harga jual. Rendahnya mutu diantaranya diakibatkan oleh penanganan pasca panen yang kurang baik misalnya pengeringan tidak sempurna (kadar air lada yang masih tinggi). Kondisi seperti ini mengakibatkan kualitas lada kurang baik yang dapat menurunkan kepercayaan para importir luar negeri terhadap lada Indonesia, sehingga importir hanya berani membeli dengan harga rendah atau bahkan dapat menolak ekspor lada dari Indonesia.

Proses pengeringan di tingkat petani dilakukan dengan cara penjemuran, dimana hal tersebut sangat tergantung dari keadaan cuaca. Cuaca yang kurang baik mengakibatkan proses pengeringan menjadi lambat dan lada menjadi berjamur. Disamping itu pengeringan yang dilakukan dengan dihamparkan di atas tanah memungkinkan terjadinya kontaminasi dari kotoran baik debu, batu maupun kotoran hewan piaraan.

Melihat tingginya potensi lada yang dapat dilihat dari pemasaran lada di Indonesia, lada kering telah dijual secara meluas baik di pasar tradisional maupun di supermarket. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi para petani lada untuk bisa lebih lanjut sehingga memiliki nilai jual

yang lebih tinggi sehingga akan sangat berpengaruh dan berdampak positif, diantaranya:

1. Aspek ekonomi. Meningkatkan nilai jual seiring dengan peningkatan kualitas lada yang terbebas dari benda- benda asing yang ikut tercampur saat proses pengeringan lada seperti pada saat mengeringkan dengan cara tradisional.

2. Aspek sosial budaya. Merubah kebiasaan lama masyarakat yang terbiasa melakukan system pengeringan dengan sistem tradisional menjadi modern.

3. Aspek teknologi dan keterampilan.

Masyarakat tidak lagi bergantung pada cuaca untuk melakukan pengeringan.

Sebab dengan bantuan teknologi, proses pengeringan dapat dilakukan kapan saja. Berdasarkan kenyataan diatas maka penulis ingin menerapkan mesin pengering lada dengan menggunakan alat pemanas uapberbahan bakar kayu limbah.

METODE

Kegiatan penerapan mesin pengering lada dengan menggunakan pemanas uap berbahan bakar kayu limbah, menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

1. Memperkenalkan mesin pengering lada dengan menggunakan pemanas uap berbahan bakar kayu limbah kepada mitra sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lada kering.

2. Pelatihan operasionalisasi mesin pengering lada dengan menggunakan pemanas uap berbahan bakar kayu limbah, agar mitra lebih lancar dalam mengoperasikan mesin. Pada pelaksanaan pelatihan, beberapa orang petani lada diberi kesempatan mengoperasionalkan mesin pengering lada, secara bergantian dan dilakukan berulang kali, hingga dirasa cukup lancar dan pandai melakukannya.

Kegiatan ini juga menggunakan

(3)

metode diskusi dan Tanya jawab selain teknik mengoperasionalkan mesin pengering lada.

3. Perbaikan Teknik budidaya tanaman lada kepada mitra dilakukan dengan kegiatan penyuluhan agar dapat meningkatkan hasil panen yang maximal. Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan diskusi serta tanya jawab.

4. perbaikan teknik pasca panen lada dilakukan dengan kegiatan penyuluhan, dengan maksud agar mitra dapat melakukan proses yang lebih baik untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas. Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan diskusi serta tanya jawab.

5. Perluasan pemasaran produk lada kering, untuk meningkatkan permintaan dan mengimbangi peningkatan penawaran produk.

Metode pelaksanaan kegiatan ini dengan presentase slide dengan materi pemasaran produk lada kering dan dilanjutkan dengan diskusi serta tanya jawab.

6. Pendampingan kepada mitra dikhususkan kepada kelompok petani lada yang berdomisili di Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendekatan Ipteks

Kegiatan ini akan menggunakan pendekatan Ipteks sebagai berikut:

a. Penerapan mesin pengering lada sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lada kering pada mitra kelompok petani lada di Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

b. Pelatihan operasionalisasi mesin pengering lada dengan menggunakan pemanas uap berbahan bakar kayu limbah, agar mitra lebih lancar dalam mengoperasikan mesin.

c. Perbaikan Teknik budidaya tanaman lada kepada mitra

dilakukan dengan kegiatan penyuluhan agar dapat meningkatkan hasil panen yang maximal. Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan diskusi serta tanya jawab.

d. Perbaikan teknik pasca panen lada dilakukan dengan kegiatan penyuluhan, dengan maksud agar mitra dapat melakukan proses yang lebih baik untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas. Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan diskusi serta tanya jawab.

e. Perluasan pemasaran produk lada kering, untuk meningkatkan permintaan dan mengimbangi peningkatan penawaran produk.

Metode pelaksanaan kegiatan ini dengan presentase slide dengan materi pemasaran produk lada kering dan dilanjutkan dengan diskusi serta tanya jawab.

f. Pendampingan kepada mitra dikhususkan kepada kelompok petani lada yang berdomisili di Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba.

2. Pembahasan

Pelaksanaan penerapan mesin pengering lada yang dilaksanakan berupa :

a. Pemberian materi penyuluhan mengenai teknik budidaya tanaman lada. Materi yang diberikan berupa pengetahuan mengenai syarat tumbuh tanaman lada yang sesuai dengan kebutuhan dan persyarata tumbuh yang optimal. Materi Teknik pembibitan tanaman lada dan teknik pengolahan media tanam, diberikan saat penyuluhan agar mitra yakni petani lada di kecamatan Rilau Ale mendapat penambahan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan teknik budidaya tanaman lada. Demikian pula diberikan materi mengenai

(4)

teknikpenanaman dan pemeliharaan agar tanaman lada dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan bunga dan buah yang cukup lebat.

Pemberian penyuluhan teknik pasca panen. Pemberian materi penyuluhan teknik pasca panen mencakup materi tentang: teknik perontokan buah lada, perebusan buah lada, pencucian buah lada, teknik pengeringan lada dengan menggunakan mesin pengering lada.

b. Pelaksanaan sosialisasi mesin pengering lada. Materi sosialisasi mesin pengering lada merupakan mahan materi yang sangat penting karena dapat dipergunakan oleh petani lada sebagai bahan petunjuk penggunaan mesin pengering lada.

Materi sosialisasi mencakup: (1) Prinsip Kerja Mesin Pengering Lada dengan Menggunakan Pemanas Uap Berbahan Bakar Kayu Limbah; (2) Hasil Pengeringan Lada yang Dilakukan Secara Alami; dan (3) Hasil Pengeringan dengan Menggunakan Mesin Pengering Lada dengan Menggunakan Pemanas Uap Berbahan Bakar Kayu Limbah

3. Pelatihan Penggunaan mesin Pengering lada

Pelaksanaan pelatihan menggunakan mesin pengering lada dilaksanakan di kecamatan Rilau Ale kepada mitra I dan II secara bergantian dan pada kesempatan tersebut, dibentuk beberapa kelompok yang mewakili setiap mitra untuk secara langsung melaksanakan secara tahap demi tahap hingga mendapatkan hasil lada yang memiliki kadar air kurang lebih 11%, dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan cara penjemuran dengan memanfaatkan sinar matahari langsung. Hasil lada yang diperoleh seragam dan sesuai kualitas lada yang

dibutuhkan pasar. Dari hasil pelatihan tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kepada mitra yakni petani lada di Kecamatan Rilau Ale khususnya dan di Kabupaten Bulukumba pada umumnya. Secara signifikan akan berkorelasi positif terhadap harga pasar dengan kualitas lada kering yang ditawarkan dari hasil penggunaan mesin pengering lada.

Dengan demikian akan meningkatkan perekonimian mitra dan menambah pendapat daerah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan penerapan mesin pengering lada maka dapat disimpulkan bahwa mesin pengering lada dengan menggunakan pemanas uap berbahan bakar kayu limbah ini merupakan teknologi tepat guna bagi masyarakat pada kelompok petani lada di Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Dikatakan berguna bagi mitra karena penerapan mesin pengering lada yang diberikan sesuai dengan kebutuhan mitra dan dapat membantu dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas produk lada kering, sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha masyarakat petani lada di wilayah Kabupaten Bulukumba.

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Eksportir Lada Indonesia. 2004.

Indonesian Country Paper for the 35th Pepper Exporters Meeting, Yogyakarta, Indonesia, 27 September 2004, International Pepper Community, Jakarta.

Bunasor. 1990 . Jaringan Kerja Sama Antar Subsistem dalam

Pengembangan Sistem

Agribisnis Hortikultura. Makalah pada Latihan Metodologi dan Manajemen Penelitian dan Pengembangan Pola Usaha Tani Hortikultura. 20 hlm.

(5)

Depdiknas, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dhalimi, A., M. Syakir, dan A. Wahyudi.

1996. Pola tanam lada. Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

hlm. 76-79.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia. Lada.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. hlm. 11-31.

International Pepper Community. 2004.

Report of 35th Pepper Exporters Meeting, Yogyakarta, Indonesia, 27 September 2004, 4 pp. IPC, Jakarta.

Kemala, S. 1996. Prospek dan pengusahaan lada. Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

hlm. 12-17.

Mahmud, Z., S. Kemala, S. Damanik, dan Y. Ferry. 2003. Profil komoditas lada. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT.

Teknik Membedah Kasus Bisnis.

PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta. 188 hlm.

Schaum’s, 2008. Perpindahan Kalor.

Jakarta:PT. Gelora Aksara Pratama.

Sugiatno, U. 2003. Pembinaan dan pengembangan lada di Provinsi Lampung. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Bandar Lampung. 10 hlm.

Sutarno dan Agus Andoko, 2005. Budi Daya Lada Si Raja Rempah- Rempah. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Taib, Gunarif; Gumbira S dan Sutedja W.

1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian.

Jakarta: P.T Mediyatama Sarana Perkasa.

Wahid, P. dan U. Suparman. 1986.

Teknik budi daya untuk meningkatkan produktivitas tanaman lada. Edisi Khusus

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat , Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Permasalahan yang dihadapi oleh Mitra/peserta didik, yaitu peserta didik menginginkan untuk mendapatkan IPTEK dalam kegiatan Pasca panen Perikanan dan Rumput

Standing Crosscard, sehingga mampu menjawab permasalahan yang ada pada pengrajin pigura, dimana produk yang dihasilkan nantinya berkualitas tinggi dan tidak kalah dengan

IV-4 Proceeding Seminar Nasional Teknik & Manajemen Industri 2015 | UMM Setelah data input terkumpul, kemudian dilakukan penjadualan produksi dengan metode Heijunka dan CDS

PT Bloom Agro pada kemitraan ini memberikan bimbingan teknis mulai dari pra budidaya sampai pengiriman produk (pasca panen) dan menyerap hasil produksi petani mitra.

Tujuan penelitian ini adalah inovasi produk berupa Teknologi Vacuum Evaporator dan Mesin Spinner untuk perbaikan proses produksi gula aren semut pada Kelompok Usaha Bersama (KUB)

Dari Permasalahan yang dihadapi oleh Mitra/peserta didik, yaitu peserta didik menginginkan untuk mendapatkan IPTEK dalam kegiatan Pasca panen Perikanan dan Rumput

Skenario terbaik yang dapat diterapkan pada lapangan-X untuk mendapatkan produksi yang optimal dengan keuntungan lebih adalah scenario N yang menggunakan metode huff and puff

Berdasarkan hal tersebut sangat diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk untuk mendapatkan pengaruh pupuk organik terhadap produksi dan kualitas hijauan