• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGAMATAN MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Yetty Trisnayanti

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENGAMATAN MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGAMATAN MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN

Tugas Mandiri

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia

Nama: Shabirah Fathanah Kelas: IX.2 SMPN 18 Kota Bengkulu

Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 (SMPN 18)

Kota Bengkulu 2023

(2)

Review berdasarkan isi laporan yang berjudul Laporan Pengamatan Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Untuk dapat menganalisis cara penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan 2. Untuk dapat menganalisis dan menggambarkan jaring-jaring makanan secara detail

Pendahuluan Pernyataan Umum

Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu materi IPA yang objek dan sumber belajarnya berkaitan dengan lingkungan sekitar, sehingga untuk mempelajari materi tersebut perlu melibatkan siswa dengan alam secara langsung

Metode pembelajaran dengan sumber belajar yang kongkrit menurut Teori Piaget (Alanazi, 2016) tepat digunakan dalam membelajarkan IPA di SMP kelas VII, karena pada usia tersebut mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit.

Permasalahan lingkungan hidup masih merupakan bahan kajian sampai saat ini Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan kebutuhan hidup yang tak dapat diabaikan, karena hal ini menyangkut hubungan antara kesehatan manusia dengan lingkungan sekitarnya

Timbulnya pencemaran lingkungan serta mewabahnya penyakit menunjukan kurangnya kesiapan sumber daya manusia baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan dalam menghadapi arus informasih yang semakin berkembang.

Kajian Teori Lingkungan

Pola interaksi dalam suatu ekosistem Tipe ekosistem

Metode Alat tulis, thermometer, hygrometer, luxmeter, anemometer, soil tester, buku pengenal tumbuhan

Prosedur Kerja 1

1. Pilih salah satu ekosistem alami yang akan dikaji

2. Catat beberapa jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem tersebut

3. Ukur suhu dan kelembaban udara pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan hygrometer putar: 1) basahi salah satu ujung termometer dengan air;

2) putar hygrometer puter sebanyak 50 kali atau ± 2 menit; 3) catat temperatur pada kedua termometer; 4) ulangi sebanyak tiga kali pengulangan.

4. Ukur kadar keasaman (pH) dan kelembaban tanah pada ekosistem yang dikaji 5. Pilih lokasi dengan kondisi tanah yang sedikit lembab. Bila kering dapat diberi air terlebih dahulu lalu diamkan selama 20-30 menit.

6. Tancapkan soil tester yang sudah dibersihkan hingga bagian logam tertutupi tanah.

7. Diamkan selama 1 menit lalu catat pH tanahnya

8. Tekan tombol dipinggir untuk mengetahui kelembaban tanah catat kelembaban tanahnya

9. Ukur kecepatan angin pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan Anemometer; 1) tekan tombol ON/OFF atau 0/1; 2) akan tampil angka pengukuran pada layar; 3) biarkan baling –baling tertiup angin sampai stabil; 4) catat hasil pengukuran

10. Ukur intensitas cahaya pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan lux meter: 1)tekan tombol ON/OFF; 2) pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux); 3) arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada daerah yang akan diukur kuat penerangannya; 4) lihat hasil pengukuran pada layar panel.

11. Catat komponen biotik yang menyusun ekosistem tersebut Prosedur Kerja 2

1. Pilih salah satu hewan untuk diamati (herbivore/karnivora/omnivore) 2. Amati aktivitas makan, jenis makanan dan morfologi hewan tersebut

3. Buatlah rantai dan jaring makanan dari hasil pengamatan jenis hewan tersebut

(3)

Hasil dan Pembahasan

Tabel Hasil Penelitian

No Parameter Nilai

1 2 3 4 5

1 Anemometer manual

Max=14 ,5 Min=0,6

Max=9,3 Min=0,1

Max=17, 6 Min=0,6

Max=20, 3 Min=0,3

Max=14, 5 Min=0,6

2 Soil meter 6,1 6 5,2 6 5,1

3 Kelembapan 8,1 86 83 86 86

4 Lux meter %=98%

Max=98 5 Min=17 5 Rerata

=580 Skala:

20.000

%=100%

Max=957 Min=921 Rerata=9 39 Skala:

50.000

%=101%

Max=926 Min=896 Rerata=9 11 Skala:

50.000

%=98%

Max=924 Min=865 Rerata=9 16 Skala:

50.000

%=95%

Max=829 Min=536 Rerata=8 24 Skala:

50.000

Gambar Jaring-jaring makanan di laut

Komponen abiotik dan abiotik adalah bagian dari ekosistem dan keduanya pun mempunyai peranan dan hubungan nya masing-masing. Komponen abiotik antara lain: tanah, udara, suhu, cahaya matahari, angin, sedangkan komponen biotik adalah segala makhluk hidup yang ada di dalamnya. Beberapa contoh hubugannya antara lain: Tumbuhan memerlukan zat hara untuk tumbuh sehingga tanah sangat penting bagi biotik yang tumbuh, ikan memerlukan air untuk hidup, dan makhluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi. Air merupakan salah satu dari komponen abiotik, air sangat diperlukan setiap makhluk hidup sebagai salah satu komponen untuk bertahan hidup. Tanpa air dipastikan semua makhlu hidup akan mati, begitu juga dengan peran air bagi tumbuhan misalnya tumbuhan memrlukan air untuk fotosintesis. Ekosistem perairan merupakan salah satu tempat hidup dari makhluk hidup seperti plankton, ikan dan makhluk hidup lainnya. Perairan baik laut, rawa, kolam dan lain-lain merupakan tempat evaporasi atau penguapan air yang menjadi salah satu bagian dari proses hidrologi. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada ekosistem darat dan perairan pengamat menggunakan beberapa alat yang memudahkan dalam mendeteksi

(4)

kompenen abiotik yang ada di sekitar antara lain anemo manual, soilmeter, kelembapan, dan lux meter.

Simpulan Dari hasil tersebut didapatkan hasil bahwa percobaan penggunaan anomometer ini didapatkan kriteria angin yang ada pada daerah tersebut diambil dari rata-rata hasil kecepatan angin maksimal yaitu 14,06 yang menandakan bahwa kriteria angin “Moderate Breeze” yang memiliki range 11-16 ditandai dengan debu dan kertas berterbangan, cabang kecil bergerak. kandungan air yang ada pada sungai yang diteliti bersifat asam, karena indikator keasamannya berda dibawah angka 7 yang menandakan air tersebut bersifat asam. kandungan udara yang ada disekitar maka 85% nya memiliki kandungan air di udara. Semakin tinggi kandungan air diudara maka semakin tinggi pula kelembapan pada suatu daerah tersebut.

Pada percobaan 2 organisme yang masuk ke dalam siklus jaring-jaring makanan tidak harus terlibat dalam seluruh rantai makanan yang terjadi: 1) Jaring- jaring makanan tersebut dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan produsen utamanya, yaitu phytoplankton dan rumput laut; 2) Pada siklus makanan dengan produsen phytoplankton, zooplankton dan udang menjadi konsumen tingkat 1. Ikan kecil jadi konsumen tingkat 2, burung camar dan anjing laut menjadi konsumen tingkat 4, paus biru dan paus pembunuh menjadi konsumen tingkat akhir; 3) Pada jaring-jaring makanan dengan produsen rumput laut, kepiting menjadi konsumen tingkat 1, gurita jadi konsumen tingkat 2, pinguin dan gajah laut sebagai konsumen 3, anjing laut konsumen tingkat 4, dan paus pembunuh sebagai konsumen tingkat akhir; 4) Konsumen seperti anjing laut, paus pembunuh, dan ikan kecil mempunyai beberapa pilihan organisme untuk dimakan.

(5)

Laporan Pengamatan Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan

A. Pendahuluan

Materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan materi IPA pada kelas VII semester genap. Materi ini terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) yaitu 3.7. Menganalisis interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut dan 4.7. Menyajikan hasil pengamatan terhadap interaksi makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.

Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Sub materi yang terkait yaitu konsep lingkungan, hal-hal yang ditemukan dalam suatu lingkungan, interaksi dalam ekosistem membentuk suatu pola, pola interaksi manusia mempengaruhi ekosistem.

Karakteristik materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu materi IPA yang objek dan sumber belajarnya berkaitan dengan lingkungan sekitar, sehingga untuk mempelajari materi tersebut perlu melibatkan siswa dengan alam secara langsung. Metode pembelajaran dengan sumber belajar yang kongkrit menurut Teori Piaget (Alanazi, 2016) tepat digunakan dalam membelajarkan IPA di SMP kelas VII, karena pada usia tersebut mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit.

Lingkungan sekitar dijadikan sebagai objek dan sumber belajar yang relevan, sehingga siswa akan mendapat pengalaman belajar yang bermakna, termotivasi dalam kegiatan belajar selanjutnya, mampu mengkaitkan permasalahan yang ada di lingkungan dengan konsep atau teori, serta mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pencapaian kompetensi baik sikap, pengetahuan dan keterampilan akan didapat siswa manakala dalam pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya ini menggunakan sumber belajar yang kongkrit (lingkungan sekitar siswa) melalui kegiatan ilmiah (Hergenhahn & Olson, 2009; Schunk, 2012).

Permasalahan lingkungan hidup masih merupakan bahan kajian sampai saat ini. Upaya pengendalian dampak lingkungan hidup sebagai akibat dari kerusakan /

(6)

pencemaran ekosistem ekologi memerlukan perhatian khusus. Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan kebutuhan hidup yang tak dapat diabaikan, karena hal ini menyangkut hubungan antara kesehatan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Timbulnya pencemaran lingkungan serta mewabahnya penyakit menunjukan kurangnya kesiapan sumber daya manusia baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan dalam menghadapi arus informasih yang semakin berkembang. Untuk itu diperlukan sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut diatas merupakan landasan untuk kita mempelajari ekosistem dan jaring- jaring makanan.

B. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui dan menganalisis cara penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan

2. Untuk dapat menganalisi dan menggambarkan jaring-jaring makanan secara detail

C. Kajian Teori a. Lingkungan

Pengertian tentang lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu oikos yang artinya rumah dan logos adalah ilmu. Maka ekologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari lingkungan, termasuk semua makhluk hidup yang ada di dalamnya dan semua proses fungsional yang membuat dijadikannya sebagai tempat tinggal (Odum, 2005). Lingkungan merupakan penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggung jawab dan kewajibannya dalam mengelola lingkungan hidup baik dengan komponen biotik maupun komponen abiotik. Sikap dan perilaku ini sangat diperlukan, sehingga memungkinkan kelangsungan kehidupan secara keseluruhan serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Lingkungan hidup adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan segenap benda, keadaan,

(7)

daya dan mahluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem yang kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dan lingkungannya, baik biotik (makhluk hidup lainnya) maupun abiotik (benda - benda mati).

1. Komponen Abiotik

Abiotik adalah komponen tidak hidup atau komponen fisik (sumber daya alam fisik dan kimia) atau benda mati (tidak bernyawa). Komponen abiotik juga dapat dikatakan sebagai komponen fisika dan kimia yang terdapat pada suatu lingkungan atau ekosistem, yang merupakan tempat berlangsungnya kehidupan.

Ada pun komponen-komponen abiotik tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Air b. Tanah c. Udara

d. Energi Surya

e. Temperatur atau Suhu 2. Komponen Biotik

Organisme hidup (komponen biotik) dalam suatu ekosistem dapat diklasifikasikan sebagai produsen atau konsumen, tergantung bagaimana siswa mendapatkan makanannya. Kedua macam komponen biotik tersebut adalah : (a) autotrofik; dan (b) heterotrofik.

1. autotrofik, terdiri atas organisme yang mampu menghasilkan (energi) makanan dari bahan-bahan anorganik dengan proses fotosintesis ataupun kemosintesis. Organisme ini tergolong mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Organisme ini sering disebut produsen.

2. heterotrofik, terdiri atas organisme yang menggunakan, mengubah atau memecah bahan organik kompleks yang telah ada yang dihasilkan oleh

(8)

komponen autotrofik. Organisme ini termasuk golongan konsumen, baik makrokonsumen maupun mikrokonsumen.

Konsumen, tergantung pada kebiasaan makan, selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis.

1. Herbivora, adalah pemakan tumbuhan dan memberi makan langsung pada produsen, misalnya rusa, kelinci, sapi, dll. Dalam rantai makanan disebut sebagai konsumen utama.

2. Karnivora adalah pemakan daging dan memakan herbivora (primer konsumen). Dengan demikian dikenal sebagai konsumen sekunder.

Pemakan hewan, misalnya singa, harimau.

3. Omnivora memakan tumbuhan dan hewan, misalnya babi, tikus, kecoak dan manusia.

4. Pengurai mencerna molekul organik kompleks dalam organik mati (detritus) menjadi senyawa anorganik yang lebih sederhana. Menyerap nutrisi terlarut sebagai makanan. Beberapa contohnya adalah bakteri, jamur, dan tungau.

b. Pola interaksi dalam suatu ekosistem 2. Interaksi antar komponen ekosistem

Dalam lingkungan yang normal atau alami, antar komponen menjalin interaksi. Interaksi tersebut terjadi antara komponen abiotik dengan biotik maupun antar komponen yang ada dalam kedua komponen tersebut.

1. Interaksi Komponen Abiotik dengan Komponen Biotik

Komponen biotik banyak dipengaruhi oleh komponen abiotik. Tumbuhan sangat bergantung keberadaan dan pertumbuhannya dari tanah, air, udara tempat hidupnya. Jenis tanaman tertentu dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah tertentu. Sebaran tumbuhan juga sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Misalnya di pantai, tanaman kelapa dapat tumbuh subur, tetapi tidak demikian di daerah pegunungan. Sebaliknya komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen biotik. Keberadaan tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah, air, dan udara disekitarnya.

2. Interaksi antar komponen abiotik

(9)

Di alam antar komponen abiotik juga saling berinterkasi. Komponen abiotik dapat mempengaruhi komponen abiotik lain secara timbal balik. Proses pelapukan batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim juga mempengaruhi keberadaan air di suatu wilayah. Suhu udara di suatu tempat dalam kadar tertentu dipengaruhi oleh warna batuan, kandungan mineral dalam air juga dipengaruhi oleh batuan dan tanah yang dilaluinya. Contoh jika intensitas cahaya matahari yang mengenai suatu perairan meningkat, maka mengakibatkan laju penguapan meningkat.

3. Interaksi antar komponen biotik

Antar komponen biotik juga terjadi interaksi. Interaksi tersebut dapat terjadi antar organisme, populasi maupun komunitas.

a. Interaksi antarorganisme

Di alam, pada umumnya suatu komunitas terdiri atas beberapa populasi baik tumbuhan maupun hewan. Diantara individu tersebut akan terjadi berbagai kemungkinan tipe interaksi biologis antara individu yang satu dengan individu lainnya.

b. Interaksi antarpopulasi

Interaksi antar populasi dapat melibatkan dua atau lebih populasi makhluk hidup. Seperti halnya interaksi antar individu, interaksi antar populasi terdiri atas beberapa tipe yaitu kompetisi dan amensalisme.

c. Interaksi antarkomunitas

Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi berbeda yang saling berinteraksi di suatu wilayah yang sama sebagai contoh adalah komunitas padang rumput yang dihuni oleh beberapa populasi diantaranya kuda, banteng, ular, belalang, singa, macan, serigala dan lain-lain. Contoh komunitas lainnya adalah komunitas sungai yang terdiri atas beberapa populasi seperti buaya, kuda nil, ular, ikan, plankton, dan lain-lain. Antara komunitas padang rumput dan sungai terjadi interaksi berupa peredaran organisme dari kedua komunitas tersebut. Kuda, banteng dapat menjadi sumber makanan bagi buaya, sebaliknya di sungai, ikan dapat menjadi makanan bagi macan.

(10)

c. Tipe Ekosistem

Pengenalan berbagai tipe ekosistem, pada umumnya digunakan ciri komunitas yang paling menonjol. Ekosistem daratan biasanya digunakan komunitas tumbuhan atau vegetasinya, karena wujud vegetasi merupakan pencerminan penampakan luar interaksi antara tumbuhan, hewan, dan lingkungannya. Pada dasarnya di Indonesia terdapat empat kelompok ekosistem utama, yaitu: (1) ekosistem bahari; (2) ekosistem darat alami; (3) ekosistem suksesi;

dan (4) ekosistem buatan.

1. Kelompok Ekosistem Bahari

Ekosistem bahari dapat dikelompokkan lagi ke dalam ekosistem yang lebih kecil lagi, yaitu: ekosistem laut dalam, pantai pasir dangkal, terumbu karang, pantai batu, dan pantai lumpur. Di setiap ekosistem pada ekosistem bahari ada perbedaan dalam komponen penyusunnya, baik biotik maupun abiotik.

2. Kelompok Ekosistem Darat Alami

Pada ekosistem darat alami di Indonesia terdapat tiga bentuk vegetasi utama, yaitu: (1) vegetasi pamah (lowland vegetation); (2) vegetasi pegunungan; dan (3) vegetasi monsun.

3. Kelompok Ekosistem Suksesi

Ekosistem suksesi adalah ekosistem yang berkembang setelah terjadi perusakan terhadap ekosistem alami yang terjadi karena peristiwa alami maupun karena kegiatan manusia atau bila ekosistem buatan tidak dirawat lagi dan dibiarkan berkembang sendiri menurut kondisi alam setempat. Ekosistem ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) ekosistem suksesi primer; dan (2) ekosistem suksesi sekunder.

4. Kelompok Ekosistem Buatan

Di samping ekosistem alam ada ekosistem buatan manusia, seperti danau, hutan tanaman, dan agroekosistem (sawah tadah hujan, sawah irigasi, sawah surjan, sawah rawa, sawah pasang surut, kebun pekarangan, kolam, dan lain-lain).

Gambaran dari ekosistem buatan akan diuraikan mengenai ekosistem kolam dan ekosistem padang rumput.

(11)

D. Metode Alat

Alat tulis, thermometer, hygrometer, luxmeter, anemometer, soil tester, buku pengenal tumbuhan

Prosedur Kerja 1

1. Pilih salah satu ekosistem alami yang akan dikaji

2. Catat beberapa jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem tersebut 3. Ukur suhu dan kelembaban udara pada ekosistem yang dikaji dengan

menggunakan hygrometer putar: 1) basahi salah satu ujung termometer dengan air; 2) putar hygrometer puter sebanyak 50 kali atau ± 2 menit; 3) catat temperatur pada kedua termometer; 4) ulangi sebanyak tiga kali pengulangan.

4. Ukur kadar keasaman (pH) dan kelembaban tanah pada ekosistem yang dikaji

5. Pilih lokasi dengan kondisi tanah yang sedikit lembab. Bila kering dapat diberi air terlebih dahulu lalu diamkan selama 20-30 menit.

6. Tancapkan soil tester yang sudah dibersihkan hingga bagian logam tertutupi tanah.

7. Diamkan selama 1 menit lalu catat pH tanahnya

8. Tekan tombol dipinggir untuk mengetahui kelembaban tanah catat kelembaban tanahnya

9. Ukur kecepatan angin pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan Anemometer; 1) tekan tombol ON/OFF atau 0/1; 2) akan tampil angka pengukuran pada layar; 3) biarkan baling –baling tertiup angin sampai stabil; 4) catat hasil pengukuran

10. Ukur intensitas cahaya pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan lux meter: 1)tekan tombol ON/OFF; 2) pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux); 3) arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada daerah yang akan diukur kuat penerangannya; 4) lihat hasil pengukuran pada layar panel.

11. Catat komponen biotik yang menyusun ekosistem tersebut

(12)

Prosedur Kerja 2

1. Pilih salah satu hewan untuk diamati (herbivore/karnivora/omnivore) 2. Amati aktivitas makan, jenis makanan dan morfologi hewan tersebut 3. Buatlah rantai dan jaring makanan dari hasil pengamatan jenis hewan

tersebut

E. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 1 Hasil Perhitungan Parameter

No Parameter Nilai

1 2 3 4 5

1 Anemometer manual

Max=14,5 Min=0,6

Max=9,3 Min=0,1

Max=17,6 Min=0,6

Max=20,3 Min=0,3

Max=14,5 Min=0,6

2 Soil meter 6,1 6 5,2 6 5,1

3 Kelembapan 8,1 86 83 86 86

4 Lux meter %=98%

Max=985 Min=175 Rerata

=580 Skala:

20.000

%=100%

Max=95 7 Min=921 Rerata=9 39 Skala:

50.000

%=101%

Max=926 Min=896 Rerata=91 1

Skala:

50.000

%=98%

Max=924 Min=865 Rerata=916 Skala:

50.000

%=95%

Max=829 Min=536 Rerata=824 Skala:

50.000

(Sumber : Fitriani, 2017)

Berdasarkan Tabel 1 anemometer ialah mengukur kecepatan angin. Dari pengamatan penggunaan alat anemo manual ini dilakukan pengulangan percoban alat sebanyak lima kali penggunaan agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Dalam satu kali percobaan diambil dua data yaitu nilai kecepatan angin maksimal dan kecepatan minimal. Pada percobaan pertama kecepatan angin maksimalnya ialah 14,3 sedangkan kecepatan angin minimumnya ialah 0,6. Pada percobaan kedua kecepatan angin maksimalnya ialah 9,3 sedangkan kecepatan angin minimumnya ialah 0,1. Pada percobaan ketiga kecepatan angin maksimalnya ialah 17,6 sedangkan kecepatan angin minimumnya ialah 0,6. Pada percobaan keempat kecepatan angin maksimalnya ialah 20,3 sedangkan kecepatan angin minimumnya ialah 0,3. Percobaan terakhir kecepatan angin maksimalnya ialah 8,8 sedangkan kecepatan angin minimumnya ialah 0,0. Soil Meter

(13)

Soil meter adalah alat ukur yang dapat mengukur kelembaban serta pH pada air sungai. Dari penggunaan alat ukur ini dilakukan lima kali uji coba. Didapatkan hasil pengamatan pada uji pertama 6,1. Pada uji kedua 6, pada uji ketiga 5,2, pada uji keempat 6 dan terakhir uji kelima 5,1.

Higrometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kelembapan udara pada tempat yang akan diteliti. Dari penggunaan alat ukur ini dilakukan lima kali uji coba. Pada uji pertama didapatkan hasil 83, pada uji kedua didapatkan hasil 86, pada uji ketiga didapatkan hasil 83, pada uji keempat didapatkan hasil 86, dan pada uji terakhir didapatkan hasil 86.

Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan. Dari penggunaan alat ukur ini dilakukan lima kali uji coba. Pada uji yang pertama didapat hasil persentase cahaya 98% dengan cahaya maksimalnya 985, cahaya minimum 175 rata-rata cahaya 680 dengan skala 20.000.

Pada uji yang kedua didapat hasil persentase cahaya 100% dengan cahaya maksimalnya 957, cahaya minimum 921 rata-rata cahaya 939 dengan skala 50.000.

Pada uji yang ketiga didapat hasil persentase cahaya 101% dengan cahaya maksimalnya 926, cahaya minimum 896 rata-rata cahaya 911 dengan skala 50.000.

Pada uji yang keempat didapat hasil persentase cahaya 98% dengan cahaya maksimalnya 924, cahaya minimum 865 rata-rata cahaya 916 dengan skala 50.000.

Pada uji yang kelima didapat hasil persentase cahaya 95% dengan cahaya maksimalnya 829, cahaya minimum 536 rata-rata cahaya 824 dengan skala 50.000.

Pada penelitian kedua ini tentang jaring-jaring makanan, pengertian jaring- jaring makanan adalah gabungan dari beberapa rantai makanan yang siklusnya saling berhubungan. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan adalah bagian dari jaring-jaring makanan dalam cakupan yang lebih luas lagi.

Organisme yang terkumpul pada jaring-jaring makanan mempunyai beberapa jenis oragnisme yang dapat dipilih menjadi makanannya. Sedangkan, pada rantai makanan, organisme yang menjadi konsumen hanya memiliki satu pilihan makanan saja. Meskipun tersedia beberapa, tapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan organisme yang ada pada jaring-jaring makanan. Kumpulan jaring-jaring makanan disajikan pada Gambar 1

(14)

Gambar 1. Kumpulan jaring-jaring makanan (Sumber: https://informazone.com/jaring-jaring-makanan)

Berdasarkan Gambar 1 jaring-jaring makanan sangat erat kaitannya dengan rantai makanan. Rantai makanan sendiri merupakan proses pemindahan energi yang berasal dari satu organisme ke organisme lainnya. Urutan dalam sebuah rantai makanan mempunyai istilah trofik. Berikut ini pengertian dari trofik itu sendiri.

Trofik tingkat pertama (produsen): adalah organisme yang mampu membuat makanannya sendiri, contohnya adalah tumbuhan hijau. Keberadaannya tidak bergantung pada ketersediaan makanan, akan tetapi keseimbangan alam.

Trofik tingkat ke-2 (konsumen tingkat 1): adalah organisme yang mendapat makanan secara langsung dengan mengkonsumsi organisme pada tingkat trofik pertama. Trofik tingkat ke-2 ini diisi hewan sejenis herbivora pemakan tumbuhan seperti belalang.

Trofik tingkat ke-3 (konsumen tingkat 2): adalah organisme yang sumber makanannya dari tingkat trofik sebelumnya (trofik 2). Tingkatan ini diisi oleh

(15)

hewan-hewan karnivora yang masih bisa dimangsa oleh hewan lain, contohnya adalah tikus.

Trofik tingkat 4 (konsumen puncak): adalah organisme yang makanannya bersumber dari trofik sebelumnya dan tidak bisa dimakan lagi oleh organisme lainnya. Trofik tingkat ini terdiri dari hewan-hewan karnivora seperti singa, elang, dan harimau.

Pengurai (dekomposer): adalah mahluk hidup yang tugasnya menguraikan jasad organisme yang sudah mati. Contohnya adalah jamur dan juga bakteri pembusuk.

Berikut jarring-jaring makanan di laut disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Jaring-jaring Makanan di Laut

(Sumber: https://informazone.com/jaring-jaring-makanan/)

Pembahasan

Komponen abiotik dan abiotik adalah bagian dari ekosistem dan keduanya pun mempunyai peranan dan hubungan nya masing-masing. Komponen abiotik antara lain: tanah, udara, suhu, cahaya matahari, angin, sedangkan komponen biotik adalah segala makhluk hidup yang ada di dalamnya. Beberapa contoh hubugannya antara lain: Tumbuhan memerlukan zat hara untuk tumbuh sehingga tanah sangat penting bagi biotik yang tumbuh, ikan memerlukan air untuk hidup, dan makhluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi. Air merupakan salah satu dari komponen abiotik, air sangat diperlukan

(16)

setiap makhluk hidup sebagai salah satu komponen untuk bertahan hidup. Tanpa air dipastikan semua makhlu hidup akan mati, begitu juga dengan peran air bagi tumbuhan misalnya tumbuhan memrlukan air untuk fotosintesis. Ekosistem perairan merupakan salah satu tempat hidup dari makhluk hidup seperti plankton, ikan dan makhluk hidup lainnya. Perairan baik laut, rawa, kolam dan lain-lain merupakan tempat evaporasi atau penguapan air yang menjadi salah satu bagian dari proses hidrologi. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada ekosistem darat dan perairan pengamat menggunakan beberapa alat yang memudahkan dalam mendeteksi kompenen abiotik yang ada di sekitar antara lain anemo manual, soilmeter, kelembapan, dan lux meter.

Terdapat beberapa contoh jaring-jaring makanan yang dikelompokkan menurut habitat kehidupannya. Contohnya adalah jaring-jaring makanan untuk habitat tertentu. Terdapat sekitar 13 mahluk hidup yang terdapat dalam sebuah siklus jaring-jaring makanan. Mahluk hidup tersebut adalah phytoplankton, zoopllankton, udang, ikan, burung camar, rumput laut, kepiting, gurita, pinguin, anjing laut, gajah laut, paus biru, dan paus pembunuh. Dari 13 contoh mahluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa siklus rantai makanan, seperti:

Jaring-jaring makanan dengan produsen phitoplankton: 1) Phitoplankton, udang, paus biru; 2) Phitoplankton, udang, ikan kecil, anjing laut, paus pembunuh; 3) Phitoplankton, zooplankton, ikan kecil, anjing laut, paus pembunuh; 4) Phitoplankton, udang, ikan kecil, burung camar, anjing laut, paus pembunuh; 5) Phitoplankton, zooplankton, ikan kecil, burung camar, anjing laut, paus pembunuh.

Berdasarkan contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa dari 13 mahluk hidup yang ada dalam sebuah jaring-jaring makanan terdapat 8 rantai makanan berbeda. Pada setiap rantai makanan, paus biru dan paus pembunuh menjadi mahluk hidup yang menjadi konsumen puncak. Di sisi lain, rumput laut dan phytoplankton menjadi produsen pada jaring-jaring makanan tersebut. Berikut ini beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari contoh di atas. Organisme yang masuk ke dalam siklus jaring-jaring makanan tidak harus terlibat dalam seluruh rantai makanan yang terjadi. Jaring-jaring makanan tersebut dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan produsen utamanya, yaitu phytoplankton dan rumput laut.

(17)

Pada siklus makanan dengan produsen phytoplankton, zooplankton dan udang menjadi konsumen tingkat 1. Ikan kecil jadi konsumen tingkat 2, burung camar dan anjing laut menjadi konsumen tingkat 4, paus biru dan paus pembunuh menjadi konsumen tingkat akhir.

Pada jaring-jaring makanan dengan produsen rumput laut, kepiting menjadi konsumen tingkat 1, gurita jadi konsumen tingkat 2, pinguin dan gajah laut sebagai konsumen 3, anjing laut konsumen tingkat 4, dan paus pembunuh sebagai konsumen tingkat akhir Konsumen seperti anjing laut, paus pembunuh, dan ikan kecil mempunyai beberapa pilihan organisme untuk dimakan. Dalam sebuah ekosistem, ketersediaan atau jumlah populasi organisme dalam sebuah jaring-jaring makanan akan mempengaruhi keseimbangan sebuah ekosistem. Contohnya adalah jika jumlah organisme yang menjadi produsen mengalami kepunahan, maka seluruh sistem jaring-jaring makanan pasti terganggu.

F. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ekosistem adalah suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik dan biotik. Pada ekosistem abiotik dilakukan pengamatan menggunakan alat-alat. Dari hasil tersebut didapatkan hasil bahwa percobaan penggunaan anomometer ini didapatkan kriteria angin yang ada pada daerah tersebut diambil dari rata-rata hasil kecepatan angin maksimal yaitu 14,06 yang menandakan bahwa kriteria angin “Moderate Breeze” yang memiliki range 11-16 ditandai dengan debu dan kertas berterbangan, cabang kecil bergerak.

kandungan air yang ada pada sungai yang diteliti bersifat asam, karena indikator keasamannya berda dibawah angka 7 yang menandakan air tersebut bersifat asam.

kandungan udara yang ada disekitar maka 85% nya memiliki kandungan air di udara. Semakin tinggi kandungan air diudara maka semakin tinggi pula kelembapan pada suatu daerah tersebut.

Pada percobaan 2 organisme yang masuk ke dalam siklus jaring-jaring makanan tidak harus terlibat dalam seluruh rantai makanan yang terjadi: 1) Jaring-

(18)

jaring makanan tersebut dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan produsen utamanya, yaitu phytoplankton dan rumput laut; 2) Pada siklus makanan dengan produsen phytoplankton, zooplankton dan udang menjadi konsumen tingkat 1. Ikan kecil jadi konsumen tingkat 2, burung camar dan anjing laut menjadi konsumen tingkat 4, paus biru dan paus pembunuh menjadi konsumen tingkat akhir; 3) Pada jaring-jaring makanan dengan produsen rumput laut, kepiting menjadi konsumen tingkat 1, gurita jadi konsumen tingkat 2, pinguin dan gajah laut sebagai konsumen 3, anjing laut konsumen tingkat 4, dan paus pembunuh sebagai konsumen tingkat akhir; 4) Konsumen seperti anjing laut, paus pembunuh, dan ikan kecil mempunyai beberapa pilihan organisme untuk dimakan.

Daftar Pustaka Aryulina, Dyah. 2004. Biologi I. Jakarta : Erlangga.

Campbell, Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Hutagalung. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta : PT Pustaka.

Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.

Waluyo, Joko. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember : Jember University Press.

Nebel, B. J. 1981. Environmental Science, the way the world works. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.

Odum, E. HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Purnomo, dkk. 2005. Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa Muda Pustaka.

Rahmawati, Zuliana. 2012. 50 Reaksi Biologi. Jakarta Timur: Nectar. .

Soemarwoto, Idjah. 1980. Biologi Umum, Biosfer, Aneka Makhluk Hidup. Jakarta : PT. Gramedia.

Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Sudarmadji. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jember : Universitas Jember.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Endry Martius, MSc IV/a 4 Prof.Dr.Ir... Hasmiandy Hamid, SP, MSi III/d 8