• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SIMBOLIK ISI SESAJEN DALAM KESENIAN KUDA LUMPING PAGUYUBAN PUSPO TURONGGO MUDO DI DESA TAGAGIRI TAMA JAYA KECAMATAN PELANGIRAN

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "MAKNA SIMBOLIK ISI SESAJEN DALAM KESENIAN KUDA LUMPING PAGUYUBAN PUSPO TURONGGO MUDO DI DESA TAGAGIRI TAMA JAYA KECAMATAN PELANGIRAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Desa Tagagiri Tama Jaya inilah kesenian Kuda Lumping dilestarikan dan masih dipraktekkan hingga saat ini. Pemilihan generasi muda untuk merantau menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelestarian kesenian Kuda Lumping di Desa Tagagiri Tama Jaya.

Gambar 1. 2 Kesenian Kuda Lumping
Gambar 1. 2 Kesenian Kuda Lumping

Identifikasi Masalah

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari ciri-ciri yang diperoleh dari kedekatan antara subjek dan objek untuk memahami makna yang dikandungnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti makna simbolis dari isi sesaji dalam kesenian Kuda Lumping, sehingga pembaca dapat mengetahui makna apa saja yang terkandung dalam sesaji yang digunakan dalam kesenian Kuda Lumping.

Fokus Penelitian

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, kami berharap dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai makna simbolis pengorbanan seni Kud Lumping dalam masyarakat Islam.

TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN LITERATUR

  • Komunikasi
  • Kebudayaan
  • Teori Semiotika Roland Barthes
  • Komunikasi Non-Verbal
  • Keterkaitan Budaya dan Komunikasi
  • Kesenian Kuda Lumping
  • Sesajen

Subyek penelitian ini adalah makna simbolik isi pemberian dalam kesenian Kuda Lumping. Di Desa Tagagiri Tama Jaya terdapat kesenian Kuda Lumping yang merupakan salah satu bentuk media komunikasi budaya. Makna simbolis isi bingkisan dan fungsinya dalam seni Kuda Lumping masyarakat Puspo Turonggo Mudo.

Berikut penjelasan mengenai makna denotasi dan konotasi pada makna simbolis persembahan dalam seni Kuda Lumping. Konotasi pengorbanan dalam seni Kuda Lumping adalah memberikan bakti kepada Yang Maha Kuasa untuk memohon keberkahan dan keselamatan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, masih terdapat pro dan kontra dalam penggunaan tawaran dalam kesenian Kuda Lumping.

Selain itu masih banyak masyarakat yang belum memahami makna sesaji dalam seni Kuda Lumping. Hanya sebagian masyarakat Desa Tagagiri Tama Jaya yang memahami dengan benar apa yang ditawarkan dalam seni Kuda Lumping. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai makna simbolik persembahan dalam seni Kuda Lumping Persatuan Puspo Turonggo Mudo Desa Tagagiri Tama Jaya Kecamatan Pelangiran yang dilakukan peneliti, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.

Makna Simbolik Persembahan Seni Tradisional Kuda Lumping di Kabupaten Sumedang (Studi Deskriptif Makna Simbol pada Persembahan Seni Tradisional Kuda Lumping di Kabupaten Sumedang).

Gambar 2. 1 Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 2. 1 Peta Tanda Roland Barthes

Defenisi Oprasional

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna simbolis sesaji pada seni kuda Lumping Karya Budaya di Desa Kemuning Muda Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak terdiri dari simbol-simbol fisik yang meliputi sesajen milik masyarakat seperti kemenyan, ingkung ayam, pisang raja, makanan ringan, ampas nasi, telur, bunga singkong, minuman, nasi, kerupuk, peyek, lalaban, umbi-umbian, pencok bakal, nasi putih dan bacem tempe, sisir, bedak, cermin dan lipstik, nasi kuning, ketupat, daun dadap, putri duyung dan muda kelapa dengan arti khusus pada setiap bagiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna simbolik pada topeng Cepetan semuanya melambangkan sifat jahat manusia yang dilambangkan melalui bentuk dan wujud topeng yang berbeda-beda. Makna simbolik persembahan persembahan melambangkan sikap syukur dan pengakuan terhadap kekuatan lain di luar manusia yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil penelitian ini terbagi menjadi 3 kategori yang menggunakan teori komunikasi etnografi dan makna pertama lebih bersifat pesan moral dalam aspek kehidupan manusia selama hidup di dunia. Persamaan yang peneliti miliki adalah kedua peneliti membahas tentang makna simbolik sesajen dalam seni Kuda Lumping, yang membedakan dengan penelitian ini adalah penelitian yang digunakan sebelumnya. Persamaan yang peneliti miliki adalah kedua peneliti membahas mengenai makna simbolik dari sesaji, Bedanya dengan penelitian ini adalah peneliti sebelumnya fokus membahas tentang prosesi dan makna simbolis dari topeng dan sesaji dalam kesenian Cepetan.

Kesepakatan dengan peneliti adalah kedua peneliti membahas tentang makna simbolik sesajen dalam kesenian Kuda Lumping, Bedanya dengan penelitian ini adalah peneliti sebelumnya fokus meneliti fungsi dan makna simbolik pada kesenian Jaranan Jur Ngasinan, sedangkan peneliti terfokus pada makna simbolik sesaji dalam kesenian Kuda Lumping. Kesepakatan yang ada dengan peneliti adalah kedua peneliti membahas mengenai makna simbolik sesaji dalam seni Kuda Lumping.Perbedaannya pada penelitian ini adalah peneliti sebelumnya menggunakan penelitian kualitatif berdasarkan penelitian komunikasi etnografi dan penelitian sebelumnya menggunakan Teori Komunikasi Etnografi.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan Penelitian
  • Subjek dan Objek Penelitian
    • Subjek Penelitian
    • Objek Penelitian
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
    • Lokasi Penelitian
    • Waktu Penelitian
  • Sumber Data
    • Data Primer
    • Data sekunder
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Observasi
    • Wawancara
    • Dokumentasi
  • Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
  • Teknik Analisis Data

Pada bagian ini peneliti menyajikan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan observasi langsung yang dilakukan peneliti mengenai makna simbolik sesaji yang terdapat dalam Seni Kuda Lumping Perkumpulan Puspo Turonggo Mudo di desa Tagagiri Tama Jaya kecamatan Pelangiran. Setiap isian pada persembahan Kuda Lumping mempunyai makna, baik makna denotatif (makna tersurat) maupun makna konotatif (makna tidak tersurat). Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakukan wawancara kepada kedua informan, makna simbolis pengorbanan dalam kesenian Kuda Lumping tentu berbeda.

Persembahan merupakan syarat yang harus ada pada setiap kegiatan seni Kuda Lumping di desa Taga Giri Tama Jaya. Dalam Perkumpulan Seni Kuda Lumping Puspo Turonggo Mudo Desa Tagagiri Tama Jaya terdapat komunikasi non verbal yaitu gerak tubuh yang ditunjukkan melalui berbagai macam gerak pada saat melakukan aksi tari. Bunga setaman merupakan salah satu isian dalam kesenian Kuda Lumping yang melambangkan media perantara untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Nasi kuning ini merupakan salah satu persembahan dalam seni Kuda Lumping yang mempunyai makna perlambangan sebagai media untuk mengembalikan atau mengusir makhluk halus yang telah merasuki pemain Kuda Lumping. Pelestarian Bentuk dan Makna Seni Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  • Profil Lokasi Penelitian
  • Sejarah Kesenian Kuda Lumping Di Paguyuban Puspo Turonggo
  • Data Informan

Nama kampung Taga Raja sendiri diambil dari nama daerah asal mula Taga dan Raja (tempat Raja) yang diartikan sebagai kediaman raja, yang kemudian diperluas hingga ke kampung Tagagiri Tama Jaya. Jumlah penduduk Desa Tagagiri Tama Jaya berjumlah 850 jiwa, terdiri dari dewasa 350 jiwa dan remaja 194 jiwa. Berdasarkan data yang dikutip dari profil Desa Tagagiri Tama Jaya tahun 2021, disebutkan terdapat tiga agama yang ada di desa tersebut yaitu Islam, Agama Hindu, Kristen, dengan jumlah penduduk 850 jiwa.

Berdasarkan hasil tabel diatas, pemeluk agama di Desa Tagagiri Tama Jaya mayoritas beragama Islam, ada juga yang menganut agama Hindu dan Kristen. Desa Tagagiri Tama Jaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Desa Tagagiri Tama Jaya berjarak 21 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Pelangiran dan 86 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hilir.

Mata pencaharian masyarakat Desa Tagagiri Tama Jaya antara lain sebagai petani, pedagang, PNS, perajin, buruh dan lain sebagainya. Dalam melakukan penelitian mengenai makna simbolik persembahan dalam seni Kuda Lumping di wilayah Desa Tagagiri Tama Jaya Kecamatan Pelangiran, peneliti telah mewawancarai narasumber yang berkompeten untuk bertindak sebagai informan.

Tabel 4. 2 Luas Wilayah Desa Tagagiri Tama Jaya
Tabel 4. 2 Luas Wilayah Desa Tagagiri Tama Jaya

Hasil Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti seni Kuda Lumping di Desa Tagagiri Tama Jaya terdapat 2 jenis komunikasi non verbal yaitu gerak badan dan nyanyian seperti yang diungkapkan oleh kedua informan. Kegiatan meditasi ini bertujuan untuk memohon keberkahan dan doa keselamatan kepada Tuhan dan para leluhur agar rombongan Puspo Turonggo Mudo akan menampilkan seni Kuda Lumping. Doa ini mempunyai makna memohon doa kepada Yang Maha Kuasa atau kepada para leluhur pada hari yang sama dengan pelaksanaan kegiatan seni Kuda Lumping.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa terdapat makna simbolis pada setiap benda yang terkandung dalam sesaji dalam seni Kuda Lumping Puspo Tuornggo Mudo. Penulis menyimpulkan bahwa air bunga merupakan pengisi sesaji air yang berisi 7 macam bunga yaitu melati putih, bunga magnolia, mawar merah atau putih, kenanga sedap malam putih, kenanga muda atau hijau, kamboja merah jambu dan bunga kupu-kupu ungu. mempunyai arti harapan leluhur dan biasa digunakan untuk penyucian, namun dalam ritual Kuda Lumping digunakan sebagai simbol keselamatan para pemainnya. Kemudian makna konotatif dari nasi kuning adalah sebagai media pengembalian roh yang telah memasuki pemain kuda kikuk tersebut untuk kembali ke asalnya.

Penulis menyimpulkan bahwa nasi kuning dalam Kuda Lumping mempunyai makna yang bertujuan untuk mengusir roh halus dan mengembalikan roh jahat agar tidak mengganggu. Air bunga mempunyai arti sebagai media yang dapat menghindarkan penunggang kuda yang menggumpal dari gangguan makhluk gaib. Nasi kuning artinya mengembalikan arwah yang masuk ke dalam pemain kuda yang menggumpal agar kembali ke asalnya.

“Sesaji di sini merupakan salah satu syarat dalam acara jaranan atau kesenian Kuda Lumping.” (wawancara dengan Pak Nurmansyah. 13 Mei 2022).

Gambar 4. 2 Gambaran ayam ingkung dan Tumpeng
Gambar 4. 2 Gambaran ayam ingkung dan Tumpeng

Pembahasan Penelitian

Kesenian kuda lumping masih menjadi salah satu pertunjukan yang masih digemari oleh para penontonnya, walaupun sekarang ini perkembangan zaman sudah mulai modern dan tentunya masyarakat masih mengikuti perkembangan zaman. Meski banyak masyarakat yang menyaksikan diadakannya Kuda Lumping, namun masyarakat hanya memahami makna tersirat yang terkandung dalam seni Kuda Lumping dan isian sesajen secara umum. Kopi dan teh merupakan bagian dari persembahan dalam Kuda Lumping yang mempunyai makna melambangkan bahwa dalam hidup apa yang kita lakukan harus seimbang antara kerja sosial dan ibadah.

Air bunga ini merupakan salah satu isian yang ditawarkan dan memiliki arti memberikan rasa aman bagi para pemain saat melakukan atraksi kuda berumpun. Air bunga ini mempunyai arti memberikan rasa aman kepada para pemain kuda lumpy pada saat melakukan atraksi kuda lumpy. Kesenian Kuda Lumping merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Pulau Jawa yang telah menjamur di berbagai kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di Riau.

Dalam seni Kuda Lumping tentunya penggunaan sesaji merupakan salah satu syarat khusus yang bersifat sakral dan wajib dalam seni Kuda Lumping. Peneliti juga berharap penelitian mengenai makna simbolik persembahan dalam seni Kud Lumping ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat lebih ditingkatkan serta memperoleh pengetahuan baru.

Tabel 4. 5 Isian Sesajen Kuda Lumping Paguyuban Puspo Turonggo Mudo
Tabel 4. 5 Isian Sesajen Kuda Lumping Paguyuban Puspo Turonggo Mudo

PENUTUP

Kesimpulan

Salah satunya terletak di Desa Tagagiri Tama Jaya, Kecamatan Pelangiran, salah satu wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir. Bisa dikatakan daerah ini mayoritas dihuni oleh masyarakat pendatang dari berbagai daerah, mulai dari suku Batak, Minang, Bugis, Jawa dan lain-lain. Pengorbanan merupakan salah satu peninggalan budaya umat Hindu dan Budha yang biasa digunakan sebagai mediator untuk memuja dewa, roh tertentu atau penghuni suatu tempat dan lain sebagainya.

Dalam persembahan kesenian Kuda Lumping masyarakat Puspo Turonggo Mudo tentunya terdapat makna simbolik yang terkandung pada isian yang ada pada persembahan tersebut seperti ayam panggang dan tumpeng, telur ayam kampung, bunga setaman, baka kok, jenang merah putih. , riasan secukupnya, kelapa muda, kemenyan, kopi pahit, kopi manis dan teh manis, ketupan dan lepet, air kembang, pisang dan nasi kuning. Dari isian tersebut, setiap isian mempunyai makna yang terkandung dalam setiap persembahannya.

Saran

Prosesi dan Makna Simbolis Topeng dan Pengorbanan dalam Seni Singkat di Dusun Condong Desa Condong Campur Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. Bentuk, Makna dan Fungsi Pertunjukan Turonggo Tri Budoyo dengan Kuda di Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Komunikasi nonverbal guru dengan siswa tunarungu di SDN Keleyan, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan.

Kebudayaan, Makna dan Penerapannya “Aspek sistem agama, bahasa, ilmu pengetahuan, sosial, seni dan teknologi.” Jurnal Literasi.

Gambar

Gambar 1. 1 Bentuk  Persentase Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Suku
Gambar 1. 2 Kesenian Kuda Lumping
Gambar 1. 3 Gambaran Sesajen
Gambar 2. 1 Peta Tanda Roland Barthes
+7

Referensi

Dokumen terkait