• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEMITRAAN PT INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR (IFM) TERHADAP PENDAPATAN PETANI KENTANG DI KECAMATAN SEMBALUN

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

HENI SOPIANA

Fakultas Pertanian, Universitas Gunung Rinjani Email. [email protected]

RINI ENDANG PRASETYOWATI Fakultas Pertanian, Universitas Gunung Rinjani

Email. [email protected] Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah 1). Mengetahui pendapatan usahatani kentang 2). mengetahui perbandingan pendapatan usahatani kentang mitra dan usahatani kentang non mitra dan 3) Dampak kemitraan PT Indofood fritolay Makmur (IFM) terhadap pendapatan petani kentang dikecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode deskriptif. Pemilihan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sembalun merupakan lokasi kemitraan IFM. Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling yaitu sebanyak 30 orang responden, terdiri dari 15 petani mitra diambil secara proporsional random sampling. Sedangkan 15 petani non mitra dilakukan dengan metode snowball sampling. Uji analisis yang digunakan adalah uji statistik T-Test, untuk mengetahui perbedaan pendapatan antara petani mitra dan petani non mitra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata pendapatan total petani mitra adalah sebesar Rp.35.354.405,96/Ha sedangkan petani non mitra Rp.20.492.483,54/Ha. R/C rasio atas biaya tunai petani mitra sebesar 1,61. dan petani non mitra hanya memperoleh sebesar 1,38. R/C atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh petani mitra yaitu sebesar 1,47 dan 1,22 untuk R/C rasio petani non mitra. Hasil uji t perbandingan rata-rata pendapatan tunai dan total petani mitra dan non mitra tidak berbeda secara signifikan pada taraf lima persen yang artinya kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur tidak memberi dampak positif terhadap pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

Kata Kunci: Kemitraan, Pendapatan, Usahatani Kentang

PENDAHULUAN

PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) merupakan perusahaan yang melakukan kemitraan dengan petani kentang di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia yaitu di Jawa Barat (Garut dan Pengalengan), Jawa

Tengah (Dieng), Jawa Timur (Sempol), NTB (Sembalun), Sulawesi Utara (Modoinding), dan Jambi (Kerinci). PT Indofood Fritolay Makmur menjalin kemitraan dengan petani kentang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kentang pada produk potato chips. Jenis kentang yang digunakan untuk bahan baku potato chips adalah kentang varietas atlantik.

Kentang varietas atlantik memiliki umbi

(2)

berwarna putih yang menarik untuk dikonsumsi sebagai kentang olahan berupa keripik kentang maupun kentang goreng (Setiadi 2009).

Petani kentang di Kecamatan Sembalun (NTB) sudah bermitra dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) dan mengikat kerjasama pada tahun 2006. Prinsip kemitraan yang dibangun antara PT IFM dan petani kentang adalah PT IFM memberikan pinjaman bibit yang didatangkan dari kanada dan Australia. Dan dana untuk membeli pupuk kimia dan obat-obatan melalui pengurus kelompok tani yang akan dibayar petani setelah panen. perusahaan mitra juga menanggung transportasi biaya angkut. Petani bertanggung jawab terhadap target kualitas produksi yang diminta oleh PT IFM. Bilamana ada keuntungan atau kerugian dalam proses jual beli tersebut merupakan tanggung jawab petani (Putu, 2009).

Dari perjanjian tersebut banyak petani mengeluhkan keterbatasan bibit dan lamanya bibit sampai kepetani membuat lahan lama untuk berproduksi. Kualitas bibit juga ada yang rusak dan tidak bagus, hal itu akan berpengaruh pada jumlah produksi kentang.

Pada saat panen banyak kentang yang tidak sesuai standar, sehingga tidak diterima oleh perusahaan. Sehingga dari permasalahan tersebut peneliti tertarik menganalisis bagaimana dampak kemitraan terhadap pendapatan usahatani kentang atlantik di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

Metode Penelitian

Lokasi, Waktu, Data dan Sampel Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2018.

Waktu Penelitian dilakukan di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu lokasi kemitraan yang

dijalankan PT Indofood Fritolay Makmur dan penghasil kentang terbesar di Kabupaten Lombok. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling yaitu sebanyak 30 orang responden, terdiri dari 15 petani mitra diambil secara proporsional random sampling.

Sedangkan 15 petani non mitra dilakukan dengan metode snowball sampling.

Metode Analisis Data Analisis Biaya

Rumus biaya usahatani sebagai berikut (Soekartowi,2006):

TB = Bt + Bd Keterangan:

TB = Total biaya Bt = Biaya tunai

Bd = Biaya diperhitungkan (non tunai) Untuk menghitung biaya penyusutan digunakan rumus sebagai berikut

(Soekartowi,2006):

Biaya Penyusutan = x Lama

Pemakaian Analisis Penerimaan

Penerimaan usahatani kentang dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR Tunai = PA.YA TR Tidak Tunai = PA.YB

TR = TR Tunai + TR Tidak Tunai

Keterangan:

PA = Harga kentang(Rp/Kg)

YA = Hasil produksi kentang yang dijual (Kg)

YB = Hasil produksi kentang yang dikonsumsi (Kg)

TR = Total penerimaan (Rp)

TRTunai = Total penerimaan tunai petani

kentang (Rp)

(3)

TRTidak Tunai = Total penerimaan tidak tunai petani kentang (Rp)

Analisis Pendapatan

Rumus yang digunakan yaitu (Soekartawi, 2003):

PDTotal= ∑ PDTidak Tunai+∑ PD

Tunai

PDTidak Tunai= TRTidak Tunai-TC

Tidak Tunai

PDTunai= TRTunai- TCTunai Keterangan:

PDTotal = Pendapatan total usahatani

Kentang (Rp)

PDTidak Tunai = Pendapatan tidak tunai

usahatani kentang (Rp)

PDTunai = Pendapatan tunai usahatani

kentang (Rp)

TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)

TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)

Rasio R/C

Menurut Kadarsan (1995), rasio R/C digunakan untuk menganalisis imbangan antara penerimaan dengan biaya.

Analisis ini bertujuan untuk mengukur efisiensi input-output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya produksi total. Semakin besar nilai Rasio R/C, maka keuntungan yang diperoleh petani akan semakin besar.

Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

R/C Rasio atas biaya tunai =

Sedangkan rumus R/C rasio atas biaya total adalah sebagai berikut:

R/C Rasio atas biaya total =

Dengan Kriteria :

Rasio R/C > 1 ; maka usahatani kentang menguntungkan

Rasio R/C = 1 ; maka usahatani kentang Break

Event Poin (BEP)

Rasio R/C < 1 ; maka usahatani kentang rugi Analisis Uji Beda t-test

Untuk mengetahui secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata terhadap pendapatan antara petani mitra dan petani non mitra. Langkah yang digunakan adalah uji statistik T-Test dengan taraf signifikansi α = 0,05 (Sugiono, 2009) sebagai berikut:

I. Untuk mengetahui variance sampel petani kentang mitra (x) dengan variance petani kentang non mitra (y) homogen atau tidak, digunakan analisis F-test yaitu :

F = bila Sx2>

Sy2 atau

F = bila Sy2>

Sx2

Sx2= dan Sy2

=

Jika F-hitung > F-tabel (α = 0,05) berarti varians sampel antara petani mitra dengan petani non mitra tidak homogen. Dan Jika F-hitung < F-tabel (α = 0,05) berarti varians sampel antara petani mitra dengan petani non mitra homogen.

Jika varians sampel homogen maka digunakan rumus :

T tes = Sp2=

Jika Varians sampelnya tidak homogen maka digunakan rumus :

Thitung =

Keterangan:

= Rata-rata keuntungan petani mitra

(4)

= Rata-rata keuntungan petani non mitra Sx2 =Varians petani mitra

Sy2 =Varians petani non mitra nx = jumlah responden petani mitra ny = jumlah responden petani non mitra Sp2 = Varians gabungan x dan y

Dengan kriteria pengujian:

- Jika t-hitung ≤ t-tabel(α = 0,05), Ho di terima artinya pendapatan petani kentang mitra dengan petani kentang non mitra tidak berbeda secara signifikan

- Jika t-hitung > t-tabel(α = 0,05), Ho di tolak, artinya pendapatan petani kentang mitra dengan petani kentang non mitra berbeda secara signifikan.

HASIL YANG DICAPAI

Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan antara petani di Kecamatan Sembalun dengan perusahaan mitra PT Indofood Fritolay Makmur (IFM) mengikat kerjasama, dimana PT IFM memberikan pinjaman bibit yang didatangkan dari kanada dan Australia. Dana untuk membeli pupuk kimia dan obat-obatan melalui pengurus kelompok tani yang akan dibayar petani setelah panen. Beberapa bulan sebelum tanam atau setelah panen, petani sudah mengajukan kepada vendor (Ketua Kelompok Tani) atau agrofield PT Indofood Fritolay Makmur berapa jumlah bibit yang akan dibutuhkan untuk musim tanam berikutnya. PT IFM juga berkewajiban untuk membeli kentang hasil

panen petani sesuai dengan harga tetap sesuai kesepakatan. Hasil panen kentang akan dikirim langsung ke vendor untuk dikumpulkan sebelum dikirimkan ke pabrik di Semarang. Kentang yang akan dikirim ke pabrik harus memenuhi standar pabrik yaitu kentang yang berukuran diameter minimal empat centi meter, tidak busuk, dan tidak greening. Pembayaran hasil penjualan kentang atlantik akan dikurangi dengan jumlah pinjaman bibit yang diterima oleh petani.

Pembayaran akan dilakukan 9 sampai 14 hari kerja.

Kemitraan yang dilakukan antara PT Indofood Fritolay Makmur dengan petani tidak memberikan kriteria khusus agar petani dapat bergabung dengan kemitraan. Kemitraan ini berlandaskan pada azas saling percaya antara kedua belah pihak. Petani yang akan bergabung dengan kemitraan harus mendaftarkan terlebih dahulu ke sekretariat kelompok tani. Persyaratan yang dibutuhkan adalah fotocopy KTP, fotocopy kartu keluarga, dan mengisi formulir pendaftaran.

Biaya produksi Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan

Penerimaan usahatani kentang pada penelitian ini terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang diterima oleh petani secara tunai sedangkan penerimaan non tunai adalah penerimaan yang sebenarnya tidak diterima petani secara langsung tetapi diperhitungkan. Besarnya nilai rata-rata penerimaan tunai maupun non tunai usahatani kentang per hektar per musim tanam petani mitra dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Tabel 1. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Kentang Per Hektar Per Musim Tanam Petani Mitra dan Non Mitra Priode September-Desember, 2018

Petani Mitra Petani Non Mitra

Jmlh (Kg)

Harga (Rp)

Nilai (Rp) Perse ntase (%)

Jumlah (Kg)

Harga (Rp)

Nilai (Rp) Perse ntase (%) Penerimaan Tunai

a. Dijual ke PT IFM 16.184 5.500 89.009.803 80,49 - - - -

b. Dijual ke pasar 2.554 7.800 19.918.332 18,01 16.136 6.633 106.884.292 92,76 Total Penerimaan Tunai 18.737 108.928.134 98,50 16.136 6.633 106.884.292 92,76 Penerimaan non tunai

a. Dijadikan Bibit b. dikonsumsi

- 300

- 5.500

- 1.650.000

- 1,50

1.565 288

4.500 4.500

7.042.500 1.295.550

6,11 1,13 Total Penerimaan non

Tunai

300 1.650.000 1,50 1.853 5.300 8.338.050 7,24

Penerimaan Total 19.037 110.578.134 100 17.989 - 115.222.342 100

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata produksi kentang atlantik yang dihasilkan petani mitra lebih besar dari jumlah rata-rata produksi kentang granola yang dihasilkan oleh petani non mitra yaitu masing-masing adalah 19.037 Kg dan 17.989 kg. Harga jual kentang atlantik petani mitra lebih kecil daripada harga jual kentang granola petani non mitra yaitu masing-masing adalah 5.500/Kg dan 6.633/Kg. Hal itu disebabkan Karena pada petani Mitra ada pemotongan harga dari pihak Vender (ketua kelompok tani) untuk biaya pengelolaan pengangkutan kentang hingga sampai ke pabrik PT indofood yang ada disemarang.

3.2.2. Biaya

Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani kentang pada suatu periode tanam tertentu yang terdiri dari biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk usahatani kentang terdiri dari biaya bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga (TKLK), bensin, iuran Pengairan, pajak lahan jika petani

memiliki lahan sendiri atau biaya sewa lahan jika petani menggunakan lahan sewaan Biaya non tunai adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai namun tetap diperhitungkan untuk melihat seluruh biaya total yang dikeluarkan.

Biaya non tunai yang diperhitungkan dalam usahatani kentang pada penelitian ini terdiri dari biaya penyusutan peralatan, biaya sewa lahan bagi petani yang menggunakan lahan milik sendiri, upah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Rata-rata biaya usahatani kentang per hektar per musim tanam petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 2.

(6)

Tabel 2. Rata-Rata Biaya Usahatani Kentang Per Hektar Per Musim Tanam Petani Mitra Dan Petani Non Mitra Priode September-Desember, 2018

NO Kompenen Satuan

Petani Mitra Petani Non Mitra

Jumlah (unit)

Harga (Rp/satuan)

Nilai Total (Rp)

% Jumlah

(unit)

Harga (Rp/satuan)

Nilai Total (Rp)

% A Biaya Tunai

1 Bibit Kg 2.000 13.154 26.330.295,40 35,00 1.401 25.867 36.512.655,74 38,54

2 Pupuk:

-

Petrorganik

Kg 2.800 846 2.467.372,00 3,28 3.100 902 2.833.510,11 2,99

- NPK

Ponska Kg 625 2.777 1.699.095,08 2,26 580 2.553 1.478.445,36 1,56

- Sp36 Kg 500 2.620 1.261.266,39 1,68 600 2.563 1.540.245,90 1,63

- Za Kg 304 1.930 585.052,01 0,78 300 1.803 527.971,31 0,56

3 Pestisida Rp - - 9.111.178,30 12,11 - - 9.728.277,73 10,27

4 TKLK HOK 249,01 100.000 24.900.860,00 33,10 239,52 100.000 23.952.128 25,28

5 Bensin Lt 15 8.000 120.000,00 0,16 15,30 8.000 122.400,00 0,13

6 Iuran Pengairan

Rp - - 936.862,00 1,25 - - 899.452,00 0,95

7 Pajak Lahan

Rp - - 40.000,00 0,05 - - 43.333,33 0,05

Total Biaya Tunai 67.451.981,18 89,67 77.638.416,67 81,96

B Biaya Non Tunai 1 Penyusutan.

Peralatan Rp - - 336.137,00 0,45 - - 291.211,29 0,31

2 Sewa

Lahan

Rp - - 4.916.733,33 6,54 - - 5.000.066,67 5,28

3 TKDK HOK 26,36 100.000 2.518.877,00 3,35 32,08

659,20

100.000 12.933

3.208.948,09 8.591.213,11

3,39 9,07

Total Biaya Non Tunai 7.771.747,33 10,33 17.091.439,16 18,04

C. Total Biaya Usaha Tani 75.223.728,51 100,00 94.729.858,83 100,00

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Struktur biaya usahatani antara petani mitra yang menanam kentang atlantik dan petani non mitra yang menanam kentang granola tidak berbeda jauh. Penjelasan masing- masing komponen biaya tunai usahatani kentang petani mitra maupun non mitra akan dijelaskan pada uraian di bawah ini.

I. Biaya Bibit

Komoditas yang ditanam oleh petani mitra dan non mitra adalah sama yaitu kentang.

Petani mitra menggunakan varietas atlantik dan petani non mitra menggunakan varietas granola. Rata-rata petani mitra lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk bibit yaitu sebesar Rp.26.330.295,40 atau hanya 35 persen dari

total biaya usahatani, sedangkan rata-rata petani non mitra mengeluarkan biaya untuk bibit sebesar Rp. 36.512.655,74 atau hanya 38,54 persen dari total biaya usahatani. Hal ini dikarenakan perbedaan jumlah dan harga bibit yang digunakan. Jumlah rata-rata bibit yang digunakan petani mitra untuk satu hektar lahan adalah sebanyak 2.000 kg sedangkan rata-rata penggunaan bibit petani non mitra sebanyak 2.060 kg, terdiri dari bibit dibeli dari penangkar benih yaitu sebanyak 1.401 kg dan dari bibit turunan yang dihasilkan dari panen sebelumnya yakni 659,20 kg. Harga bibit kentang atlantik yang sudah ditetapkan dari perusahaan mitra adalah sebesar Rp 13.154/kg

(7)

sedangkan harga bibit kentang granola berkisar antara Rp. 25.000 hingga Rp.27.000. Dengan rata-rata harga bibit yaitu sebesar Rp.25.867/kg. Penggunakan benih Petani non mitra dari hasil panen sebelumnya dapat menghemat biaya pengeluaran tunai petani.

II. Biaya Pupuk

Biaya rata-rata pupuk kandang (Petroorganik) yang dikeluarkan oleh petani mitra adalah sebesar Rp.2.467.372 atau hanya 3,28 persen dari total biaya usahatani.

Sementara biaya rata-rata pupuk kandang petani non mitra adalah Rp.2.833.510 atau hanya 2,99 persen dari total biaya usahatani.

Penggunaan pupuk kandang petani non mitra lebih banyak yaitu 3.100 kg sedangkan petani mitra hanya menggunakan 2.800 kg pupuk kandang. Perbedaan penggunaan pupuk kandang antara petani mitra dan petani non mitra adalah tergantung masing-masing petani disesuaikan dengan faktor kesuburan tanah dan jenis tanah yang dimiliki oleh petani.

Perbedaan harga pupuk kandang juga menjadi penyebab lebih besarnya pengeluaran untuk biaya pupuk kandang petani non mitra. Kisaran harga pupuk kandang pada saat penelitian adalah Rp.31.500– Rp 42.200 per karung (45 kg)

Biaya rata-rata pupuk kimia antara petani mitra dan petani non mitra tidak terlalu jauh. Penggunaan rata-rata pupuk kimia petani mitra per satu hektar lahan adalah pupuk ponska 625 Kg, Sp36 500 Kg, dan Za 304 Kg dengan jumlah biaya sebesar Rp.3.545.413,48 atau hanya 4,72 persen dari total biaya usahatani. Sedangkan penggunaan rata-rata pupuk kimia petani non mitra per satu hektar lahan adalah pupuk ponska 580 Kg, Sp36 600 Kg, dan Za 300 Kg dengan jumlah biaya sebesar Rp.3.546.662,67 atau hanya 3,75 persen. Perbedaan penggunaan pupuk kimia antara petani mitra dan petani non mitra dikarenakan faktor kesuburan tanah dan jenis tanah yang dimiliki oleh petani. Rata-rata petani mitra memiliki lahan di perbukitan

sehingga kemungkinan lahan yang dimiliki petani mitra lebih subur sehingga tidak memerlukan pupuk kimia yang banyak. Hal inilah yang menjadikan biaya rata-rata pupuk kimia yang dikeluarkan petani mitra lebih sedikit.

III. Biaya Pestisida

Pestisida yang biasa digunakan petani responden mitra adalah pestisida bermerek dagang Besor ultra, Dharmafur, Gramoxon, lamdarin, Phoscomit, Rovral, Victory, Winder, Zampro. Penggunaan pestisida petani non mitra lebih besar daripada petani mitra. Biaya rata-rata yang dikeluarkan petani mitra untuk pestisida satu hektar lahan kentang pada satu musim tanam adalah sebesar Rp.9.111.178,30, sedangkan biaya rata-rata yang dikeluarkan petani non mitra pada satu hektar lahan kentang adalah sebesar Rp.9.728.277,73. Biaya pestisida yang digunakan petani kentang baik mitra maupun non mitra mitra cukup mahal karena dalam satu musim tanam rata-rata penyemprotan 12-15 kali dari umur kentang 25- 80 hari setelah tanam.

IV. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu, tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga diberlakukan waktu kerja untuk melaksanakan kegiatan usahatani pada umumnya mulai dari pukul 07 00 sampai pukul 17.00 WITA atau setara dengan 10 jam kerja.Pengeluaran petani mitra untuk upah tenaga kerja luar keluarga per hektar sebesar Rp.24.900.860, sedangkan pada petani non mitra sebesar Rp.23.952.128,19. Sementara itu, pengeluaran petani mitra untuk upah tenaga kerja dalam keluarga per hektar sebesar Rp 2.518.877, sedangkan pada petani non mitra sebesar Rp 3.208.948.

Sebesar 90,43 persen tenaga kerja yang digunakan petani mitra berasal dari luar keluarga, sedangkan 9,57 persen berasal dari tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan total

(8)

tenaga kerja didominasi oleh Tenaga kerja luar kelurga, hal tersebut tidak jauh berbeda dengan petani non mitra yaitu tenaga kerja luar kelurga sebesar 88,19 persen, sedangkan dari dalam keluarga hanya 11,81 persen.

V. Bensin

Petani menggunakan bahan bakar bensin untuk menjalankan alat-alat pertanian seperti traktor, bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar solar. Penggunaan bensin selama satu musim tanam kentang pada petani mitra dan mitra tidak jauh berbeda yaitu Petani mitra mengeluarkan biaya rata-rata adalah sebesar Rp.120.000/Ha. Rata-rata penggunaan bensin petani non mitra adalah sebesar 15 liter/Ha. Sementara Petani mitra mengeluarkan biaya rata-rata adalah sebesar Rp.122.400/Ha.

Rata-rata penggunaan bensin petani mitra adalah sebesar 15,30 liter/Ha.

VI. Iuran Pengairan

Iuran pengairan yang dimaksud adalah penggunaan air oleh petani mitra yang dipakai untuk mengairi sawah. diserahkan di kantor desa sembalun yang sering disebut subak, Iuran pengairan dibebankan pada masing- masing petani sebesar 1 persen dari hasil panen. Rata-rata Iuran Pengairan petani mitra satu hektar lahan kentang pada satu musim tanam adalah sebesar Rp. 936.862. Sementara untuk petani non mitra adalah Rp.899.452.

Iuran pengairan responden petani mitra dan non mitra tidak jauh berbeda karena jumlah produksi kentang mitra dan non mita tidak jauh berbeda. Iuran pengairan dipungut berdasarkan jumlah total produksi kentang dari masing masing petani. Semakin banyak hasil produksi maka iuran pengairan (subak) semakin banyak, dan sebaliknya jika hasil poduksi sedikit maka iuran pengairaannya pun juga sedikit.

VII. Pajak Lahan

Petani yang memiliki lahan sendiri setiap tahunnya mengeluarkan biaya untuk bayar pajak lahan. Rata-rata biaya pajak lahan untuk satu hektar lahan yang dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra pada satu

musim tanam masing masing adalah sebesar Rp.40.000 dan Rp.43.333. Perbedaan biaya pajak lahan ini adalah tergantung dengan lokasi lahan yang dimiliki oleh petani.

VIII. Penyusutan Peralatan

Alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani kentang adalah cangkul, sabit, hand sprayer. Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim tanam, hal ini dikarenakan alat-alat pertanian yang dimiliki memiliki umur teknis lebih dari satu kali musim tanam sehingga dapat digunakan beberapa kali musim tanam hingga umur teknisnya habis atau tidak dapat digunakan lagi. Penyusutan peralatan petani mitra pada satu musim tanam adalah sebesar Rp.336.137 untuk satu hektar lahan sedangkan penyusutan peralatan petani non mitra adalah sebesar Rp.291.211,29. Perbedaan rata-rata biaya penyusutan ini dikarenakan penggunaan alat-alat pertanian yang digunakan, nilai beli dari peralatan, dan lama penggunaan peralatan tersebut..

IX. Sewa Lahan

Petani yang memiliki lahan sendiri sebenarnya tidak mengeluarkan biaya untuk lahan kecuali membayar biaya pajak lahan yang dibayar setiap tahunnya. Petani responden keseluruhan dari penelitian ini semuanya lahan milik sendiri. Namun dalam penelitian usahatani ini, biaya sewa lahan tetap diperhitungkan ke dalam biaya non tunai. Rata- rata sewa lahan per hektar untuk satu musim tanam petani mitra dan petani non mitra masing-masing adalah sebesar Rp 4.916.733,33 dan Rp.5.000.066,67.

Pendapatan Usahatani Kentang

Pendapatan usahatani dianalisis dengan menggunakan dua konsep, yaitu konsep pendapatan atas biaya tunai dan konsep pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai didapatkan dari hasil pengurangan penerimaan tunai usahatani terhadap semua komponen biaya yang dikeluarkan petani untuk kegiatan usahatani dalam bentuk tunai seperti

(9)

pembelian benih, pupuk, pestisida dan lainnya.

Pendapatan biaya total merupakan penerimaan total usahatani yang dikurangi dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam usahatani termasuk biaya-biaya yang diperhitungkan

seperti biaya tenaga kerja dalam keluarga dan lainnya. Pendapatan rata-rata pada usahatani kentang petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kentang Per Hektar Per Musim Tanam Petani Mitra Priode September-Desember, 2018

Uraian Petani Mitra (Rp) Petani Non Mitra (Rp)

Penerimaan tunai 108.928.134,00 106.884.292,37

Penerimaan non tunai 1.650.000,00 8.338.050,00

Penerimaan total 110.578.134 115.222.342,37

Biaya tunai 67.451.981,12 77.638.419,67

Biaya non tunai 7.771.747,24 17.091.439,16

Biaya total 75.223.728,36 94.729.858,83

Pendapatan tunai 41.476.153,21 29.245.872,70

Pendapatan total 35.354.405,96 20.492.483,54

R/C atas biaya tunai 1,61 1,38

R/C atas biaya total 1,47 1,22

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Rata-rata pendapatan tunai yang diterima oleh petani mitra sebesar Rp.41.476.153,21 jauh lebih besar dari rata-rata pendapatan tunai yang diterima petani non mitra yang hanya memperoleh Rp.29.245.872,70 per hektar per satu musim tanam. Pendapatan total petani mitra juga lebih besar daripada petani non mitra. Rata-rata pendapatan total petani mitra adalah sebesar Rp. 35.354.405,96. Adanya selisih pendapatan antara petani mitra dan petani non mitra menunjukan bahwa usahatani kentang oleh petani mitra jauh lebih menguntungkan karena memiliki jumlah panen yang lebih besar dengan harga yang lebih tinggi.

Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Tingkat keuntungan antara petani mitra dan petani non mitra juga dapat dilihat dari besarnya R/C rasio. Rasio atas biaya tunai

petani mitra sebesar 1,61 dan petani non mitra hanya memperoleh sebesar 1,38. Nilai tersebut berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1 akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp.1,61 begitu juga dengan rasio tunai petani non mitra berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1 akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 1,38. R/C rasio atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh petani mitra yaitu sebesar 1,47 dan 1,22 untuk R/C ratio petani non mitra.

Hasil Analisis Uji Beda t-test

Analisis uji beda uji-test dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara rata-rata biaya, penerimaan dan pendapatan petani mitra dan petani non mitra dengan menggunakan software SPSS.

Hipotesis pada uji t ini adalah :

H0 : rata-rata petani mitra dan petani non mitra tidak berbeda secara signifikan H1 : rata-rata petani mitra dan petani non mitra berbeda secara signifikan

Hasil uji t perbandingan rata-rata pendapatan tunai dan total petani mitra dan non mitra bahwa T < T (T =1,220 <

(10)

Ttabel= 2,048), yang berarti bahwa pendapatan tunai Petani mitra dan non mitra tidak berbeda secara signifikan (terima H0). Sementara hasil uji t pada pendapatan total, diperoleh hasil bahwa nilai Thitung< Ttabel(Thitung=0,038 < Ttabel

= 2,048), yang berarti bahwa pendapatan total Petani mitra dan non mitra tidak berbeda secara signifikan (terima H0) artinya kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur tidak memberi dampak positif terhadap pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Hasil analisis pendapatan usahatani membuktikan bahwa kemitraan mampu meningkatkan pendapatan petani mitra.

Rata-rata pendapatan tunai dan pendapatan total petani mitra lebih tinggi daripada petani non mitra.. Hal ini terlihat dari R/C rasio yang dihasilkan petani mitra bernilai lebih besar dari R/C rasio petani non mitra.

2. Perbandingan pendapatan usahatani antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda secara signifikan. Sehingga kemitraan PT Indofood Fritolay Makmur tidak memberikan dampak positif terhadap pendapatan usahatani kentang.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian Penelitian ini telah diusahakan dengan cermat, namun bukan berarti hasilnya tanpa kelemahan. Kelemahan– kelemahan tersebut antara lain.

1. Penelitian ini menggunakan angket sebagai teknik pengumpulan data meskipun dianggap bahwa responden dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya, namun dalam kenyataannya hal tersebut sulit untuk dikontrol.

2. Pengukuran untuk menentukan harga biaya tunai dan non tunai pada petani sangat rentan terjadi kesalahan karena setiap agen

(pasar) dalam menentukan harga berbeda beda dan sifatnya fleksibel (berubah-ubah).

3. Penelitian ini hanya mengukur dari perbedaan pendapatan yang diperoleh masing masing petani mitra dan non mitra tanpa melihat aspek lain dari dampak kemitraan tersebut misalnya meningkatnya potensi dan daya saing petani dan yang lainnya.

Saran

Saran untuk peneliti berikutnya

1. Sebaiknya analisis dampak kemitraan lebih fokus pada kelompok tani yang bermitra. Karena setiap kelompok tani mitra dalam sistem administrasinya berbeda beda dan mempengaruhi pendapatan anggota petaninya.

2. Sebaiknya dampak kemitraan antara petani dan PT IFM tidak terpokus hanya pada perhitungan jumlah pendapatan petani tapi keaspek lainnya juga seperti menigkatnya potensi petani dan daya saing petani.

Saran untuk Perusahaan Mitra dan Petani 1. Pihak Indofood dengan petani

hendaknya ada perjanjian tertulis yang berlandaskan hukum, sehingga jika ada pelanggaran bisa diberi sanksi yang berlaku. Dan pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT Indofood Fritolay Makmur dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2. Perusahaan mitra memperbaiki manajemen waktu pengiriman bibit dan meningkatkan kualitas bibit kentang.

3. Untuk kelompok tani, berilah kriteria pada petani yang ingin ikut bermitra, yang bisa dipercaya dapat memproduksi kentang yang lebih baik.

Sehingga peluang petani berhutang tidak terlalu besar.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2013- 2016.

Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur.

2018. Data Luas Panen Dan Produksi Kentang Tahun 2013-2017.

Hafsah MJ. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta..

Harisman, K. 2017. Pola Kemitraan Antara Petani Dengan PT Indofood Fryto-Lay Makmur Pada Usahatani Kentang Industri Varietas Atlantik.

Harikanto. 2001. Teknik Pengambilan Sampel

dan Rumus-Rumus

Sampel//Https//Wikipedia.com Kadarsan, H.W. 1995. Keuangan Pertanian

Dan Pembiayaan Perusahaan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Maulia, S. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kentang Di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muhammad Jafar Hafsah 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Putu A, 2009. Analisis Usahatani Kentang Sembalun. Artikel Ilmiah. Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian NTB.

Lombok Barat.

Rihi, M.S.R. 2013. Pengaruh Kemitraan Terhadap Efisiensi Dan Pendapatan Petani Kentang Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

Sekolah Paska Serjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi. 2003. Analisis

Usahatani.Universitas Indonesia.

Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis

Usahatani.Universitas Indonesia.

Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

UPPTP Kecamatan Sembalun. 2018. Luas Panen dan Produksi Kentang Tahun 2017.

Rodkhum C, Chansue N. 2011. Lymphocystis disease in cultured false clown anemonfish Amphiprion ocellaris.

Aquaculture. 315: 414-416.

Ross RM. 1990. The evolution of sex change mechanisms in fishes. Environmental Biology of Fishes. 5: 91-107

Sloman KA. 2011. Dominance behaviour.

Behaviour and physiology: social and reproductive behaviors. Encyclopedia of fish physiology. 8: 649-655

Watung JC. 2000. Pengaruh pemberian hormon metiltestosteron pada ikan gupi Poecillia reticulate Peters terhadap maskulinisasi dan kematangan gonad.

Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Wingfield JC, Hegner RE, Lewis DM. 1991.

Circulating levels of luteinzing hormone and steroid hormones in relation to social status in cooperatively

(12)

breeding white-browed sparoow weaver, Hocepasser mahati. Zoology.

225: 43-58.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas (X1), rasio saolvabilitas (X2), rasio profitabilitas (X3), dan rasio aktivitas (X4). Berikut ini adalah definisi dan

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dalam membayar