• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di sisi lain, kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Di sisi lain, kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2017)

Oleh :

Muhamad Fauzan Birawanto

Dosen Pembimbing :

Dr. Dra. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRS., CA.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan dengan proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan keluarga, dan kepemilikan publik sebagai variabel independen. Ukuran perusahaan dan ukuran KAP sebagai variabel kontrol. Variabel dependen adalah pengungkapan sukarela yang diukur dengan indeks pengungkapan sukarela. Sampel penelitian terdiri dari 107 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017 dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Di sisi lain, kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.

Kata kunci : good corporate goverance, pengungkapan sukarela, dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan keluarga, kepemilikan publik

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON VOLUNTARY DISCLOSURE IN COMPANY’S ANNUAL REPORT (AN EMPIRICAL STUDY ON THE MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2015-2017)

By :

Muhamad Fauzan Birawanto

Supervisor :

Dr. Dra. Erwin Saraswati, Ak., CPMA., CSRS., CA.

This study aims to examine the influence of good corporate governance on voluntary disclosure in company’s annual report with proportion of independent board of commissioners, the size of board of commissioners, audit committee, family ownership, and public ownership as independent variable. Furthermore, the firm size and the size of Public Accountant Office act as control variables while voluntary disclosure act as dependent variable which measured by voluntary disclosure index.

The samples of this study consisted of 107 manufacture companies that are listed in Indonesia Stock Exchange in the period of 2015-2017 by using purposive sampling method. The results of this study show that proportion of independent board of commissioners, the size of board of commissioners, audit committee, and public ownership have positive influences on the voluntary disclosure. On the other side, family ownership has no influence on voluntary disclosure.

Keywords : good corporate governance, voluntary disclosure,

(3)

I. PENDAHULUAN

Di era globalisasi dan keterbukaan informasi, perusahaan-perusahaan go public di Indonesia dituntut untuk menyajikan laporan tahunan (annual report) secara terbuka dan transparan.

Laporan tahunan (annual report) menggambarkan kinerja perusahaan berupa pencapaian-pencapaian dan informasi finansial dan informasi non finansial yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Semakin ketatnya persaingan, perusahaan semakin berlomba-lomba untuk meningkatkan kredibilitasnya, salah satunya dengan banyaknya informasi yang diungkapkan pada laporan tahunan mereka. Laporan tahunan merupakan media bagi manajer untuk mengungkapkan informasi kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Perusahaan menggunakan laporan tahunan untuk mengkomunikasikan informasi kepada stakeholder untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik (Al Shammari, 2013). Laporan tahunan digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengkomunikasikan informasi perusahaan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif kepada stakeholders atau pihak lainnya (Barko et al. 2006). Untuk menghasilkan pengungkapan yang berkualitas harus didukung dengan penerapan good corporate governance yang baik di dalam perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asian Corporate Governance Association (ACGA) di tahun 2018, menunjukan bahwa nilai penerapan good corporate governance di Indonesia masih tergolong rendah.

Hal ini disebabkan oleh 2 faktor, yang pertama The ability of the player to comply with the regulation, kondisi perusahaan di Indonesia sangat jauh gap-nya. Contohnya perusahaan Astra, tidak ada masalah mengikuti peraturan yang berkembang, tetapi perusahaan baru yang kecil dan berkaitan dengan

komoditi yang sangat terpengaruh dengan aturan dan siklus pasar yang sulit saat ini. Salah satunya aturan terkait pemenuhan memiliki 3 direksi dan 3 komisaris serta komite-komite yang berjumlah 10 orang. dan yang kedua adalah The willingness of the player to comply with the regulation. Attitude pemilik atau CEO (chief executive officer) perusahaan, sebagian besar emiten di Indonesia berlatar belakang perusahaan keluarga, peran kepemilikan masih sangat mendominasi perusahaan (Bisnis.com, 2015).

Rendahnya pengungkapan informasi sukarela pada laporan tahunan di Indonesia tersebut dibuktikan pula dalam penilaian ASEAN Capital Market Forum (ACMF) ditahun 2013, yang mana Indonesia menempati urutan kedua terbawah sebelum Vietnam dalam hal penerapan good corporate governance (InvestasiKontan.co.id, 2015). Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida menyatakan bahwa rating perusahaan di Indonesia masih rendah dikarenakan website emiten masih banyak yang belum berbahasa inggris dan keterbukaan informasinya lebih belum spesifik (Beritasatu.com, 2015).

Literatur akuntansi tentang pengungkapan sukarela sendiri mengacu pada teori agensi dengan menyediakan dorongan untuk melakukan pengungkapan wajib maupun sukarela terhadap laporan tahunan.

Dorongan ini ditunjukkan sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak prinsipal dan pihak agen. Pihak prinsipal menggunakan informasi laporan tahunan untuk mengawasi kinerja manajemen perusahaan yang bertindak sebagai agen. Alat penggerak berupa good corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi dan konflik antara pihak prinsipal dan pihak agen, selain itu

(4)

mengurangi konflik antara pemegang saham mayoritas dan minoritas.

Untuk meningkatkan kualitas pengungkapan sukarela diperlukan adanya penerapan good corporate governance yang baik bagi setiap perusahaan. Good corporate governance merupakan seperangkat aturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya. Perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dalam teori agensi, penerapan good corporate governance akan berdampak pada pengungkapan informasi perusahaan kepada publik sehingga mengurangi asimetri informasi.

Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan kepada perusahaan go public secara jelas dan lengkap sesuai dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan item-item informasi yang diungkapkan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela adalah cara yang efektif untuk menyediakan informasi perusahaan ke stakeholders tentang bisnis perusahaan, tujuannya adalah untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi dan mengurangi konflik agensi antara manajer dan investor (Shehata, 2014).

Pengungkapan sukarela telah

berkembang menjadi faktor penting bagi para pihak di pasar modal (Bouaziz, 2014). Pengungkapan sukarela banyak digunakan oleh setiap perusahaan, dikarenakan kondisi bisnis yang semakin kompleks, sehingga pengungkapan sukarela menjadi media tambahan untuk mengurangi kesenjangan informasi antara manajemen perusahaan dengan investor (Schuster et al. 2006).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2017)”.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi muncul untuk mengidentifikasi hubungan antara prinsipal (shareholders) dan agen (manajemen perusahaan) (Karajeh et al.

2017). Prinsip utama dari teori agensi menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerjasama. Pemegang saham menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan operasional perusahaan, sedangkan manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham kepadanya (Damayanti dan Priyadi, 2016). Teori agensi adalah bentuk paling sederhana dalam praktik di perusahaan, di mana pemilik perusahaan sebagai pihak prinsipal memberikan wewenang

(5)

kepada manajer perusahaan sebagai pihak agensi untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Baker et al. 2010). Pihak agen yang diberikan wewenang sebagai manajer dari perusahaan tersebut berkewajiban untuk mengelola perusahaan. Sebagai imbalan, pihak agen dalam praktiknya akan mendapatkan gaji, bonus, dan kompensasi lainnya.

Manajer memiliki keuntungan dari akses informasi. Hal tersebut disebabkan manajer adalah pihak yang menjalankan operasional perusahaan sehari-hari, sehingga mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh. Disisi lain, prinsipal memerlukan semua informasi yang relevan tentang kondisi menyeluruh perusahaan, namun tidak memiliki akses terhadap informasi internal perusahaan, padahal informasi tersebut yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal inilah yang menimbulkan terjadinya asimetri informasi.

Teori agensi memiliki relevansi dengan good corporate governance, karena baik teori agensi dan good corporate governance memiliki latar belakang masalah yang sama yaitu asimetri informasi. Teori agensi mendorong munculnya konsep good corporate governance dalam mengelola sebuah perusahaan. Good corporate governance sebagai suatu tata kelola di dalam perusahaan mengatur hubungan antara 2 pihak yaitu pihak agen dan pihak prinsipal agar tidak terjadi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi dengan manajemen perusahaan sebagai pihak agen yang di dalamnya terdapat dewan komisaris independen, dewan komisaris dan komite audit dapat mengungkapkan pengungkapan sukarela sesuai keinginan publik untuk mengurangi terjadinya asimetri informasi dan untuk

meningkatkan kepercayaan dan kepemilikan saham publik di dalam perusahaan tersebut.

2.2 Good Corporate Governance Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, good corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ Badan Usaha Milik Negara untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika (Keputusan Menteri, 2002.). Sedangkan menurut

PMK No. 88/PMK.06/2015

menyebutkan good corporate governance adalah sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responbilitas, indepedensi, dan fairness untuk pencapaian penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan serta memperhatikan hak dan kepentingan pi hak-pihak yang terkait dalam kegiatan usaha yang berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Pengungkapan Sukarela

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan pengungkapan sukarela sebagai informasi utama yang berasal dari luar laporan keuangan yang tidak secara eksplisit disyaratkan oleh peraturan yang berlaku atau standar akuntansi (Zunker, 2011).

Literatur akuntansi tentang pengungkapan sendiri seringkali mengacu pada teori agensi dengan menyediakan dorongan untuk melakukan pengungkapan wajib maupun sukarela terhadap laporan tahunan.

(6)

Dorongan ini ditunjukkan sebagai alat penggerak yang digunakan untuk mengurangi asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal menggunakan informasi laporan tahunan untuk mengawasi kinerja manajemen perusahaan yang bertindak sebagai agen.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela

2.4.1 Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaaan. Dewan komisaris independen dianggap sebagai pihak yang ideal dalam menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap manajemen perusahaan.

2.4.2 Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris di dalam perusahaan. Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris, maka dapat meminimalisir terjadinya asimetri informasi.

2.4.3 Komite Audit

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu tugas dari dewan komisaris. Komite audit membantu perusahaan dalam memahami konflik internal yang terjadi dan menjadi suatu alat kontrol dalam perusahaan.

2.4.4 Kepemilikan Keluarga

Perusahaan dengan kepemilikan keluarga adalah perusahaan yang di dalam dewan direksi dan manajemen perusahaan, masih mempunyai hubungan keluarga dengan pendiri perusahaan.

2.4.5 Kepemilikan Publik

Kepemilikan publik adalah saham yang dimiliki oleh publik di dalam

perusahaan. Perusahaan memperoleh pendanaan dari saham yang dimiliki oleh publik.

2.5 Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.5.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Sukarela

Teori agensi menyatakan dewan komisaris independen dianggap sebagai pihak paling ideal dalam mengawasi kinerja manajemen, sehingga dapat mengurangi perilaku oportunistik. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Sartawi et al. (2014) dan Avininda (2018).

H1 : Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela

2.5.2 Pengaruh Ukuran Dewan terhadap Pengungkapan Sukarela

Teori agensi menjelaskan bahwa dengan semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris, maka keahlian dan kemampuan dewan komisaris beragam, sehingga memudahkan dalam mengawasi kinerja manajemen perusahaan dan dapat mengurangi asimetri informasi. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ntim et al. (2012) dan Allegrini dan Greco (2013).

H2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.

2.5.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Sukarela

Komite audit dalam teori agensi membantu dewan komisaris untuk memahami konflik yang terjadi di dalam perusahaan. Komite audit yang efektif dapat meningkatkan pengendalian internal yang mempunyai kekuatan

(7)

untuk mengungkapkan pengungkapan sukarela. Penelitian yang dilakukan Agyey (2016) dan Ntim et al.

Menyatakan komite audit mempunyai pengaruh

H3 : Komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela

2.5.4 Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Pengungkapan Sukarela

Penelitian yang dilakukan oleh Darmadi et al. (2013) menunjukan perusahaan dengan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Sejalan dengan teori agensi perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan yang tinggi seperti perusahaan keluarga cenderung mempunyai pengungkapan sukarela yang rendah.

H4 : Kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela

2.5.5 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Sukarela

Dalam teori agensi, semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka akan terjadi peningkatan permintaan informasi sukarela, karena publik membutuhkan dalam dasar pengambilan keputusan. Didukung dengan penelitian yang dilakukan Gede, L (2016) dan Arison (2017).

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan dewan komisaris independen (X1), ukuran dewan komisaris (X2), komite audit (X3), kepemilikan keluarga (X4), dan kepemilikan publik (X5) sebagai variabel independen dan pengungkapan sukarela sebagai variabel dependen.

Jenis penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif yang menggunakan data angka yang diolah melalui program SPSS.

3.2 Populasi dan Sampel

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017

2. Perusahaan manufaktur yang tidak delisting pada periode tahun 2015-2017 3. Perusahaan manufaktur yang tidak melakukan IPO pada periode tahun 2015-2017

4. Perusahaan manufaktur yang laporan tahunannya bisa diakses

3.3 Variabel dan Pengukuran 3.1 Variabel Dependen

Pengungkapan sukarela diukur dengan Indeks Pengungkapan Sukarela dengan rumus =

k n

3.2 Variabel Independen

1. Dewan komisaris independen diukur dengan perbandingan anggota dewan komisaris independen dibagi dengan total anggota dewan komisaris

2. Ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota dewan komisaris

3. Komite audit diukur dengan jumlah total anggota komite audit

4. Kepemilikan keluarga diukur dengan variabel dummy, “1” untuk perusahaan keluarga dan “0” untuk perusahaan non keluarga

5. Kepemilikan publik diukur dengan jumlah saham yang dimiliki publik dibagi dengan jumlah total saham perusahaan

(8)

3.3 Variabel Kontrol

1. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma dari total aset

2. Ukuran KAP diukur dengan variabel dummy, “1” untuk perusahaan diaudit KAP big four dan “0” untuk perusahaan diaudit KAP non big four

3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2017. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Peneliti menggunakan data dari laporan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2017. Laporan tahunan perusahaan diperoleh melalui website www.idx.co.id dan website perusahaan-perusahaan terkait.

3.5 Model Analisis Data 3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus memenuhi 4 syarat yaitu uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas

3.5.1.1 Uji Normalitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah residual data tersebar secara normal atau tidak. Menggunakan uji kolmogorov smirnov, dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai asym sig. < 0,05, data tidak normal

2. Jika nilai asym sig. > 0,05 data normal

3.5.1.2 Uji Multikolinieritas

Dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel independen. Dasar pengambilan

keputusan dilihat dari nilai tolerance >

0,10 dan VIF < 10, tidak terjadi multikolinieritas

3.5.1.3 Uji Autokorelasi

Dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan penganggu antara variabel pada periode t dan periode t-1.

3.5.1.4 Uji Heterokedastisitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah data yang tidak homogen.

Pengujian dilakukan dengan grafik scatterplot.

3.6 Analisis Regresi Berganda Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis. Regresi linier berganda digunakan karena variabel independen terdapat lebih dari 1 (satu). Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

VD =

e X X X X

X X

X + + + + + + +

+ 1  2  3  4  5  6  7

Keterangan :

VD = Pengungkapan sukarela

 = Konstanta

 = Parameter koefisien variabel independen

X1 = Proporsi dewan komisaris independen

X2 = Ukuran dewan komisaris X3 = Komite audit

X4 = Kepemilikan keluarga X5 = Kepemilikan publik X6 = Ukuran perusahaan X7 = Ukuran KAP

(9)

3.6 Pengujian Hipotesis 3.6.1 Koefisien Determinasi

Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Dilihat melalui nilai Adjusted R².

3.6.2 Uji F

Dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara stimultan. Dilihat dari nilai sig. < 0,05 atau F hitung > F tabel, maka terdapat pengaruh secara stimultan

3.6.3 Uji t

Dilakukan untuk mengetahui pegaruh variabel independen secara parsial atau individu. Dilihat dari nilai sig. < 0,05 atau T hitung > T tabel, maka terdapat pengaruh secara parsial.

IV. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan melalui metode purposive sampling, maka didapatkan sampel penelitian berjumlah 107 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2015-2017.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Variabel dewan komisaris independen (X1) nilai terkecil 20%

dimiliki PT. Semen Baturaja, PT Semen Indonesia, dan PT. Intikeramik. Nilai

maksimum 80% dimiliki PT. , rata-rata 41,57%. Kesimpulannya, masih ada 3 perusahaan yang belum mematuhi POJK No.33/POJK.04/2015.

Variabel ukuran dewan komisaris (X2), nilai minimum 2 dimiliki PT.

Beton Jaya Manunggal, PT Lotte Chemical. Nilai maksimum 12 dimiliki PT Astra International, rata-rata 4,2.

Kesimpulannya semua perusahaan sudah mematuhi POJK No.33/POJK.04/2015.

Variabel komite audit (X3) nilai minimum 2 dimiliki PT. Mustika Ratu, PT. Martina Bertho, PT. Keramika Indonesia. Nilai maksimum 6 dimiliki PT. Krakatau Steel. Kesimpulannya, masih ada 3 perusahaan yang belum mematuhi POJK No.55/POJK.04/2015.

Variabel kepemilikan keluarga (X4), dari 107 perusahaan, 52 perusahaan adalah perusahaan keluarga, sedangkan 55 perusahaan adalah perusahaan non keluarga.

Variabel kepemilikan publik (X5), nilai minimum 0,0006 dimiliki PT Tunas Alfin , nilai maksimum 0,613 PT.

Siwani Makmur

Variabel pengungkapan sukarela (Y), nilai minimum sebesar 25%

dimiliki PT. Indocement Tunggal Prakarsa, nilai maksimum sebesar 90%

dimiliki PT. Asia Pacific Fibers.

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

(10)

Dari hasil uji Kolmogorv-Smirnov, dihasilkan nilai Asym Sig. sebesar 0,101.

Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi terdistribusi normal karena nilai Asym Sig. Lebih besar dari 0,05. Sehingga H0

diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

4.3.2 Uji Multikolinieritas

Dari hasil analisis uji multikolinieritas di atas, dihasilkan nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam model regresi ini dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Dari tabel Durbin-Watson untuk n = 321 dan k = 5 (adalah banyaknya variabel independen) diketahui nilai du sebesar 1,954 dan 4-du sebesar 2,046.

Dihasilkan nilai uji Durbin Watson sebesar 1,978 yang terletak antara 1.954 dan 2.046, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi.

4.3.4 Uji Heterokedastisitas

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

4.4 Analisis Regresi Berganda

Y = 0,202 + 0,001 X1 + 0,009 X2 + 0,033 X3 + 0,005 X4 + 0,084 X5 + 0,009 X6 + 0,003 X7

4.5 Pengujian Hipotesis 4.5.1 Koefisien Determinasi

Diperoleh hasil adjusted R 2 (koefisien determinasi) sebesar 0,175.

(11)

Artinya bahwa 17,5% variabel Indeks Pengungkapan Sukarela akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Dewan Komisaris Independen (X1), Ukuran Dewan Komisaris (X2), Komite Audit (X3), Kepemilikan Keluarga (X4), Kepemilikan Publik (X5), Ukuran Perusahaan (X6), Ukuran KAP (X7)).

Sedangkan sisanya 82,5% variabel Indeks Pengungkapan Sukarela (Y) akan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

4.5.2 Uji F

Karena F hitung > F tabel yaitu 10,700 > 2,039 atau nilai Sig. F (0,000)

< α = 0.05 maka model analisis regresi adalah signifikan. Hal ini berarti H0

ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dependen (Indeks Pengungkapan Sukarela) dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel independen (Dewan Komisaris Independen (X1), Ukuran Dewan Komisaris (X2), Komite Audit (X3), Kepemilikan Keluarga (X4), Kepemilikan Publik (X5), Ukuran Perusahaan (X6), Ukuran KAP (X7)).

4.6 Uji t dan Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Dewan Komisaris Indpependen terhadap Pengungkapan Sukarela

Berdasarkan hasil analisis data, bahwa dewan komisaris independen berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan sukarela dengan nilai β1 sebesar 0,001 menunjukan dewan komisaris independen memiliki arah yang positif terhadap pengungkapan sukarela. Artinya semakin besar persentase dewan komisaris independen, maka akan

meningkatkan pengungkapan sukarela.

Semakin besar persentase dewan komisaris independen yang ada di perusahaan, maka aktivitas pengawasan pelaksanaan prinsip good corporate governance perusahaan berupa transparansi informasi akan berjalan lebih efektif sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan luas pengungkapan sukarela. Jika komposisi dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan tinggi, dewan komisaris independen akan mampu mengakomodasi kepentingan pemegang saham minoritas. Dewan komisaris independen mewakili kepentingan pemegang saham minoritas untuk mendapatkan informasi tambahan yang bersifat sukarela mengenai perusahaan secara cukup dan memadai. sesuai dengan teori agensi yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen memiliki pengaruh dengan kualitas pengawasan dan pengendalian terhadap kinerja manajemen perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan sukarela. Teori agensi juga menekankan lebih banyak pihak independen di dalam komposisi dewan komisaris untuk menjaga agar dewan komisaris tetap independen. Karena dengan independensi dan keobjektifannya dalam menjalankan tugasnya, membuat dewan komisaris independen dapat mengurangi perilaku oportunistik manajemen perusahaan dan memberi masukan untuk bertindak mengungkapkan informasi sesuai keinginan investor. Hasil ini juga sesuai dengan tugas dari dewan komisaris independen dalam pedoman dewan komisaris di dalam laporan tahunan perusahaan, bahwa dewan komisaris indepeneden memiliki tugas yaitu melakukan pengawasan atas kinerja dan strategi yang diterapkan oleh manajemen perusahaan, menjamin transparansi laporan tahunan, dan menelaah kembali laporan tahunan yang disiapkan oleh manajemen perusahaan.

(12)

4.6.2 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Sukarela

Berdasarkan hasil analisis data di atas, ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan sukarela dengan nilai β2 sebesar 0,009 menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki arah yang positif terhadap pengungkapan sukarela. Artinya semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris di dalam perusahaan maka pengungkapan sukarela juga meningkat. Jumlah anggota dewan komisaris yang banyak dapat memudahkan dewan komisaris sendiri dalam meningkatkan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga mendorong manajemen perusahaan untuk mengungkapkan pengungkapan sukarela sesuai keingingan investor untuk mengurangi asimetri informasi.

sejalan dengan teori agensi, semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris di dalam perusahaan, maka kemampuan dan keahlian dewan komisaris akan beragam dan meningkat dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan juga meningkat.

Besarnya jumlah dewan komisaris dapat mengurangi asimetri informasi, karena mereka dapat berkontribusi lebih untuk mengurangi konflik antara agen dan prinsipal dengan cara pengawasan lebih terhadap manajemen dan juga meningkatkan tranparansi laporan tahunan untuk para penggunanya, dengan meningkatkan transparansi pada laporan tahunan, maka asimetri informasi akan berkurang.

4.6.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Sukarela Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis ketiga bahwa komite audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan sukarela dengan nilai β3 sebesar 0,033, menunjukan

bahwa komite audit memiliki arah yang positif terhadap pengungkapan sukarela.

Artinya semakin banyak jumlah anggota komite audit di dalam perusahaan, maka pengungkapan sukarela akan meningkat.

sejalan dengan teori agensi, komite audit sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dapat membantu dalam memahami konflik yang terjadi di dalam perusahaan, komite audit yang efektif dapat meningkatkan pengendalian internal yang memiliki kekuatan untuk meningkatkan pengungkapan yang berhubungan dengan nilai perusahaan dan meningkatkan pengungkapan sukarela. Dengan jumlah anggota komite audit yang semakin banyak, dapat membantu dan memudahkan untuk meningkatkan kualitas informasi sukarela antara pemegang saham dan manajemen perusahaan, juga memberikan tekanan kepada manajemen perusahaan untuk mengungkapan pengungkapan sukarela lebih banyak.

Adanya komite audit di dalam perusahaan mendukung prinsip pertanggungjawaban dalam menerapkan good corporate governance mewajibkan perusahaan memberikan informasi yang transparan dan lengkap.

4.6.4 Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Pengungkapan Sukarela

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis keempat dapat disimpulkan bahwa kepemilikan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan sukarela (0,635 > 0,05).

Hasil ini mengindikasikan bahwa dengan adanya kepemilikan keluarga di dalam perusahaan, maka tidak akan meningkatkan pengungkapan sukarela atau tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Hal ini sejalan dengan teori agensi yang menjelaskan perusahaan dengan tingkat kepemilikan konsentrasi yang tinggi seperti perusahaan keluarga cenderung mempunyai tingkat pengungkapan sukarela yang rendah

(13)

dibandingkan dengan perusahaan non keluarga. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang mayoritas didominasi keluarga akan menimbulkan asimetri informasi, karena perusahaan dengan kepemilikan keluarga, pemegang saham mayoritas keluarga akan mempunyai informasi yang lebih banyak. Tidak terbuktinya pengaruh kepemilikan keluarga terhadap pengungkapan sukarela dimungkinkan bahwa adanya anggota keluarga dalam jajaran manajemen dan shareholder tidak terlalu menitik beratkan fokusnya terhadap pengungkapan sukarela.

Perusahaan keluarga cenderung kurang terlibat dalam perilaku oportunistik (pengungkapan sukarela), mereka lebih ingin meneruskan perusahaan ke generasi selanjutnya dan lebih memperhatikan reputasi mereka.

4.6.5 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Sukarela Berdasarkan hasil analisis data di atas, pengujian hipotesis kelima yaitu kepemilikan publik berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan sukarela dengan nilai β5 sebesar 0,084, menunjukan bahwa kepemilikan publik memiliki arah yang positif terhadap pengungkapan sukarela. Artinya semakin tinggi porsi kepemilikan saham publik, maka pengungkapan sukarela juga tinggi.

Hasil ini menyatakan bahwa semakin besar porsi kepemilikan saham perusahaan oleh publik, maka akan berdampak pada peningkatan permintaan informasi oleh publik yang serta semakin banyak tuntutan item-item informasi yang mendetail untuk diungkapkan dalam laporan tahunan.

Kondisi ini didasarkan pada alasan bahwa pemegang saham publik menginginkan informasi yang lebih lengkap tentang perusahaan untuk mengawasi aktivitas manajemen dan membantu dalam pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori agensi, di mana dalam teori agensi, manajemen perusahaan sebagai pihak agen akan berusaha memenuhi keinginan pemegang saham publik selaku

pihak prinsipal dengan melakukan pengungkapan tambahan atau secara sukarela semaksimal mungkin sesuai keinginan pemegang saham publik.

Dengan semakin besar porsi kepemilikan saham publik di dalam perusahaan, pengawasan dari publik terhadap kebijakan yang dijalankan perusahaan juga akan meningkat. Tuntutan atas item-item informasi yang bersifat sukarela juga semakin detail sesuai keinginan publik juga. Publik yang menginginkan informasi yang komprehensif, mendorong manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang komprehensif salah satunya dengan mengungkapkan pengungkapan sukarela yang dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Sehingga memotivasi manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi sesuai keinginan publik.

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan kepemilikan publik memiliki pengaruh terhadap pengungkapan sukarela.

Kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga tidak terlalu menitik beratkan fokusnya terhadap pengungkapan sukarela, mereka lebih ingin meneruskan perusahaan ke generasi selanjutnya dan lebih memperhatikan reputasi mereka.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian yaitu kurnagnya sumber informasi mengenai apakah perusahaan termasuk perusahaan keluarga atau tidak. Lalu kurangnya akses untuk mendapatkan laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2015 dikarenakan

(14)

penggantian website BEI, kemudian terdapat beberapa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang tidak bisa diakses untuk periode 2015-2017.

5.3 Saran

Bagi peneliti selanjutnya, menelusuri kembali kepemilikan keluarga dengan melakukan wawancara langsung seperti

yang dilakukan oleh

PricewaterhouseCoopers (2014) atau melakukan pendekatan untuk mendapatkan informasi yang telah didapat PricewaterhouseCoopers (2014) agar mendapatkan data dan hasil yang lebih valid. Meningkatkan kompetensi dan pemahaman dalam menentukan item informasi yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela yaitu melakukan konsultasi dengan ahli untuk mengurangi subjektivitas.

Bagi Perusahaan, perusahaan dapat memilah item-item informasi pengungkapan sukarela yang harus diungkapkan sesuai keingingnan pihak yang terkait dan mengungkapkan informasi pengungkapan sukarela dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T. (2007). Corporate Governance of Family Firms and Voluntary Disclosure : The Case of Indonesian Manufacturing Firms.

Thesis.

Achmad, T. (2012). Dewan Komisaris Dan Transparansi : Teori Keagenan Atau Teori Stewardship ? Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 16(1), 1–

12.

Adhika, Nirmalasari. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI.

Skripsi Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Agyey, Ben Kwame. (2016). “Internal

Control Information Disclosure and Corporate Governance: Evidence From an Emerging Market”.The International Journal of Business in Society:Vol.16 No.1.

Akhtaruddin, M., Hossain, M. A., Hossain, M. & Yao Lee. (2009).

Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms, The Journal of Applied Management Accounting Research, Vol-7 Number-1.

Allegrini, M and Greco, G. (2013).

Corporate Boards, Audit Committees and Voluntary Disclosure : Evidence from Italian Listed Companies. Journal of Management and Governance, 17 (1), 187-216.

Arison, Nainggolan. (2017). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Komposisi Dewan terhadap Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan di BEI. Thesis Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Methodist Indonesia.

Avininda. (2018). Atribut Corporate Governance dan Pengungkapan Sukarela. Thesis Dipublikasikan.

Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.

Barako, D.G., Hancock, P., & Izan, H. Y.

(2006). The relationship between corporate governance attributes and voluntary disclosure in annual reports: The Kenyan experience.

Financial Reporting, Regulation, and Governance, 5(1), 1-25

Bisnis.com. (2015). Rating Tata Kelola Perusahaan di Indonesia Terendah di Asean. Diakses pada tanggal 12,

(15)

Februari, 2019, from http://market.bisnis.com/read/20160 928/192/587519/annual-report-awar ds-ini-33-perusahaan-terbaik-di-ind onesia.

Bisnis.com. (2018). KPK Tetapkan Pejabat Wijaya Karya Tersangka Kasus Jembatan Bangkinang.

Diakses pada tanggal 20 Juli, 2019.

https://kabar24.bisnis.com/read/201 90314/16/899816/kpk-tetapkan-peja bat-wijaya-karya-tersangka-kasus-je mbatan-bangkinang

Darmadi, S., & Sodikin, A. (2013).

Information Disclosure by Family-Controlled Firms The Role of Board Independence and Institutional Ownership. Asian Review of Accounting, 21(3), 223–

240.

https://doi.org/10.1108/ARA-01-20 13-0009

Delvinur. (2015). “Pengaruh Leverage, Likuiditas dan Proporsi Kepemilikan SahamPublik terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”.Jurnal Akuntansi:

Vol.3 No.1.

Fatmawati, Rini, Widya, Dessy, Susanto, D. (2017). Peran Corporate Governance Dalam Meningkatkan Voluntary Disclosure. Jurnal Akuntansi Multiparadigma. Vol 9, No. 1

Farinza, Tiara. (2017). Pengaruh Kepemilikan Publik, Umur Listing, Likuiditas, Ukuran KAP, dan Scope Bisnis Terhadap Luas Voluntary Disclosure pada Laporan Tahunan. Jurnal Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Vol 3. No.1

Gede, Luh. (2016). Pengaruh Ukuran, Umur Perusahaan, Struktur Kepemilikan, dan Profitabilitas pada Pengungkapan Wajib Laporan

Tahunan. E-Jurnal Akuntansi.

34-52.

Ntim, Collins G., Soobaroyen, Teeroven dan Broad, Martin J. (2017).

“Governance Structures, Voluntary Disclosures and Public Accountability: the Case of UK Higher Education Institutions”.

Accounting, Auditing &

Accountability Journal: Vol.13 No.1.

Sinung, P. (2012). Pengaruh Corporate Governance dan Karakterisik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Informasi Strategis.

Diponegoro Journal of Accounting.

Vol.1 No.2.

Sulung, Aniroh. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan Di Indonesia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

(16)

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh good corporate governance dan corporate social responsibility disclosure terhadap return saham dengan kinerja keuangan