• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PEMBELAJARAN DAYAH DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI DARUL QUR’AN DESA DURIAN ACEH TAMIANG

N/A
N/A
Fitri Mardan

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM PEMBELAJARAN DAYAH DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI DARUL QUR’AN DESA DURIAN ACEH TAMIANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Dayah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menjanjikan dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai benteng dan tempat untuk mempelajari isi ajaran agama yang berlandaskan pada tuntutan ajaran al-Quran dan sunnah, serta sebagai tempat untuk membina dan membentuk masyarakat yang berakhlak al- karimah kepada Allah Swt yang Maha Esa sebagai khaliq pencipta alam semesta.1

Dayah merupakan salah satu tempat pembelajaran agama non formal, Dayah didirikannya untuk mendidik, membina dan membimbing masyarakat serta masyarakat agar menjadi seorang pemimpin yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Keberadaan dayah ini juga sangat berguna dalam membina dan mendidik keislamannya masyarakat di sekitarnya, sehinga dapat terwujud masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Karna tanpa adanya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan bagi diri seorang maupun masyarakat dari seorang pendidik, dikhawatirkan lamban laun generasi muda Islam Aceh akan semakin kehilangan arah dan tujuan dengan adanya pengaruh media, informasi dan aliran sesat yang terus melanda wilayah Aceh. Oleh kerena itu, dibutuhkan peran dayah yang lebih optimal dalam memberikan bimbingan dan pembinaan, masukan dan arahan mengenai pembinaan karakter beragama bagi masyarakatnya, terutama peran dayah yang ada di Aceh.

Keberadaan Dayah dan Balai Pengajian tidak terlepas dari kegiatan pengajaran dan dakwah Islam. Kegiatan pengajaran dan dakwah seperti ini masih terus berlangsung sampai sekarang, bahkan jumlahnya pun turut bertambah seiring bertambahnya penduduk. Demikian pula halnya rasa ketertarikan untuk mempelajari agamanya lebih baik, dimana Dayah merupakan tempat para generasi Islam

1 Harapandi Dahri, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengmbangan Agama, 2007),7.

1

(2)

dibekali dengan ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan lainnya.2 Peran lembaga pendidikan Dayah dan Balai Pengajian semakin dibutuhkan dalam usaha membentuk pola pikir umat, terutama untuk mendekatkan manusia dengan Islam itu sendiri. Fungsi Dayah dan Balai Pengajian merupakan tempat dan sarana untuk mendidik dan membekali umat agar menjadi manusia berbudi luhur, sudah seharusnya mendapat perhatian serius dari pemimpin umat Islam. Karena itu pemerintah memiliki kewenangan dan kewajiban untuk memberikan dorongan dan sokongan dalam setiap aktifitas kependidikan tersebut. Aktitas kependidikan Dayah dan Balai Pengajian di Aceh Tamiang perlu mendapatkan pembinaan secara terstruktur dari pemerintah setempat agar kegiatan pembinaan umat dapat berjalan dengan baik, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) serta sebagai dasar mengasuh dan mengasah intelegensi generasi Islam kedepan.

Dewasa ini dilihat dari laju pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Dayah dan Balai Pengajian di Aceh Tamiang terus meningkat, sementara kualitas sebagaimana harapan dunia pendidikan pada level zamannya masih belum mampu menyaingi tingkat perkembangan zaman. Karena itu harus ada upaya konkrit untuk mengarahkan pendidikan ini pada tataran yang relevan antara kenyataan dengan tuntutan yang diharapkan. Sebagai lembaga pendidikan nonformal Dayah dan Balai Pengajian dapat dimulai dan berdiri kapan saja dan dimanasaja, karena kebanyakan dilakukan atas keinginan warga dan masyarakat setempat atau keinginan personal pendiri itu sendiri.

Jumlah lembaga pendidikan Dayah dan Balai Pengajian saat ini di Aceh Tamiang terus bertambah, selain itu pola pengasuhan dan kurikulumnya juga telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan dan tingkat kesadaran masyarakat untuk menginvestasikan pembiayaan melalui pendidikan anak mereka, baik melalui lembaga pendidikan umum maupun

2 Pemahaman pendidikan Islam tidak terbatas pada hal-hal tertentu seperti ilmu tauhid, fiqh dan tasawuf, tetapi lebih luas, termasuk masalah ekonomi, sosial dan politik. Segala yang menyangkut kemaslahatan umat menjadi perhatian Islam, hanya saja ada sebahagian pemahaman masyarakat pra abad dua puluhan memandang pendidikan ekonomi hanya urusan keduniaan

(3)

agama. Disamping itu masyarakat Aceh Tamiang juga semakin memahami pentingnya penanaman aqidah Islam bagi anak-anak, yang dimulai pada usia dini, sehingga pemilihan jalur pendidikanpun menjadi bagian terpenting dalam mengisi pendidikan putra- putri mereka.

Pemilihan jalur pendidikan yang tidak berlatar pengajaran agama secara konferehensif bagi bagi anaknya, membuat para wali murid merasa tidak nyaman dan ragu karena bebasnya lingkungan. Arus informasi dan kemajuan teknologi belum berfungsi sebagaimana mestinya sebagai salah satu pendukung lajunya pendidikan yang diharapkan, bahkan yang terjadi adalah kebalikan dari itu. Disamping itu juga tidak semua warga masyarakat mau merasakan tanggungjawab sebagai social control dalam pembinaan generasi muda, sehingga godaan keduniaan dan hawa nafsu yang menimpa warga pun masih sulit bertahan dengan rambu-rambu kebenaran Islam. Hal ini terjadi karena seringnya budaya Islam tereliminir oleh konsep dan budaya kebarat- baratan.

Alasan di atas seakan memberikan gambaran kepada semua umat Islam di Aceh Tamiang, terutama bagi mereka yang telah memahami konsep pembekalan generasi muda dengan pendidikan Islam. Pemahaman ini telah menjadi salah satu alasan bagi setiap orang tua untuk mendukung pendidikan dayah sebagai pendidikan lanjutan bagi anak dan Balai Pengajian sebagai pendidikan pemula yang sangat mendukung pendidikan lanjutan, yaitu pendidikan Dayah yang setingkat dengan pendidikan umum lainnya, atau pendidikan Dayah yang disesuaikan dengan tingkatan pendidikan formal lainnya, sehingga berkembang pula pendidikan Dayah terpadu yang mengkombinasikan langsung kurikulum Dayah dengan kurikulum sekolah atau madrasah lainnya.

Lembaga pendidikan ini dari waktu ke waktu terus mengalami dinamika, baik dalam hal sarana dan prasarana, pola belajar mengajar, kurikulum yang di gunakan.

Selain itu tingkat perbauran dan eksistensinya dalam masyarakat semakin diperhitungkan, karena pada kebanyakan guru- guru Dayah juga menamatkan

(4)

pendidikan formal di luar lingkungan Dayah itu sendiri. Kemudian hubungan dan aspek sosial dengan masyarakat serta keikutsertaannya dalam pembangunan daerah dapat terlihat secara umum. Dengan demikian keberadaan Dayah dan Balai Pengajian tersebut terlihat dari proses regulasi pendidikan yang tidak pernah terputus sejak berawalnya Islam masuk ke Aceh yang dibawa oleh para utusan Arab pada antara abad 6-7 Masehi sampai sekarang.3

Pelaksanaan pendidikan di sekolah formal dalam praktiknya sebenarnya mengalami berbagai macam masalah, baik yang berkaitan langsung dengan siswa (faktor intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern). Peserta didik sebagai peserta pendidikan haruslah mempunyai berbagai bahan acuan sendiri, artinya ciri dari peserta didik harus seimbang dengan apa yang sedang dipelajari, apalagi perkembangan karakterisik pada peserta didik didalam tahapan pendidikan, tentunya mempunyai ciri tersendiri. Karena hal tersebut sangatlah dominan dimiliki masing-masing individu. Sedangkan perkembangan jiwa seseorang dimulai dari tahapan anak-anak, remaja dan dewasa. Perkembangan yang paling bisa dilihat pada peserta didik adalah pada masa perkembangan anak- anak menuju ke masa remaja, yang pada tahapan remaja peserta didik mulai merasakan perubahan-perubahan, dari tahapan tingkah laku sampai cara berbicara.

Pada masa remaja ini sebagai masa storm and stress, karena selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi, sebab pada masa remaja mereka berupaya menemukan jati dirinnya (identitas kebutuhan aktualisasi diri).4

3 Sebahagian ahli Indonesia berkesimpulan bahwa, Islam datang ke wilayah Pantai Sumatera dari Arab langsung, sebagaimana yang terungkap dari hasil seminar yang diselenggarakan pada tahun 1969 dan 1978, terkait dengan kedatangan Islam ke Indosenia yang telah dimulai dari abad pertama Hijri atau abad ke-7 Masehi. Lihat juga Azyumardi Azra dalam buku “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Akar Pembaharuan Islam Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, Edisi Revisi, Cet. Ke-3, 2007), h.9. Menurut catatan, fakta ini terdapat dalam tulisan A.Hasjmi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung: Al-Maarif, 1989). 7.

4 Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006),68.

(5)

Biasanya usaha penemuan jati diri pada jenjang masa remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang seimbang sebagai cara pengaktualisasian diri secara baik. Sedangkan pada masa sekolah menginjak usia remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Menghadapi ketidaknyamanan emosional, tidak sedikit remaja yang mereaksikanya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi dirinya, reaksinya itu tampil dalam tingkah laku seperti:

1. Agresif, seperti melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan mengganggu orang lain.

2. melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan minum-minuman keras.

Peranan pendidikan agama Islam sangat berpengaruh bagi perkembangan anak, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif dalam segala aspek, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Agar tidak terjadi perilaku menyimpang pada anak remaja. Ide- i de yang muncul disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang pesat, yang tidak diimbangi dengan perkembangan psikis sebagai akibat dari masa transisi yang terjadi pada remaja terhadap dirinya sendiri. Terjadinya permasalahan pada remaja disebabkan oleh aspek psikologis yang tidak dapat dilepaskan dari aspek- aspek lain yang bersumber dari lingkungan sosial budayanya.

Hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua, guru, teman sebaya dan sebagainya dapat menghambat perkembangan kepribadian dan menghambat kesehatan mental.5

5 Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM, 2002), hlm.

135-136.

(6)

Pendidikan agama adalah salah satu kurikulum yang diajarkan pada tahapan pendidikan dasar hingga tingkat menengah atas, yang memberikan pengaruh besar bagi tingkah laku peserta didik, baik dalam kehidupan di sekolah maupun di luar sekolah. Karena sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut mempengaruhi perkembangan itu, maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan factor perkembangan tersebut.6

Pendidikan di sekolah formal tidak dapat mencakup seluruh aspek pelajaran ilmu agama karna kurangnya waktu pelaksanaan pembelajaran seperti disekolah umum , untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya 2 jam pelajaran di setiap minggunya, sedangkan di madrash jam pembelajaran Agama di pecah lagi tapi waktu pembelajarannya pun masih kurang karna disisipkan dengan pelajaran- pelajaran umum.

Untuk itulah diperlukan Dayah atau Balai Pengajian guna membantu sekolah formal bukan hanya di bidang pendidikan agama saja tapi penenaman karakter, akhlak dan penguatan tauhid. Usaha pemantapan agama bagi generasi Islam saat ini juga tidak hanya dipundakkan kepada pribadi masing-masing, tetapi musti menjadi tanggung jawab bersama ummat Islam, karena kehidupan dan lingkungan dimana anak akan dibesarkan tidak dapat dibatasi lagi dengan mengandalkan tanggung- jawab personal, akibat lingkungan hidup generasi kita jauh lebih modern dan mengglobal. Perkembangan dunia semakin tidak dapat dibendung hanya dengan pola nafsi-nafsi (hanya bertanggung jawab untuk sendiri).

Transfer ilmu pada proses pendidikan tentunya mengalami berbagai kendala dalam proses pembelajaranya. Salah satu kendala atau kejanggalan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kesulitan guru dalam membangun komunikasi yang harmonis antara guru dengan peserta didik. Salah satu kendala adalah sikap siswa yang terkadang kurang menghargai terhadap kegiatan sekolah

6Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 74.

(7)

yang ada bahkan, diiringi dengan sikap yang kurang tepat dan mengganggu. Kondisi yang seperti itu menjadikan konsentrasi kelas menjadi buyar, dan guru dalam hal ini harus bisa menarik minat dan perhatian siswa, karena sabagai salah satu tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar.

Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan belajar semaksimal mungkin dengan berbagai cara.

Kenakalan sebenarnya menunjuk pada perilaku yang berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku, dan ditinjau dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usiannya. Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan “kegagalan sistem kontrol diri”. Karena kenakalan itu muncul pada jenjang sekolah dan integrasi yang paling bisa dirasakan adalah antara guru dengan murid. Masalah tersebut sering kali terjadi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran disekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun penyelesaian tugas.

Pendidikan bagi setiap warga negara yang seharusnya dalam tanggung- jawab negara tidak hanya dibatasi dengan pendidikan formal, karena itu sangat tidak pantas hanya memundakkan kepada masing-masing wali muridnya saja, apalagi menyerahkan sepenuhnya kepada para pimpinan pendidikan.7 Hal ini sangat diperlukan, apalagi untuk menyongsong masa depan Islam di tangan generasi yang akan datang. Semua umat Islam baik yang menjabat struktur pemerintah maupun non structural di tuntut perhatiannya untuk bertanggun jawab untuk keberlangsungan pendidikan agama (Dayah dan Balai Pengajian). Masalah agama generasi bukan hanya tanggung jawab ulama atau para teungku, tetapi kewajiban yang terpundakkan pada semua ummat Islam, dengan berbagai tingkat kewajiban dan

7 Seringnya terjadi tawuran diantara para remaja, minuman keras, ganja, hubungan kelamin pranikah dan masih banyak masalah yang terjadi akibat mereka enggan mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya.

(8)

tanggung- jawabnya yang disesuaikan dengan kemampuan untuk membantu dan mendorong kemantapan keislaman bagi generasi berikutnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengangkat judul penelitian yaitu

Sistem Pembelajaran Dayah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang”.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari judul di atas perlu dituangkan dalam rumusan yang jelas pokok- pokok masalah dalam proposal ini guna memberikan arah terhadap pembahasan selanjutnya. Adapun permasalahannya diformulasikan sebagai berikut :

1. Apa saja permasalahan kenakalan remaja Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang?

2. Bagaimana Sistem Pembelajaran Dayah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang?

3. Apa saja kendala yang dihadapi Dayah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya. Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijak pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

a. Untuk mengetahui apa saja permasalahan kenakalan remaja Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang.

(9)

b. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Pembelajaran Dayah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang.

c. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi Dayah Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Secara teoretis penelitian ini diharapkan akan memperkaya hasil penelitian yang telah diadakan sebelumnya serta memperluas keilmuan yang berkaitan tentang Peran lembaga pendidikan /yayasan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang pendidikan serta sebagai bahan rujukan dan tambahan pustaka pada perpustakaan IAIN Langsa.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai bahan refleksi dan masukan dalam membangun kesadaran masyarakat dalam bidang pendidikan khususnya di daerah terpencil yang ada di Aceh.

c. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam mengenai topik dan fokus yang lain sehingga memperkaya topik yang berkaitan dengan pendidikan masyarakat terpencil.

D. Kerangka Teori

1. Pengertian Dayah

Dayah dan Balai Pengajian merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Aceh yang telah lama berkiprah dalam membangun sumber daya manusia (SDM).8 Pada permulaannya kegiatan belajar-mengajar ini hanya

8Departemen Agama RI, Profil Pondok Pesantren Mu’adalah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2004),7.

(10)

berlangsung di rangkang-rangkang, dengan pelajaran utamanya terfokus pada pelajaran agama dan mengajarkan kitab-kitab Arab tertentu yang telah di tetapkan oleh pimpinan. Perumpamaan pendidikan Dayah setara dengan Madrasah Aliyah (MA) atau sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), sedangkan untuk kegiatan pengajian yang diselenggarakan di meunasah, setingkat dengan Tsanawiyah atau sekolah lanjutan pertama pada kebanyakan menggunakan kitab rujukan berbahasa melayu seperti kitab fikih, usuluddin dan lainnya

Pada dasarnya sejumlah peraturan dan perundang-undangan tersebut belum secara khusus mengatur tentang pendidikan Dayah dan Balai Pengajian baik berupa peraturan daerah (PERDA) atau qanun daerah pada tingkat Propinsi maupun Kabupaten, sehingga untuk menindak lanjuti peraturan dan perundang- undangan di atas, diperlukan suatu kebijakan yang lebih konfrehensif dari yang bersifat material maupun spiritual. Dengan demikian kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah dapat berjalan relevan dengan fungsi dan tujuan pendidikan Dayah dan Balai Pengajian.

2. Sistem Pembelajaran Dayah

Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai berbagai komponen.Hal ini perlu dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem pembelajaran, minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatn setiap kmponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.

Pemahaman terhadap sistem juga bermanfaat untuk merancang atau merencanakan sustu proses pembelajaran. Perencanaan sendiri adalah merupakan proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Proses perencanaan pembelajaran yang sistematis memiliki beberapa keuntungan antara lain : Melalui sistem perencanaan yang matang guru akan terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan.

(11)

Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ktercapaia

3. Kenakalan Remaja

Kenakalan berasal dari kata “nakal” yang berarti kurang baik (tidak menurut, mengganggu dan sebagainya) terutama pada anak-anak.9 Menurut Sudarsono sebagaimana mengutip pendapat Bimo Walgito memberikan pengertian tentang kenakalan anak sebagai berikut “Tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.10 Yaitu kenakalan anak adalah suatu contoh perilaku yang ditunjukan oleh remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut melanggar aturan, yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan norma masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan perilaku yang berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku.

E. Kajian Terdahulu

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan judul tesis ini adalah:

1. Peran Dayah Teungku Chik Digla Pembinaan Karakter Beragama, Masyarakat. ditulis oleh Muhammad Kamaruddin tahun 2017, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Penelitian ini mengkaji tentang peran Dayah Teungku Chik Digla dalam pembinaan karakter beragama masyarakat. Dayah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang terdapat di Aceh, lembaga ini adalah suatu tempat yang dipersiapkan untuk memberikan pendidikan Islam

9 Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 2004,971.

10 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004, cet. 4 . 11.

(12)

mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat tinggi. Rumusan masalah dalam penulisan ini bagaimana konsepsi karakter beragama ideal dalam pandangan Teungku Dayah Chik Digla? bagaimana metode pembentukan karakter beragama di dayah Teungku Chik Digla? bagaimana respon masyarakat dalam pembinaan karakter beragama dayah Teungku Chik Digla? Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui konsepsi karakter beragama ideal dalam pandangan Teungku Dayah Chik Digla, untuk mengetahui metode pembentukan karakter beragama di dayah Teungku Chik Digla, untuk mengetahui respon masyarakat pembinaan karakter beragama dayah Teungku Chik Digla. Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis mengunakan jenis penelitian field research dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah 1 orang pimpinan dayah 2 orang ustadz serta 9 orang masyarakat. Data penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsepsi karakter beragama ideal dalam pandangan Teungku Dayah Chik Digla yakni manusia yang selalu taat kepada Allah Swt, dan selalu tunduk ke bawah pada saat ia berjalan, serta tidak terpagaruh terhadap godaan dunia. Metode pembentukan karakter masyarakat beragama yang dilakukan di dayah Teungku Chik Digla yaitu metode mau’izah (nasehat), ceramah, cerita dan tanya jawab, metode tersebut di sesuai materi yang diberikan. Respon masyarakat dalam pembinaan karakter beragama dayah Teungku Chik Digla bahwa dengan adanya pengajian di dayah tersebut, masyarakat menjadi lebih memahami materi-materi tentang tauhid, ibadah, dan muamalah, serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu masyarakat juga dapat lebih dekat kepada Allah Swt, mampu membaca mambaca al- Quran dengan baik dan benar. Penilitian ini tentunya berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, penelitian yang akan peneliti lakukan mencakup sistem pendidikan dayah dan pern dayah dalam menghadpi

(13)

kenalakan remaja.

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya. Yakni mendiskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan tentang keseluruhan data.

2. Sumber Data

Data merupakan informasi atau fakta yang diperoleh melalui pengamatan atau penelitian di lapangan yang bisa dianalisis dalam rangka memahami sebuah fenomena atau untuk mendukung teori.12 Data tersebut disajikan dalam bentuk uraian kata (deskripsi).

Untuk mendapatkan data yang lengkap, peneliti perlu menentukan sumber data penelitiannya karena data tidak akan dapat diperoleh tanpa adanya sumber data yang baik. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan cara Snowball sampling yaitu informan kunci akan menunjuk beberapa orang yang mengetahui masalah-masalah yang diteliti guna melengkapi keterangannya dan orang-orang yang ditunjuk tersebut dapat menunjuk orang lain bila keterangan kurang memadahi begitu seterusnya.13

Pemilihan dan penentuan sumber data tidak didasarkan pada banyak sedikitnya jumlah informan, tetapi berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan

11 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 3.

12Ibid. 96.

13 W. Mantja. Etnografi Design Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidkan (Malang: Winaka Media, 2003), 7.

(14)

data. Dengan demikian sumber data dilapangan bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dari :

a. Person (orang) yaitu sumber, melalui wawancara, atau tindakan melalui pengamatan di Darul Qur’an Desa Durian Aceh Tamiang. Dalam penelitian ini sumber datanya adalah para siswa di MTS Darul Istiqamah yang menuntut ilmu di dayah. Serta para pengajar di Dayah dimana tempat siswa menuntut ilmu agama.

b. Place (tempat) yaitu sumber data yang menyajikan lampiran berupa keadaan diam dan bergerak. Sumber data tempat meliputi gedung sekolah, kelas, perpustakaan dan lain sebagainya.

c. Sumber data tambahan, meliputi sumber data tertulis yaitu paper atau dokumen atau profil sekolah dan foto-foto yang berkaitan dengan MTS Darul Istiqamah serta Dayah di Aceh Tamiang yang terlibat dengan siswa MTS Darul Istiqamah.

3. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik field research, yaitu penelitian lapangan yang meliputi:

1) Wawancara

Wawancara adalah pertanyaan yang diajukan secara lisan (pengumpul data bertatap muka dengan responden).14 Metode ini untuk menggali data hal-hal yang berkaitan dengan sistem pendidikan di dayah dalam mengatasi kenakalan remaja di MTS Darul Istiqamah.

2) Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data baku yang diperoleh pada instansi atau organiasi yang ada.15 Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui data- data yang berupa catatan atau tulisan yang berhubungan dengan skripsi ini.

14 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasi (Jakarta: PT.

Raja Grafindo, 2005),52.

15 Muslimin, Metode Penelitian di Bidang Sosial, (Surabaya: Bayu Media, 2002), 23.

(15)

3) Observasi

“Metode observasi (pengamatan) adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi data yang merupakan tingkah laku non verbal. Kemudian dicatat dengan sistematik hal-hal yang diselidiki”.16 Melalui metode ini, selain pengamatan langsung (partisipatory observation) yaitu apabila orang yang melakukan observasi ikut mengambil bagian dalam situasi yang sedang diobservasi.

4. Metode Analisis Data

Setelah data-data yang terkait dengan permasalahan di atas terkumpul, kemudian data-data tersebut dianalisis. Adapun analisis yang dipakai adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.17 Dengan kata lain analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, obyek, setting kondisi, sistem pemikiran dan suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Metode deskriptif bertujuan untuk menyajikan deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini, data yang peneliti gunakan berasal dari hasil wawancara dan dokumen- dokumen yang ada serta dari observasi yang peneliti lakukan.

G. Sistematika Penelitian

Guna memberikan gambaran yang jelas tentang isi skripsi ini, peneliti memberikan penjelasan secara sistematis agar pembahasan lebih terara dan mudah dipahami serta yang tak kalah penting adalah uraian-uraian yang disajikan mampu

16 Ibid., 22.

17 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),64.

(16)

menjawab permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan, sehingga tercapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan. Sebelum menginjak pada bab pertama dan bab- bab berikutnya yang merupakan satu pokok pemikiran yang utuh, maka penelitian thesis ini diawali dengan bagian muka yang terdiri dari halaman judul, halaman abstraksi penelitian, halaman deklarasi, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel dan daftar lampiran.

Bab I : Pendahuluan, latar belakang masalah, penegasan istilah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penelitian.

BAB II : Dalam bab ini peneliti akan memulai pembahasan dengan memaparkan landasan teori tentang kesadaran masyarakat dalam bidang pendidikan.

BAB III : Data penelitian yang terdiri dari: kondisi umum metodelogi Penelitian BAB IV : Analisis data.

BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

H. Rencana dan Jadwal Kerja Penelitian dan Penyusunan Tesis

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagaimana dijelaskan oleh Moleong tahapan penelitian meliputi: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data, hingga tahap pelaporan hasil penelitian.18 Adapun penjelasan secara spesifik sebagaimana berikut:

1. Tahap Pra Lapangan 2. Tahap pekerja lapangan 3. Tahap Analisis Data

Sedangkan jadwal pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam jadwal kerja penelitian yang akan di jelaskan pada tabel di bawah.

18 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 330.

(17)

DAFTAR PUSTA

Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 2004

Departemen Agama RI, Profil Pondok Pesantren Mu’adalah, (Jakarta:

Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, 2004)

Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM, 2002)

Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang), 2002

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem . Jakarta :Bumi Aksara. 2001

Harapandi Dahri, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengmbangan Agama, 2007)

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia offline versi 1.1 Ebta setiawan 2010

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010)

Muslimin, Metode Penelitian di Bidang Sosial, (Surabaya: Bayu Media, 2002)

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001)

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasi (Jakarta:

PT. Raja Grafindo, 2005)

Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004, cet. 4

Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006),

W. Mantja. Etnografi Design Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidkan (Malang: Winaka Media, 2003)

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2000.

Referensi

Dokumen terkait