• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pemasok Batik Ruzza Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pemasok Batik Ruzza Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pemasok Batik Ruzza Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW)

Vidia Ruzza1,*, Alamsyah Farizki Ramdhani2, Farhan Adi Saputra3, Citra Wiguna4

FakultasInformatika, Program StudiSistem Informasi, Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Purwokerto, Indonesia Email: 1,*[email protected], 2[email protected], 3[email protected], 4[email protected]

Email Penulis Korespondensi: [email protected] Submitted 26-07-2022; Accepted 30-08-2022; Published 30-08-2022

Abstrak

Batik Ruzza merupakan UMKM industri batik yang dikembangkan di daerah Pekalongan, Jawa Tengah. Merek dagang “Batik Ruzza”

ini telah memproduksi pakaian batik selama lebih dari 20 tahun. Batik Ruzza dalam menjalankan aktivitasnya sangat berfokus pada bahan baku, kualitas, kelengkapan, dan pelayanan. Masalah yang terdapat pada UMKM Batik Ruzza yaitu adanya cacat pada produk Batik Ruzza yang menyebabkan penumpukan produk baju yang tidak bisa dijual di pasaran. Hal tersebut salah satunya disebabkan tidak optimalnya pemilihan pemasok bahan baku baju batik untuk meningkatkan kualitas produk Batik Ruzza. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria yang tepat bagi perusahaan dalam menentukan pemasok bahan baku secara tepat. Metode yang digunakan adalah Simple Additive Weighting (SAW). Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Atribut kriteria yang dipilih adalah harga, kualitas, kelengkapan, pengiriman, dan pelayanan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan rekomendasi pemasok terbaik yaitu alternatif A5 atau Tiara yang layak dijadikan sebagai pemasok kain batik untuk produk pakaian Batik Ruzza.

Kata Kunci: Pemilihan Pemasok; Batik; SAW; SPK

Abstract

Batik Ruzza is a batik industry UMKM that was developed in the Pekalongan area, Central Java. The trademark "Batik Ruzza" has been producing batik clothes for more than 20 years. Batik Ruzza in carrying out its activities is very focused on raw materials, quality, completeness, and service. The problem with MSME Batik Ruzza is that there is a defect in the Batik Ruzza product which causes a buildup of clothing products that cannot be sold on the market. This is partly due to the non-optimal selection of raw material suppliers for batik clothes to improve the quality of Batik Ruzza products. The purpose of this research is to determine the right criteria for the company in determining the supplier of raw materials appropriately. The method used is Simple Additive Weighting (SAW). The basic concept of the SAW method is to find the weighted sum of the performance ratings for each alternative on all attributes. The selected criteria attributes are price, quality, completeness, delivery, and service. Based on the calculations carried out, it was found that the best supplier recommendation was the alternative A5 or Tiara which was worthy of being used as a supplier of batik cloth for Batik Ruzza clothing products.

Keywords: Supplier Selection; Batik; SAW; SPK

1. PENDAHULUAN

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009 [1]. Pengakuan tersebut memberikan dampak positif pada industri batik sehingga perkembangannya meningkat dan batik dijadikan sebagai salah satu tren fashion Indonesia yang popular di dunia [2]. Industri batik yang berkembang pesat di Indonesia secara langsung mendongkrak nilai ekspor dimana pada periode Januari hingga Juli 2020 mencapai USD 21,54 juta, naik 19,73% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar USD 17,99 juta. [3]. Industri batik di Indonesia biasanya digolongkan sebagai usaha kecil menengah (UKM) yang dijadikan sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat [4]. Salah satu daerah di Indonesia yang mengembangkan industri batik adalah Kota Pekalongan. Sesuai dengan SK Walikota No. 530/216 Tahun 2002 yang diterbitkan pada tanggal 1 Mei 2002, batik merupakan produk unggulan utama di Kota Pekalongan [5]. Sekitar 21 ribu pelaku UMKM yang mewakili berbagai sektor dapat ditemui di Kota Pekalongan. Sementara untuk Kabupaten Pekalongan terdapat sekitar 43 ribu UMKM, termasuk skala kecil dan besar pada sektor industri konveksi di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah [6]. Sebagian besar batik yang diproduksi dari industri Pekalongan adalah batik cap dan batik printing. Sedangkan batik tulis hanya diproduksi saat ada pesanan [7].

Selain dijual di Indonesia, batik Pekalongan juga diekspor ke sejumlah negara lain, antara lain Malaysia, Hongkong, Singapura, Thailand, China, Australia, Arab Saudi, Iran, India, Taiwan, dan Nigeria. Nilai ekspor dari Kota Pekalongan selama tahun 2018 terealisasi sebesar USD 19,6 juta, atau lebih tinggi 8,89% dari target ekspor tahun 2018 yang ditetapkan sebesar USD 18 juta, dan peningkatan nilai ekspor sebesar 8,9% terjadi pada tahun 2016 [8].

Peningkatan ekspor tersebut di atas menjadikan peluang bagi perusahaan yang bergerak pada industri batik untuk meraup pendapatan dan performa bisnis perusahaan [7]. UMKM Batik Ruzza merupakan salah satu industri batik yang mengembangkan usahanya di daerah Pekalongan, Jawa Tengah. Merek dagang “Batik Ruzza” ini telah memproduksi pakaian batik selama lebih dari 20 tahun. Batik Ruzza dalam menjalankan aktivitasnya sangat berfokus pada bahan baku yang diolah menjadi produk siap dipasarkan kepada masyarakat. Pendapatan yang diterima Batik Ruzza bersumber dari penjualan produk. Namun, tidak semua produk baju yang diproduksi dapat terjual, ada beberapa produk cacat yang akhirnya tidak bisa didistribusikan ke tangan konsumen, salah satunya dikarenakan faktor adanya kecacatan motif pada kain batik yang diterima dari pemasok Batik Ruzza. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap penjualan dan pendapatan produk Batik Ruzza. Permasalahan yang terdapat pada UMKM Batik Ruzza yaitu adanya cacat pada produk

(2)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Batik Ruzza yang menyebabkan penumpukan produk baju yang tidak bisa dijual di pasaran karena sudah mengalami kerusakan. Hal tersebut salah satunya disebabkan tidak optimalnya pemilihan pemasok bahan baku baju batik untuk meningkatkan kualitas produk Batik Ruzza. Dengan adanya masalah tersebut, maka kebijakan pemilihan pemasok ini harus lebih diperhatikan lagi untuk kelangsungan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan penilaian terstruktur sebagai bagian dari proses pemilihan pemasok yang dilakukan oleh perusahaan.

Pemasok memiliki peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan, yang merupakan bagian dari domain manajemen rantai pasok (SCM) [9]. Untuk membangun rantai pasok yang efisien dan efektif, pembeli harus menggunakan proses pemilihan pemasok untuk menemukan penyedia barang atau jasa dengan kualitas yang cocok [10].

Tujuan rantai pasok yaitu untuk memaksimalkan jumlah total semua nilai yang dihasilkan. Nilai rantai pasok diciptakan oleh perbedaan antara nilai produk akhir bagi konsumen dan biaya yang dihadapi rantai pasok dalam memenuhi permintaan konsumen. Pemilihan pemasok yang tidak tepat dapat merusak posisi keseluruhan rantai pasok, keuangan, dan operasi. Pemilihan pemasok yang tepat akan menurunkan biaya pembelian material secara signifikan dan meningkatkan daya saing perusahaan [9]. Risiko dapat dihindari jika pemasok dipilih dengan cara yang tepat dan akurat.

Dalam memilih pemasok, harus ditentukan oleh mereka yang ahli dalam pengambilan keputusan tersebut [11].

Pengambilan keputusan merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa hasil yang didapat sesuai dengan harapan. Dengan menggunakan metode pengambilan keputusan akan mempermudah untuk membuat keputusan dan meningkatkan kemungkinan bahwa hasil yang didapat akan lebih memuaskan [12]. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Metode ini biasa disebut sebagai metode penambahan terbobot. Tujuan utama dari metode SAW adalah untuk menemukan alternatif dengan skor tertinggi untuk setiap atribut.

Metode SAW memerlukan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke skala tertentu yang dapat dibandingkan dengan semua peringkat alternatif [13]. Metode SAW ini sangat ideal untuk memberikan ranking atau urutan alternatif ketika beberapa kriteria dan subkriteria hadir dalam proses pengambilan keputusan [14]. Proses pemilihan pemasok berawal dari kebutuhan akan pemasok, diikuti dengan penetapan dan perumusan kriteria keputusan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga UMKM Batik Ruzza dapat secara objektif memilih dan menemukan pemasok yang tepat dan terbaik [11].

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saca, dkk yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Supplier Bahan Produksi Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW)” mengatakan bahwasannya metode SAW digunakan untuk memilih supplier secara objektif dengan cara pembobotan sederhana namun memiliki keakuratan nilai keluaran yang relatif tinggi [15]. Berdasakan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harmayani dan Reza Arvania Harahap dengan judul “Perbandingan Metode WP dan SAW dalam Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Tingkat Keberhasilan Guru Mengajar di Tingkat SMK” dihasilkan bahwasannya berdasarkan perbandingan yang dilakukan metode SAW lebih akurat daripada metode WP dikarenakan pada metode SAW terdapat proses normalisasi dari nilai asli alternative [12]. Dan berdasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Cahyono Sigit dan Dian Eko dengan judul “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Pemasok Nata de Coco dengan Metode Simple Additive Weighting” mengatakan bahawsannya berdasarkan hasil pengujian SPK yang telah dibuat menggunakan metode SAW nantinya dapat digunakan oleh CV. Agrindo Suprafood Yogyakarta untuk pemilihan pemasok nata de coco [16].

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode SAW untuk menentukan pemasok terbaik pada UMKM Batik Ruzza yang berada di Pekalongan, Jawa Tengah.

Gambar 1. Tahapan Penelitian

(3)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Pada gambar 1 terdapat beberapa tahapan penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Perumusan Masalah

Mengidentifikasi masalah dan solusi dalam pemilihan pemasok terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

b. Penentuan Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kriteria yang tepat bagi UMKM Batik Ruzza dalam pemilihan dan penentuan pemasok bahan baku secara tepat dengan cara memilih pemasok dengan peringkat terbaik.

c. Pengumpulan Data 1. Observasi

Dilakukan pengamatan terhadap UMKM Batik Ruzza dengan cara mendatangi langsung tempat usaha terutama yang melibatkan proses pemasokan.

2. Wawancara

Dilakukan tanya jawab terkait penilaian pemasok kepada pemilik UMKM Batik Ruzza.

3. Studi Pustaka

Pengumpulan data berdasarkan studi referensi, baik berupa buku, jurnal, maupun website yang berhubungan dengan tema penelitian yang dilakukan.

d. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data yang telah diperoleh menggunakan metode SAW. Berikut ini flowchart perhitungan dengan menggunakan metode SAW.

Gambar 2. Perhitungan Metode SAW

Pada gambar 2 terdapat langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode SAW yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan alternatif dan kriteria yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan.

2. Penentuan bobot kriteria dari masing-masing atribut untuk penilaian calon pemasok.

3. Penentuan atribut benefit dan cost dengan mengkategorikan setiap kriteria, apakah masuk ke dalam atribut keuntungan atau atribut biaya.

4. Pemberian nilai rating kecocokan masing-masing alternatif pada setiap kriteria berdasarkan nilai input yang dikumpulkan dari masing-masing calon pemasok.

5. Menormalisasikan matriks keputusan dengan menghitung nilai rating kinerja yang dinormalisasi (rij) dari alternatif Ai pada atribut Cj menggunakan persamaan yang telah diubah menjadi jenis atribut yang relevan (atribut keuntungan atau atribut biaya).

6. Perangkingan hasil rekomendasi alternatif ditentukan berdasarkan urutan Ci*. Alternatif terbaik adalah alternatif yang paling dekat dengan solusi ideal positif dan paling jauh dari solusi ideal negatif.

e. Kesimpulan Hasil

Setelah melakukan analisis data akan didapatkan kesimpulan hasil rekomendasi pemasok terbaik yang layak dijadikan sebagai pemasok kain batik untuk produk pakaian Batik Ruzza.

2.2 Pemasok

Istilah "pemasok" pada dasarnya merupakan perpanjangan dan perluasan dari istilah "manajemen logistik". Dalam pendekatan horizontal, ada lima pelaku utama yaitu pemasok (supplier), pabrik pembuat barang (manufacturer), pedagang

(4)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom besar (distributor), pengecer (retailer), dan pelanggan (customer). Apabila dilihat secara vertikal yaitu pembeli (buyer), pengangkut (transporter), penyimpan (warehouse), penjual (seller), dan seterusnya [15].

2.3 Batik

Batik yang sebelumnya hanya digunakan dalam lingkungan kerajaan, mulai menyebar ke luar kerajaan seiring dengan tuntutan dan perkembangan zaman yang berubah dari kebutuhan pribadi menjadi kebutuhan industri. Industri batik diperkirakan telah dimulai pada abad ke-10, ketika Jawa menerima sejumlah besar kain mori (kain dasar untuk membatik) dari India. Pada abad ke-18 atau 19, batik mulai populer. Lahirnya batik cap mendandakan era industrialisasi. Selanjutnya, jenis batik baru, yang disebut batik printing, telah berkembang sejak diperkenalkannya teknik otomasi di era industrialisasi dan globalisasi. Karena metodenya cepat dan harganya jauh lebih murah daripada batik tulis, batik printing berdampak pada banyak aspek industri batik. Akibatnya, kebangkitan era industrialisasi menjadi ciri pasang surut batik, khususnya di sektor kain batik pulau Jawa. Batik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Karena bahannya yang nyaman, batik sering dipakai untuk bekerja, menghadiri acara keluarga, dan menghadiri acara formal. Batik juga dapat ditemukan dalam berbagai level pakaian, mulai dari pakaian produksi massal berupa lembaran kain hingga haute couture kreasi desainer Indonesia [17].

2.4 Simple Additive Weighting (SAW)

Metode SAW merupakan metode penambahan berbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari bobot terbesar dari rating kriteria untuk setiap alternatif di seluruh atribut. Metode SAW mengharuskan proses normalisasi matriks keputusan untuk dapat dibandingkan dengan seluruh rating alternatif yang sudah ada.

𝑟𝑖𝑗= {

𝑥𝑖𝑗

𝑚𝑎𝑥 𝑥𝑖𝑗 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑗 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡)

𝑚𝑖𝑛 𝑥𝑖𝑗

𝑥𝑖𝑗 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑗 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑐𝑜𝑠𝑡) (1) Keterangan:

rij : rating kriteria ternomalisasi xij : nilai atribut untuk setiap kriteria max xij : nilai terbesar setiap kriteria min xij : nilai terkecil setiap kriteria benefit : jika nilai terbesar terbaik cost : jika nilai terkecil terbaik

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai:

𝑉𝑖= ∑ 𝑤𝑗𝑟𝑖𝑗

𝑛

𝑗=1

(2) Keterangan:

Vi = nilai preferensi

wj = bobot untuk setiap kriteria rij = rating kriteria ternormalisasi

Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih [16].

2.5 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Sistem Pendukung Keputusan adalah komponen dari sistem informasi berbasis komputer yang membantu organisasi atau perusahaan dalam membuat keputusan. Dapat juga dikatakan sebagai sebuah sistem komputer yang mengubah data menjadi informasi dan menggunakan informasi tersebut untuk memutuskan masalah semi-terstruktur yang spesifik [13].

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Data dengan Metode SAW

Dalam menganalisis pemilihan pemasok terbaik dengan menggunakan metode SAW mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahap penentuan alternatif dan kriteria, penentuan bobot kriteria, penentuan atribut benefit dan cost, pemberian nilai rating kecocokan, normalisasi matriks, dan perangkingan hasil rekomendasi alternatif. Perhitungan yang dilakukan akan menghasilkan nilai dari setiap pemasok sehingga akan didapatkan keputusan atau solusi yang paling tepat untuk UMKM Batik Ruzza.

3.1.1 Penentuan Alternatif dan Kriteria

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pemilik UMKM Batik Ruzza didapatkan beberapa alternatif pemasok kain batik untuk produk Batik Ruzza, yaitu pada tabel 1.

(5)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Tabel 1. Alternatif Pemasok

Kode Alternatif

A1 Adaby

A2 Aradhana

A3 A4 A5

H.Slamet Maulana

Tiara

Selanjutnya berdasarkan dari referensi jurnal yang berhubungan dengan tema pemilihan pemasok serta wawancara yang dilakukan dengan pemilik UMKM Batik Ruzza diperoleh beberapa kriteria penilaian yang dibutuhkan untuk menentukan pemasok yang akan diseleksi, yaitu pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Kriteria Keterangan Kriteria (C1) Harga Kriteria (C2) Kualitas Kriteria (C3)

Kriteria (C4) Kriteria (C5)

Kelengkapan Pengiriman

Pelayanan Keterangan dari kriteria-kriteria di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kriteria 1(C1) Harga, yaitu berapa harga kain batik yang dijual oleh pemasok.

b. Kriteria 2(C2) Kualitas, yaitu seberapa baik kualitas kain batik yang dijual oleh pemasok.

c. Kriteria 3(C3) Kelengkapan, yaitu seberapa lengkap motif kain batik yang dijual oleh pemasok.

d. Kriteria 4(C4) Pengiriman, yaitu ketepatan waktu pengiriman kain batik oleh pemasok.

e. Kriteria 5(C5) Pelayanan, yaitu pelayanan dari pemasok terkait komplain.

3.1.2 Penentuan Bobot Kriteria

Bobot kriteria dari masing-masing atribut didapatkan dari pemilik UMKM Batik Ruzza yang memberikan penilaian untuk pemasok bahan baku produk baju batik yang akan dijadikan sebagai pemasok terbaik. Berikut ini bobot yang diberikan oleh pemilik UMKM Batik Ruzza untuk setiap kriteria sebagai penilaian untuk pemilihan pada tabel 3.

Tabel 3. Bobot Kriteria

W Nama Kriteria Bobot Kriteria

W1 Harga 25%

W2 Kualitas 30%

W3 W4 W5

Kelengkapan Pengiriman

Pelayanan

20%

15%

10%

3.1.3 Penentuan Atribut Benefit dan Cost

Penentuan atribut benefit dan cost didapatkan dari beberapa referensi jurnal yang berhubungan dengan tema pemilihan pemasok serta wawancara yang dilakukan dengan pemilik UMKM Batik Ruzza sehingga memperoleh hasil sebagai berikut, yaitu pada tabel 4.

Tabel 4. Benefit dan Cost

Kode Kriteria Bobot Atribut

C1 Harga 0,25 Cost

C2 Kualitas 0,30 Benefit

C3 C4 C5

Kelengkapan Pengiriman

Pelayanan

0,20 0,15 0,10

Benefit Benefit Benefit 3.1.4 Pemberian Nilai Rating Kecocokan

Pemberian nilai rating kecocokan dari setiap kriteria penilaian pemasok dengan atribut benefit didapatkan dari beberapa referensi jurnal yang berhubungan dengan tema pemilihan pemasok serta wawancara yang dilakukan dengan pemilik UMKM Batik Ruzza sehingga mendapatkan hasil sebagai berikut.

a. Kriteria Nilai Kualitas

Nilai rating kecocokan untuk kriteria penilaian kualitas merupakan salah satu syarat untuk pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan kualitas kain batik yang didapatkan berdasarkan kain batik yang diterima dari pemasok. Berikut rating kecocokan untuk kriteria kualitas terdapat pada tabel 5.

(6)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Tabel 5. Rating Kecocokan Kualitas

Kualitas Nilai

Sangat Baik 3

Cukup Baik 2

Kurang Baik 1

b. Kriteria Nilai Kelengkapan

Nilai rating kecocokan untuk kriteria penilaian kelengkapan merupakan salah satu syarat untuk pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan kelengkapan motif kain batik yang dimiliki oleh pemasok. Berikut rating kecocokan untuk kriteria kelengkapan terdapat pada tabel 6.

Tabel 6. Rating Kecocokan Kelengkapan

Kelengkapan Nilai

Sangat Lengkap 3

Cukup Lengkap 2

Kurang Lengkap 1

c. Kriteria Nilai Pengiriman

Nilai rating kecocokan untuk kriteria penilaian pengiriman merupakan salah satu syarat untuk pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan ketepatan waktu dalam pengiriman kain batik dari pemasok. Berikut rating kecocokan untuk kriteria pengiriman terdapat pada tabel 7.

Tabel 7. Rating Kecocokan Pengiriman

Pengiriman Nilai

Sangat Tepat 3

Cukup Tepat 2

Kurang Tepat 1

d. Kriteria Nilai Pelayanan

Nilai rating kecocokan untuk kriteria penilaian pelayanan merupakan salah satu syarat untuk pengambilan keputusan, yaitu berdasarkan pelayanan terhadap komplain yang diberikan oleh pemasok. Berikut rating kecocokan untuk kriteria pelayanan terdapat pada tabel 8.

Tabel 8. Rating Kecocokan Pelayanan

Pelayanan Nilai

Sangat Baik 3

Cukup Baik 2

Kurang Baik 1

Kemudian dari data kecocokan di atas diperoleh data hasil konversi untuk pemberian nilai pada setiap alternatif pemasok yang ada pada tabel 9 di bawah ini:

Tabel 9. Data Hasil Konversi

Kode Pemasok C1 C2 C3 C4 C5

A1 Adaby 41.000 3 1 2 3

A2 Aradhana 40.000 2 2 3 3

A3 A4 A5

H.Slamet Maulana

Tiara

41.000 40.500 39.750

1 3 2

1 2 3

1 2 3

3 2 3 Selanjutnya membuat matriks keputusan X. Berikut ini matriks yang dibuat berdasarkan data hasil konversi kecocokan rating pada tabel 9 di atas.

X =

41.000 3 1 2 3

40.000 2 2 3 3

41.000 1 1 1 3

40.500 3 2 2 2

39.750 2 3 3 3

3.1.5 Normalisasi Matriks

Langkah selanjutnya dilakukan normalisasi matriks X. untuk menghitung nilai setiap kriteria berdasarkan kriteria yang telah diasumsikan sebagai kriteria keuntungan (benefit) atau biaya (cost).

a. Untuk kriteria C1 (Cost)

(7)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom r11=𝑚𝑖𝑛{41.000; 40.000; 41.000; 40.500; 39.750}

41.000 =39.750

41.000= 0,969 r21=𝑚𝑖𝑛{41.000; 40.000; 41.000; 40.500; 39.750}

40.000 =39.750

40.000= 0,993 r31=𝑚𝑖𝑛{41.000; 40.000; 41.000; 40.500; 39.750}

41.000 =39.750

41.000= 0,969 r41=𝑚𝑖𝑛{41.000; 40.000; 41.000; 40.500; 39.750}

40.500 =39.750

40.500= 0,981 r51=𝑚𝑖𝑛{41.000; 40.000; 41.000; 40.500; 39.750}

39.750 =39.750

39.750= 1 b. Untuk kriteria C2 (Benefit)

r12= 3

max{3; 2; 1; 3; 2}= 3 3= 1

r22= 2

max{3; 2; 1; 3; 2}= 2

3= 0,666

r32= 1

max{3; 2; 1; 3; 2}= 1

3= 0,333

r42= 3

max{3; 2; 1; 3; 2}= 3 3= 1

r52= 2

max{3; 2; 1; 3; 2}= 2

3= 0,666 c. Untuk kriteria C3 (Benefit)

r13= 1

max{1; 2; 1; 3; 3}= 1

3= 0,333

r23= 2

max{1; 2; 1; 3; 3}= 2

3= 0,666

r33= 1

max{1; 2; 1; 3; 3}= 1

3= 0,333

r43= 2

max{1; 2; 1; 2; 3}= 2

3= 0,666

r53= 3

max{1; 2; 1; 3; 3}= 3 3= 1 d. Untuk kriteria C4 (Benefit)

r14= 2

max{2; 3; 1; 2; 3}= 2

3= 0,666

r24= 3

max{2; 3; 1; 2; 3}= 3 3= 1

r34= 1

max{2; 3; 1; 2; 3}= 1

3= 0,333

r44= 2

max{2; 3; 1; 2; 3}= 2

3= 0,666

r54= 3

max{2; 3; 1; 2; 3}= 3 3= 1 e. Untuk kriteria C5 (Benefit)

r15= 3

max{3; 3; 3; 2; 3}= 3 3= 1

r25= 3

max{3; 3; 3; 2; 3}= 3 3= 1

r35= 3

max{3; 3; 3; 2; 3}= 3 3= 1

r45= 2

max{3; 3; 3; 2; 3}= 2

3= 0,666

r55= 3

max{3; 3; 3; 2; 3}= 3 3= 1

(8)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Berdasarkan hasil normalisasi di atas dibuat matriks sebagai berikut:

R =

0,969 1 0,333 0,666 1

0,993 0,666 0,666 1 1

0,969 0,333 0,333 0,333 1

0,981 1 0,666 0,666 0,666

1 0,666 1 1 1

3.1.6 Perangkingan Hasil Rekomendasi Alternatif

Langkah terakhir dalam melakukan penilaian pemasok terbaik adalah langkah perangkingan. Dari langkah ini akan diperolah pemasok yang menduduki posisi rangking tertinggi hingga terendah. Rangking pemasok nantinya akan dapat memberikan solusi bagi pemilik Batik Ruzza dalam mengambil suatu keputusan. Dari rumus di atas diperoleh nilai pemasok terbaik setiap pemasok sebagai berikut:

V1 = (0,25)(0,969) + (0,3)(1) + (0,2)(0,333) + (0,15)( 0,666) + (0,1)(1) = 0,808 V2 = (0,25)(0,993) + (0,3)( 0,666) + (0,2)( 0,666) + (0,15)(1) + (0,1)(1) = 0,831 V3 = (0,25)(0,969) + (0,3)(0,333) + (0,2)(0,333) + (0,15)(0,333) + (0,1)(1) = 0,558 V4 = (0,25)(0,981) + (0,3)(1) + (0,2)(0,666) + (0,15)( 0,666) + (0,1)( 0,666) = 0,844 V5 = (0,25)(1) + (0,3)( 0,666) + (0,2)(1) + (0,15)(1) + (0,1)(1) = 0,899

Dari perhitungan di atas didapatkan hasil perangkingan seperti dalam tabel 10.

Tabel 10. Hasil Penilaian Pemasok

Kode Alternatif C1 C2 C3 C4 C5 Vi Ranking

A1 Adaby 0,969 1 0,333 0,666 1 0,808 4

A2 Aradhana 0,993 0,666 0,666 1 1 0,831 3

A3 A4 A5

H.Slamet Maulana

Tiara

0,969 0,981

1

0,333 1 0,666

0,333 0,666

1

0,333 0,666

1

1 0,666

1

0,558 0,844 0,899

5 2 1 Dari nilai pada perangkingan tabel 10 di atas yaitu bahwa nilai tertinggi (0.899) ada pada V5. Dengan demikian alternatif A5 yaitu Tiara adalah alternatif terbaik dan layak dijadikan sebagai pemasok kain batik untuk produk pakaian Batik Ruzza.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan menggunakan metode SAW dapat disimpulkan bahwa metode SAW mempunyai beberapa tahapan, yaitu tahap penentuan alternatif dan kriteria, penentuan bobot kriteria, penentuan atribut benefit dan cost, pemberian nilai rating kecocokan, normalisasi matriks, dan perangkingan hasil rekomendasi alternatif.

Perhitungan yang dilakukan akan menghasilkan nilai dari setiap pemasok sehingga akan didapatkan keputusan atau solusi yang paling tepat untuk UMKM Batik Ruzza. Dalam pengumpulan data menggunakan studi pustaka jurnal terdahulu, observasi, dan wawancara sehingga dapat lebih mudah dalam menentukan pemasok secara tepat dengan cara memilih pemasok dengan peringkat terbaik. Dalam analisis perhitungan menggunakan metode SAW yang telah dilakukan didapatkan rekomendasi pemasok terbaik adalah alternatif A5 atau Tiara yang layak dijadikan sebagai pemasok kain batik untuk produk pakaian Batik Ruzza.

REFERENCES

[1] L. M. Hakim, “Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa dan Nation Brand Indonesia,” Nation State J. Int. Stud., vol. 1, no. 1, pp.

61–90, 2018, doi: 10.24076/nsjis.2018v1i1.90.

[2] M. Masiswo, J. Setiawan, V. Atika, and G. B. Mandegani, “Karakteristik Fisik Produk Batik Dan Tiruan Batik,” Din. Kerajinan dan Batik Maj. Ilm., vol. 34, no. 2, p. 103, 2017, doi: 10.22322/dkb.v34i2.3439.

[3] E. Marganus, “Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Ekspor Batik Indonesia Analysis of the Comparative and Competitive Advantages of Indonesian Batik Exports,” Diversity, vol. 1, no. 2, pp. 124–125, 2021.

[4] M. I. H. Wijaya, N. M. Ariani, and B. N. Priambudi, “Identifikasi Peran Kewilayahan Dalam Pengembangan Produk Unggulan Batik di Kawasan Pekalongan,” Kajen J. Penelit. dan Pengemb. Pembang., vol. 4, no. 02, pp. 112–122, 2020, doi:

10.54687/jurnalkajenv4i02.4.

[5] D. I. K. Pekalongan, “IDENTIFIKASI PEMBELAJARAN SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN BATIK,” vol. 19, no. 1, pp.

12–19, 2021.

[6] T. R. Prasetiani and C. R. Sutrisno, “Re-Formulation Business Strategy Pada Umkm Industri Batik Pekalongan Memasuki Era New Normal,” J. Ekon. dan Bisnis, vol. Vol. 24, N, no. 3, pp. 246–260, 2021, [Online]. Available:

www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/jebi%0ARE-FORMULATION.

[7] S. Hidayatuloh and N. N. Qisthani, “Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Industri Batik Tipe MTO Menggunakan SCOR 12.0 Dan AHP,” J. Rekayasa Sist. Ind., vol. 7, p. 76, 2020, doi: 10.25124/jrsi.v7i2.436.

[8] S. Suwandi, “Karakteristik Wirausaha Mapan dan Potensial Ekspor (Studi Pada Wirausaha Mapan Di Kota Pekalongan),”

(9)

JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), Vol. 9 No. 4, Agustus 2022 e-ISSN 2715-7393 (Media Online), p-ISSN 2407-389X (Media Cetak) DOI 10.30865/jurikom.v9i4.4562 Hal 1174−1182 http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom Entrep. Manag. Ind. , vol. 2, no. 2, pp. 105–108, 2019, [Online]. Available:

http://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/JEMI/article/view/1893%0Ahttp://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/JEMI/article/viewFile/1893 /1505.

[9] Sumanto, L. S. Marita, K. Indriani, L. Mazia, A. Christian, and R. Amin, “Comparison of Multi Criteria Decision Making Method ( WP , SAW & TOPSIS ) for best supplier selection .,” pp. 203–213, 2021.

[10] A. Çalık, “A novel Pythagorean fuzzy AHP and fuzzy TOPSIS methodology for green supplier selection in the Industry 4.0 era,”

Soft Comput., vol. 25, no. 3, pp. 2253–2265, 2021, doi: 10.1007/s00500-020-05294-9.

[11] J. Hutagalung, “Studi Kelayakan Pemilihan Supplier Perlengkapan Dan ATK Menggunakan Metode SAW (Simple Additive Weighting),” J-SAKTI (Jurnal Sains Komput. dan Inform., vol. 3, no. 2, p. 356, 2019, doi: 10.30645/j-sakti.v3i2.154.

[12] J. Media and I. Budidarma, “Perbandingan Metode WP dan SAW dalam Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Tingkat Keberhasilan Guru Mengajar di Tingkat SMK,” vol. 6, no. April, pp. 923–932, 2022, doi: 10.30865/mib.v6i2.3571.

[13] I. P. Pertiwi, F. Fedinandus, and A. D. Limantara, “Sistem Pendukung Keputusan Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Menggunakan Metode Simple Additive Weighting,” CAHAYAtech, vol. 8, no. 2, p. 182, 2019, doi: 10.47047/ct.v8i2.46.

[14] R. W. Nugraha and Nursholihah, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Terbaik Menggunakan Metode Simple Additive Weighting Studi Kasus Pt Swiss Yuta Jaya ),” J. Ilm. Tek. Inform., vol. 6, no. 456, pp. 30–38, 2020, [Online]. Available:

https://journal.uniku.ac.id/index.php/buffer/article/view/2885.

[15] S. D. Hapid et al., “Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Supplier Bahan Produksi Dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW),” vol. 10, no. 1, pp. 33–37, 2020.

[16] C. S. Pramudyo and D. E. H. Purnomo, “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Pemasok Nata de Coco dengan Metode Simple Additive Weighting,” J. Ilm. Tek. Ind., vol. 11, no. 1, pp. 80–90, 2012.

[17] A. A. Trixie, “Filosofi Motif Batik Sebagi Identitas Bangsa Indonesia,” Folio, vol. Vol 1 No 1, pp. 1–9, 2020, [Online]. Available:

https://journal.uc.ac.id/index.php/FOLIO/article/view/1380.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Eniyati (2011 ) Model yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan ini adalah SAW, karena SAW ini dipilih karena dapat menentukan nilai bobot untuk setiap

SAW dipilih karena dapat menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari

Metode yang akan digunakan dalam sistem pendukung keputusan ini adalah simple additive wighting (SAW), metode SAW ini dipilih karena dapat menentukan suatu nilai

Sistem pendukung keputusan pemilihan lensa kontak (softlens) membantu pengguna untuk memilih lensa kontak yang baik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.. Untuk

Skor evaluasi dihitung untuk setiap alternatif dengan mengalikan nilai berskala yang diberikan kepada alternatif dari atribut dengan bobot kepentingan yang

Data perangkingan Alternatif Max Min Yi Perangkingan C1+C2+C4 C3 Max-Min Shoopepay 0,569 0,219 0,350 Rangking 2 Gopay 0,438 0,088 0,394 Rangking 1 OVO 0,438 0,131 0,306

Penelitian Abdinal Tabel 2.8 Penelitian Abdinal No Data Jurnal / Makalah Keterangan 1 Judul Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Smartphone Menggunakan Metode Simple Additive

Penilaian pada metode SAW menggunakan nilai kriteria dan bobot preferensi, metode ini juga dapat menyeleksi alternatif terbaik dari semua alternatif yang ada karena terdapat proses