SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA PARTAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PADA PARTAI X
Palmarainsius Gultom, Roni Salambue
Mahasiswa Program Studi S1 Sistem Informasi Jurusan Ilmu Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
A political party can generally be defined as an organized group whose members share the same orientation, values, and ideals. The election of the chairman of a political party is one of the most essential activities in a political party. This study aims to create a Decision Support System for the election of party leaders using the Analytical Hierarchy Process method. This system is built based on a website using the programming language PHP, HTML, and the MariaDB database. Based on the results of calculations using the AHP method, the order of the party chairman candidates who will lead in sequence are Ahmad with a weight of 0,376 then Budi with a weight of 0,329, Budiman with a weight of 0.295 so it is recommended that the candidate for party chairman is Ahmad.
Keywords : AHP, DSS, Leader, Parties, Web
ABSTRAK
Partai politik secara umum dapat di definisikan adalah suatu kelompok yang teroganisir yang anggota-anggotanya mempunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Seleksi pemilihan ketua partai politik adalah salah satu kegiatan yang paling penting dalam sebuah partai politik. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membuat SPK pemilihan ketua partai menggunakan metode Analytical Hierarchy Process dan juga sistem ini dibangun berbasis website dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, HTML serta menggunakan database MariaDB. Berdasarkan hasil dari perhitungan menggunakan metode AHP urutan calon ketua partai yang akan memimpin secara berurut yaitu : Ahmad dengan bobot 0,376 lalu Budi dengan bobot 0,329, Budiman dengan bobot 0,295 sehingga calon ketua partai yang disarankan adalah Ahmad
Kata Kunci : AHP, Ketua, Partai, SPK, Web
PENDAHULUAN
Partai politik secara umum dapat di definisikan adalah suatu kelompok yang teroganisir yang anggota-anggotanya mempunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita- cita yang sama. Partai politik juga dapat memperluas atau memperbanyak keanggotaannya. Seleksi pemilihan ketua partai politik adalah salah satu kegiatan yang paling penting dalam sebuah partai politik. Pemilihan bakal calon ketua partai haruslah objektif, seperti tidak terikat suku, agama, ras, dan golongan. Memilih seseorang untuk menjadi ketua yang baik pastinya tidak mudah, banyak pertimbangan - pertimbangan yang di buat seperti integritas pada partainya, rekam jejaknya di dunia politik, dan karismanya, oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendukung penyeleksian bakal ketua tersebut, dibutuhkan sistem pendukung keputusan untuk menentukan keputusan yang diambil.Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem informasi yang bisa digunakan buat membantu memilih ketua yang sesuai.
Penggunaan sistem pendukung keputusan ini menggunakan tata cara AHP untuk memastikan perbandingan evaluasi buat tiap- tiap kandidat.Metode AHP sebagai penentu kriteria terbaik dari kriteria yang telah ditetapkan oleh partai tersebut yang menghasilkan kriteria berdasarkan kepentingannya.
TINJAUAN PUSTAKA a. Sistem
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu peristiwa dan kesatuan nyata adalah objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang yang benar-benar ada dan terjadi (Harahap, 2015).
b. Sistem Pendukung Keputusan.
Sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi berbasis komputer yang interaktif, dengan cara mengolah data dalam berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak terstruktur sehingga dapat membantu memberikan
informasi yang bisa digunakan dalam membuat pengambilan keputusan (Ahmad Abdul Chamid, 2017).
c. Analytical Hierarchy Process (AHP)
AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak
terstruktur dalam sub masalah, lalu menyusunya menjadi suatu bentuk hierarki . AHP dapat memecahkan masalah yang kompleks dengan multikriteria.Menurut (Costaner, 2015) dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah :
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
2. Menentukan prioritas elemen.
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatife dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis
Melakukan pertimbangan-pertimbangan atau sistesis terhadap perbandingan berpasangan untuk memperoleh nilai prioritas. Hal hal yang dilakukan pada tahapan ini yaitu :
a. Menjumlah nilai dari setiap kolom pada matriks
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapat nilai rata
4. Pembuatan keputusan sangat penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak mengiginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relative elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relative elemen kedua, dan seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative yang bersangkutan
5. Jumlahkan hasil bagi yang diatas dengan banyaknya elemen yang ada hasilnya disebut λ maks
Intensitas
Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya.
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya.
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya.
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan.
Kebalikan Jika aktifitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktifitas j, maka jmemilki nilai kebalikannya dibandingkan dengan i.
6. Hitung Indeks Konsistensi / Consistency Index (CI) dengan rumus :
𝐶𝐼 =
λ maks−nn−1
... (2.1) Dimana :
n = banyaknya elemen
λ maks = nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
7. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus :
𝐶𝑅 =
CIIR
... (2.2) Dimana :
CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index
IR = Index Random Consistency
Tabel 2 Nilai Index Random Consistency
8. Memeriksa konsistensi hirarki
Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
Namun, jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.
Ukuran Matriks Nilai IR
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
METODE PENELITIAN a. Langkah – langkah Penyelesaian
Langkah-langkah penyelesaiannya dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 1. Tahapan dalam penyelesaian
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data berisikan data kriteriayang diperoleh dari AD ADRT Partai (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), yang ditunjukkan sebagai berikut dengan symbol C :
Tabel 3. Data Kriteria
Code Keterangan
C01 Pernah menjadi Pengurus Partai Tingkat Pusat C02 Masa Bakti
C03 Pernah ikut Pendidikan dan Pelatihan kader
C04 Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak tercela C05 Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas
C06 Tidak terlibat G30S/PKI C07 Meluangkan waktu ke partai
Data alternatif yang disimbolkan dengan A ditunjukan pada table berikut:
Tabel 4. Data Alternatif
b. Analisa Sistem
Dalam perancangan sistem ini dibutuhkan proses penggunaan metode AHP untuk pengolahan kriteria, dengan cara membandingkannya secara berpasangan sesuai dengan kriteria.
1. Penentuan Hirarki
.
Gambar 1. Hirarki SPK Pemilihan Ketua partai 2. Melakukan Penilaian Perbandingan Kriteria
Tabel 5. Matriks Perbandingan Kriteria
Code Nama
A01 Ahmad A02 Budi A03 Budiman
Code C01 C02 C03 C04 C05 C06 C07
C01 1 1 1 0.33 1 0.20 1 C02 1 1 3 1 0.33 0.20 1 C03 1 0.33 1 0.20 0.33 0.20 1 C04 3 1 5 1 1 1 1 C05 1 3 3 1 1 1 3 C06 5 5 5 1 1 1 1 C07 1 1 1 1 0.33 1 1
3. Melakukan sintetis yang dilakukan untuk mendapatkan keseluruhan prioritas Tabel 6. Priority Vector Kriteria
4. Sebelum kriteria digunakan maka perlu dilakukan terlebih dahulu pengukuran konsistensi,
CI = (λ maks-n)/n-1 CR = CI / IR CI = (7,742-7)/(7-1) CR = 0,124/1,32
CI = 0,124 CR = 0,094
Untuk nilai IR dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai IR 1,32 karena jumlah elemen atau kriteria yang terlibat ada 7 kriteria. Hasil pencarian nilai CR adalah 0,094. Setelah mendapatkan nilai CR, maka tahap selanjutnya yaitu memeriksa konsistensi hierarki.
Dari hasil CR yang peneliti dapatkan 0,094 atau kurang dari 0,1 maka perhitungan yang dilakukan sudah benar.
5. Analisa Alternatif
Analisis alternatif digunakan untuk menentukan prioritas alternatif per setiap kriteria. Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti saat analisis kriteria.
Tabel 7. Bobot Prioritas Alternatif
Code Alternatif C01 C02 C03 C04 CO5 C06 C07
1 Ahmad 0,122 0,608 0,407 0,492 0,333 0,333 0,333 2 Budi 0,23 0,272 0,329 0,396 0,333 0,333 0,333 3 Budiman 0,648 0,12 0,264 0,111 0,333 0,333 0,333 6. Hasil Akhir
Selanjutnya untuk mendapatkan perangkingan alternatif calon ketua partai yaitu dengan cara mengalikan bobot prioritas kriteria dengan setiap baris matriks bobot prioritas alternatif.
Code C01 C02 C03 C04 C05 C06 C07 Total
C01 0.0769 0.0811 0.0526 0.0602 0.2 0.0435 0.1111 0.6254 C02 0.0769 0.0811 0.1579 0.1807 0.0667 0.0435 0.1111 0.7179 C03 0.0769 0.027 0.0526 0.0361 0.0667 0.0435 0.1111 0.4139 C04 0.2308 0.0811 0.2632 0.1807 0.2 0.2174 0.1111 1.2843 C05 0.0769 0.2432 0.1579 0.1807 0.2 0.2174 0.3333 1.4094 C06 0.3846 0.4054 0.2632 0.1807 0.2 0.2174 0.1111 1.7624 C07 0.0769 0.0811 0.0526 0.1807 0.0667 0.2174 0.1111 0.7865
Tabel 8. Perangkingan Alternatif Code Alternatif Bobot
A01 Ahmad 0,376
A02 Budi 0,329
A03 Budiman 0,295
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang SPK pemilihan ketua partai dapat disimpulkan beberapa hal, bahwa
1. Dengan adanya SPK pemilihan ketua partai ini dapat membantu dalam pertimbangan dalam menentukan calon ketua partai melalui data perangkingan dari hasil yang telah diolah dalam sistem ini.
2. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode AHP hasil yang didapat urutan calon ketua partai ini secara berurutan adalah Ahmad dengan bobot 0,376 lalu Budi dengan bobot 0,329, Budiman dengan bobot 0,295 sehingga calon ketua partai yang disarankan adalah Ahmad.
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan beberapa saran yang berguna dalam pengembangan sistem ini untuk berikutnya yaitu :
1. Sistem pendukung keputusan ini dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan pengguna sistem dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam penentuan pemilihan ketua partai.
2. Melakukan pengembangan sistem ini dalam bentuk aplikasi secara mobile agar dapat mempermudah dalam mengaksesnya
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Roni Salambue, S.Kom., M.Si.
yang telah membimbing, memotivasi serta membantu penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abdul Chamid, A. C. M. (2017). Kombinasi Metode Ahp Dan Topsis Pada Sistem Pendukung Keputusan. Jurnal Informatika Dan Sistem Informasi, 1(3), 115–119.
Costaner, L. (2015). Sistem Pengambilan Keputusan Mata Kuliah Yang Diminati Mahasiswa (Studi Kasus: Prodi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer -UNISI). Jurnal Sistemasi, 4(3), 35-43.
Harahap, A. A. (2015). Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Jurusan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process ( Studi Kasus : Smk Swasta Kartini Utama Sei Rampah ). Jurnal Pelita Informatika Budi Darma, 9(2), 13–20.