• Tidak ada hasil yang ditemukan

N”. Skripsi, Jurusan Syari‟ah dan Ekonomi Islam, Program Studi Mu‟amalah, STAIN Ponorogo, 2015.

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "N”. Skripsi, Jurusan Syari‟ah dan Ekonomi Islam, Program Studi Mu‟amalah, STAIN Ponorogo, 2015."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

Demikian pula masyarakat Desa Mategal, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan mengadakan perjanjian bagi hasil dengan Perhutani. Dalam pembagian bagi hasil akan dibicarakan antara Perhutani dengan pengurus LMPSDH untuk kemudian dibagikan kepada penggarap lahan. Penelitian ini berjudul “ANALISIS KERJASAMA HUKUM ISLAM DALAM BUDIDAYA LAHAN HUTAN DI DESA MATAGAL KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN”.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap kontrak kerjasama penggarapan lahan hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Bagaimana analisis hukum Islam tentang sistem pengupahan dalam hal ganti rugi penggarapan tanah dan pemberian bagi hasil pada saat penebangan pohon kerjasama penggarapan lahan hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Menjelaskan analisis hukum Islam pada kontrak kerjasama penggarapan lahan hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Menjelaskan analisis hukum Islam tentang sistem pengupahan berupa ganti rugi lahan dan bagi hasil dalam penebangan pohon dalam hubungannya dengan penggarapan lahan hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas tentang kerjasama penggarapan lahan hutan antara masyarakat dengan Perhutani di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Metode Penelitian

Analisis Fiqh Praktek Perjanjian Tanam Sawah di Desa Nailan Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo. Dari hasil pemaparan di atas, sejauh kemampuan penulis, belum ada karya tulis yang secara khusus membahas kerjasama penggarapan lahan hutan berdasarkan muzāra'ah. Peneliti akan fokus pada pelaksanaan kerjasama tersebut kemudian menjelaskan gambaran kejadian terkait kerjasama pengolahan tanah di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Lokasi penelitian di Desa Mategal, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan yang mayoritas penduduknya adalah rimbawan. Untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu mengenai kontrak kerjasama penggarapan lahan hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, data dari surat perjanjian kerjasama disamping wawancara dengan pihak Perhutani, ketua LMPSDH dan masyarakat negara itu. Sumber data primer adalah hasil wawancara dengan orang-orang yang dapat mengomentari topik tersebut atau yang terlibat langsung dalam praktik ko-budidaya lahan hutan di lahan Perhutani di Desa Mategal, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.

Observasi yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti dengan melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan didiskusikan oleh responden dalam kegiatan kesehariannya 19 Mengenai kerjasama penggarapan lahan hutan, penulis melakukan observasi dengan melihat langsung lahan hutan yang diusahakan oleh petani dibudidayakan. Dokumentasi yaitu mencari data tentang hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku dan lain sebagainya 20 Dalam hal ini peneliti mengunjungi kantor Kepala Desa, perpustakaan desa dan mencari foto-foto yang berkaitan dengan praktek budidaya hutan tanah di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Sistematika Pembahasan

Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif, artinya dalam analisis data penulis ingin memberikan gambaran atau penjelasan mengenai subjek dan objek penelitian sebagai hasil penelitian. yang dilakukan. 24. Untuk menarik kesimpulan dari data yang ada, penulis menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang diawali dengan teori, argumentasi, dan penetapan yang bersifat umum, kemudian mengemukakan fakta-fakta yang khusus, yaitu mencari dasar-dasar hukum yang ada. menyelidiki permasalahan yang timbul dari hasil observasi di lokasi penelitian 25.

PENDAHULUAN

MUZ RA’AH DAN PERMASALAHANNYA

GAMBARAN UMUM TENTANG AKAD KERJASAMA DAN SISTEM PENGUPAHAN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA PENGGARAPAN LAHAN HUTAN

PENUTUP

Pengertian Muz ra ’ah

Menurut bahasa, muzāra'ah memiliki dua arti, yang pertama adalah al-muzāra'ah, yang berarti tharh al-zur'ah (melempar tanaman), arti modal (al-hadzar), arti pertama adalah arti bahasa kiasan dan makna kedua adalah makna sebenarnya. 26. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengertian muzāra'ah adalah menciptakan harga sewa tanah dari uang, hewan atau barang dagangan. Menurut Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, seorang muzāra'ah adalah pemilik tanah yang menyerahkan alat, benih dan hewan kepada orang yang hendak menanamnya, dengan syarat mendapat imbalan yang telah ditentukan sebelumnya, misalnya: ½ atau kurang atau lebih dengan kesepakatan bersama.

Dari penguraian definisi tersebut dapat dipahami bahwa menurut konsepnya, muzāra'ah adalah suatu bentuk kerjasama pengolahan tanah pertanian antara pemilik tanah dengan penggarap, dimana pemilik tanah memberikan tanah pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan ditanami. .

Dasar Hukum Muz ra ’ah

Hakikatnya, akad muzāra'ah ini adalah berdasarkan dan bertujuan untuk saling membantu dan manfaat antara kedua belah pihak. Nabi SAW mempekerjakan penduduk Khaibar dengan bayaran berupa separuh daripada hasil tuaian buah-buahan atau tanaman. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Aku adalah orang ketiga dari dua orang yang bersatu, selama salah satu dari dua orang itu tidak mengkhianati sahabatnya.

Dari Ibnu Abbas, katanya, sebenarnya Nabi SAW tidak melarang memiliki tempat suci, bahkan beliau memerintahkan agar sebagian mencintai yang lain, seraya beliau bersabda: Makna hadits di atas adalah jika ada sumpah dalam sebuah kuil ah, lebih baik menyerahkan beras atau ladang kepada seseorang tanpa meminta bagian. Menurut kaul yang dipilih, muzāra'ah diperbolehkan, yaitu menafsirkan hadits yang melarang muzāra'ah, bahwa larangan dalam hadits tersebut berlaku untuk muzāra'ah yang pembagian hasilnya ditentukan berdasarkan peta (misalnya pendapatan sisi barat menjadi milik pemilik tanah dan sisi timur hasilnya menjadi penggarap).

Menurut mazhab Syafi'i, jika pembagian hasil berdasarkan pemetaan seperti itu, jelas batal demi hukum. Bukhari mengatakan bahwa dia memberi tahu Abu Ja'far, "Tidak ada satu rumah pun di Madinah kecuali penduduk mengolah tanah dengan cara muzāra'ah dengan bagian dari hasil dan ¼.

Pandangan Ulama Terhadap Hukum Muz ra ’ah

Namun, sebahagian ulama Syafi'iyyah seperti Ibn Khuzaimah, Ibnu al-Mundzir dan al-Khatabi membenarkannya. Mereka menyatakan bahawa muzāra'ah dibenarkan dan diamalkan oleh orang Islam di negara yang berbeza dan tidak ada yang membatalkannya. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. tidak melarang muzarah, tetapi menyuruh manusia supaya saling berkasih sayang.” 49.

Dengan cara muzāra'ah, masyarakat yang tidak memiliki tanah, ladang atau sawah tetap dapat bercocok tanam. Jika hukum muzāra'ah batal demi hukum, maka cara untuk melakukannya adalah dengan membayar seseorang sejumlah uang untuk menggarap tanah tersebut. Jika tanah yang diberikan kepada buruh sudah ada pohonnya, dibuatlah akad musaqah untuk menyirami pohon kurma yang ada, yang termasuk dalam akad muzāra'ah.

Muzāra'ah yang diperbolehkan menyertai musaqah dengan syarat bibitnya berasal dari pemilik tanah. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara tanah yang banyak pohonnya dengan yang sedikit atau sebaliknya, menurut qaul yang rajin. Hal ini karena Rasulullah SAW pernah memberikan kepada masyarakat Khaibar sebagian hasil kebun yang mereka garap, baik berupa buah-buahan.

ملسم ااور)

Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis

Desa Mategal merupakan bagian paling selatan Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, dengan luas 1.968 ha yang terdiri dari 931 ha pemukiman penduduk, 375 ha sawah, 96 ha lahan kering, 516 ha kawasan hutan dan 50 ha dari yang lain. Sebagian besar wilayah Desa Mategal berada di dataran tinggi dan sebagian lagi berada di kawasan hutan. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang fungsi utamanya melindungi kehidupan dengan tujuan mencegah erosi, longsor, banjir dan menjaga kesuburan tanah.

Jumlah 1.453 Orang 1.830 Orang

  • Pelaksanaan Akad Kerjasama Penggarapan Lahan Hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
  • Sistem Pengupahan dan Bagi Hasil dari Pihak Perhutani Terhadap Penggarap Lahan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten
  • Analisa Hukum Islam Terhadap Akad Perjanjian Kerjasama Penggarapan Lahan Hutan di Desa Mategal Kecamatan Parang
  • Kesimpulan
  • Saran

Pengelolaan hutan rakyat di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan berlangsung sekitar tahun 2004. Dalam kerjasama penggarapan lahan hutan di Desa Mategal selaku pemilik lahan yaitu Perhutani, dan sebagai penggarap lahan dari masyarakat sekitar telah tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai tenggat waktu, hak dan kewajiban, bagi hasil dan lainnya. Ini merupakan kesepakatan kerjasama penggarapan lahan hutan milik Perhutani di Desa Mategal, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.

Sistem Upah dan Bagi Hasil Perhutani Bagi Penggarap Lahan di Desa Mategal Kecamatan Parang, Penggarap Lahan di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Teknik pelaksanaan bagi hasil diserahkan kepada masing-masing lembaga dengan mempertimbangkan kondisi setempat. Pembagian hasil tanaman yang ditanam petani dengan tanaman tegakan dalam praktiknya tidak sejalan dengan kesepakatan yang dibuat LMPSDH dengan KPH Madiun.

Nyonya. Siti telah menggarap lahan tersebut selama 5 tahun dan selama itu baik Perhutani maupun LMPSDH tidak meminta bagi hasil dari hasil panennya. Kalaupun LMPSDH meminta bagi hasil dari hasil panen bersih, tidak akan menyetujuinya karena hasil panen dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mengenai bagi hasil tanaman pokok Perhutani yang ditanam dan dipelihara oleh Pesanggem (petani bagi hasil), dilakukan pada saat pohon siap ditebang.

Bagi hasil penjarangan terus menerus dan tebang habis dalam bentuk uang diberikan 25% (dua puluh lima persen) setelah kayu dipanen dan dijual di Tempat Pemungutan Kayu (TPK).100. Jika seorang petani yang menggarap tanah itu meninggal dunia, maka bagian keuntungannya diberikan kepada ahli warisnya. Begitu pula dengan kerjasama penggarapan lahan hutan milik Perhutani di Desa Mategal, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.

Namun sebaiknya dapat dituangkan dalam suatu kesepakatan yang dibuat dan disepakati bersama, termasuk bagi hasil (persentase kerjasama). Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Upah dan Bagi Hasil Antara Pihak Masyarakat Dengan Pihak Perhutani Di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Namun petani tidak secara transparan mengakui hasil panennya dan tidak membayar bagi hasil kepada LMPSDH.

Berkenaan dengan beberapa aspek seperti ketentuan bagi hasil yang jelas yang disepakati bersama dan dituangkan dalam perjanjian. Penulis mencoba memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak yang bekerjasama dalam pembagian keuntungan khususnya di Desa Mategal Kecamatan Parang Kabupaten Magetan dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar sesuai dengan tujuan syariat Islam. . , yaitu memelihara.

Referensi