PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Bagaimana kedudukan garis keturunan anak hasil hubungan inses dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia? Bagaimana kedudukan hak asuh anak akibat hubungan inses dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia?
Batasan Masalah
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Kajian Penelitian Terdahulu
Metode Penelitian
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku, majalah, dan sumber data lain yang ada di perpustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan yaitu melalui kitab-kitab baik umum maupun agama, berbagai peraturan perundang-undangan, kompilasi hukum Islam, penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai jenis bahan yang ada di ruang perpustakaan. . A.
Sistematika Penulisan
LANDASAN TEORI
Dasar Hukum Larangan Incest menurut Hukum Islam dan
- Dasar Hukum Larangan Incest Menurut Hukum Islam
- Dasar Hukum Larangan Incest Menurut Hukum Positif. 21
- Jenis-jenis Incest
- Bentuk-bentuk Incest
Maksudnya: “Kamu diharamkan (berkahwin) ibu-ibu kamu; anak-anak perempuan kamu[281]; saudara-saudara perempuan kamu, saudara-saudara perempuan bapa kamu, saudara-saudara perempuan ibu kamu, anak-anak perempuan saudara lelaki kamu; Para ulama bersepakat bahawa terdapat tiga sebab yang termasuk dalam kategori wanita - wanita yang diharamkan dinikahi dalam ayat di atas, iaitu: 19. Islam menganggap penyusuan susu ibu sebagai sumbang mahram kerana kedudukannya sama dengan saudara kandung, dan yang tergolong dalam golongan ini ialah.
Hubungan darah dalam keturunan lateral, yaitu antara saudara kandung, antara seseorang dengan saudara kandung orang tuanya, dan antara seseorang dengan kakek dan neneknya; Berdasarkan rumusan pasal di atas, dapat diuraikan beberapa kelompok subjek hukum yang dilarang oleh undang-undang untuk melangsungkan perkawinan, yaitu. Anak, cucu dan seterusnya, atau ke samping antara saudara laki-laki dan perempuan baik karena kelahiran yang sah maupun tidak sah.
Hubungan perkawinan yang termasuk dalam garis agunan adalah: isteri yang lebih muda, isteri yang lebih tua, dan sebagainya, baik perkawinan itu sah atau tidak. Hubungan suami-istri meliputi: saudara laki-laki/perempuan suami dan saudara laki-laki/perempuan isteri, kecuali yang menyebabkan perceraian itu telah meninggal dunia atau hakim mengizinkan perkawinan itu dilaksanakan tanpa kehadirannya.
Faktor-faktor Penyebab
Selain faktor biologis, inses juga berdampak pada psikologi pelakunya, dalam hal ini bisa jadi pelaku tidak memiliki rasa percaya diri, kesulitan dengan lingkungannya, faktor tersebut sangat mempengaruhi terjadinya inses. Selain faktor internal yang telah diuraikan diatas, faktor eksternal juga sangat berpengaruh seperti minimnya perekonomian rumah tangga yang pas-pasan. Selain faktor ekonomi keluarga, rendahnya tingkat pendidikan dan sosialisasi juga turut mempengaruhi, karena faktor tersebut kemampuan berpikir manusia tidak berkembang, tidak berpikir logis, tidak memikirkan dampak apa yang akan terjadi di kemudian hari, he hanya berpikir sendiri. untuk kesenangan.
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, menurut saya ada faktor yang lebih berpengaruh, yaitu tingkat pemahaman beragama dan penerapan keyakinan dan norma agama. Apalagi jika dia laki-laki (notabe cenderung dianggap lebih berkuasa) dia akan sangat terkejut dan menimbulkan ketidakseimbangan mental psikologis. Hal seperti ini sebaiknya dihindari oleh laki-laki maupun perempuan yang mempunyai saudara sedarah, baik perempuan dewasa maupun di bawah umur, serta laki-laki, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya inses.
Laki-laki mempunyai rasa kepemilikan terhadap anak dan keluarganya sehingga ia berhak melakukan apa pun. Faktor-faktor di atas lebih banyak mencakup tentang kehidupan, baik dari segi materi, psikologi kesehatan, dan berikut faktor-faktor yang melatarbelakangi alasan pelaku pertumpahan darah melakukan pertumpahan darah dari pihak keluarga:
Pencegahan Incest
Permasalahan yang satu ini harus benar-benar diperhatikan, karena pengetahuan tentang seks adalah masyarakat khususnya remaja atau orang tua harus benar-benar mempelajari ilmu tersebut agar terhindar dari hal-hal yang berbau negatif tentang seks, seperti kasus yang sedang saya bahas yaitu mengenai rasa malu darah (blood malu) Selain inses masih banyak kasus lain seperti PMS, pernikahan dini dan lain sebagainya.
Dampak Incest
Berbagai peristiwa hubungan inses yang banyak diberitakan di media akhir-akhir ini menunjukkan betapa besar penderitaan yang dialami perempuan korban inses. Sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari kekerasan yang berlapis-lapis karena mereka sangat bergantung pada pelaku dan masih merasa tidak mau mengungkapkan rasa malu dari pria yang pada dasarnya mereka cintai, yang seharusnya mencintai dan menjadi pelindungnya. . Keluarga khususnya (istri dan anak perempuannya) yang mengalami peristiwa inses akibat peristiwa inses tersebut mengalami trauma dan gangguan jiwa seumur hidup, sehingga jiwa mereka terganggu.Inilah dampak psikologis dari peristiwa inses tersebut. Penyakit ini merupakan gangguan psikologis fungsional berupa gangguan jiwa berulang yang ditandai dengan gejala psikotik yang khas dan penurunan fungsi sosial, pekerjaan, dan perawatan diri.
Gejala penyakit ini biasanya bermula pada peringkat awal kanak-kanak, tetapi sudah tentu keadaan berat sebelah berbeza-beza. Bayi yang menghidap penyakit ini biasanya normal dalam beberapa bulan pertama kelahiran, tetapi pada bulan-bulan berikutnya kelainan akan kelihatan. Walaupun ia adalah sukarela dan tiada siapa yang berasa menjadi mangsa, sumbang mahram telah mengorbankan moral awam.
Dengan munculnya pertumpahan darah, maka moral manusia akan hilang dan masa depan bangsa kita (Indonesia) akan menderita jika generasi mendatang tidak memiliki moral dan norma yang tidak manusiawi serta tidak memandangnya dari sudut pandang agama. Peristiwa incest yang terjadi dalam sebuah keluarga akan menyebabkan hancurnya nama keluarga di mata masyarakat.
ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM
Pengertian Anak
Karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam pandangan Islam, maka hendaknya anak diperlakukan secara manusiawi sebagaimana mereka mencari nafkah lahir dan batin, agar kelak anak tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia dan mampu bertanggung jawab dalam sosialisasi dirinya kepada anak. memenuhi kebutuhan hidupnya di masa depan. Anak merupakan anugerah yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya. Jika tidak mempunyai anak maka sebuah rumah tangga terasa sepi atau tidak lengkap karena tidak ada suara tangis bayi dimana mereka mencurahkan rasa cintanya kepada anaknya sebagai unsur yang sangat kuat. Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang mempunyai peranan strategis dan mempunyai sifat serta sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa depan.
Oleh karena itu, anak berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik jasmani, rohani, dan sosial serta mempunyai akhlak yang mulia karena berhak hidup sejak dalam kandungan ibu.
Batas Usia Anak
Hak Anak
Anak dalam Islam merupakan penerus dari keturunan yang akan mewarisi segala sesuatu yang dimiliki orang tuanya. Anak bisa saja menuntut pertanggungjawaban orang tuanya di kemudian hari jika orang tuanya mengabaikan dan mengabaikan kewajiban mendidik anaknya. Setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya yang sangat menunjang perkembangan pola masa depan anak.
Perwalian sangat penting bagi anak perempuan yang ingin melangsungkan perkawinan dimana wali merupakan syarat dan. Anak merupakan keturunan yang sangat diharapkan oleh karena itu anak merupakan generasi penerus keluarga dimana harta warisan adalah harta peninggalan orang tuanya yang telah meninggal yang diberikan kepada anaknya sehingga menjadi anak41.
Anak Dalam Hukum Positif
Analisis garis keturunan anak hasil hubungan incest dari sudut pandang hukum Islam, menurut hukum Islam tentang garis keturunan. Garis keturunan anak hasil inses hanya mempunyai hubungan darah dengan ibunya, karena anak hasil inses tidak mempunyai hubungan keluarga yang sah dengan orang yang mengawinkannya dan karena anak yang dilahirkan bukan dari perkawinan yang sah52. Yang mana dalam hukum Islam adalah anak yang tidak dalam perkawinan yang sah, maka anak tersebut tergolong anak hasil zina.
Analisa Garis Kekeluargaan Anak Hasil Hubungan Inses Dalam Perspektif Hukum Positif Menurut Hukum Positif Seorang anak hasil hubungan sedarah hanya mempunyai hubungan dengan ibunya saja, mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi No. Analisis Perwalian Anak Hasil Hubungan Inses Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia. Menurut hukum Islam, perwalian anak akibat inses berada pada wali hakim, karena hak menjadi wali hanya ditentukan oleh adanya perkawinan yang sah.
Menurut hukum Islam tentang keturunan, seorang anak hasil hubungan sedarah hanya mempunyai hubungan keturunan dengan ibunya, karena anak hasil hubungan sedarah tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayah kandungnya dan anak yang lahir di luar nikah sah. Menurut hukum Islam, hak asuh anak hasil inses berada pada wali hakim, karena hak menjadi wali hanya ditentukan oleh adanya perkawinan yang sah. Sedangkan menurut Hukum Positif, perwalian anak akibat inses berada pada wali hakim, yang meskipun putusan Mahkamah Konstitusi no.
46/PUU-VIII/2010, anak hasil perkawinan sedarah tidak berhak mempunyai wali dalam perkawinan, karena syarat dan rukun wali sebagaimana tercantum dalam Pasal 19 susunan hukum Islam tentang perwalian tidak terpenuhi. .
ANALISIS NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL
Analisis Nasab Anak Hasil Hubungan Incest dalam
- Analisis Nasab Anak Hasil Hubungan incest dalam
- Analisis Nasab Anak Hasil Hubungan Incest dalam
Analisis Perwalian Anak Hasil Hubungan Incest dalam
- Analisis Perwalian Anak Hasil Hubungan Incest
- Analisis Perwalian Anak Hasil Hubungan Incest
Seseorang yang ditetapkan oleh pengantin lelaki berkenaan. Bagi anak yang lahir dari pertalian atau persetubuhan sumbang, dia tidak mempunyai wali kerana nasab bapanya dan pertalian kerabat dengan lelaki sebelah bapanya, iaitu hasil pertalian persaudaraan hanya dengan ibunya dan keluarga ibunya. Keperluan itu adalah bahawa seorang anak yang dilahirkan daripada hubungan seksual yang serasi hanya mempunyai hubungan yang daripadanya timbul hak dan kewajipan, kepada ibunya dan keluarga ibunya. Hak jagaan kerabat atau kerabat boleh dipindahkan kepada wali hakim jika tiada wali Linija. Hak menjadi wali suami isteri adalah kepunyaan lelaki yang memenuhi kehendak syarak iaitu Islam, berakal dan baligh.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa syarat-syarat dan rukun-rukun untuk menjadi wali yang sah bagi anak hasil inses tidak memenuhi syarat-syarat bahkan tidak ada, oleh karena itu wali dari anak hasil inses adalah wali hakim. Penerapannya adalah anak yang lahir dari hubungan seksual incest hanya mempunyai hubungan yang memberinya hak dan kewajiban, dengan ibu dan keluarga ibu. Jadi menurut yang dijelaskan dalam Pasal 23 ayat (1) Ikhtisar Hukum Islam, dia adalah wali.
Jadi, hak wali dalam perkawinan anak hasil hubungan seksual inses berada pada wali hakim yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama. 46/PUU –VIII/2010 tentang anak di luar nikah menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di luar nikah mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya serta dengan suami sebagai ayah yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi ( tes DNA) dan/atau membuktikan bahwa orang lain mempunyai hubungan darah yang sah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.