• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi - Universitas Bhayangkara Surabaya

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi - Universitas Bhayangkara Surabaya"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Tujuan Penulisan

Manfaat Penelitian

Kajian Pustaka

Undang-undang kedokteran yang ada tidak secara tegas mengatur tentang besarnya kesalahan dokter dalam hal terjadi penyimpangan sehubungan dengan ganti rugi yang dapat diterima oleh korban luka. Pada prinsipnya kerugian adalah sejumlah uang yang harus diterima pasien sebagai ganti rugi agar dapat kembali ke keadaan semula sebelum terjadi sengketa medik. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi dari seseorang, tenaga kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang merugikan dirinya karena kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan.

Namun pasal ini tidak merinci berapa besar ganti rugi yang harus dibayarkan kepada pasien sehubungan dengan besarnya kesalahan yang dilakukan oleh seorang dokter.

Metode Penelitian

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah bahan hukum yang dikategorikan sebagai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum yang digunakan sebagaimana dinyatakan dalam pendapat yang mewakili pendapat penulis akan dirujuk secara otentik. Bahan hukum yang terkumpul diklasifikasikan secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Kami memproses bahan hukum yang diperoleh dengan mengkategorikan langkah pertama klasifikasi selektif bahan hukum.

Sistematika Penulisan

PENGGUGAT berhak mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum karena dugaan penyalahgunaan yang dilakukan oleh TERGUGAT II dan TERGUGAT III dalam melakukan tindakan medis akibat luka pada kaki PENGGUGAT; Menerima dan mengabulkan permohonan kasasi para pembanding, tergugat II semula dan tergugat III; Menyatakan bahwa tergugat semula turut tergugat I bertanggung jawab atas segala tindakan medis dan/atau tindakan medis yang dilakukan oleh pemohon banding, tergugat II asal dan tergugat III;

Menghukum pembanding, tergugat II asal dan tergugat III serta rekan termohon, tergugat pertama I, untuk melakukan pembayaran kepada termohon banding, penggugat asal Konvensi atas perbuatannya.

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PASIEN DAN DOKTER DALAM KAITANNYA

Malpraktek

Dari segi hukum pidana, untuk mengukur tindakan medis seorang tenaga kesehatan saat ini apakah telah melakukan malpraktik yang merupakan tanggung jawab hukum masih dapat dikompensasi dalam dua pasal, yaitu 359 dan 360 KUHP. Jadi, selama pengobatan terhadap pasien dilakukan secara benar dan benar sesuai disiplin kedokteran, tanpa hasil penyembuhan yang diharapkan, dari segi hukum tidak menimbulkan malpraktek kedokteran. Tentunya dengan kondisi yang tidak kunjung sembuh atau penyakit pasien yang semakin parah setelah dilakukan tindakan medis, dan dari sudut pandang disiplin kedokteran, kedua kondisi tersebut sebenarnya merupakan akibat (hubungan sebab akibat) dari malpraktik medis oleh dokter.

Sifatnya berbeda dalam hal pelanggaran perjanjian hukum yang lahir sebagai akibat undang-undang (1352 KUHPerdata), jika ada kesalahan dalam pengobatan dokter. Akibat perbuatan melawan hukum, dalam hal tindakan medis dokter yang menimbulkan kerugian bagi pasien, dapat dimasukkan dalam kategori perbuatan melawan hukum menurut pasal ini. Kesalahan disini dapat berupa kesengajaan atau kelalaian dokter, baik dalam hal tindakan (aktif) maupun tidak melakukan (pasif) dalam tindakan medis pasien.

Kerugian tersebut harus benar-benar disebabkan oleh tindakan medis yang tidak benar oleh dokter dan harus dibuktikan baik dari sudut pandang ilmu kedokteran (khususnya yang berkaitan dengan bahaya kesehatan dan konsekuensi psikologis) maupun sudut pandang hukum atau ilmu lainnya seperti misalnya. sebagai psikologi atau kepatutan (dalam hal kerugian material dan moral). Pada dasarnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien adalah hubungan keperdataan, yang dalam pengertian malpraktek kedokteran termasuk dalam wilayah perdata apabila salah penanganan berupa wanprestasi atau perbuatan melawan hukum. Ketidakpatuhan, apabila dokter tidak memenuhi kewajiban berobat dengan sebaik-baiknya dan optimal (misalnya karena pasien tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai pengobatannya) atau memenuhi kewajiban yang tidak sesuai dengan standar kedokteran.

Dalam keadaan harus ada hubungan hukum antara dokter dengan pasien, maka hal itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan medis yang diberikan oleh dokter. Hubungan hukum ini yang pada hakekatnya merupakan hubungan keperdataan, merupakan tanggung jawab hukum bagi dokter apabila terjadi penyimpangan dari tindakan medis yang mengakibatkan kerugian dari segi hukum pidana.

Gugatan Ganti Rugi Atas Adanya Dugaan Malpraktek Kedokteran (Studi

  • Pengadilan Negeri (Putusan No. 182/Pdt.G/2016/PN.Jkt.Tim)
  • a. Para Pihak
  • b. Posisi Kasus
  • c. Gugatan Penggugat
  • d. Putusan No. 182/Pdt.G/2016/PN.Jkt.Tim
  • Proses Banding (Putusan No. 624/Pdt/2019/PT.Dki)
  • a. Gugatan Dari Para Pemohon Banding semula Tergugat II dan Tergugat
  • b. Putusan No. 624/Pdt/2019/PT.Dki

Berdasarkan hal tersebut di atas maka TERGUGAT I harus bertanggung jawab atas kelalaian petugas medisnya, dalam hal ini perbuatan TERGUGAT II dan TERGUGAT III yang mengakibatkan kerugian nyata bagi PENGGUGAT; Pada tanggal 21 September 2015, PENGGUGAT sebagai dokter ortopedi mengunjungi TERGUGAT II dengan membawa surat rontgen dan surat keterangan foto rontgen TERGUGAT III, selanjutnya TERGUGAT II memeriksa luka pada kaki PENGGUGAT ; Pada tanggal 28 September 2015, PENGGUGAT kembali menemui TERGUGAT II untuk dilakukan pemeriksaan terhadap cedera kakinya, dimana TERGUGAT II hanya menekan pada bagian kaki yang dirasakan oleh PENGGUGAT sakit selama pemeriksaan;

Pada tanggal 8 Oktober 2015, Penggugat kembali memeriksakan diri kepada Tergugat II dan meminta dilakukan rontgen kedua karena luka kaki Penggugat masih nyeri dan terus menunjukkan pembengkakan; Berdasarkan hasil rontgen kedua, TERGUGAT II tetap menyatakan “tidak ada luka serius pada kaki penggugat”. Pada tanggal 19 November 2015, Penggugat kembali ke TERGUGAT II dan kemudian TERGUGAT II meminta rontgen ketiga dari Penggugat karena cedera kaki Penggugat semakin parah dan masih bengkak;

Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan, Tergugat II merujuk PENGGUGAT untuk pemeriksaan aliran darah di Klinik Jantung; Apa yang dilakukan oleh tenaga medis TERGUGAT I, khususnya TERGUGAT II. dan TERGUGAT III lalai dalam melakukan tindakan medis atau diagnosa awal mengenai cedera kaki PENGGUGAT sehingga kondisi kaki PENGGUGAT tidak mudah kembali normal; Berdasarkan hal di atas, dimungkinkan untuk melakukan II. dan III.

Menyatakan TERGUGAT I bertanggung jawab atas segala tindakan praktek kedokteran dan/atau tindakan kedokteran yang dilakukan oleh TERGUGAT II dan TERGUGAT III dalam pemeriksaan dan diagnosa cedera kaki PENGGUGAT; Dinyatakan bahwa PEMOHON II dinyatakan bersalah memeriksa dan mendiagnosis cedera kaki PENGGUGAT sebanyak 4 (empat) kali berturut-turut bahkan setelah dilakukan rontgen 3 (tiga) kali dan karena kesalahan tersebut kaki PENGGUGAT menjadi cacat seumur hidup; Para Pemohon Banding, Tergugat II Asli dan Tergugat III, telah mengajukan memori kasasi yang diterima di Kantor Kehakiman Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada tanggal 27 November 2018 dan memori kasasi tersebut telah disampaikan dan disampaikan kepada Pemohon Banding.

Penggugat memeriksakan pengaduannya dengan dokter lain selain Tergugat II dan Tergugat III tanpa rujukan, sehingga Tergugat II dan Tergugat III tidak bertanggung jawab atas segala resiko.

Analisa Penulis Terhadap Putusan No. 624/Pdt/2019/PT.Dki

Pencabutan gugatan awal penggugat Gugatan Tergugat - Memerintahkan Termohon kasasi awal penggugat untuk membayar semua biaya perkara yang timbul dalam perkara ini. Diterimanya Kontra Memori Banding Termohon Banding komperhensif Penggugat terhadap Banding Banding asli Tergugat II dan Tergugat III terhadap putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Jakarta Timur No. Memperhatikan bahwa Penanggung Jawab Banding bertanggung jawab atas semua tindakan praktik medis dan/atau tindakan medis yang dilakukan oleh Pemohon Banding, Tergugat II dan Tergugat III, dalam penyelidikan dan diagnosis cedera kaki Termohon Banding, semula Penggugat Konvensi;

Menyatakan Tergugat II terbukti bersalah memeriksa dan mendiagnosa cedera kaki termohon dalam kasasi, semula penggugat konvensi 4 (empat) kali berturut-turut, padahal sudah dilakukan rongens 3 (tiga) kali dan karena dari kesalahan ini kaki tergugat untuk banding, yang semula penggugat konvensi, menjadi cacat seumur hidup. III dan Turut Termohon I, untuk membayar ganti rugi baik materiil maupun nonmateriil kepada Termohon-termohon asal. Akibat perbuatan melawan hukum dari pemohon banding, mantan tergugat II dan tergugat III, serta rekan termohon, tergugat I semula, merugikan termohon penuntut, penggugat asli Konvensi, di mana tergugat dari pihak banding, awalnya penggugat Konvensi, lumpuh permanen di kakinya dan tidak.

Menghukum para Pemohon, tergugat I II dan tergugat III, serta turut tergugat I, membayar denda (dwangsom) sebesar Rp. lima puluh juta rupiah) setiap hari jika Pemohon Banding semula adalah Tergugat II dan Tergugat III. Menimbang bahwa terdakwa II dan terdakwa III adalah tenaga medis yang bekerja pada terdakwa I (Rumah Sakit Harum Sisma Medika), yaitu berdasarkan Pasal 1367 KUH Perdata dan Pasal 46 UU.

Undang-Undang Nomor 44 Tentang Rumah Sakit, Tergugat I bertanggung jawab atas kerugian Penggugat akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat II dan Tergugat III; Menimbang bahwa dalam tuntutan ganti kerugian, tergugat I/gugatan balik telah dinyatakan bertanggung jawab atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tergugat II dan tergugat III, maka tuntutan balik tersebut harus dinyatakan ditolak.

PENUTUP

Saran

Hubungan hukum antara pemohon-pemohon sebagai tenaga medis rekan pemohon dan pemohon-termohon adalah hubungan antara dokter dan pasien, hal ini tidak menghilangkan hak pemohon-termohon untuk menuntut ganti rugi atas pengaduan pemohon. . sesuai bahwa rekan responden pemohon juga bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian profesional perawatan kesehatannya; Menyatakan Tergugat III terbukti bersalah dimana mengeluarkan keterangan rontgen dengan hasil yang berbeda dengan kenyataan yang dialami oleh Pemohon Banding yang semula penggugat konvensi dan karena kekeliruan tersebut dilakukan kaki Termohon kasasi yang semula penggugat konvensi, cacat seumur hidup; Menimbang bahwa karena tuntutan pendahuluan tidak mempunyai dasar hukum, maka tuntutan itu harus dinyatakan ditolak;

Mengingat berdasarkan Pasal 46 UU No. 44 untuk Rumah Sakit, Rumah Sakit secara hukum bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan tersebut Rumah Sakit Harum Sisma Medika (Tergugat I) berbadan hukum dapat. Email: panitera@mahkamahagung.go.id Telp ext.318) Hal 11 . sebagai tergugat dan bertanggung jawab atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit tergugat II dan tergugat III);

Menimbang bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan para pihak, telah dibuktikan fakta hukum bahwa penggugat didiagnosis pada tanggal 20 September 2015 oleh tergugat II dan diterbitkan surat keterangan rontgen. Menimbang bahwa tergugat II telah melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan penunjang. dengan hasil rontgen Tergugat III terhadap Penggugat pada tanggal 20 September 2015, 28 September 2015, 8 Oktober 2015, dan 19 Oktober 2015, namun penyakit Penggugat tidak kunjung sembuh; Namun mengingat meskipun telah melakukan beberapa pemeriksaan dan mengobati penyakit Penggugat yang tidak kunjung sembuh, Tergugat II tidak merujuk Penggugat ke dokter lain yang lebih ahli atau lebih ahli.

Karena tergugat II telah melalaikan kewajibannya, maka perkara tersebut dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum yang merugikan penggugat; Mengingat ganti rugi yang dituntut oleh penggugat merupakan kerugian materiil yaitu biaya pemeriksaan dan pengobatan di rumah sakit. Menimbang bahwa penggugat menuntut agar tergugat II dan tergugat III dicabut izin usahanya karena tidak kompeten dan profesional dalam menjalankan profesinya, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak, dan agar kejadian tersebut tidak terulang kembali, karena bukan kewenangan Pengadilan, maka gugatan harus dinyatakan ditolak;

Menimbang bahwa karena gugatan penggugat diterima sebagian dan tergugat dijatuhi hukuman ganti rugi, maka.

Referensi

Dokumen terkait

29 Available online at https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/IJLTC/issue/archive As the main legal instrument in the context of marine environmental protection, UNCLOS 1982