• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - Universitas Bhayangkara Surabaya

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - Universitas Bhayangkara Surabaya"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

TINJAUAN HUKUM PENEGAKAN HUKUM STUDI KASUS TRICKING DESAIN INDUSTRI KEPUTUSAN NOMOR 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015” dalam memenuhi persyaratan untuk mengejar/memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Surabaya benar-benar merupakan karya ciptaan saya sendiri, yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang ada, dan bukan hasil plagiarisme. Apabila dikemudian hari ternyata skripsi ini merupakan hasil penjiplakan (plagiarisme), saya bersedia menghadap pengadilan dan gelar saya (Sarjana Hukum) dicabut. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS PENEGAKAN HUKUM STUDI KASUS TRICKING DESAIN INDUSTRI TERHADAP PUTUSAN NOMOR 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015” peran berbagai pihak telah memberikan dorongan, bimbingan dan arahan.

Sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar dan ikhlas dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Seluruh dosen dan staf Universitas Bhayangkara Surabaya yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama beberapa tahun. Sahabat-sahabatku "Hukum Tahun Ini" Tifani DS, Rizky LS, Abdur RL, Lailiatul M, Ardita AI, Linda B, M.Nofikudin, Rahmad B, Rizky K, Sinariodi K, yang setia menemaniku dalam setiap kondisi hingga aku menyelesaikan skripsiku Ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan pahala yang banyak dan ridha atas segala amal baik yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan.

Latar belakang masalah

Secara yuridis pengertian desain industri dapat kita lihat dalam pasal 1 angka (1) UU No. Menurut Insan Budi Maulana, unsur utama yang menyamakan pengertian desain industri Indonesia dengan negara lain adalah bahwa desain adalah bentuk, pola, warna atau perpaduan dari segala sesuatu yang memiliki nilai estetika yang dapat dilihat dengan mata. Pengertian desain industri dalam RUU sebenarnya dapat disederhanakan sehingga tidak perlu mencantumkan semua unsur yang terkandung dalam desain industri.

Objek desain adalah barang atau barang dagangan yang desainnya digunakan dalam proses industri, oleh karena itu desain industri merupakan karya intelektual di bidang industri. Demikian pula desain industri sangat penting sebagai salah satu unsur yang dapat membedakan satu produk dengan produk lainnya. Dan disinilah desain industri perlu lebih didorong dan lebih ditingkatkan untuk menghadapi persaingan dalam dunia industri dan perdagangan.

Desain industri adalah setiap komposisi garis atau warna, dengan ketentuan komposisi atau bentuk tersebut dapat memberikan ekspresi/penampilan khusus pada produk/produk industri dan dapat digunakan sebagai pola/pola untuk produk/produk industri. Jepang menyebut hukum desainnya dengan Hukum Desain (Hukum Desain Industri), memberikan definisi desain industri sebagai berikut: “Desain adalah bentuk, pola atau warna atau gabungan dari ketiganya dari suatu produk industri yang memberikan kesan penampilan yang estetis. "

Rumusan masalah

Manfaat Penelitian

Secara teoritis, ini dapat digunakan oleh semua pihak hak cipta dan industri dan dilengkapi dengan referensi.

Tujuan Penelitian

Kajian Pustaka

Tokoh yang pertama kali memahami hukum positif adalah John Austin yang dikenal sebagai pendiri teori “hukum positif analitis”. Menurutnya, hukum harus dimurnikan, disterilkan dari unsur-unsur non-yudisial, misalnya: etis, sosiologis, politik, historis, dll. Konsep ini dikenal dengan teori hukum murni (reine Rechtlehre), dengan kata lain hukum adalah “das sollen" dan bukan "sinyal belok itu". Dengan kata lain, dasarnya adalah hukum positif (ius constitutum) dan hukum dalam cita-cita (ius constituendum).

Dapat ditarik garis dari uraian di atas, bahwa pendekatan mazhab hukum positif didasarkan pada pemikiran John Austin seperti dalam tulisannya yaitu “Province of Jurisprudence”. Itulah sebabnya ajarannya dikenal sebagai "Fikih Analitik" - hukum analitik positif. 12 Ajaran dan pandangan serta pemikiran John Austin mendapat dukungan yang sangat kuat dan secara tegas dinyatakan oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa satu-satunya hukum adalah hukum positif, dan bahwa hukum harus diperiksa justru sebagai hukum yang lepas dari unsur-unsur monolegal seperti etika, psikologis, sosiologis. , politik, sejarah, dan sebagainya. Pandangan demikian, menurut Theo Huijbers, dapat disebut hukum positif murni, ilmu hukum murni.

Sebelum lahirnya undang-undang ini, upaya perdamaian pihak-pihak yang bertikai dilakukan dengan cara masing-masing, sehingga tidak ada kesatuan proses yang menjadi pedoman bagi masyarakat. Sehubungan dengan itu, berdasarkan UU No. 4 Tahun 2004 tentang peradilan, terdapat 4 badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, yaitu.

Metode Penelitian

  • Pendekatan Masalah
  • Sunber Bahan Hukum
  • Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
  • Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum
  • Sistematika Penulisan

Perlu diketahui bahwa dalam kepustakaan ilmu hukum pendekatan terhadap masalah ditentukan dan dibatasi oleh tradisi keilmuan yang berkembang.15 Penelitian hukum secara normatif dilakukan dengan menelaah berbagai bahan kepustakaan hukum (biasa disebut data sekunder). Pendekatan dalam penelitian hukum normatif (dogmatis) meliputi: pendekatan, pendekatan undang-undang atau pendekatan legislasi-regulasi, konseptual (conceptual approach), sejarah (historical approach). 15 J.J Bruggink, Dalam Prasetijo Rijadi dan Sri Priyati, Pengertian Metode Penelitian Hukum Dalam Rangka Penulisan Skripsi/Tesis, Al-muktabah, Sidoarjo, 2017, h.

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah bahan hukum yang dikategorikan sebagai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Menurut R.G. Logan dalam tulisannya Literatur hukum dan perpustakaan hukum: termasuk bahan hukum utama adalah: Undang-undang Parlemen, anggaran rumah tangga dan keputusan pengadilan dan tribunal yang dilaporkan; sedangkan bahan hukum sekunder meliputi: semua jenis kepustakaan hukum yang bukan merupakan catatan formal hukum, seperti ensiklopedia, ringkasan kasus, buku teks, jurnal, kamus, indeks, dan bibliografi. 17 Jan Gijssels & Mark Van Hoecke, Dalam Prasetija Rijadi dan Sri Priyati, , Pengertian metode penelitian hukum dalam rangka penulisan skripsi/skripsi, Al-muktabah, Sidoarjo, 2017, h.

Olson, bahan hukum (primary legal materials) dalam penelitian hukum normatif meliputi peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Beede atau Peter Halpin, adalah berbagai karya ilmiah para ilmuwan, laporan penelitian, kamus ensiklopedia, jurnal penelitian hukum dan non-hukum, majalah, dll. Oleh karena itu dalam penelitian hukum normatif lebih tepat digunakan istilah bahan hukum daripada data, karena istilah data menunjukkan penelitian hukum empiris-sosiologis.

Sedangkan pengumpulan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dilakukan melalui prosedur inventarisasi, identifikasi dengan bantuan sistem kartu, yang terbagi menjadi: kartu rangkuman, kartu penawaran dan kartu analisis. Bahan hukum yang digunakan, seperti yang dinyatakan dalam pikiran mewakili pendapat penulis, akan dirujuk secara otentik. Beede, V Prasetija Rijadi and Sri Priyati, , Pengertian Metode Penelitian Hukum Dalam Rangka Penulisan Tesis/Tesis Diploma, Al-muktabah, Sidoarjo, 2017, h.

Bahan hukum yang terkumpul diklasifikasikan secara sistematis sesuai dengan masalah yang ditetapkan dan tujuan penelitian. Bahan hukum yang diperoleh diproses dengan kategorisasi sebagai langkah awal dalam klasifikasi selektif bahan hukum. Semua bahan hukum diklasifikasikan menurut kriteria kesesuaian dengan rumusan masalah dan topik penelitian, yang kemudian dianalisis.

PENGATURAN DESAIN INDUSTRI MENURUT UU No.31 Tahun 2000

  • Permohonan Pendaftaran
  • Ruang Lingkup Desain Industri
  • Perlindungan Terhadap Desain Industri
  • Pembatalan Pendaftaran Desain Industri
  • Pemeriksaan Desain Indsutri

Jangka waktu perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang Desain Industri adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Menurut UU Desain Industri, pasal 1 ayat (2) berbunyi: “Desainer adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri”. Perlu diketahui bahwa walaupun pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif, bukan berarti tidak ada pembatasan.

Perlindungan Hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Dengan demikian, dalam dunia industri dan perdagangan, desain industri memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Mengenai cara memperoleh Hak Desain Industri, pemohon dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada DJHKI dengan menggunakan bahasa Indonesia melalui:

Pengalihan hak dari suatu model yang tidak masuk dalam daftar umum model tidak mempunyai akibat hukum bagi pihak ketiga. Pihak yang mengajukan pencabutan dengan menyatakan bahwa hak desain industri yang diberikan dinyatakan tidak berlaku terhitung sejak tanggal keputusan pencabutan. Keputusan penghapusan pendaftaran selanjutnya akan dimasukkan dalam Daftar Umum Desain dan Model dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain dan Model.

Sanksi pelanggaran hak desain industri diatur dalam Pasal 54 Undang-Undang Desain Industri yang menjelaskan bahwa: “Barang siapa dengan sengaja. .Kepentingan yang wajar adalah penggunaan untuk tujuan pendidikan dan penelitian yang pada umumnya tidak termasuk penggunaan Hak Desain Industri.

Sesuai dengan Pasal 26 ayat 3, dalam Perjanjian TRIPS, jangka waktu perlindungan desain industri diberikan untuk jangka waktu 10 tahun. Ketentuan ini tampak dari Undang-Undang Desain Industri bahwa perlindungan hak desain industri diberikan untuk jangka waktu tertentu. Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan hukum tersebut didaftarkan dalam Daftar Umum Desain Industri dan diumumkan dalam Lovtidende Desain Industri.

Selama jangka waktu tersebut, orang lain dilarang membuat, menggunakan, menjual, mengimpor dan/atau mengedarkan produk yang telah diberikan Hak Desain Industri.

Eksepsi Penggugat

Pertimbangan Hukum Hakim

Analisis Putusan Perkara Nomor : 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015

PENUTUP

Saran

Namun pendaftarannya tidak mudah dan murah seperti PT.BATIK KERIS yang terkenal dan dikenal dengan produk eksklusif dan daya jual produknya yang cukup mahal, namun anda harus mengetahui aturan yang berlaku agar tidak kesalahpahaman dengan pihak lain. BATIK KERIS, pihak penggugat sebenarnya tidak mengenal dan mungkin tidak mengetahui aturan bahwa desainnya belum diperbarui dan produknya sudah lama tidak beredar di dalam negeri atau di luar negeri sehingga dapat menjadi milik umum ( public domain) dengan kata lain menjadi konsumsi publik tanpa izin. pemilik asli dari rancangan, karena hak eksklusif ini mempunyai masa berlaku dan apabila tidak dibayarkan setiap tahun maka haknya akan dicabut dan menjadi milik umum.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa tentang dalil itikad tidak baik dari Penggugat haruslah ditolak, karena dengan terdaftarnya merek EIGER milik Tergugat, telah memenuhi unsur sebagai daya pembeda