Judul Skripsi: Efektivitas Pembelajaran Terpadu Menggunakan Model Spider Web Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Kumala Kota Makassar. Efektivitas Pembelajaran Terpadu Webbed Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV di SD Kumala Kota Makassar. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran terpadu spider web efektif terhadap hasil belajar siswa IV. kelas SDN Kumala kota Makassar.
Latar Belakang Masalah
Siswa lebih memilih diam dalam pemahamannya dibandingkan bertanya dan meminta penjelasan materi kepada guru, sehingga hasil belajar siswa rendah. Ketika tidak ada guru, iklim kelas menjadi kurang kondusif sehingga mengganggu teman-teman lain yang serius belajar, dan akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Kejadian ini mulai terlihat 30 menit setelah siswa merasa lelah mendengarkan ceramah guru saat penyampaian materi, akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.
Rumusan Masalah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS, karena sesungguhnya pengajaran IPS seharusnya memberikan dampak yang signifikan terhadap realitas kehidupan siswa, yaitu menjadikan siswa mampu. untuk bersosialisasi atau bersenang-senang. perilaku agar peserta didik bertanggung jawab dan mempunyai rasa peduli terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat dan tidak terlibat dalam hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga atau masyarakatnya.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Menyumbangkan ide berupa inovasi melalui pelaksanaan pembelajaran daring khususnya pembelajaran IPS bagi siswa IV. Bagi guru sekolah dasar, penelitian ini dapat menjadi acuan pembelajaran dan evaluasi diri terhadap kemampuannya.
Manfaat Praktis
Kajian Pustaka
Efektivitas Pembelajaran a. Pengertian Efektivitas
Menurut Suprijono (2013:7), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi manusia saja. Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil suatu proses yang melibatkan sejumlah faktor yang saling mempengaruhi.
Pembelajaran Terpadu
Menurut Kemendikbud (dalam Trianto pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu: holistik, bermakna, autentik dan aktif) Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari berbagai bidang. sekaligus, tidak. Secara umum prinsip pembelajaran terpadu dapat digolongkan menjadi: (1) prinsip eksplorasi tema, (2) prinsip pengelolaan pembelajaran, (3) prinsip evaluasi, dan (4) prinsip respon.”
Model Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Webbed)
Model Webbed merupakan jaring laba-laba berbentuk kolom sebagai tempat menjawab pertanyaan, mengarahkan imajinasi terhadap benda atau gambar. Maka model Webbed diterapkan melalui pendekatan tematik sebagai pedoman materi dan kegiatan pembelajaran. Menurut Jaino dan Hartati, ada beberapa kelebihan model jaring laba-laba bagi guru dan siswa, yaitu.
Kerangka Pikir
Oleh karena itu, sebagai guru yang profesional di dalam kelas, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang baik, maka guru harus mempersiapkan perencanaan yang baik sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelas. Sedangkan aktivitas siswa selama pembelajaran: pertama, siswa malu bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Siswa lebih memilih diam karena kurang paham dibandingkan bertanya dan meminta penjelasan guru tentang materi sehingga hasil belajar siswa rendah.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga sebagian besar waktu yang dialokasikan digunakan untuk kegiatan siswa dalam kerja kelompok. Dengan pembelajaran terpadu, siswa akan melihat keterkaitan dengan pengetahuan sebelumnya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan pembelajaran terpadu, guru dapat menghemat waktu dengan membahas beberapa topik secara bersamaan dalam satu pertemuan, sehingga sisa waktu dapat digunakan untuk kegiatan bimbingan belajar bagi anak lamban belajar dan pengayaan bagi anak cepat belajar.
Dengan adanya media pembelajaran maka aktivitas siswa akan meningkat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar meningkat. Hal ini dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Model pembelajaran cobweb merupakan model pembelajaran yang merancang pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran dilaksanakan secara terpadu, serta penggunaan media pembelajaran sehingga model cobweb dapat dijadikan sebagai solusi kualitas sosial. mempelajari pembelajaran agar lebih jelas adalah memahami uraian kerangka berpikir di atas, kemudian memperhatikan bagan berikut.
Berdasarkan permasalahan penelitian dan tinjauan pustaka, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Pembelajaran terpadu model jaring laba-laba efektif terhadap hasil belajar IPS.”
Jenis Penelitian
Definisi Operasional Variabel
Desain Penelitian
Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengamati langsung atau tidak langsung apa yang diamati dan mencatatnya pada suatu alat observasi. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur perilaku individu atau proses berlangsungnya suatu kegiatan, yang dapat diamati baik dalam situasi nyata maupun dalam situasi buatan. Observasi dilakukan peneliti dengan cara mengamati dan mencatat pelaksanaan pembelajaran di kelas, serta mengamati antusiasme siswa selama pelaksanaan pembelajaran terpadu model sarang laba-laba.
Tes pretest dan Posttest a. Tes awal (pretest)
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian, melainkan melalui dokumen. 8 Dokumen merupakan catatan peristiwa masa lalu.
Instrument Penelitian
Mencari nilai rata-rata (mean) dari kedua variable dengan rumus
Mencari nilai t-hitung dengan rumus sebagai berikut
Memberi interpretasi terhadap nilai t-hitung
Rata-rata persentase aktivitas siswa pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran terpadu model jaring laba-laba sebesar 82,48%. Sesuai dengan kriteria aktivitas siswa yang telah ditentukan oleh peneliti masing-masing siswa dikatakan aktif dalam proses pembelajaran jika jumlah siswa yang aktif banyak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di SDN Kumala Kota Makassar diperoleh data yang dikumpulkan melalui instrumen tes agar hasil belajar IPS siswa dapat diketahui dalam bentuk nilai dari kelas. di SDN Kumala Kota Makassar. .
Dari hasil perhitungan di atas, rata-rata nilai hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Kumala Kota Makassar sebelum diterapkan model pembelajaran jaring laba-laba adalah 56,12. Berdasarkan data yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 ke atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa Kelas IV SDN Kumala Kota Makassar pada tahap pre-test dengan menggunakan instrumen tes dikategorikan sangat rendah yaitu 6,1%, rendah 33,3%, sedang 36,4%, tinggi 24,2% dan sangat tinggi dengan persentase 00,00. Melihat hasil persentase yang ada maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS sebelum diterapkan model pembelajaran terpadu pembelajaran jaring laba-laba tergolong rendah.
Apabila Tabel 4.4 kita kaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar IPS yang telah ditetapkan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa IV. kelas di SDN Kumala Kota Makassar masih jauh dari standar ketuntasan hasil belajar klasikal karena hanya 8 siswa yang mencapai kesempurnaan.
Tes Akhir (Posttest)
Dari hasil perhitungan di atas, rata-rata nilai hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Kumala Kota Makassar setelah diterapkan model pembelajaran jaring laba-laba adalah 68,30. Melihat hasil persentase yang ada maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV setelah diterapkan model pembelajaran jaring laba-laba tergolong tinggi. Jika Tabel 4.8 dihubungkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar siswa yang ditentukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Kumala Kota Makassar telah memenuhi kriteria pencapaian pembelajaran klasikal. hasil karena siswa yang menyelesaikannya, adalah 67.
Artinya model jaring laba-laba efektif terhadap hasil belajar IPS IV di SDN Kumala Kota Makassar. Ketiga, pada pertemuan kedua siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran sebanyak 25 orang, sedangkan pada pertemuan berikutnya berjumlah 31 siswa. Kelima, pada pertemuan kedua terdapat 29 siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok, sedangkan pada pertemuan berikutnya terdapat 31 siswa.
Ketujuh, siswa yang mengajukan diri untuk menyelesaikan tes pada pertemuan kedua berjumlah 28 siswa, sedangkan pada pertemuan berikutnya berjumlah 31 siswa. Kedelapan, terdapat 27 siswa yang mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua. Karena thitung > tabel pada taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berarti model pembelajaran terpadu jaringan laba-laba efektif terhadap hasil belajar IPS kelas IV SDN Kumala Kota Makassar.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terpadu jaring laba-laba efektif terhadap hasil belajar IPS kelas IV SD Kumala di Kota Makassar.
Simpulan
Saran
Diharapkan peneliti dapat mengembangkan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba dengan menerapkannya pada materi lain untuk mengetahui apakah materi lain tersebut cocok untuk model pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Peneliti selanjutnya akan dapat mengembangkan dan memperkuat model ini serta memperkuat hasil penelitian ini dengan mengkajinya terlebih dahulu dan akan mampu melakukan penelitian yang lebih sukses.
SOAL PRETEST
SOAL POSTEST
TABEL
JARING-JARING TEMA
Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menjelaskan keberagaman sosial budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan. Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menyajikan keragaman sosial budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan. Dengan mengamati gambar dan langkah serta peragaan guru, siswa mampu menjelaskan dasar-dasar gerak tari Bungong Jeumpa dengan benar dalam posisi duduk.
Setelah membahas bentuk-bentuk poligon pada tangram, siswa dapat menjelaskan dengan benar perbedaan poligon beraturan dan tidak beraturan. Guru menyampaikan bahwa warga negara yang baik adalah warga negara yang mampu memahami dan menghargai keberagaman dan perbedaan yang ada disekitarnya, baik itu keberagaman sosial, ekonomi, budaya, suku, dan agama. Setelah siswa selesai menampilkan keberagaman sosial dan budaya yang ada di lingkungan provinsinya, guru memberitahukan kepada siswa bahwa mereka akan melanjutkan pembelajaran tari Bungong Jeumpa.
Tulisan dan presentasi mengenai keberagaman sosial dan budaya di setiap provinsi dinilai menggunakan rubrik. Semua fakta tentang keberagaman sosial dan budaya di setiap provinsi tersaji dengan tepat. Fakta mengenai keberagaman sosial dan budaya yang terdapat di setiap provinsi sebagian besar disajikan dengan tepat.
Sejumlah kecil fakta tentang keragaman sosial dan budaya yang terdapat di setiap provinsi direproduksi dengan benar.
Suku Minang
REKREASI
Memahami keberagaman sosial, ekonomi, budaya, suku, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia. Setelah membaca teks tentang keberagaman budaya, siswa dapat secara mandiri mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung pada setiap paragraf teks tersebut. Setelah membaca teks tentang keberagaman budaya, siswa mampu dengan tepat merepresentasikan gagasan pokok dan gagasan pendukung pada setiap paragraf teks dalam bentuk peta pikiran.
Melalui wawancara sederhana, siswa mampu menyebutkan keberagaman budaya, suku, dan agama teman-temannya di kelas sebagai identitas utuh bangsa Indonesia. Setelah berdiskusi, siswa mampu mengkomunikasikan secara sistematis keberagaman budaya, suku, dan agama teman-temannya di kelas sebagai identitas bangsa Indonesia secara lisan dan tulisan. Setelah semua kelompok selesai mengkomunikasikan hasil diskusi, guru memberikan penguatan mengenai strategi menemukan isi cerita, biasa disebut gagasan pokok/gagasan pokok/gagasan pokok/gagasan pokok/gagasan pokok suatu paragraf.
Siswa harus menemukan gagasan utama dan gagasan pendukung dari paragraf ketiga, keempat, dan kelima teks dalam buku.
Materi
DOKUMENTASI