• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ibu bapa mengharapkan anak dapat mengangkat darjat dan martabat ibu bapa apabila dewasa nanti, menjadi anak yang soleh dan solehah yang sentiasa berdoa apabila meninggal dunia. Salah satu akibat perceraian ialah didikan anak-anak, yang secara automatik tidak dapat dibesarkan secara bersama oleh kedua ibu bapa. Akibat langsung kepada anak-anak yang menjadi mangsa penceraian ialah mereka tidak lagi tinggal bersama kedua ibu bapa, dengan anak secara automatik tinggal bersama salah seorang ibu bapa kanak-kanak tersebut.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

TINJUAN PUSTAKA

Tinjauan Penelitian Relevan

7. efektivitas penerapan pasal ini dalam putusan nomor: 184/Pdt.G/2021/PA Pare) dengan tujuan untuk meneliti efektivitas dan kelestarian anak pasca perceraian dalam pasal 105 KHI. Nihlatusshoimah, melakukan penelitian dengan judul: Hak Hadhanah Anak yang Tidak Memiliki Mumayyiz kepada Ayah Kandung (Analisis Perspektif Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).8. Penelitian diatas menunjukkan adanya perbedaan penerapan Pasal 105 KHI pada penelitian Kompilasi Hukum Islam diatas dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian lapangan/empiris dan lebih menekankan efektivitas penerapan Pasal 105 KHI pasca perceraian di Pengadilan Agama Kota Parepare pada putusan nomor: 184/Pdt.G/2021/PA Pare).

Tinjauan Teori

  • Teori Keadilan (Grand Theory)
  • Teori Kepastian Hukum (Middlle Range Theory)
  • Teori Kemanfaatan

Alasan pemerintah mengeluarkan Kompilasi Hukum Islam adalah karena hukum Islam digunakan oleh pengadilan agama untuk menyelesaikan perselisihan yang telah diajukan ke Pengadilan Agama pada masa lalu dan dimuat dalam berbagai kitab fiqh yang ditulis oleh para ahli hukum beberapa abad yang lalu. Dengan demikian, niat pemerintah mengeluarkan kompilasi hukum Islam adalah untuk memberikan kepastian hukum kepada para pencari keadilan di pengadilan agama. Perlunya kompilasi hukum Islam bagi peradilan agama tercatat dalam sejarah Kementerian Agama.

34 Direktorat Jenderal Pembinaan Lembaga Keagamaan Islam Kementerian Agama, Tanya Jawab Fikih Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Lembaga Keagamaan Islam Kementerian Agama. Tugas utama proyek ini adalah melaksanakan upaya pengembangan Syariat Islam melalui Fikih berkembang melalui Kompilasi Hukum Islam Kompilasi Hukum Islam disusun dalam berbagai dokumen, dikaji, dikaji dan diambil garis-garis hukumnya darinya.

Pada bagian kedua Keputusan Menteri Agama tentang pelaksanaan Inpres tersebut juga disebutkan bahwa seluruh lingkungan lembaga, khususnya pengadilan agama, juga harus menerapkan Kompilasi Hukum Islam pada peraturan perundang-undangan lainnya apabila menyelesaikan permasalahan di bidang hukum. Aturan yang secara jelas dan tegas memberikan pedoman bagi hakim dalam memutuskan apakah akan memberikan hak asuh atas anak terdapat dalam Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menyebutkan dalam hal terjadi perceraian. 42 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Hukum Islam dan Ilmu Hukum di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pengertian hadhânah dalam hukum Islam dapat diartikan sebagai mendidik dan menafkahi seorang anak sejak lahir sampai ia mampu mengurus dirinya sendiri secara mandiri, yang dilakukan oleh sanak saudara anak tersebut.46 Pengertian hadhânah juga dijelaskan pada pasal 1 huruf g yang berbunyi “Pengasuhan anak atau hadhânah adalah kegiatan mengasuh, mengasuh, dan membesarkan anak hingga ia dewasa atau mampu berdiri sendiri.” 47 Dalam KHI, kata hadhânah tidak digunakan dalam pasal-pasal yang. Keduanya harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mengenai kewajiban dan keabsahan peran orang tua.52 Dalam hukum Islam, ada beberapa syarat yang berkaitan dengan pengasuhan anak, yang harus dimiliki oleh pengasuh, baik perempuan maupun laki-laki. Dalam hukum Islam telah disepakati bahwa tanggung jawab orang tua dimulai sejak anak dilahirkan hingga mumayyiz.

Kerangka Konseptual

Perceraian ialah penamatan perkahwinan antara lelaki dan perempuan kerana tiada keharmonian dalam rumah tangga atau atas sebab lain seperti ketidaksuburan isteri atau suami. Perkahwinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang lelaki dan seorang wanita sebagai suami isteri, untuk tujuan membina keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal, berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

Kerangka Fikir

  • Sejarah Pengadilan Agama Parepare
    • Visi dan Misi Pengadilan Agama Parepare
    • Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Parepare
  • Pendekatan Dan Jenis Penelitian
  • Lokasi Dan Waktu Penelitian
  • Fokus Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
    • Teknik Pengumpulan data
    • Teknik Pengolahan Data
  • Uji Keabsahan Data
  • Teknik Analisis Data

Pengadilan Agama mempunyai tugas dan wewenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dalam perkara perkawinan, warisan, wasiat, wasiat, hadiah, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah, sebagaimana ditentukan. dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada seluruh unsur di lingkungan peradilan agama (umum, kepegawaian, dan keuangan kecuali biaya perkara); Selain itu, dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada pencari keadilan di Pengadilan Agama Parepare, dalam pelaksanaan tugasnya berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibahas pada bagian terkait analisis beban kerja. dalam Keputusan Ketua Pengadilan Agama Parepare, Nomor: W20 - A 2 0/644.a/OT.01.3/SK/X/2015, tanggal 1 Oktober 2015 melaksanakan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang isinya antara lain sebagai berikut: 1.

Bahwa Pengadilan Agama Parepara telah menyusun standar pelayanan peradilan di Pengadilan Agama Parepara dengan Keputusan Ketua Pengadilan Agama Parepara Nomor: W20 - A20/644.a/OT.00/SK/X/2015 tanggal Oktober 1 Tahun 2015 agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Standar Pelayanan Peradilan Pengadilan Agama Parepare disusun berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia. Agar penelitian dapat terlaksana dengan baik, maka penulis mengusulkan suatu metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memahami perbandingan antara realitas hukum dengan cita-cita hukum, atau efektivitas peraturan di masyarakat71.

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk membantu menyelesaikan penelitian ini, maka tempat penelitiannya adalah Pengadilan Agama Parepare yang terletak di kota Parepare Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui efektivitas penerapan Pasal 105 KHI terhadap pengasuhan anak pasca perceraian di Pengadilan Agama Parepare. 73 Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah ibu, ayah dan hakim di Pengadilan Agama kota Parepare, Sulawesi Selatan.

Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang.74 Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat dokumen atau berkas yang berkaitan dengan pencatatan perceraian yang terdapat di Kantor Pengadilan Agama dan diambil melalui foto pada saat wawancara. .

Hasil Penelitian Pasal 105 KHI Terhadap Pemeliharaan Anak Pasca

  • Pelaksanaan Pasal 105 KHI Terhadap Pemeliharaan Anak Pasca
  • Data Wawancara

Namun Pengadilan Agama Tingkat Pertama menetapkan kebijakan bahwa identitas para pihak, anak, dan saksi dalam putusan tidak boleh diungkap ke masyarakat umum. Penggugat mengajukan gugatan tertanggal 16 Mei 2017 yang telah didaftarkan pada panitera Pengadilan Agama Persiapan dengan Putusan Nomor: 184/Pdt.G/2021/PA Pare. Menimbang bahwa sebenarnya penggugat berada di wilayah hukum Pengadilan Agama Persiapan, berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) huruf (a) dan Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang. TIDAK. 3 Tahun 2006, Pengadilan Persiapan Agama berwenang menerima, memeriksa dan menyelesaikan perkara ini;

Karena anak tersebut masih di bawah umur, maka hak asuh dialihkan kepada ibunya sesuai dengan Pasal 105 KHI tentang nafkah terhadap anak yang belum muyyiz atau berumur 12 tahun. Otoritas ditransfer ke ibu. Hal ini diputuskan dalam rapat permusyawaratan majelis hakim pada hari Kamis tanggal 13 April 2017 M oleh ketua majelis hakim Pengadilan Agama Parepare dan para hakim afiliasinya dalam sidang terbuka untuk umum dibantu oleh Wakil Panitera dengan disaksikan penggugat dan tergugat serta kuasa hukumnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh informan Pengadilan Agama Kota Parepare, Putusan 184/Pdt.G/2021/PA Pare merupakan produk putusan Pengadilan Agama Kota Parepare tentang penyidikan penyidik ​​perkara Perwalian Anak Pasca Cerai. : hasil wawancara dengan salah satu hakim Pengadilan Agama Parepare dijelaskan sebagai berikut.

Penerapan Pasal 105 KHI dalam kaitannya dengan nafkah anak adalah hal yang berkaitan dengan hak atas pengasuhan, pengasuhan dan pendidikan seorang anak sesuai dengan putusan pengadilan pasca perceraian yang diajukan oleh ibu atau bapaknya. Pasal 105 KHI menyebutkan hak asuh anak yang belum mumayyiz (12 tahun) merupakan hak ibu, dalam SK 184/Pdt.G/2021/PA sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam. Di bawah ini peneliti memaparkan hasil wawancara salah satu hakim Pengadilan Agama Kota Parepare. Dalam hal hak asuh anak dalam perkara Putusan 184/Pdt.G/2021/PA terdapat pertimbangan hukum meskipun ditetapkan bahwa penggugat adalah pemegang hak hadhanah atas anak tersebut, namun penggugat terdakwa tetap harus memberikan kesempatan untuk bertemu dengan anak dan mengungkapkan kasih sayangnya.

Jaminan hukum yang terdapat dalam Pasal 105 KHI hanya menambah ruang dimana dalam hal ini hak asuh anak tidak sepenuhnya menjadi milik penggugat;

Analisis Pembahasan Hasil Penelitian

  • Analisis Pelaksanaan Pasal 105 KHI Terhadap Pemeliharaan Anak Pasca
  • Analisis Pemeliharaan Anak Pasca Perceraian

Apabila Penggugat tidak memberikan akses kepada Tergugat untuk bertemu dengan anaknya, maka hal tersebut dapat dijadikan alasan bagi Tergugat untuk mengajukan gugatan pencabutan hak hadhanah; Pencantuman pertimbangan hukum sebagai bentuk pemberian jaminan hukum kepada orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh anak, sehingga sekalipun orang tua tersebut tetap mempunyai hak sebagaimana mestinya. Adanya aturan-aturan di atas tentu saja menjadi acuan yang harus diperhatikan, diperhatikan oleh siapapun yang mendapat hak asuh anak agar tidak sewenang-wenang dan segera mencegah orang tua yang akan mencurahkan kasih sayang;

Dari segi keadilan hukum disini terdapat unsur keadilan, yaitu orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh anak sesuai dengan putusan pengadilan tetap diberikan kebebasan untuk berinteraksi dan mengungkapkan rasa cintanya kepada anak, karena bagaimanapun juga, unsur biologis antara orang tua dan anak tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini penulis mengacu pada pendapat para filosof hukum seperti Aristoteles, Thomas Aquinas, Socrates dan Satjipto Rahardjo serta para ahli hukum lainnya seperti Fence M. Dalam hal ini penulis mengacu pada pendapat Fence M. Wantu yang mengkritisi kepastian hukum dengan memberi.

Apabila penggugat tidak memberikan akses kepada tergugat untuk melihat anaknya, maka hal tersebut dapat dijadikan alasan bagi tergugat untuk mengajukan gugatan pencabutan hak hahana. Bukti nyata adanya keadilan hukum, kemaslahatan hukum dan. Kami melihat adanya kepastian hukum yang terkandung dalam putusan itu sendiri, yakni tidak ada pemisahan antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak pantas dan pertama-tama menjalankan perintah agama dengan baik.

Hal pertama yang harus dilakukan orang tua dalam membesarkan anak adalah dengan menanamkan nilai tauhid.

Kesimpulan

Saran

Dalam hal perceraian sebaiknya tidak hanya menggunakan hukum yang telah ditentukan, baik melalui agama melalui firman Tuhan, tetapi juga berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak demi efektifnya pengasuhan anak, seperti pemberian materi dan nafkah. -dukungan materi untuk kelangsungan hidup anak. Hendaknya setiap perwalian yang dilakukan oleh kedua belah pihak hendaknya meminta putusan pengadilan apabila putusan cerai itu mempunyai kekuatan hukum demi kepentingan anak dan orang tua yang menjadi walinya. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai hak asuh anak atau hak asuh anak setelah perceraian, hendaknya mensosialisasikan terlebih dahulu Pasal 105 KHI kepada fasilitas penelitiannya sebelum melakukan penelitian, karena akan sangat membantu masyarakat untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam mengenai hak asuh anak setelah perceraian. .

Khotim, Arifatul, “Kajian Analisis Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam Tentang Pemeliharaan Anak Yang Belum/Sudah Mumayyiz”. Tesis. Rakhmat, A. Hidayat. “Studi Banding Konsep Imam Hanfi dan Imam Ahmad Ibnu Hambal Mengenai Pemberian Hak Asuh Anak Kepada Wanita Murtad”. Penerapan Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam oleh Hakim Pengadilan Agama Kota Malang dalam penyelesaian hak Hadhânah akibat perceraian (Studi Kasus No. 104/Pdt.G/2003/PA.Mlg)”.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung 2015) hal.376 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja. Rosdakarya 2016) hal.330 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung 2015) hal.377. Untuk mengetahui efektivitas penerapan Pasal 105 KHI tentang pengasuhan anak pasca perceraian di Pengadilan Agama Parepare B.

Referensi

Dokumen terkait

An ASIC Implementation of Low Area AES Encryption Core for Wireless Networks Van-Lan Dao, Anh-Thai Nguyen, Van-Phuc Hoang and Tuan-Anh Tran Le Quy Don Technical University, 236 Hoang