AGROPOLITAN DEVELOPMENT :
Toward A New Strategy For Regional Planing In Asia
25423077 - ZUMROTUL NUR
AZIZAH
BIOGRAFI PENULIS
Education
○ PhD, Urban Planning, UCLA (1982)
○ MA Political Science, University of Hawaii (1968)
○ BA Political Science, UCLA (1967)
Publication
○ 2003 Mike Douglass and Glenda Roberts, eds.,
Japan and Global Migration: Foreign Workers and the Advent of a Multicultural Society
○ 2002 Mike Douglass, ed., “Special Issue on Globalization and Civic Space in Pacific Asia,” International Development Planning Review
○ 1998 Mike Douglass and John Friedmann, eds., Cities for Citizens: Planning and the Rise of Civil Society in a Global Age
○ 1987 Mike Douglass and John Friedmann, eds., Transnational Capital and Urbanization on the Pacific Rim;
Proceedings from a Conference
Academic and Professional Work
○ 1986-present Associate Professor, Professor, Chair and Emeritus Professor, Department of Urban & Regional Planning, University of Hawaii
○ 2012-2018 Leader, Asian Urbanisms Cluster, Asia Research Institute;
Professor, Lee Kuan Yew School of Public Policy, and Professor of Sociology, National University of Singapore.
○ 2016-2017 Consultant, Asia Foundation. “Strategic Policy Research and Action Framework for Urban Governance in Asia.” Hanoi.
MIKE DOUGLASS
PL 5121 - PENGEMBANGAN WILAYAH
OUTLINE
01 PENDAHULUAN
02
KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN DUALISME KETERGANTUNGAN
Kegagalan Paradigma Industrialisasi
Ketergantungan Dualistik dan Transisi Perekonomian Dunia
03
KEBIJAKAN SPASIAL PEMBANGUNAN AGROPOLITAN Kriteria Kebijakan Pembangunan Spasial
Distrik Agropolitan
Masalah Implementasi : Evaluasi dari Pengalaman Asia
04 KESIMPULAN DAN DISKUSI
PL 5121 - PENGEMBANGAN WILAYAH
PARADIGMA LAMA :
Pertumbuhan ekonomi akan lebih mudah dihasilkan dari industrialisasi yang cepat yang difokuskan pada beberapa pusat metropolitan yang kemudian akan menyebar ke seluruh wilayah nasional (perencanaan pusat yang terkoordinasi)
PENDAHULUAN
DIMENSI SPASIAL :
Dimensi spasial harus menjadi bagian dari perencanaan pembangunan ekonomi nasional sehingga diperlukan kebijakan desentralisasi yang mencakup tiga tingkat agregasi spasial yaitu urban, regional dan nasional
KRITIK PARADIGMA LAMA :
Paradigma tersebut mendapat banyak kritikan dan dinilai gagal memberikan hasil yang diinginkan sehingga diperlukan pengembangan paradigma baru yang tujuannya tidak lagi pada pertumbuhan ekonomi melainkan pembangunan sosial dengan fokus pada kebutuhan dasar
PL 5121 - PENGEMBANGAN WILAYAH
KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN DUALISME KETERGANTUNGAN
KEGAGALAN PARADIGMA INDUSTRIALISASI STRATEGI 1 - PERCEPATAN
INDUSTRIALISASI
● Sumber pembiayaan utama dari ekspor bahan mentah, investasi asing swasta, bantuan internasional, kapasitas negara untuk menabung terutama dari sektor pertanian
● Awalnya berorientasi pada substitusi impor namun karena biaya yang mahal dan produksi yang inefisien beralih pada kebijakan export-oriented
● Percepatan industrialisasi menghasilkan serangkaian struktur ekonomi, sosial, dan tata ruang yang homolog dan mengacaukan retorika tujuan nasional yang disebut ketergantungan dualistik
KETERGANTUNGAN DUALISTIK
● Hyper-urbanization dan kepadatan penduduk di pedesaan meningkat
● Pembangunan modern hanya terkonsentrasi di beberapa pusat kota sementara wilayah lain terisolasi dari perubahan sosial dan ekonomi
● Unemployment and Underemployment di perkotaan semakin besar
● Kesenjangan pendapatan dan kemiskinan antara pedesaan dan perkotaan semakin lebar
● Kekurangan pangan
● Memburuknya kondisi material pertanian di pedesaan
● Ketergantungan eksternal/negara investor
KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN DUALISME KETERGANTUNGAN
KETERGANTUNGAN DUALISTIK DAN TRANSISI EKONOMI DUNIA
Kapitalisme dunia mengalami transisi besar yang kemungkinan besar akan berdampak pada perekonomian negara periferi. Transisi ekonomi dunia tercermin dalam dua hal utama yaitu :
1. Minyak bumi
2. Bahan mentah lainnya 3. Makanan
4. Manufaktur
Inflasi harga komoditas
Tekanan dari serikat buruh dan tren swasembada pada negara blok ekonomi besar seperti US dan eropa barat akan berpengaruh pada ekspor oleh negara pinggiran. Akibatnya, negara berkembang akan saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar ekspor.
Ekspansi pasar yang terbatas
KRITIK TERHADAP STRATEGI PEMBANGUNAN DUALISME KETERGANTUNGAN
KESIMPULAN BAGIAN 1
Naiknya harga impor, menurunnya pasar ekspor, dan memburuknya kondisi perdagangan membuat strategi 1 tidak dapat digunakan sebagai acuan masa depan. Untuk itu beberapa elemen kebijakan perlu ditambahkan dalam reassessment strategi pembangunan nasional secara menyeluruh :
1. Kebutuhan manusia yang terbatas dan spesifik harus menggantikan keinginan yang tidak terbatas dan bersifat umum sebagai kriteria utama suksesnya pembangunan nasional
2. Agrikultur harus dipandang sebagai sektor unggulan atau sektor pendorong ekonomi 3. Ketahanan dan kemandirian pangan menjadi prioritas tertinggi
4. Pengurangan kesenjangan pendapatan dan kondisi kehidupan antar kelas sosial dan antara perkotaan dan pedesaan
5. Fasilitasi untuk meningkatkan produksi barang yang menghasilkan upah untuk konsumsi domestik harus menjadi prioritas utama
6. Produksi skala kecil untuk pasar domestik dilindungi dari kompetisi dengan perusahaan padat modal skala besar
Strategi 2 : Percepatan Pembangunan Pedesaan
KEBIJAKAN SPASIAL PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
KRITERIA UNTUK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SPASIAL
Strategi percepatan pembangunan pedesaan memerlukan kerangka kerja spasial yang tepat untuk perencanaan dan pembangunan yang dirancang sesuai kondisi di Asia yaitu tingkat kepadatan penduduk tinggi dan terus meningkat (lebih dari 200/km2), pola mengelompok (cluster) pada desa dan kota, kemiskinan ekstrem dan kekurangan secara fisik.
Permasalahan :
1. Bagaimana melibatkan jutaan rumah tangga pedesaan yang tersebar di seluruh pelosok negeri dalam proses pembangunan secara simultan?
2. Bagaimana mengkoordinasikan pembangunan sektoral di daerah pedesaan untuk mencapai tujuan yang lebih luas?
3. Bagaimana mendefinisikan unit-unit spasial yang lebih besar daripada desa?
4. Bagaimana mengorganisasikan fungsi-fungsi perencanaan dan pembangunan yang baru pada suatu basis teritorial?
Karena belum ada satupun dari keenam negara yang diteliti berkomitmen pada strategi percepatan pembangunan pedesaan, maka kriteria kebijakan diciptakan dari pengalaman yang relevan
KEBIJAKAN SPASIAL PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
KRITERIA UNTUK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SPASIAL
Bagaimana menentukan keberhasilan pembangunan perdesaan?
1. Transformasi wilayah pedesaan dengan memperkenalkan dan beradaptasi terhadap elemen urbanisasi melalui pengaturan pedesaan secara spesifik
2. Perluasan jaringan atau interaksi sosial di wilayah pedesaan yang tidak terbatas pada satu desa melainkan menciptakan ruang sosioekonomi dan politik yang lebih luas atau distrik agropolitan
3. Mengurangi dislokasi sosial dalam proses pembangunan, memperkuat ketahanan keluarga, memperkuat keamanan psikologis, dan menyediakan pemenuhan kebutuhan individu dan sosial dalam membangun tatanan masyarakat baru
4. Menstabilkan pendapatan pedesaan dan perkotaan dan mengurangi kesenjangan dengan diversifikasi kesempatan kerja produktif dengan menggabungkan kegiatan agrikultur dan non-agrikultur dalam suatu wilayah yang sama
5. Menggunakan tenaga kerja yang tersedia secara efektif dengan mengarahkannya pada pembangunan berbasis sumber daya alam pada setiap distrik agropolitan
6. Menghubungkan distrik agropolitan kedalam jaringan regional
7. Merancang suatu sistem pemerintahan dan perencanaan yang memberikan kontrol terhadap prioritas pembangunan dan implementasi program kepada penduduk distrik
8. Menyediakan pendanaan yang memadai bagi pembangunan agropolitan
KEBIJAKAN SPASIAL PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
DISTRIK AGROPOLITAN
Definisi distrik agropolitan :
● Memiliki kepadatan penduduk minimal 200 per km2
● Distrik agropolitan terdiri atas kota- kota tani berpenduduk 10.000–
25.000 jiwa
● Luas wilayahnya dibatasi dengan radius sejauh 5–10 km sehingga menghasilkan jumlah penduduk total antara 50.000–150.000 jiwa yang mayoritas bekerja di sektor pertanian
Peran pemerintah pusat :
● Mendukung pembangunan yang diprakarsai secara lokal dengan sumber daya keuangan, material dan teknis untuk melaksanakan proyek yang memiliki signifikansi nasional
● Memastikan pemerataan antar daerah dalam alokasi dana pembangunan
● Menjaga keseimbangan sistem dalam parameter makroekonomi utama
● Memantau capaian pembangunan lokal sesuai standar nasional dan membantu mempercepat kemajuan di bidang yang mengalami kekurangan dari standar yang ditetapkan
KEBIJAKAN SPASIAL PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
MASALAH IMPLEMENTASI : EVALUASI DARI PENGALAMAN ASIA
STRATEGI 2 : PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN
REFORMASI LAHAN
Implementasi Reformasi Lahan di negara asia
● Republik Korea : program reformasi lahan tidak dilanjutkan, penyusutan luas lahan pertanian muncul kembali sebagai masalah dalam pembangunan pertanian
● Thailand dan Indonesia : memilih untuk mengandalkan teknologi revolusi hijau yang baru
● Malaysia : menghindari kebijakan redistribusi lahan dengan membuka lahan yang masih kosong untuk masyarakat miskin di daerah pedesaan
● India : terkendala birokrasi
● Filipina : mengumumkan kebijakan reformasi lahan pada tahun 1972 dimana 2 juta Ha lahan akan dialihkan kepada 1 juta petani namun evaluasi kebijakan belum dapat dilakukan
PROGRAM PEMBANGUNAN AGROPOLITAN
Implementasi Pembangunan Agropolitan di negara asia
● India : Program percontohan untuk pusat pertumbuhan pedesaan dengan penekanan pada integrasi pedesaan- perkotaan
● Indonesia : konsep unit kerja desa yang merupakan kelompok- kelompok desa yang mencakup wilayah 600-1000 ha. Pada unit ini pertanian dan perluasan kredit serta sistem pengolahan dan pemasaran dibentuk dan memungkinkan pengembangan industri skala kecil
● Malaysia : Kebijakan ekonomi baru dimana petani akan dipindahkan dari daerah-daerah yang kurang beruntung ke daerah yang memiliki potensi pembangunan yang lebih tinggi
● Filipina : Percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan termasuk jalan dan irigasi, pengembangan dan reformasi koperasi untuk meningkatkan pendapatan petani
● Thailand : investasi langsung pembangunan pedesaan yang mencakup investasi infrastruktur, pembangunan koperasi, penyediaan fasilitas kredit, penyuluhan pertanian, dan pengembangan lahan oleh pemerintah
KESIMPULAN DAN DISKUSI
KESIMPULAN
● Strategi 1 telah menciptakan struktur ketergantuangan dualistik yang meskipun telah membantu mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, juga telah menciptakan serangkaian masalah seperti hiperurbanisasi, peningkatan kepadatan pedesaan,
pengangguran dan setengah penganggur yang meluas di perkotaan, meningkatnya
kesenjangan pendapatan, kelangkaan pangan dan kondisi material yang semakin buruk di pedesaan.
● Pada pertengahan tahun 70an terjadi transisi besar dimana krisis ini ditunjukkan dalam
peningkatan biaya impor, memburuknya persyaratan perdagangan dan terbatasnya akses ke pasar dunia bagi negara pinggiran di Asia
● Direkomendasikan strategi 2 sebagai strategi alternatif untuk mempercepat pembangunan pedesaan yang berorientasi pada kebutuhan manusia, distribusi manfaat ekonomi yang lebih merata, dan keterlibatan langsung masyarkat dalam proses pembangunan yang disebut
kebijakan pengembangan agropolitan
● Hasil evaluasi implementasi strategi 2 pada keenam negara yang diteliti menunjukkan hanya sedikit bukti mengenai perubahan substansial dalam pola kepemilikan lahan dan berbagai program pembangunan pedesaan yang diteapkan hanya sekedar upaya simbolis atau pelengkap percepatan industrialisasi.
PL 5121 - PENGEMBANGAN WILAYAH
KESIMPULAN DAN DISKUSI
DISKUSI
● Pada jurnal tersebut tidak dijelaskan alasan penulis mengambil studi kasus implementasi pembangunan agropolitan di keenam negara di Asia
● Pada bagian kedua, penulis memberikan beberapa pertanyaan dalam pengimplementasian pembangunan agropolitan yang belum terjawab dalam jurnal tersebut
● Penulis memandang strategi percepatan industrialisasi (strategi 1) dan strategi percepatan pembangunan pedesaan (strategi 2) sebagai strategi yang sepenuhnya berbeda sehingga tidak ada penjelasan kemungkinan kombinasi dari kedua strategi tersebut seperti halnya yang didapatkan dari hasil evaluasi pada keenam negara yang diteliti.
PL 5121 - PENGEMBANGAN WILAYAH